Vous êtes sur la page 1sur 26

ASKEP PADA PASIEN DENGAN HYPERSENSITIVITAS

PADA SISTEM RESPIRASI : ASMA

Oleh:
KELOMPOK 1
AJ1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Nur Kriesna Habita


Rachma Anisa Ulya
Agnes Ose Tokan
Tri Sulistyawati
Puteri Hirika Reptes
Nora Dwi Purwanti
Dwi Retna Heruningtyas
Ninik Dwi Purweni

NIM. 131411123040
NIM. 131511123001
NIM. 131511123003
NIM. 131511123005
NIM. 131511123007
NIM. 131511123009
NIM. 131511123011
NIM. 131511123013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa:
1

Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak
Makalah ini adalah hasil dari karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, September 2015


Nama

NIM

Rachma Anisa Ulya


Agnes Ose Tokan
Tri Sulistyawati
Puteri Hirika Reptes
Nora Dwi Purwanti
Dwi Retna Heruningtyas
Ninik Dwi Purweni

131511123001
131511123003
131511123005
131511123007
131511123009
131511123011
131511123013

Nur Kriesna Habita

131411123040

Tanda tangan
mahasiswa

Lampiran 3.
Lembar Penilaian makalah dan presentasi kelompok
FORMAT PENILAIAN MAKALAH:
No
1

2
3

Aspek yang
dinilai
Pendahuluan

Laporan analisis
masalah
Intervensi
keperawatan

Bobot
2%

Nilai
Maks

Kriteria penilaian

Menjelaskan topik, tujuan, dan deskripsi singkat makalah

5%

15

Supervisial, tidak
Sangat spesifik
spesifik
dan relevan
Laporan lugas dan ringkas serta lengkap

16%

48

- Penjelasan teori konsep dasar


keperawatan/fisiologi/patofisiologi terkait
- Peran perawat dalam intervensi serta kaitan intervensi
2

4
5

Kesimpulan dan
Saran
Pengurangan nilai

2%

-10%

-7,5

dengan proses keperawatan


- Literature review
- Ide logis dan ringkas
- Menunjukkan kemampuan analisis
- Askep logis dan rasional
- Literatur yang digunakan terkini dan berkualitas serta
extensif
Menyimpulkan makalah dan menuliskan refleksi atas
kritik jurnal
Nilai akan mendapatkan pengurangan jika kriteria berikut
tidak terpenuhi:
1.
Jumlah halaman < 10 atau lebih dari 20
halaman (batas toleransi 5%)
2.
Tidak mengikuti aturan penulisan
referensi dengan benar
3.
Penulisan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, termasuk tanda baca.

NILAI MAKSIMAL : 75

Komentar Fasilitator:
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
................................................................

FORMAT PENILAIAN PRESENTASI KELOMPOK


No
1

ASPEK YANG DINILAI


Kemampuan mengemukakan intisari makalah

Kemampuan menggunakan media & IT

Kontribusi yang bermanfaat bagi kelompok

Kemampuan berdiskusi (responsive, analitis)

10

TOTAL NILAI MAKSIMUM

PROSENTASE
5

25

Soft skill yang dinilai selama diskusi: kerjasama, komunikatif


3

Komentar Fasilitator:
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
....................................................

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................1
1.3 Manfaat........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3
2.1 Konsep Dasar.................................................................................................3
4

2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan..................................................3


2.1.2 Definisi Asma..............................................................................................5
2.1.3 Etiologi........................................................................................................5
2.1.4 Tipe Asma....................................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi................................................................................................6
2.1.6 Tanda dan gejala..........................................................................................8
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................8
2.1.8 Penatalaksanaan..........................................................................................8
2.1.9 Komplikasi................................................................................................11
BAB 3 KESIMPULAN................................................................................. 20

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma adalah suatu gangguan saluran bronkus dengan ciri bronkospasme
periodik (kontraksi spasme pada saluran napas). Asma merupakan penyakit
kompleks yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksi,
otonomik, dan psikologi ( Somantri, 2007).
Berdasarkan data WHO tahun 2006 sebanyak 300 juta orang menderita
asma dan 225 ribu penderita meninggal karena asma di seluruh dunia. Angka
kejadian asma 80 persen terjadi di negara berkembang akibat kemiskinan,
kurangnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan fasilitas pengobatan
(Kurniawati, et al, 2014).
Global Initiative for asthma (GINA) memprediksi bahwa lebih dari 40 juta
penduduk di Amerika Selatan dan Tengah menderita asma. Prevelensi asma yang
tinggi telah dilaporkan terjadi di Peru (13%), Kosta Rika (11,9%), Brazil
(11,4%), dan Ekuader (8,2%) (Clark, 2014).

Di Indonesia Prevelensi asma belum diketahui secara pasti, namun


diperkirakan 2- 5 % penduduk Indonesia menderita asma. Penyakit asma berasal
dari keturunan sebesar 30 % dan 70 % disebabkan oleh faktor lain. Departemen
Kesehatan memperkirakan penyakit asma termasuk 10 besar penyebab kesakitan
dan kematian di rumah sakit dan diperkirakan 10 % dari 25 juta penduduk
Indonesia menderita asma (Ratih, et al, 2010).
Oleh karena itu diperlukan kajian lebih lanjut mengenai penatalaksanaan
asma guna menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penderita asma,
khususnya di Indonesia.
1.2 Tujuan
Tujuan dari SGD ( Small Group Discussion ) pada Mata Ajaran Keperawatan
Respirasi II Mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Hypersensitivitas Pada Sistem Respirasi : Asma adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi fisiologi sistem pernapasan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian asma
3. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi penyakit asma
4. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi penyakit asma
5. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi penyakit asma
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala penyakit asma
7. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksan diagnostic penyakit asma
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanan penyakit asma
9. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi penyakit asma
10. Mahasiswa mampu menjelaskan prognosis penyakit asma
11. Mahasiswa mampu menjelaskan proses keperawatan penyakit asma

1.3 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah dan memperdalam
pengetahuan mahasiswa tentang asuhan keperawatan respirasi pada klien
khususnya dengan asma sehingga dapat menerapkan langsung asuhan
keperawatan pada klien khususnya pada pasien dengan hypersensitivitas pada
sistem respirasi : asma.
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan

Anatomi sistem pernapasan yang berhubungan dengan terjadinya asma adalah


saluran nafas bagian bawah (lower airway).
Gambar.2.1

Sumber: Manikam, 2012


Ditinjau dari fungsinya secara umum saluran pernapasan bagian bawah terbagi
menjadi 2 komponen, yaitu sebagai berikut:
a. Saluran udara konduktif
Sering disebut sebagai percabangan trakeobronkialis, yang terdiri atas trakea,
bronkus dan bronkiolus.
b. Satuan respiratorius terminal
Fungsi utamanya sebagai penyalur gas yang keluar dan masuk dari satuan
respiratori terminal, yang merupakan tempat pertukaran gas yang
sesungguhnya. Alveoli merupakan bagian dari satuan respiratori terminal.
1). Trakea
Trakea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang
vertebra torakal ke-7 yang bercabang menjadi 2 bronkus. Ujung dari cabang
trakea disebut carina. Trakea ini sangat fleksible dan berotot, panjangnya 12
cm dengan C-shaped cincin kartilago. Pada cincin ini mengandung
pseudostratified ciliated columnar ephitelium yang mengandung banyak sel
goblet (sekresi mukus).
2). Bronkus dan Bronkiolus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea. Ada
2 buah, yang terdapat pada ketinggian vertebral torakalis ke-4 dan ke-5,
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang
sama. Cabang kanan bronkus lebih pendek dan lebih lebar serta cenderung
lebih vertikal dari pada cabang kiri., terdiri atas 6-8 cincin, dan mempunyai 3
cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan,
terdiri atas 9-12 cincin dan mempunyai 2 cabangh\. Bronkus bercabang lagi

menjadi lebih kecil yang disebut bronkiolus yang berujung pada gelembung
paru yang disebut alveoli.
3). Alveoli
Parenkim paru merupakan are kerja dari jaringan paru, di mana pada
daerah tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolar. Alveoli bentuknya
sangat kecil. Alveoli merupakan kantung udara pada akhir bronkiolus yang
memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida. Seluruh
unit alveolar terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolar, dan
kantong alveoli.
4). Paru-Paru
Paru-paru terletak pada rongga toraks, berbentuk kerucut dengan apeks
berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya pada diafragma. Paru-paru
kanan mempunyai 3 lobus, yaitu lobus inferior, median, dan superior. Tiap
lobus tersusun atas lobulus. Paru-paru kiri, terdiri atas 2 lobus yaitu lobus
superior dan inferior. Setiap lobus dapat dibagi lagi menjadi beberapa sub
bagian menjadi sekitar 10 unit tekecil yang dinamakan bronkopulmonari
segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 pada lobus superior
dan 5 pada inferior. Sedangkan paru-paru kanan terdiri atas 10 segmen, yaitu
5 pada lobus superior, 2 pada median, dan 3 pada inferior. Tiap-tiap segmen
ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
5). Toraks, Diafgrama, dan Pleura
Rongga toraks berfungsi melindungi paru-paru \, jantung dan pembuluh
darah besar. Bagian luar rongga toraks terdiri atas 12 pasang tulang iga. Pada
bagian atas toraks di daerah leher terdapat 2 otot tambahan inspirasi yaitu
skaleneus dan sternokleidomastoideus. Otot skaleneus menaikkan tulang iga
ke-1 dan ke-2 selama inspirasi untuk memperrluas rongga dada atas dan
menstabilkan dinding dada.
b.Fisiologi Pernapasan
Proses respirasi dapat dibagi dalam 3 mekanisme utama, yaitu sebagai
berikut:
a. Ventilasi pulmonal, yaitu keluar masuknya udara antara atmosfir dan
alveoli paru-paru.
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah.
c. Transpor oksigen dan karbondioksida dalam darah ke cairan tubuh ke
dan dari sel-sel.
Proses fisiologi respirasi yang memindahkan oksigen dari udara ke
dalam jaringan dan karbondioksida yang dikeluarkan ke udara dapat dibagi
menjadi 3 stadium, yaitu sebgai berikut :
a. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi
eksternal) serta antara darah sistemik dan sel-sel jaringan.
b. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya dengan
distribusi udara dan alveolus-alveolus.
c. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah

(Somantri, 2012)
2.1.2 Definisi Asma
Asma adalah suatu gangguan saluran bronkhial dengan ciri
bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas). Asma
merupakan penyakit kompleks yang dapat diakibatkan oleh faktor
biokimia, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi ( Somantri, 2007).
Asma adalah gangguan pernapasan yang bersifat alergis (peka
terhadap sesuatu yang masuk ke dalam tubuh seperti debu, atau udara
dingin) (Agromedia, 2008).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalamai
penyempitan karena hiperaktiv terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan (Nurarif & Kusuma, 2015).
Kesimpulannya, asma adalah suatu penyakit yang menyerang saluran
pernafasan (bronkus) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi)
kronis dinding rongga bronkus akibat alergen sehingga mengakibatkan
penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak
nafas.
2.1.3 Etiologi
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi
maupun non- imunologi. Oleh karena sifat inilah, maka serangan asma
mudah terjadi ketika rangsangan baik fisik, metabolik, kimia, alergen,
infeksi, dan sebagainya (Somantri, 2009).
Menurut Somantri (2007), faktor faktor penyebab terjadinya asma:
a. Alergen utama: debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumputan
b. Iritan seperti asap, bau- bauan, dan polutan
c. Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus
d. Perubahan cuaca yang ekstrem
e. Aktivitas fisik yang berlebihan
f. Lingkungan kerja
g. Obat- obatan
h. Emosi
i. Lain- lain: seperti refluks gastro esophagus

Penyebab alergen menurut lainnya adalah sebagai berikut:


a. Alergen ekstrinsik meliputi polen (tepung sari bunga), bulu binatang,
debu rumah atau kapang, bantal kapuk atau bulu, zat aditif pangan
yang mengandung sulfit dan zat lain yang menimbulkan sensitisasi.

10

b. Alergen intrinsik meliputi iritan, stres emosi, kelelahan, perubahan


endokrin, perubahan suhu, perubahan kelembapan, pajanan asap yang
berbahaya, kecemasan, batuk atau tertawa dan faktor genetik.
2.1.4 Tipe Asma
Menurut Somantri (2007). Tipe tipe asma terbagi menjadi alergik,
idiopatik, nonalergik, dan campuran ( mixed):
a. Asma alergik/ ekstrinsik, merupakan suatu jenis asma yang disebabkan
oleh alergen (misalnya bulu binatang, debu, ketombe, tepung, dan lainlain). Alergen yang paling umum adalah alergen yang penyebarannya
melalui udara (airborne) dan alergen yang muncul secara musiman
(seasonal).
b. Idiopatik atau nonallergic asthma, merupakan jenis asma yang
berhubungan secara langsung dengan alergen spesifik. Faktor- faktor
seperti common cold, infeksi saluran napas atas, aktivitas, dan polusi
yang dapat menimbulkan serangangan asma.
c. Asma campuran (mixed asthma), merupakan bentuk asma yanga paling
sering ditemukan. Dikarakteristikan dengan bentuk kedua jenis asma
alergi dan idiopatik atau nonalergi.
2.1.5 Patofisiologi
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan
oleh limfosit T dan b serta diktifkan oleh interaksi antara antigen dengan
molekul IgE yang berkaitan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang
mencetuskan asma bersifat airbone dan agar dapat menginduksi keadaan
sensitivitas, alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk
periode waktu tertentu.
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut
asma adalah aspirin. Sindrom pernapasan sensitif- aspirin khususnya terjadi
pada orang dewasa, walaupun keadaan ini juga dilihat pada masa kanakkanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis vasomotor perennial yang
diikuti oleh thinosinusitis hiperplastik dengan polip nasa kemudia muncul
asma progresif
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat medik berupa
serangan asma berat kemudian bertambah berat yang refrakter bila setelag
1 sampai 2 jam pemberian obat untuk seranganasma akut seperti adrenalin
sub kutan, aminofilin intravena, atau agonis -2 tidak ada perbaikan atau
semakin memburuk (Bakta, 1999). Antagonis - adrenergik biasanya
menyebabkan obstruksi jalan napas pada klien asma, menyebabkan
peningkatan reaktivitas jalan napas dan hal tersebut harus dihindari
(Somantri, 2009).
Gambar 2.2. Web Of Caution (WOC) Asma
Pencetus serangan (alergen, emosi/ stres,
obat- obatan, dan infeksi)
11

Reaksi antigen dan antibodi (produksi IgE)

Degranulasi sel mast

Dikeluarkan substansi vasoaktif


(histamin, bradikinin, dan anafilatoksin
Kontraksi otot polos

Permeabilitas kapiler

Sekresi mukus meningkat

Kontraksi otot polos


Edema mukosa
hipersekresi

bronchospasme
Obstruksi saluran
napas

Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas

Produksi mukus bertambah

Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh (risiko/
aktual)

Hipoventilasi
Distribusi ventilasi tidak merata dengan sirkulasi
darah paru- paru.
Gangguan difusi gas di alveoli

Gangguan pertukaaran
gas
Hipoksemia
Hiperkapnia
Sumber: Somantri (2009) dan
2.1.6 Tanda dan gejala
Gejala asma terdiri dari triad, yairu dispnea, batuk, dan mengi. Gejala
yang disebutkan terakhir sering dianggap sebagai gejala yang harus ada

12

(sine qua non), data lainnya seperti terlihat pada pemeriksaan fisik (Irman
Somantri, 2009: 52).
Menurut Somantri (2007), gambaran klinis pasien yang menderita asma:
a. Gambaran objektif
1). Sesak napas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing.
2). Dapat disertai batuk dengan sputum kental dan sulit dikeluarkan.
3). Bernapas dengan menggunakan otot- otot napas tambahan.
4). Sianosis, takikardia, gelisah, dan pulsus paradoksus.
5). Fase ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus).
b. Gambaran subjektif
Pasien mengeluh sukar bernapas, sesak, dan anoreksia.
c. Gambaran psikososial
Cemas, takut, mudah tersinggung, dan kurangnya pengetahuan pada
pasien terhadap situasi penyakitnya.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Analisa gas darah arteri
a. PaCO2 normal atau meninggi
b. Hipoksia, PaO2 < 60 mmHg
c. Nilai PH darah rendah
2. Pemeriksaan Foto toraks
Pemeriksaan untuk mengetahui adanya komplikasi asma seperti
atelektasis, pneumonia, pneumotoraks
3. Elektrokardiografi
Tanda- tanda abnormal dan reversibel setelah terjadi perbaikan klinis:
gelombang P meninggi (P pulmonal), takikardia dengan atau tanpa
aritmia supraventrikular, tanda-tanda hipertropi ventrikel kanan dan
deviasi aksis ke kanan
2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Somantri (2009), Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma adalah
sebagai berikut:
a. Diagnosis status asmatikus. Faktor yang penting yang harus
diperhatikan:
1. Saatnya serangan
2. Obat- obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)
b. Pemberian obat bronkodilator
c. Penilaian terhadap perbaikan serangan
d. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
e. Penatalaksanaan setelah serangan mereda
1. cari faktor penyebab

13

2. modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya


Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol
manifestasi klinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. GINA (2009) dan
PDPI (2006) menganjurkan untuk melakukan penatalaksanaan
berdasarakan kontrol. Untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma
yang terkontrol terdapat dua faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Medikasi
2. Pengobatan berdasarkan derajat
A. Medikasi
Menurut PDPI (2006), medikasi asma dapat diberikan melalui
berbagai cara seperti inhalasi, oral dan parenteral. Dewasa ini yang
lazim digunakan adalah melalui inhalasi agar langsung sampai ke jalan
napas dengan efek sistemik yang minimal ataupun tidak ada. Macam
macam pemberian obat inhalasi dapat melalui inhalasi dosis terukur
(IDT), IDT dengan alat bantu (spacer), Dry powder inhaler (DPI),
breathactuated IDT, dan nebulizer. Medikasi asma terdiri atas
pengontrol (controllers) dan pelega (reliever). Pengontrol adalah
medikasi asma jangka panjang, terutama untuk asma persisten, yang
digunakan setiap hari untuk menjaga agar asma tetap terkontrol (PDPI,
2006). Menurut PDPI (2006), pengontrol, yang sering disebut sebagai
pencegah terdiri dari:
1. Glukokortikosteroid inhalasi dan sistemik
2. Leukotriene modifiers
3. Agonis -2 kerja lama (inhalasi dan oral)
4. Metilsantin (teofilin)
5. Kromolin (Sodium Kromoglikat dan Nedokromil Sodium)
Pelega adalah medikasi yang hanya digunakan bila diperlukan
untuk cepat mengatasi bronkokonstriksi dan mengurangi gejala
gejala asma. Prinsip kerja obat ini adalah dengan mendilatasi jalan
napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat
bronkokonstriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa
berat di dada, dan batuk. Akan tetapi golongan obat ini tidak
memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan hipersensitivitas
jalan napas. Pelega terdiri dari:
1. Agonis -2 kerja singkat
2. Kortikosteroid sistemik
3. Antikolinergik (Ipratropium bromide)
4. Metilsantin
14

Menurut Clark (2014) obat pelega dan obat jangka panjang yang
digunakan untuk penderita asma adalah:
1. SABA (Short- Acting Beta Agonist)
Obat ini dapat merelaksasikan otot polos saluran napas dan
meningkatkan alirang udara biasanya dalam watu 3-5 menit
setelah pemberian yang benar.
2. Antikolinergik
Obat Antikolinergik mengurangi bronkospasme dan sekresi mukus
dengan menghambat reseptor kolinergik muskarinik dan
mengurangi tonus vagal saluran napas.
3. Kortikosteroid
Obat anti inflamsi yang digunakan pada keadaan gawat darurat
untuk mengontrol serangan asma akut berat.
4. Sodium dan nedokromil adalah obat antiinflamasi yang
menstabilkan sel mast dan mengganggu fungsi kanal klorida.
5. Imunomodulator
Obat ini direkomendasikan untuk kontrol jangka panjang dan
mencegah muncunya gejala pada pasien diatas 12 tahun yang
menderita asma alergik persisiten berat.
B. Pengobatan Berdasarkan Derajat
Menurut GINA (2009), pengobatan berdasarkan derajat asma dibagi
menjadi:
1. Asma Intermiten
a. Umumnya tidak diperlukan pengontrol
b. Bila diperlukan pelega, agonis -2 kerja singkat inhalasi dapat
diberikan. Alternatif dengan agonis -2 kerja singkat oral,
kombinasi teofilin kerja singkat dan agonis -2 kerja singkat oral
atau antikolinergik inhalasi
c. Bila dibutuhkan bronkodilator lebih dari sekali seminggu selama
tiga bulan, maka sebaiknya penderita diperlakukan sebagai asma
persisten ringan
2. Asma Persisten Ringan
a. Pengontrol diberikan setiap hari agar dapat mengontrol dan
mencegah
progresivitas
asma,
dengan
pilihan:
Glukokortikosteroid inhalasi dosis rendah (diberikan sekaligus
atau terbagi dua kali sehari) dan agonis -2 kerja lama inhalasi
b. Pelega bronkodilator (Agonis -2 kerja singkat inhalasi) dapat
diberikan bila perlu
3. Asma Persisten Sedang
a. Pengontrol diberikan setiap hari agar dapat mengontrol dan
mencegah
progresivitas
asma,
dengan
pilihan:
15

Glukokortikosteroid inhalasi (terbagi dalam dua dosis) dan


agonis -2 kerja lama inhalasi
b. Pelega bronkodilator dapat diberikan bila perlu Agonis -2
kerja singkat inhalasi: tidak lebih dari 34 kali sehari, atau
c. Bila penderita hanya mendapatkan glukokortikosteroid inhalasi
dosis rendah dan belum terkontrol; maka harus ditambahkan
agonis -2 kerja lama inhalasi. Dianjurkan menggunakan alat
bantu / spacer pada inhalasi bentuk IDT atau kombinasi dalam
satu kemasan agar lebih mudah
4. Asma Persisten Berat
a. Tujuan terapi ini adalah untuk mencapai kondisi sebaik mungkin,
gejala seringan mungkin, kebutuhan obat pelega seminimal
mungkin, faal paru (APE) mencapai nilai terbaik, variabiliti APE
seminimal mungkin dan efek samping obat seminimal mungkin
b. Pengontrol kombinasi wajib diberikan setiap hari agar dapat
mengontrol asma, dengan pilihan: Glukokortikosteroid inhalasi
dosis tinggi (terbagi dalam dua dosis) dan agonis -2 kerja lama
inhalasi
c. Beclomethasone dipropionate: >800 g/hari
d. Selain itu teofilin lepas lambat, agonis -2 kerja lama oral, dan
leukotriene modifiers dapat digunakan sebagai alternative agonis
-2 kerja lama inhalai ataupun sebagai tambahan terapi
e. Pemberian budenoside sebaiknya menggunakan spacer, karena
dapat mencegar efek samping lokal seperti kandidiasis orofaring,
disfonia, dan batuk karena iritasi saluran napas
2.1.9 Komplikasi
a. Hipoksia
penurunan nilai PaO 2 < 55 mmHg, dengan nilai saturasi oksigen < 85
%
b. Asidosis respiratori
Timbul akibat dari peningkatan PaCO2 (Hiperkapnea)
c. Infeksi Respiratori
Peningkatan mukus dan rangsangan otot polos bronkial serta edema
mukosa.
d. Status Asmatikus
Komlikasi mayor pada pasien asma bronkial.
Sumber: Somantri (2009)
2.2 Proses Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
a). Demografi

16

1. Jenis Kelamin
Prevelensi berdasarkan jenis kelamin, asma lebih sering terjadi pada
perempuan (13,5%) daripada laki- laki (12,2%).
2. Usia
Prevelensi berdasarkan usia, anak laki- laki (16%) lebih sering
didiagnosis menderita asma dibanding anak perempuan (11%).
Separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus
lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
3. Ekonomi dan Gaya Hidup
Peningkatan prevelensi asma dipengaruhi dengan laju pertumbuhan
ekonmi dan perubahan gaya hidup. Secara sosioekonomi, asma
lebih sering ditemukan pada anggota keluarga dengan pendapatan
yang lebih rendah. Telah dibuat hipotesis pada keluarga yang berada
pada atau di bawah garis kemiskinan lebih sering tinggal pada
perumahan yang tidak layak dan memiliki paparan yang lebih tinggi
terhadap alergen terkait pestisida dan pencetus asma.
b). Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah
dispnea ( bisa sampai berhari- hari atau berbulan- bulan), batuk,
dan mengi (pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
2. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang yang timbul pada klien dengan asma
adalah keluhan adanya sesak nafas, keringat dingin.
3. Riwayat penyakit dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi
timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan
riwayat penyakit saluran napas bagian bawah (rhinitis, urtikaria,
dan eksim).
4. Riwayat penyakit keluarga
Klien dengan asma sering kali di dapatkan adanya riwayat
penyakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak
ditemukan adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya.

a.

b.

A. Pemeriksaan Fisik
Menurut Somantri (2009), pemeriksaan fisik pada klien asma
meliputi:
Objektif
Pemeriksaan tanda- tanda vital, batuk produktif/ non produktif,
respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing), dapat
disertai batuk dengan sputum kental yang sulit dikeluarkan,
bernapas dengan otot- otot tambahan, sianosis, takikardia, gelisah.
Subjektif
Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia.
17

c.

Psikososial
Cemas, takut, dan mudah tersinggung, kurang pengetahuan klien
terhadap penyakitnya.
Menurut Clark (2014),
pemeriksaan fisik pada klien asma
difokuskan pada saluran napas atas, dada dan kulit.
1. Saluran napas atas
Gejala- gejala alergi atau sinus yang mungkin dialami oleh pasien,
peningkatan sekresi nasal, pembengkakan mukosa dan/ atau polip
nasal.
2. Dada
a).Inspeksi
Dada posterior dengan posisi duduk untuk membandingkan
dada kanan dan kiri dari atas ke bawah. Kulit thorax meliputi
hangat, pucat, dan kondisi lesi, masa dan gangguan tulang
belakang kifosis, lordosis, scoliosis. Catat jumlah jumlah irama,
kedalaman, dan kesimetrisan pergerakan dada. Tipe pernafasan
dan kelainan bentuk dada.
b).Palpasi
Untuk mengetahui temperature kulit, Premitus adanya pibrasi
dada, Pengembangan dada, krepitasi dan masa edema.
c).Perkusi
Mengetahui suara norma dada yaitu reasonon, dullness dan
tympany. Mengetahui suara abnormal dada yaitu perresonan,
dan flatness.
d).Auskultasi
Untuk mengetahui suara napas klien asma vaskuler, broncho
vesikuler, hyper ventilasi, ronchi, wheezing, lokasi dan
perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.
3. Kulit
Secara spesifik, adanya dermatitis atopi atau ruam menunjukkan
adanya komponen alergi yang mungkin berperan.
B. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :
a) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi
dari Kristal eosinophil
b) Spiral curshman yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)
dari cabang bronkus
c) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d) Netrofil dan eosinophil yang terdapat pada sputum, umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan terkadang
terdapat mucus plug
2.Pemeriksaan darah
18

a) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat


pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia atau asidosis
b) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH
c) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi
d) Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari
Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiolgi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru yakni
radiolusen
yang
bertambah
dan
pelrburan
rongga
intercostalis,serta diafragma yang menurun.akan tetapi bila
terdapat komplikasi,maka kelainan yang didapat adalahsebagai
berikut:
a. Bila disertai denga bronchitis,maka bercak-bercak dihilus akan
bertambah.
b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD),maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi,maka terdapat gambaran infiltrate
pada paru.
d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelectasis lokal.
e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bemtuk gambaran
radiolusen pada paru.
2.Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen
yang dapat menimbulkan reaksi yan positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian,dan disesuaikan dengan gambaran yang
terjadi pada empisema paru yaitu:
a. Perubahan aksis jantung,yakni pada ummnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung,yakni terdapat
RBB (right bundle branch block).
c. Tanda-tanda
hipoksemia,yakni
terdapat
sinus
tachycardia,SVES,dan VES atau terjadinya depresi segmen ST
negative.
4. Scanning paru

19

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa


redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukan adanya obstruksi jalan nafas reversible,cara
yang cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator.
D.ANALISA DATA
N
O
1.

Data penunjang
DS
:
pasien
mengeluh
sukar
bernafas, sesak dan
anoreksia
DO : Dispnea parah
dg
ekspirasi
memanjang disertai
wheezing

Etiologi
Pencetus serangan
Produksi ige) dan
degranulasi sel mast

Masalah
Ketidakefektifn
bersihan
jalan
nafas

Dikeluarkan substansi
vasoaktif (histamin,
bradikinin, dan
anafilatoksin)
Sekresi mukus
meningkat

2.

Bronkospasme
Pencetus serangan

DS
:
pasien
mengaluh
sesak
nafas,nyeri
Produksi ige) dan
dada,batuk,gelisah
degranulasi sel mast
DO : Klien nampak
Sesak nafas (+)
Permeabilitas kapiler
a. Klien
Memegang
Hipersekresi
dadanya,
Penggunaan otot
Obstruksi saluran
Bantu
napas
pernapasan
b. klien batuk Suplai O2 menurun
batuk
c. Ekspresi wajah
20

Gangguan
pertukaran gas

gelisah

3.

DS
:pasien
mengeluh
nafsu
makan menurun
DO
:pasien
Nampak kesultan
waktu menelan

Hipoventilasi

Pencetus serangan
Produksi ige) dan
degranulasi sel mast

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Dikeluarkan substansi
vasoaktif (histamin,
bradikinin, dan
anafilatoksin
Sekresi mukus
meningkat
Anoreksia

2.2.2

2.2.3
N
O
1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi secret bronchospasme.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai O2
bronchospasme, obstruksi jalan nafas oleh secret destruksi alveoli
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan dispnea, fatique, efek samping pengobatan produksi sputum,
anoreksia, nausea/vomiting
FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Kep.

Tujuan dan KH

Intervensi

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
berhubungan
dengan
peningkatan
produksi
secret
bronchospasme.

NOC:
1.
Status
respirasi: 1. Auskultasi bunyi
1. 1. Beberapa derajat
ventilasi normal dan
nafas
catat
spasme bronkus
jalan napas adekuat
adanya
terjadi
dengan
wheezing, ronchi
obstruksi
jalan
Kriteria Hasil:
2. Kaji frekuensi
nafas,
bunyi
1. Mendemonstrasikan
pernafasan catat
nafas
redup
batuk
efektif
rasio inspirasi
dengan ekspirasi
(mampu
dan ekspirasi
mengitak
ada
mengeluarkan
3. Kaji
pasien
fungsi
nafas
sputum),
suara
untuk
posisi
(asma berat)

21

Rasional

napas yang bersih,


yang
aman,
2.
tidak ada sianosis
misalnya
dan dispnea.
peninggian
2. Menunjukkan jalan
kepala,
tidak
napas yang paten
duduk
pada
3. Mampu
sandaran
mengidentifikasi
4. Observasi
dan
mencegah
karakteristik
faktor yang dapat
batuk menetap,
menghambat jalan
batuk pendek,
napas
basah.
Bantu
tindakan untuk
keafektifan
memperbaiki
upaya batuk
5. Berikan
air
3.
hangat
6. Kolaborasi obat
sesuai indikasi
bronkodilator
Spiriva
1x1
(inhalasi)
4.

Takipnea
biasanya
ada
pada
beberapa
derajat dan dapat
ditemukan pada
penerimaan
setelah
stress/
adanya
proses
infeksi
akut.
Pernafasan dapat
melambat
dan
frekuensi
ekspirasi
memanjang
di
banding inspirasi
3. Peninggian kepala
mempermudah
fungsi
pernafasan
dengan
menggunakan
gravitasi
4.
Batuk
dapat
menetap
tetapi
tidak
efektif,
khususnya
pada
klien lansia, sakit
akut/kelemahan
5. 5. Penggunaan cairan
hangat
dapat
menurunkan
spasme bronkus
6. 6.
Membebaskan
spasme
jalan
nafas,mengi dan
produksi mucus

2.

Gangguan
pertukaran
gas
berhubungan
dengan kurangnya
suplai
O2
bronchospasme,
obstruksi
jalan

2.

NOC
NIC
1.
Status
Respirasi: 1. Kaji
frekuensi
1 1. Kecepatan biasanya
Pertukaran gas adekuat
kedalaman
mencapai
Status Vital Sign:
pernafasan dan
kedalaman
Tanda- tanda vital
ekspansi
dada.
pernafasan
normal
Catat
upaya
bervariasi
Kriteria Hasil:
pernafasan
tergantung derajat

22

nafas oleh secret


destruksi alveoli

1.Mendemonstrasikan
termasuk
peningkatan ventilasi
penggunaan otot
dan oksigen yang
bantu pernafasan/
adekuat
pelebaran nasal
2.Memelihara
2. Auskultasi bunyi
kebersihan paru- paru
nafas dan catat
dan bebas dari tandaadanya
bunyi
tanda distress
nafas
seperti
2.
3. Mendemonstrasikan
mengi, ronchi
batuk efektif dan 3. Tinggikan kepala
suara napas bersih
dan
bantu
4.Tanda- tanda vital
mengubah posisi
dalam
keadaan 4. Observasi pola
3.
rentang normal
batuk
dan
karakter secret
5. Dorong/bantu
pasien
dalam
nafas dan latihan
4.
batuk
6.6 6. Kolaborasi
a. Berikan
5.
tambahan O2
b. Berikan terapi
nebulizer

gagal
nafas.
Expansi
dada
terbatas
yang
berhubungan
dengan atelectasis
dan atau nyeri
dada
2. Ronki dan mengi
menyertai
obstruksi
jalan
nafas/ ke gagalan
pernafasan
3.
Duduk
tinggi
memungkinkan
ekspansi paru dan
memudahkan
pernafasan
4. Kongesti alveolar
mengakibatkan
batuk sering/iritasi
5.Dapat meningkatkan
/banyaknya
sputum
dimana
gangguan ventilasi
dan
ditambah
ketidaknyamanan
upaya bernafas
6. 6.Memaksimalkan
bernafas
dan
menurunkan kerja
nafas, memberikan
kelembapan pada
membrane mukosa
dan
membantu
pengurangan
secret.

Ketidakseimbangan
nutrisi
berhubungan
dengan
dyspnea,
fatigue,
efek
samping
pengobatan
produksi sputum,

NOC
NIC
Kebutuhan nutrisi dapat 1.Kaji
status
terpenuhi
secara
nutrisi
klien
adekuat
(tekstur, kulit,
rambut,
Kriteria Hasil:
konjunktiva)
1. Adanya peningkatan 2. Jelaskan pada
berat badan sesuai
klien
tentang

23

1.Menentukan
dan
membantu dalam
intervensi lanjutnya
2.Pastikan
pengetahuan klien
dapat
menaikkan
partisi bagi klien

anorexsia, nausea/
dengan tujuan
vomiting.
2. Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
3. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan
dari
menelan
5. Tidak
terjadi
penurunan
berat
badan yang berarti
1.

3.
4.

5.

6.
a.
b.
c.
d.

pentingnya
nutrisi
bagi
tubuh
Timbang
BB
dan TB
Anjurkan klien
minum
air
hangat
saat
makan
Anjurkan klien
makan sedikit
sedikit
tapi
sering
Kolaborasi
Konsul dengan
tim gizi/ tim
pendukung gizi
Berikan
obat
sesuai indikasi
Vit. B squrb 2x1
Antiemetic
rantis 2x1

dalam
asuhan
keperawatan
3.Penurunan BB yang
signifikan
merupakan
indicator kurangnya
nutrisi
4.Air hangat dapat
mengurangi mual
5.Memenuhi
kebutuhan nutrisi
klien
6.Menentukan kalori
individu
dan
kebutuhan nutrisi
dalam pembatasan
7.Defisiensi vitamin
dapat terjadi bila
protein dibatasi
8.Untuk
menghilangkan
muntah/ mual

Sumber: Nurarif & Kusuma (2015)

24

BAB 3
KESIMPULAN

Asma adalah keadaan klinis yang ditandai oleh masa penyempitan bronkus
yang reversibel, dipisahkan oleh masa di mana ventilasi jalan nafas terhadap berbagai
rangsang..
Dapat disimpulakan penyakit Asma adalah suatu penyakit yang menyerang
saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi)
kronis dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas
yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.
Diagnosis keperawatan yang muncul pada klien asma yaitu, pertama
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
secret bronchospasme, menurunnya energy. Kedua, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kurangnya suplai O2 bronchospasme, obstruksi jalan nafas oleh
secret destruksi alveoli. Ketiga, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan dispnea, fatique, efek samping pengobatan produksi
sputum, anoreksia, nausea/vomiting.
Dengan berbagai macam etiologi faktor pencetus seperti : Zat allergen, Infeksi
saluran pernapasan( respiratorik ) Olahraga / kegiatan jasmani yang berat, Perubahan
suhu udara, Udara dingin, panas, kabut, Polusi udara, Memiliki kecenderungan alergi
obat-obatan, Riwayat keluarga (factor genetic), beberapa infeksi pernapasan selama
masa kanak-kanak, Lingkungan pekerajan, Emosi,stress. Langkah tepat yang dapat
dilakukan untuk menghindari serangan asma adalah menjauhi faktor-faktor penyebab
yang memicu timbulnya serangan asma itu sendiri.

25

DAFTAR PUSTAKA
(GINA), G. I. (2009). Global Strategy for Asthma Management and Prevention.
Global Initiative for Asthma .
(PDPI), P. D. (2006). Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. .
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia .
Agromedia. (2008). Agromedia.Ramuan Tradisional Untuk Mengatasi Aneka
Penyakit. Jakarta: PT. AgroMedia Pustaka.
Bakta, I. m. (1999). Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
Clark, M. V. (2011). Panduan Penatalaksanaan Klinis Asma. jakarta: EGC.
Nurarif, A. h., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis NANDA. Yogyakarta: Mediaction.
Oemiati, R., Sihombing, M., & Qomariah. (2010). Oemiati,R.,Sihombing,
M.,QoFaktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Asma Di Indonesia.
Jurnal Media Litbang Kesehatan , 41- 99.
Soemantri, I. (2007). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Soemantri, I. (2009). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Utami, K. I., Mujiono, N. S., Nur, C., & Fitria. (2014). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Dini Kekambuhan Pada Pasien
Asma Bronchial Di RSUD Dr. Moewardi. Jurnal Keperawatan Akper 17
Karanganyar , 2.

26

Vous aimerez peut-être aussi