REFERAT THT

SINUSITIS
Disusun oleh:
07120100023 Merisa Noviliany Rachmad
07120110090 Willy Jefri
Pembimbing:
dr. Muhammad Agus S., Sp.THT-KL

BAB I
Pendahuluan

Pendahuluan
Gangguan kesehatan tersering
5th antibiotik (+)
DEPKES RI 25 dari 50 (2003)
THT RSMC 435 pt (69%)
Predileksi:

Sinus Etmoid
Sinus Maksilaris

BAB II
SINUS PARANASALIS

Anatomi

Grup Anterior:
-Frontal, Maksila, Ethmoidalis anterior
-Ostia di Meatus Medius
-Pus dalam meatus medius faring

Grup Posterior:
-Ethmoidalis posterior dan sinus sphenoidalis
-Ostia di Meatus Superior
-Pus dalam meatus superior faring

Fisiologi

Pengatur
Kondisi Udara

Produksi
Mukus

Penahan Suhu

Pendapat Sinus
tidak memiliki
fungsi (hanya
akibat dari
pertumbuhan
tulang muka.
Peredam
Perubahan
Tekanan Udara

Keseimbangan
Kepala

Resonansi
Suara

SINUSITIS

Definisi
Sinus= rongga kecil berisi udara yang terletak di
belakang tulang pipi dan dahi
itis = peradangan
Sinusitis vs Rhinosinusitis
>1 sinus, multisinusitis
Semua sinus, pansinusitis

Epidemiologi
Banyak terjadi di Amerika Serikat
Kondisi lembab + serbuk bunga
146 dari 1000 populasi yang terkena.
Merupakan salah satu penyakit tersering ke 5
yang membutuhkan antibiotik.

Etiologi
Alergi
Iritan lingkungan
Infeksi Virus
o Common cold, adenovirus, influenza virus, parainfluenza virus

Infeksi Bakteri
o
o
o
o

Streptococcus pneumoniae
Haemophilus influenzae
Staphylococcus aureus
Moraxella catarrhalis

Infeksi Jamur

Klasifikasi
Sinusitis Akut
Sinusitis Subakut
Sinusitis Kronis

<4 Minggu
4 12 Minggu

>12 Minggu

Patofisiologi

Patofisiologi

Diagnosis
Anamnesis

P.F

P.P

Trias Sinusitis (Sefalgia, Facial

Pain, Demam)
Onset + gejala persisten
Virus
Demam 24 48 jam |
Mukus purulen hari 4 / 5.
Bakteri
Demam menetap 3 4 hari
| Mukus purulen sejak
awal.

Rinoskopi anterior dan posterior

Pus pada:
Meatus Medius (M, E.A, F)
Meatus Superior (E.P, S)
Edema Mukosa
Transiluminasi

Lab
Sedimentasi, Leukosit, dan
C-reaktif protein
Kultur
Imaging:
Radiologi
Caldwell
Waters
CT Scan
MRI

Kriteria Mayor

Kriteria Minor

a. Sekret nasal yang purulen

a. Edem periorbital

b. Drainase faring yang purulen

b. Sakit kepala

c. Purulent Post Nasaldrip

c. Nyeri di wajah

d. Batuk

d. Sakit gigi

e. Foto rontgen (Watersradiograph atau e. Nyeri telinga

air fluid level) : Penebalan lebih 50% f. Sakit tenggorok
dari antrum

g. Nafas berbau (Halitosis)

f. Coronal CT Scan : Penebalan atau h. Bersin-bersin bertambah sering

opaksifikasi dari mukosa sinus

i. Demam (Subakut atau sinusitis kronik)

j. Tes sitologi nasal (smear) : neutrofil
dan bakteri
k. Ultrasound

Posisi Caldwell

Posisi Waters

Posisi Waters

Posisi Lateral

Tatalaksana

Terapi: -Antibiotik dan Tambahan

- Pembedahan

Dosis: Amoksisilin-klavulanat
dosis: 2x2 gr atau 90 mg/kgBB/hari
Indikasi : -anak dan dewasa di daerah endemis
tinggi (10%)
-infeksi berat
-riwayat baru dirawat
-penggunaan abx 1 bulan terakhir
Durasi: dewasa : 5-7 hari
anak
: 10-14 hari

Dewasa

Regimen antibiotik untuk Acute Bacterial Rhinosinusitis dewasa

Anak-anak

Regimen antibiotic untuk Acute Bacterial Rhinosinusitis anak

 Terapi tambahan:
o Irigasi hidung dengan saline (dewasa)
o Antipiretik dan analgesik
o Tidak dianjurkan pemberian dekongestan
topikal / oral pada pasien rhinosinusitis bakteri
akut

 Pembedahan

Non Radikal:
Teknik Operasi Bedah Sinus Endoskopi
Fungsional (BSEF) / (FESS)

 Pembedahan

Radikal:
Caldwel - Luc

Komplikasi
Komplikasi
Orbita

Mukokel

Komplikasi
Intrakranial
Osteomielitis
dan abses
Subperiosteal

Peradangan
Selulitis Orbita
Abses Subperiosteal
Abses Orbita
Trombosis Sinus Kavernosus

Definisi: Kista yang mengandung mukus yang

timbul dalam sinus
Predileksi : Sinus Maksilaris
Meningitis Akut
Abses Dura
Abses Subdural
Abses Otak

Akibat dari Infeksi Sinus Frontalis

BAB III
KESIMPULAN

 Sinusitis salah satu keadaan paling umum yang

dapat ditemukan di praktik klinik seorang dokter
umum.
Sinusitis merupakan penyakit urutan kelima yang
paling umum membutuhkan pemberian antibiotik
dalam terapinya.
Berguna terutama bagi kami selaku calon dokter
terutama agar dapat membedakan diagnosis
sinusitis akibat bakteri dengan virus, dan
memberikan terapi antibiotik yang sesuai pedoman
supaya dapat mencegah komplikasi akibat sinusitis.

DAFTAR PUSTAKA
Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. FKUI. Jakarta 2007;150-3.
PERHATI. Fungsional endoscopic sinus surgery. HTA Indonesia. 2006.
Rosenfeld RM, Piccirillo JF, Chandrasekhar SS, et al. Clinical practice guideline
(update): adult sinusitis. Otolaryngol Head Neck Surg. 2015 Apr;152(2 Suppl):S1-S39
Anon JB, Jacobs MR, Poole MD, et al.; Sinus and Allergy Health Partnership (SAHP).
Antimicrobial treatment guidelines for acute bacterial rhinosinusitis [published
correction appears in Otolaryngol Head and Neck Surg. 2004;131(6):794-796].
Otolaryngol Head Neck Surg. 2004;130 (1 suppl):S1-S45.
Aring AM, Chan MM. Acute Rhinosinusitis in Adults. Am Fam Physician.
2011;83(9):1057-1063.
Chow et al. IDSA Clinical Practice Guideline for Acute Bacterial Rhinosinusitis in
Children and Adults. Clin Infect Dis 2012 Apr;54(8):e72-e112.

 Meltzer EO, Hamilos DL, Hadley JA, et al. Rhinosinusitis:

establishing definitions for clinical research and patient care. J
Allergy Clin Immunol 2004; 114:115-212
American Academy of Otolaryngology Head and Neck
Surgery Foundation. Primary Care Otolaryngology. Third
edition. 2011.
Pleis JR, Lucas JW. Summary health statistics for U.S. adults:
National Health Interview Survey, 2007. Vital Health Stat 10.
2009 May. 1-159.

Shah AR, Hairston JA, Tami TA. Sinusitis in HIV: microbiology

and therapy. Curr Allergy Asthma Rep. 2005 Nov. 5(6):495-9

THANK YOU