Vous êtes sur la page 1sur 2

MUMMIFIKASI FETUS

PENDAHULUAN
Semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, maka pembangunan di berbagai
sektor termasuk didalamnya sektor peternakan dan pengembangan produk asal hewan untuk
memenuhi gizi dan protein hewani masyarakat terus ditingkatkan.
Keberhasilan reproduksi ternak dapat dicapai dengan teknik pengelolaan yang baik,
terutama dalam hal manajemen pengelolaan kesehatan kelompok ternak melalui kegiatan
pencegahan, pengontrolan, pemberantasan penyakit menular dan strategis secara benar dan
tuntas, serta perbaikan mutu genetik dan permodalan peternakan.
DEFINISI
Mumifikasi merupakan kejadian kematian fetus dalam uterus tanpa disertai pencemaran
mikroorganisme, disertai dengan penyerapan cairan fetus oleh dinding uterus setelah terjadi
proses autolisis sehingga tubuh fetus menjadi kering dan keras, serta diikuti dengan proses
involusi uteri yang normal, sering terjadi pada umur kebuntingan 5-7 bulan (Jainudeen
dan Hafez 2000).
PENYEBAB
Penyebab terjadinya mumifikasi adalah kematian fetus non infeksi, torsio uteri, serta
adanya tali pusar yang terjepit sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dan mengganggu
suplai nutrisi dari induk ke anak. Kondisi mumifikasi dapat diidentifikasi bila sapi gagal
memperlihatkan perkembangan kelenjar ambing dan gagal melahirkan pada waktu yang telah
ditentukan. Makin lama proses mumifikasi berlangsung, makin banyak cairan yang diserap
maka fetus akan semakin keras. Pada palpasi perektal akan didapatkan massa keras dalam
uterus, dinding uterus tipis dan tegang, uterus dan isinya dapat dipalpasi tanpa dapat
diabsorbsi, tidak ada karunkula, dan tidak ada fremitus (Jainudeen dan Hafez 2000).
PATOGENESA
Ada dua tipe mumifikasi yaitu tipe hematik dan tipe papyraceous mummification.
Tipe hematik, terjadi perdarahan dengan derajat tertentu antara endometrium dan membrane
fetalis pada tipe hematik. Tipe ini bisa terjadi pada semua umur pada kebuntingan sapi yaitu
pada bulan ke 3-8, tetapi umumnya setelah bulan ke 5. Fetus tetap di uterus walau sudah
melampaui masa kebuntingan. Penyebabnya sama dengan penyebab kematian fetus normal,

juga bisa disebabkan karena faktor genetik. Tipe Papyraceous mummification, fetus lahir
dalam keadaan mati kering terbungkus oleh selubung fetusnya yang basah mengkilat. Ciri
yang spesifik pada tipe ini adalah terdapat bagian mumi yang terus tumbuh dan berkembang.
PENGOBATAN
Penanganan untuk kasus mumifikasi adalah dengan melakukan ekspulsi fetus yang
mumifikasi, dibantu dengan injeksi estrogen, oksitosin dan prostaglandin secara intra
muskular. Setelah serviks membuka ditambahkan cairan obstetrical lubricant sebanyak 10-20
liter secara intra uterine lalu dilakukan penarikan secara manual. Menurut Kumaresan et al.
(2013) pemberian estradiol dosis rendah kombinasi dengan prostaglandin merupakan terapi
yang efektif untuk kejadian mumifikasi pada fetus dan tidak mengganggu kesuburan sapi
pada masa kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Jainudeen MR, Hafez ESE. 2000. Reproduction Failure in Females. Di dalam: Hafez ESE,
editor. Reproduction in Farm Animal 7th Edition. South Carolina: Reproduction Health
Center.
Kumaresan A, Chand S, Suresh S. 2013. Effect of estradiol and cloprostenol combination
therapy on expulsion of mummified fetus and subsequent fertility in four crossbred cows.
Veterinary Research Forum 4(2): 85 89

Vous aimerez peut-être aussi