Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Reaksi :
SiO2 + 6 HF H2SiF6 +2 H2O
H2SiO6 SiF4 (g) + 2 HF
A. BTL < 1% a. prosedur 1) timbang 0,5 gram sample, masukkan ke dalam gelas kimia 250 ml
2) Tambahkan 0,5 gram NH4Cl, 5 ml HCl dan 2-3 tetes HNO3 3) Aduk campuran dengan
batang pengaduk, kemudian tutup dengan kaca arloji 4) Panaskan campuran selama 30 menit 5)
Setelah terurai sempurna, saring dengan kertas saring berpori medium 6) Gosok dinding gelas
kimia dengan policemen 7) Cuci endapan dengan HCl panas (1:9) dan dilanjutkan dengan air
panas, sebanyak 10-12 kali 8) Masukkan kertas saring tadi ke dalam cawan yang sudah konstan
beratnya. Bakar dan pijarkan cawan dalam furnish dengan suhu 100050oC selama 1 jam 9)
Simpan filtrate untuk penetapan kadar golongan ammonium hidroksida (R2O3) 10) Angkat
cawan dari furnish , kemudian timbang 11) Lakukan penetapan blangko dengan menggunakan
pereaksi dan cara yang sama tanpa sampel b. perhitungan : hitung kadar SiO2 dengan ketelitian
sample 0,1 ( B-blangko) % SiO2 = 100 % A Keterangan : A = berat contoh B = berat endapan
B. BTL > 1%
a. Prosedur :
1) Timbang 0,5 gram sampel,masukkan kedalam cawan platina.
2) Tambahkan 0,5 gram Na2CO3.
3) Pijarkan pada furnish dengan suhu 900 C.
4) Angkat dari furnis.Masukkan cawan cawan platina kedalam gelas kimia 250 ml, Kemudian
tambahkan 150 ml aquadest dan 10 ml HCl.
5) Panaskan sampai larut
6) Setelah larut, angkat cawan platina,Panaskan kembali sampai tidak terdapat lagi cairan.
7) Setelah tak ada lagi cairan,tambahkan 150 ml aqudest,panaskan kembali selama 30 menit.
8) Saring endapan dengan kertas saring berpori medium.
9) Gosok dinding gelas kimia dengan batang pengaduk yang ujungnya di lengkapi dengan karet
penggosok.
10) Cuci endapan dengan HCl panas (1:9) dan di lanjutkan dengan air panas 10-12 kali.
11) Masukkan kertas saring tadi kedalam cawan yang sudah konstan beratnya. Bakar dan
pijarkan cawan dalam funish dengan suhu 100050 C selama 1 jam.
12) Simpan filtrate untuk penetapan kadar golongan ammonium hidroksida.
13) Angkat cawan dari furnish,kemudian timbang.
14) Lakukan penetapan blangko dengan menggunakan pereaksi dan cara yang sama tanpa
sampel.
b.Perhitungan :
Hitung kadar SiO2 dengan ketelitian sample 0,1
( B-blangko)
% SiO2 = 100 %
A
Keterangan :
A=berat contoh
B=berat endapan
3. Penentuan Golongan Ammonium Hidroksida (R2O3)
a. Prinsip : Setelah di lakukan pemisahan SiO2, oksida-oksida alumunium, besi dan titanium di
endapkan dari filtrat dengan menambahkan NH4OH berlebih. Endapan golongan ammonium
hidroksida yang di peroleh disaring, dan di pijarkan dan di timbang sebagai oksida.
b. Reaksi :
Reaksi Pengendapan
Al3+ + 3OH- Al(OH)3
Fe3+ + 3 OH- Fe(OH)3
Reaksi Pemijaran
600oC
Al(OH)3 Al2O3 + 3 H2O
Fe(OH)3 Fe2O3 + H2O
c. Prosedur :
1) Tambahkan beberapa tetes indikator metil merah dan tambahkan beberapa tetes NH4OH (1:1)
samoai larutan berwarna kuning dan panaskan kembali sampai mendidih.
2) Digest diatas pelat panas selama 10 menit.
3) Saring endapan dengan meggunakan kertas saring berpori medium. Cuci dengan NH4NO3
panas secukupnya.
4) Pindahkan kertas saring dan endapan kedalam gelas kimia semula. Hancurkan kertas saring
dengan bantuan batang pengaduk. Larutkan endapan dengan HCl. Encerkan dengan air sampai
100 ml. Endapkan selam 15 menit.
5) Saring dengan menggunakan kertas saring berpori medium. Cuci endapan dengan NH4NO3
panas secukupnya kemudian dengan air panas.
6) Gabungkan filtrat dengan filtrate semula kemudian simpan untuk penetapan CaO.
7) Masukkan kertas saring kedalam cawan yang sudah konstan beratnya. Bakar dan pijarkan
cawan dalam furnis dengan suhu 100050o C sampai karbon dari kertas saring hilang.
8) Angkat cawan dari furnis, kemudian timbang.
9) Lakukan penetapan blanko dengan menggunakan pereaksi dan cara yang sama tanpa sampel.
d. Perhitungan :
Hitung kadar R2O3 dengan ketelitian 0,01
( B-blangko)
% = R2O3 = 100 %
A
Keterangan :
A=berat contoh
B=berat endapan
5. Penentuan Kalsium Oksida (CaO)
a) Prinsip : Kalsium di endapkan sebagai kalsium oksalat di tambahkan ammonium oksalat.
Endapan yang terbentuk di cuci, kemudian di larutkan kembali selanjutnya di titrasi dengan
larutan KMnO4.
b) Reaksi :
Reaksi pengendapan
Ca2+ + C2O4 CaC2O4
Reaksi pelarutan
c.Prosedur
1) Uapkan gabungan filtrat pada penetapan golongan ammonium hidroksida sampai volune
kurang lebih 100 ml. Tambahkan 5 ml HCl.
2) Encerkan hingga 200 ml kemudian tambahkan beberapa tetes indikator metal merah dan
larutan (NH4)2C2O4 hangat. Larutan di saring dan panaskan sampai 70-80 C.
3) Tmbahkan NH4OH tetes demi tetes sambil di aduk samoai terjadi perubahan dari warna
merah menjadi kuning.
4) Digest tanpa pemanasan selama 60 5 menit.
5) Saring dengan kertas saring berpori medium. Cuci dengan air panas sebanyak 8-10 kali
Asamkan filtrate dan simpan untuk penentuan MgO.
6) Kertas saring di pindahkan kedalam labu Erlenmeyer dan tamhkan air hingga 200 ml.
7) Tamhkan 10 ml H2SO4 dan di panasjan di bawah titik dididhnya,.
8) Hancurkan ketas saring dengan bantuan batang pengaduk.
9) Titrasi dengan larutan KMnO4. Hingga diperoleh warna merah muda.
d) perhitungan :
Hitung kadar CaO dengan ketelitian 0,1%
( B-blangko) E 28
% = R2O3 = 100 %
A
Keterangan :
A = berat contoh
B = volume yang terpakai pada akhir titrasi
E = konsentrasi KMnO4
6. Penentuan Magnesium Oksida (MgO)
a) prinsip : Mg diendapkan sebahai MgNH4PO4 dari filtrate gabungan pada penetapan endapan
disaring, dicuci dan dipijarkan, kemudian ditimbang sebagai Mg2P2O7.
b) reaksi :
reaksi pengendapan
MgCl2 + (NH4)2HPO4 MgNH4PO4 + NH4Cl + H2O
Reaksi pemijaran
2MgNH4PO4
c) prosedur :
1) asamkan filtrate gabungan dari penetapan CaO dengan HCl
2) uapkan dengan pendidihan hingga 250 ml
3) dinginkan hingga suhu ruang, kemudian tambahkan 10 ml (NH4)2PO4 dan 30 ml NH4OH
4) selama penambahan NH4OH, larutan diaduk
5) biarkan selama 8 jam pada suhu ruang
6) saring endapan dengan menggunakan kertas saring berpori halus
7) cuci endapan dengan NH4OH panas (1:20)
8) masukkan kertas saring tadi ke dalam cawan yang sudah konstan beratnya
9) pijarkan dalam furnish pada suhu 1000oC
10) angkat cawan dari furnish, kemudian timbang
11) lakukan penetapan blangko dengan menggunakan pereaksi dengan cara yang sama tanpa
sampel
d) Perhitungan :
hitung kadar MgO dengan ketelitian 0,1%
( B-blangko) 0,362
% MgO = 100 %
A
Keterangan :
A = berat contoh
B = berat endapan
0,362 = perbandingan molekul 2MgO terhadap Mg2P2O7
3. tambahkan 2 ml trietanolamine (1+1) dan tambahkan larutan KOH sampai pH berada antara
12,7 13,2
4. biarkan selama 2 3 menit. Tambahkan 0,1 gg indicator untuk Ca (indicator calcon) kemudian
titrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan warna dari warna kemerahan menjadi
warna biru.
5. pindahkan 50 ml larutan sampel ke dalam labu Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan air sampai
volume 200 ml.
6. tambahkan 2 -3 tetes Na2S dan tambahkan larutan buffer pH 10 sampai pH 9,5 10,0 diukur
dengan pH meter.
7. tambahkan 3 4 tetes indicator EBT dan titrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi
perubahan warna dari merah anggur menjadi biru.
8. hitung CaO dan MgO sebahai berikut :
V1 E1 10
CaO = 100
M
Keterangan :
V1 = pemakaian EDTA dengan indicator calcon (ml)
V2 = pemakaian EDTA dengan indicator EBT (ml)
M = berat sampel (g)
Catatan : untuk pH supaya sampai 12,7 13,2 maka, pemakaian KOH 10 15 tetes.
9. penentuan ferri oksida (Fe2O3)
a) prinsip : pada sampel terdapat Fe2+ dan Fe3+, sehingga dilakukan penetapan besi total
sebagai Fe2O3. Fe3+ yang ada direduksi oleh SnCl2 berlebih. Kelebihan SnCl2 direaksikan
dengan HgCl2. selanjutnya Fe2+ ditetapkan dengan cara titrasi dikrometri menggunakan larutan
baku kalium bikromat dengan indicator barium difenil sulfonat.
b) reaksi :
reaksi pendahuluan
Fe2O3 + 6HCl 2FeCl3 +3H2O
FeCl3 + 2SnCl2(berlebih) 2FeCl2 +SnCl4
SnCl2(sisa) +2HgCl2 SnCl4 +Hg2Cl2
Reaksi pada akhir titrasi
6Fe2+ + Cr2O72- + 14H+ 6Fe3+ +2Cr3+ +7H2O
c) prosedur :
1) timbang 1 gram sampel semen, kemudian masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 300 ml
2) tambahkan aquadest sebanyak 20 ml dan 5 ml HCl kemudian digoyangkan dan panaskan
3) hancurkan semen yang menggumpal dengan ujung batang pengaduk agar terurai sempurna
4) setelah larutan panas, tambahkan beberapa tetes SnCl2 sampai terjadi perubahan warna, dari
warna kuning menjadi warna putih bening.
5) panaskan kembali sampai menjadi titik didih, kemudian angkat dan dinginkan.
B = berat endapan
0,343 = perbadingan molekul SO3 terhadap BaSO4
11. Penentuan Hilang Pijar
a) prinsip : berat hilang pijar dihitung berdasarkan berat sampel yang hilang setelah pemanasan.
b) reaksi :
900oC
semen AnOrganik + Organik + H2O
c) prosedur :
1) timbang 1 gram sampel semen. Masukkan ke dalam cawan yang sudah konstan beratnya.
2) Bakar dan pijarkan dalam furnish pada suhu 900oC
3) Angkat cawan dari furnish dan timbang
c) perhitungan :
( A-B)
% hilang pijar = 100 %
A
Keterangan :
A = berat sampel
B = berat endapan
H2C OH H2C
Reaksi Penetralan
H2C O
H2C OH Ca+CH3COO(NH4)2(CH3COO)2CA+HC OH
H2C O
c) Prosedur :
1) Timbang 1 gram sampel dan masukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml.
2) Tambahkan 2 gram Sr(NO3)2 dan tambahkan 60 ml pelarut gliserol etanol dan sedikit NaOH.
3) Refluks larutan selama 20 menit, kemudian saring dengan menggunakan corong Buchner.
4) Titrasi dengan larutan baku ammonium asetat sampai titik akhir yang ditunjukkan oleh
perubahan warna dari merah muda menjadi tidak berwarna.
c) Perhitungan :
hitung kadar CaO bebas dengan ketelitian 0,1%
( B-blangko) E
% SO3 = 100 %
A
Keterangan :
A = berat sampel
B = volume titrasi yang dibutuhkan
E = konsentrasi larutan baku NH4CH3COO
dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan bumi, OWC yang telah diproduksi
adalah class G, HSR ( High Sulfat Resistance) disebut juga sebagai BASIC OWC . adaptif
dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan temperatur.
8. Portland Composite Cement ( PCC)
Semen memnuhi persyratan mutu portland COmposite Cement SNI 15-7064-2004. Dapat
digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton. Struktur bangunan bertingkat,
struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan bangunan, beton pra tekan dan pra cetak, pasangan
bata, Plesteran dan acian, panel beton, paving block, hollow brick, batako, genteng, potongan
ubin, lebih mudah dikerjakan, suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak, lebih tahan
terhadap sulfat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih halus.
9. Super Portland Pozzolan Cement ( PPC) .
Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI 15-0302-2004 dan
ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas seperti :
- konstruksi beton massa ( bendungan, dam dan irigasi)
- Konstruksi Beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat ( Bangunan tepi pantai,
tanah rawa) .
- Bangunan / instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi.
- Pekerjaan pasangan dan plesteran.
Semen
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan
lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya
"memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski sempat populer di zamannya,
nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan
Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Sejarah
o
2 Produksi semen
o
3 Jenis semen
[sunting] Sejarah
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya
dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan
fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di
Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal
alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno
yang dijumpai di Pulau Buton
Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman
dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya
merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman
Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai
pozzuolana.
Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John Smeaton
- insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia
membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun
menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini.
Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten
ramuan yang kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir
olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang
banyak dipajang di toko-toko bangunan.
Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan
utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung
silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahanbahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran
baru.
Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung zat besi. Nah, agar
tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan hingga berbentuk partikelpartikel kecil mirip bedak.
Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi dengan bahan lain.
Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya, memunculkan reaksi kimia yang sanggup
mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir, terciptalah perekat tembok nan kokoh.
Namun untuk membuat pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih ditambah dengan
bongkahan batu atau kerikil, biasa disebut concrete atau beton.
Beton bisa disebut sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia. Nama asingnya,
concrete - dicomot dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang artinya bersama-sama, dan
crescere (tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan yang tumbuh karena adanya campuran zat
tertentu. Dewasa ini, nyaris tak ada gedung pencakar langit berdiri tanpa bantuan beton.
Meski bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan dengan beragam
kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, kolaborasi dengan bahan bangunan
lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini karena sifat alumina yang tahan terhadap suhu
tinggi. Ada juga semen yang cocok buat mengecor karena campurannya bisa mengisi pori-pori
bagian yang hendak diperkuat.
[sunting] Kandungan kimia
Trikalsium silikat
Dikalsium silikat
Trikalsium aluminat
Tetrakalsium aluminofe
Gipsum
Nama
SNI 15-0129-2004
SNI 15-0302-2004
SNI 15-2049-2004
SNI 15-3500-2004
SNI 15-3758-2004
Semen masonry
SNI 15-7064-2004
Holcim Indonesia