Vous êtes sur la page 1sur 17

Analisis Mutu Semen

Pengujian kimia mutu semen Portland


1. Penentuan bagian tak larut
a. prinsip : bagian tak larut ditentukan dengan mendigest sample dalam HCL. Residu yang
diperoleh dipijarkan dan ditimbang.
b. prosedur :
1) timbang 1 gram sample semen
2) masukkan ke dalam gelas kimia 100 ml, tambahkan 20 ml aquadest dan 5 ml HCL pekat
sambil digoyangkan, bila perlu dipanaskan
3) tekan sample semen yang menggumpal dengan ujung batang pengaduk kaca sampai terurai
sempurna
4) encerkan larutan sampai 50 ml dengan aquadest lalu panaskan kembali di atas pelat panas
sampai mendekati titik didih dan digest selama 15 menit
5) saring dengan kertas saring berpori medium ke dalam gelas kimia 250 ml
6) cuci endapan dengan air panas sebanyak 10 kali, simpan filtrate dari bagian tak larut untuk
penentuan SO3
7) pindahkan kertas saring dan endapan ke dalam gelas kimia semula. Tambahkan 75 ml larutan
NaOH. Hancurkan dengan bantuan batang pengaduk. Digest selama 15 menit sampai suhu
hamper mendidih, sesekali campuran diaduk.
8) Tambahkan dua tetes indicator metil merah dan asamkan larutan dengan HCL sampai warna
campuran berwarna merah muda
9) Saring dengan kertas saring berpori medium. Cuci endapan dengan larutan NH4NO3 panas
sebanyak 14 kali
10) Masukkan kertas saring tadi kedalam cawan krus yang telah konstan beratnya, dibakar dan
pijarkan dalam furnish dengan suhu 90050oC
11) Angkat cawan dari furnish dan dinginkan
12) Penetapan blangko dengan menggunakan pereaksi dan cara yang sama tanpa sample
c. perhitungan :
hitung kadar bagian tak larut dengan ketelitian 0,01 %
( B-blangko)
% bagian tak larut = 100 %
A
Keterangan :
A = berat contoh
B = berat endapan
2. Penentuan Silikon Dioksida (SiO2)
Prinsip : pengendapan dilakukan dalam suasana asam dan panas. Asam silikat yang terbentuk
disaring dan dicuci dengan larutan HCl encer panas, kemudian dengan air panas. Untuk
mengetahui kadar SiO2 akan menguap sebahai SiF4 saat pemijaran

Reaksi :
SiO2 + 6 HF H2SiF6 +2 H2O
H2SiO6 SiF4 (g) + 2 HF
A. BTL < 1% a. prosedur 1) timbang 0,5 gram sample, masukkan ke dalam gelas kimia 250 ml
2) Tambahkan 0,5 gram NH4Cl, 5 ml HCl dan 2-3 tetes HNO3 3) Aduk campuran dengan
batang pengaduk, kemudian tutup dengan kaca arloji 4) Panaskan campuran selama 30 menit 5)
Setelah terurai sempurna, saring dengan kertas saring berpori medium 6) Gosok dinding gelas
kimia dengan policemen 7) Cuci endapan dengan HCl panas (1:9) dan dilanjutkan dengan air
panas, sebanyak 10-12 kali 8) Masukkan kertas saring tadi ke dalam cawan yang sudah konstan
beratnya. Bakar dan pijarkan cawan dalam furnish dengan suhu 100050oC selama 1 jam 9)
Simpan filtrate untuk penetapan kadar golongan ammonium hidroksida (R2O3) 10) Angkat
cawan dari furnish , kemudian timbang 11) Lakukan penetapan blangko dengan menggunakan
pereaksi dan cara yang sama tanpa sampel b. perhitungan : hitung kadar SiO2 dengan ketelitian
sample 0,1 ( B-blangko) % SiO2 = 100 % A Keterangan : A = berat contoh B = berat endapan
B. BTL > 1%
a. Prosedur :
1) Timbang 0,5 gram sampel,masukkan kedalam cawan platina.
2) Tambahkan 0,5 gram Na2CO3.
3) Pijarkan pada furnish dengan suhu 900 C.
4) Angkat dari furnis.Masukkan cawan cawan platina kedalam gelas kimia 250 ml, Kemudian
tambahkan 150 ml aquadest dan 10 ml HCl.
5) Panaskan sampai larut
6) Setelah larut, angkat cawan platina,Panaskan kembali sampai tidak terdapat lagi cairan.
7) Setelah tak ada lagi cairan,tambahkan 150 ml aqudest,panaskan kembali selama 30 menit.
8) Saring endapan dengan kertas saring berpori medium.
9) Gosok dinding gelas kimia dengan batang pengaduk yang ujungnya di lengkapi dengan karet
penggosok.
10) Cuci endapan dengan HCl panas (1:9) dan di lanjutkan dengan air panas 10-12 kali.
11) Masukkan kertas saring tadi kedalam cawan yang sudah konstan beratnya. Bakar dan
pijarkan cawan dalam funish dengan suhu 100050 C selama 1 jam.
12) Simpan filtrate untuk penetapan kadar golongan ammonium hidroksida.
13) Angkat cawan dari furnish,kemudian timbang.
14) Lakukan penetapan blangko dengan menggunakan pereaksi dan cara yang sama tanpa
sampel.

b.Perhitungan :
Hitung kadar SiO2 dengan ketelitian sample 0,1
( B-blangko)
% SiO2 = 100 %

A
Keterangan :
A=berat contoh
B=berat endapan
3. Penentuan Golongan Ammonium Hidroksida (R2O3)
a. Prinsip : Setelah di lakukan pemisahan SiO2, oksida-oksida alumunium, besi dan titanium di
endapkan dari filtrat dengan menambahkan NH4OH berlebih. Endapan golongan ammonium
hidroksida yang di peroleh disaring, dan di pijarkan dan di timbang sebagai oksida.
b. Reaksi :
Reaksi Pengendapan
Al3+ + 3OH- Al(OH)3
Fe3+ + 3 OH- Fe(OH)3
Reaksi Pemijaran
600oC
Al(OH)3 Al2O3 + 3 H2O
Fe(OH)3 Fe2O3 + H2O
c. Prosedur :
1) Tambahkan beberapa tetes indikator metil merah dan tambahkan beberapa tetes NH4OH (1:1)
samoai larutan berwarna kuning dan panaskan kembali sampai mendidih.
2) Digest diatas pelat panas selama 10 menit.
3) Saring endapan dengan meggunakan kertas saring berpori medium. Cuci dengan NH4NO3
panas secukupnya.
4) Pindahkan kertas saring dan endapan kedalam gelas kimia semula. Hancurkan kertas saring
dengan bantuan batang pengaduk. Larutkan endapan dengan HCl. Encerkan dengan air sampai
100 ml. Endapkan selam 15 menit.
5) Saring dengan menggunakan kertas saring berpori medium. Cuci endapan dengan NH4NO3
panas secukupnya kemudian dengan air panas.
6) Gabungkan filtrat dengan filtrate semula kemudian simpan untuk penetapan CaO.
7) Masukkan kertas saring kedalam cawan yang sudah konstan beratnya. Bakar dan pijarkan
cawan dalam furnis dengan suhu 100050o C sampai karbon dari kertas saring hilang.
8) Angkat cawan dari furnis, kemudian timbang.
9) Lakukan penetapan blanko dengan menggunakan pereaksi dan cara yang sama tanpa sampel.
d. Perhitungan :
Hitung kadar R2O3 dengan ketelitian 0,01
( B-blangko)
% = R2O3 = 100 %
A
Keterangan :

A=berat contoh
B=berat endapan
5. Penentuan Kalsium Oksida (CaO)
a) Prinsip : Kalsium di endapkan sebagai kalsium oksalat di tambahkan ammonium oksalat.
Endapan yang terbentuk di cuci, kemudian di larutkan kembali selanjutnya di titrasi dengan
larutan KMnO4.
b) Reaksi :
Reaksi pengendapan
Ca2+ + C2O4 CaC2O4
Reaksi pelarutan

c.Prosedur
1) Uapkan gabungan filtrat pada penetapan golongan ammonium hidroksida sampai volune
kurang lebih 100 ml. Tambahkan 5 ml HCl.
2) Encerkan hingga 200 ml kemudian tambahkan beberapa tetes indikator metal merah dan
larutan (NH4)2C2O4 hangat. Larutan di saring dan panaskan sampai 70-80 C.
3) Tmbahkan NH4OH tetes demi tetes sambil di aduk samoai terjadi perubahan dari warna
merah menjadi kuning.
4) Digest tanpa pemanasan selama 60 5 menit.
5) Saring dengan kertas saring berpori medium. Cuci dengan air panas sebanyak 8-10 kali
Asamkan filtrate dan simpan untuk penentuan MgO.
6) Kertas saring di pindahkan kedalam labu Erlenmeyer dan tamhkan air hingga 200 ml.
7) Tamhkan 10 ml H2SO4 dan di panasjan di bawah titik dididhnya,.
8) Hancurkan ketas saring dengan bantuan batang pengaduk.
9) Titrasi dengan larutan KMnO4. Hingga diperoleh warna merah muda.

d) perhitungan :
Hitung kadar CaO dengan ketelitian 0,1%
( B-blangko) E 28
% = R2O3 = 100 %
A
Keterangan :
A = berat contoh
B = volume yang terpakai pada akhir titrasi

E = konsentrasi KMnO4
6. Penentuan Magnesium Oksida (MgO)
a) prinsip : Mg diendapkan sebahai MgNH4PO4 dari filtrate gabungan pada penetapan endapan
disaring, dicuci dan dipijarkan, kemudian ditimbang sebagai Mg2P2O7.
b) reaksi :
reaksi pengendapan
MgCl2 + (NH4)2HPO4 MgNH4PO4 + NH4Cl + H2O
Reaksi pemijaran
2MgNH4PO4
c) prosedur :
1) asamkan filtrate gabungan dari penetapan CaO dengan HCl
2) uapkan dengan pendidihan hingga 250 ml
3) dinginkan hingga suhu ruang, kemudian tambahkan 10 ml (NH4)2PO4 dan 30 ml NH4OH
4) selama penambahan NH4OH, larutan diaduk
5) biarkan selama 8 jam pada suhu ruang
6) saring endapan dengan menggunakan kertas saring berpori halus
7) cuci endapan dengan NH4OH panas (1:20)
8) masukkan kertas saring tadi ke dalam cawan yang sudah konstan beratnya
9) pijarkan dalam furnish pada suhu 1000oC
10) angkat cawan dari furnish, kemudian timbang
11) lakukan penetapan blangko dengan menggunakan pereaksi dengan cara yang sama tanpa
sampel

d) Perhitungan :
hitung kadar MgO dengan ketelitian 0,1%
( B-blangko) 0,362
% MgO = 100 %
A
Keterangan :
A = berat contoh
B = berat endapan
0,362 = perbandingan molekul 2MgO terhadap Mg2P2O7

7. Penentuan kalsium Oksida dan Magnesium Oksida (CaO dan MgO)


1. Pembuatan Larutan KOH 3N
Larutkan 200 g KOH dalam 1000 ml air
2. Trietanolamine 1+1
Campurkan 1 bagian volume trietanolamine dengan 1 bagian etanol
3. Indicator untuk titrasi Ca
Timbang 0,5 g indicator calcon kemudian campurkan dengan 50 g K2SO4 sampai rata, lalu
simpan dalam botol gelap.
5. Pembuatan larutan buffer pH 10
Timbang 70 g NH4Cl dan larutkan dalam 250 ml aquades dan tambahkan 570 ml amoniak.
Encerkan dengan air sampai 1000 ml
6. Larutan standar Zn
Timbang 0,5 g Zn kedalam gelas kimia 250 ml tambahkan 10 ml air ditambah 20 ml HCl (1+1)
tutup dan biarkan Zn larut, bila perlu panaskan pada penangas sampai larut.
Setelah dingin, pindahkan larutan pada labu takar 500 ml dan tanda bataskan. Hitung factor
standar Zn sebagai berikut :
m.a
F=
0,6537 100
Keterangan :
M = berat Zn
A = kemurnian Zn
8. Larutan EDTA
Larutkan 7,5 g komplekson III (disodium EDTA) dan larutkan sampai 1000 ml kemudian
tetapkan sebagai berikut :
- pipet 25 ml larutan Zn standar kedalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan air 75 ml dan 10 ml
larutan buffer pH 10. tambahkan 3 tetes indicator EBT kemudian titrasi dengan larutan EDTA
sampai terjadi perubahan warna dari merah menjadi biru.
- Hitung ekivalen EDTA sebagai berikut :
0,0011216 25 F
E CaO = g/ml
V
Keterangan :
V = volume pemakaian EDTA
F = factor Zn standar
Prosedur pengujian
1. pindahkan filtrate pengujian AL2O3 (R2O3) kedalam labu ukur 500 ml.
2. pipet 50 ml ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan air 150 ml.

3. tambahkan 2 ml trietanolamine (1+1) dan tambahkan larutan KOH sampai pH berada antara
12,7 13,2
4. biarkan selama 2 3 menit. Tambahkan 0,1 gg indicator untuk Ca (indicator calcon) kemudian
titrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna dari warna kemerahan menjadi
warna biru.
5. pindahkan 50 ml larutan sampel ke dalam labu Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan air sampai
volume 200 ml.
6. tambahkan 2 -3 tetes Na2S dan tambahkan larutan buffer pH 10 sampai pH 9,5 10,0 diukur
dengan pH meter.
7. tambahkan 3 4 tetes indicator EBT dan titrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi
perubahan warna dari merah anggur menjadi biru.
8. hitung CaO dan MgO sebahai berikut :
V1 E1 10
CaO = 100
M
Keterangan :
V1 = pemakaian EDTA dengan indicator calcon (ml)
V2 = pemakaian EDTA dengan indicator EBT (ml)
M = berat sampel (g)
Catatan : untuk pH supaya sampai 12,7 13,2 maka, pemakaian KOH 10 15 tetes.
9. penentuan ferri oksida (Fe2O3)
a) prinsip : pada sampel terdapat Fe2+ dan Fe3+, sehingga dilakukan penetapan besi total
sebagai Fe2O3. Fe3+ yang ada direduksi oleh SnCl2 berlebih. Kelebihan SnCl2 direaksikan
dengan HgCl2. selanjutnya Fe2+ ditetapkan dengan cara titrasi dikrometri menggunakan larutan
baku kalium bikromat dengan indicator barium difenil sulfonat.

b) reaksi :
reaksi pendahuluan
Fe2O3 + 6HCl 2FeCl3 +3H2O
FeCl3 + 2SnCl2(berlebih) 2FeCl2 +SnCl4
SnCl2(sisa) +2HgCl2 SnCl4 +Hg2Cl2
Reaksi pada akhir titrasi
6Fe2+ + Cr2O72- + 14H+ 6Fe3+ +2Cr3+ +7H2O
c) prosedur :
1) timbang 1 gram sampel semen, kemudian masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 300 ml
2) tambahkan aquadest sebanyak 20 ml dan 5 ml HCl kemudian digoyangkan dan panaskan
3) hancurkan semen yang menggumpal dengan ujung batang pengaduk agar terurai sempurna
4) setelah larutan panas, tambahkan beberapa tetes SnCl2 sampai terjadi perubahan warna, dari
warna kuning menjadi warna putih bening.
5) panaskan kembali sampai menjadi titik didih, kemudian angkat dan dinginkan.

6) setelah didinginkan tambahkan 10 ml HgCl2 jenuh dan goyangkan. Kemudian tambahkan 10


ml H3PO4 (1:1) dan 2 tetes indicator barium difenil sulfonat.
7) titrasi dengan larutan K2Cr2O7. titik akhir titrasi ditunjukan oleh larutan yang berubah
warna violet dan tidak berubah warna dalam waktu 10 detik.
d) perhitungan :
kadar Fe2O3 dihitung dengan ketelitian 0,01 %
( B-blangko) C
% Fe2O3 = 100 %
A
Keterangan :
A = berat sampel
B = volume titrasi yang dibutuhkan
C = konsentrasi larutan baku K2Cr2O7
10. Penentuan Belerang Trioksida (SO3)
a) prinsip : sulfat diendapkan sebagai BaSO4 dari larutannya yang asam dan panas dengan
larutan BaCl2. endapan disaring, dicuci dan ditimbang sebagai BaSO4.
b) reaksi :
CO42- + Ba2+ BaSO4
c) prosedur :
1) panaskan filtrate dari pengujian bagian tak larut untuk penentuan SO3
2) tambahkan 10 ml larutan BaCl2. aduk dengan menggunakan pengaduk magnet.
3) Diamkan selama 24 jam
4) Saring dengan menggunakan kertas saring berpori halus.
5) Cuci gelas kimia, kertas saring, dan endapan dengan air panas, sampai endapan tak tersisa
pada gelas kimia.
6) Kertas saring beserta endapan dimasukkan ke dalam cawan krus yang telah konstan. Pijarkan
dengan menggunakan furnish pada suhu 850oC.
7) Angkat cawan dari furnish, kemudian timbang.
8) Lakukan penetapan blangko dengan menggunakan pereaksi dengan cara yang sama tanpa
sampel
b) perhitungan
hitung kadar SO3 dengan ketelitian 0,01%
( B-blangko) 0,343
% SO3 = 100 %
A
Keterangan :
A = berat contoh

B = berat endapan
0,343 = perbadingan molekul SO3 terhadap BaSO4
11. Penentuan Hilang Pijar
a) prinsip : berat hilang pijar dihitung berdasarkan berat sampel yang hilang setelah pemanasan.
b) reaksi :
900oC
semen AnOrganik + Organik + H2O
c) prosedur :
1) timbang 1 gram sampel semen. Masukkan ke dalam cawan yang sudah konstan beratnya.
2) Bakar dan pijarkan dalam furnish pada suhu 900oC
3) Angkat cawan dari furnish dan timbang
c) perhitungan :
( A-B)
% hilang pijar = 100 %
A
Keterangan :
A = berat sampel
B = berat endapan

12. Alkali Total


a) pprinsip : sejumlah tertentu sampel semen dihidrolisis oleh asam dan kemudian diuji K2O dan
Na2O dengan metoda fotometer nyala atau spektrofotometer serapan atom.
b) reaksi :
reaksi yang terjadi adalah reaksi perubahan ion menjadi atom.
Na+ (ion) Na (atom)
K+ (ion) K (atom)
c) prosedur :
1) timbang 0,5 gram sampel semen dan masukkan ke dalam gelas kimia 100 ml
2) larutkan sampai 20 ml, tambahkan 5 HCL. Panaskan sampai larut
3) encerkan sampai 50 ml. panaskan kembali
4) dinginkan sampai suhu ruang
5) saring dengan kertas saring berpori medium ke dalan kabu ukur 100 ml
6) cuci endapan dengan aquadest secukupnya
7) tanda bataskan dan homogenkan
8) baca kadar Na2O = %Na2O + (0,658 %K2O)

13. Penentuan Kapur Bebas (CaO bebas)


a) prinsip : CaO bebas diekstraksi dari semen menggunakan larutan gliserol etanol dengan katalis
Sr(NO3)2, kemudian dinetralkan dengan larutan baku ammonium asetat dalam etanol dengan
indicator phenolptalein sampai titik akhir yang ditunjukkan oleh perubahan warna dari merah
muda menjadi tidak berwarna.
b) reaksi :
reaksi ekstraksi CaO bebas oleh gliserol Etanol
H2C OH H2C O
HC OH + Ca2+ HC OH Ca+H2O

H2C OH H2C
Reaksi Penetralan
H2C O

H2C OH Ca+CH3COO(NH4)2(CH3COO)2CA+HC OH

H2C O
c) Prosedur :
1) Timbang 1 gram sampel dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml.
2) Tambahkan 2 gram Sr(NO3)2 dan tambahkan 60 ml pelarut gliserol etanol dan sedikit NaOH.
3) Refluks larutan selama 20 menit, kemudian saring dengan menggunakan corong Buchner.
4) Titrasi dengan larutan baku ammonium asetat sampai titik akhir yang ditunjukkan oleh
perubahan warna dari merah muda menjadi tidak berwarna.
c) Perhitungan :
hitung kadar CaO bebas dengan ketelitian 0,1%
( B-blangko) E
% SO3 = 100 %
A
Keterangan :
A = berat sampel
B = volume titrasi yang dibutuhkan
E = konsentrasi larutan baku NH4CH3COO

Apakah 14 Prinsip Manajemen? Berikut Penjelasannya | Never Underestimate

Macam-macam Tipe Semen


1. Semen Portland Type I
Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan khusus terhadap
panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung
sulfat 0, 0% 0, 10 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung
bertingkat, perkerasan jalan, struktur rel, dan lain-lain
2. Semen PortLand type II.
Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan sulfat ( Pada
lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0, 10 0, 20 % ) dan panas hidrasi sedang,
misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa
untuk dam-dam dan landasan jembatan.
3. Semen Portland type III
Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi pada fase
permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunanbangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan
terhadap serangan sulfat.
4. Semen Portland type IV
Adalah tipe semen dengan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini digunakan untuk keperluan
konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena itu
semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat ketimbang Portland
tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar
yang mana kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan
faktor kritis.
5. Semen Portland type V
Dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/ air yang mengandung sulfat melebihi
0, 20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air,
jembatan, terowongan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.
6. Super Masonry Cement
Semen ini dapat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan dan irigasi yang struktur
betonnya maksimal K 225. Dapat juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton,
hollow brick, Paving Block, tegel dan bahan bangunan lainnya.
7. Oil Well Cement, Class G-HSR ( High Sulfate Resistance) .
Merupakan semen Khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak bumi dan gas alam

dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan bumi, OWC yang telah diproduksi
adalah class G, HSR ( High Sulfat Resistance) disebut juga sebagai BASIC OWC . adaptif
dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur.
8. Portland Composite Cement ( PCC)
Semen memnuhi persyratan mutu portland COmposite Cement SNI 15-7064-2004. Dapat
digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton. Struktur bangunan bertingkat,
struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan bangunan, beton pra tekan dan pra cetak, pasangan
bata, Plesteran dan acian, panel beton, paving block, hollow brick, batako, genteng, potongan
ubin, lebih mudah dikerjakan, suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak, lebih tahan
terhadap sulfat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih halus.
9. Super Portland Pozzolan Cement ( PPC) .
Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI 15-0302-2004 dan
ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas seperti :
- konstruksi beton massa ( bendungan, dam dan irigasi)
- Konstruksi Beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat ( Bangunan tepi pantai,
tanah rawa) .
- Bangunan / instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi.
- Pekerjaan pasangan dan plesteran.

Semen
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari


Untuk kegunaan lain dari semen, lihat Semen (disambiguasi).

Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan
lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya
"memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski sempat populer di zamannya,
nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan
Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah
o

1.1 Kandungan kimia

2 Produksi semen
o

2.1 Langkah utama proses produksi semen

3 Jenis semen

4 Pabrik semen di Indonesia

[sunting] Sejarah
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya
dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan
fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di
Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal
alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno
yang dijumpai di Pulau Buton
Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman
dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya
merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman
Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai
pozzuolana.

Pabrik semen di Australia.

Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John Smeaton
- insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia
membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun
menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini.
Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten
ramuan yang kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir
olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang
banyak dipajang di toko-toko bangunan.
Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan
utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung
silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahanbahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran
baru.
Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung zat besi. Nah, agar
tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan hingga berbentuk partikelpartikel kecil mirip bedak.

Pengaduk semen sederhana.

Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi dengan bahan lain.
Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya, memunculkan reaksi kimia yang sanggup
mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir, terciptalah perekat tembok nan kokoh.
Namun untuk membuat pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih ditambah dengan
bongkahan batu atau kerikil, biasa disebut concrete atau beton.
Beton bisa disebut sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia. Nama asingnya,
concrete - dicomot dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang artinya bersama-sama, dan
crescere (tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan yang tumbuh karena adanya campuran zat
tertentu. Dewasa ini, nyaris tak ada gedung pencakar langit berdiri tanpa bantuan beton.
Meski bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan dengan beragam
kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, kolaborasi dengan bahan bangunan
lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini karena sifat alumina yang tahan terhadap suhu
tinggi. Ada juga semen yang cocok buat mengecor karena campurannya bisa mengisi pori-pori
bagian yang hendak diperkuat.
[sunting] Kandungan kimia

Trikalsium silikat

Dikalsium silikat

Trikalsium aluminat

Tetrakalsium aluminofe

Gipsum

[sunting] Produksi semen


[sunting] Langkah utama proses produksi semen
1. Penggalian/Quarrying:Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi
semen: yang pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang
mengandung kapur (calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll.,
dan yang kedua adalah yang kaya akan silika atau material mengandung
tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah
liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat
penghancur.
2. Penghancuran: Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran
primer bagi material yang digali.

3. Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line


untuk menentukan komposisi tumpukan bahan.
4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku: Sebuah belt conveyor
mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke
penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis
klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang
diinginkan.
5. Pembakaran dan Pendinginan Klinker: Campuran bahan baku yang sudah
tercampur rata diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar
panas yang terdiri dari serangkaian siklon dimana terjadi perpindahan panas
antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln yang
berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada preheater ini dan berlanjut
dalam kiln, dimana bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat
seperti semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400 C, bahan berubah
menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan
klinker, kemudian dialirkan ke pendingin klinker, dimana udara pendingin
akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 C.
6. Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung
klinker dengan dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur
perbandingan aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini,
ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir.
Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker,
gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistim tertutup
dalam penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki.
Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen.

[sunting] Jenis semen


Jenis semen
No.SNI

Nama

SNI 15-0129-2004

Semen portland putih

SNI 15-0302-2004

Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC)

SNI 15-2049-2004

Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC)

SNI 15-3500-2004

Semen portland campur

SNI 15-3758-2004

Semen masonry

SNI 15-7064-2004

Semen portland komposit

[sunting] Pabrik semen di Indonesia

Holcim Indonesia

PT Indocement Tunggal Prakarsa (Semen Tigaroda)

PT Semen Baturaja (Semen Baturaja)

PT Semen Padang (Semen Padang)

PT Semen Gresik (Semen Gresik)

PT Semen Bosowa (Semen Bosowa)

PT Semen Andalas (Semen Andalas)

PT Semen Tonasa (Semen Tonasa)

PT Semen Kupang (Semen Kupang)

PT Cipta Mortar Utama (Semen MU Gresik)

Vous aimerez peut-être aussi