Vous êtes sur la page 1sur 23

PRODUK DAN JASA PERBANKAN

Akuntansi Perbankan dan Lembaga Keuangan


Kelas 5.1

Kelompok 6 :
Maria Brigita Octsea

12.60.0013

Ifa Natalia

12.60.0022

Prisila Kartin

12.60.0054

Maria Priscilla

12.60.0058

Wijayanti Juniarti

12.60.0060

Dina Patria

12.60.0076

Belinda Christina

12.60.0215

Yulius C. Nessi

12.60.0217

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang
2014

Pengertian Bank
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan
untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang
dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banque atau banca yang
berarti bangku. Para bankir Florence pada masa Renaissans melakukan transaksi mereka
dengan duduk di belakang meja penukaran uang, berbeda dengan pekerjaan kebanyakan
orang yang tidak memungkinkan mereka untuk duduk sambil bekerja.
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Usaha perbankan meliputi tiga
kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya

Produk dan Jasa Perbankan Umum


1. Giro
Giro adalah simpanan di bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan
mempergunakan cek, kartu ATM, surat perintah bayar lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan. Simpanan pada rekening giro bisa berubah-ubah, karena seringnya
penyetoran dan penarikan uang setiap saat oleh pemilik giro. Rekening giro ini
disebut rekening koran.
2. Cek
Cek adalah perintah bayar kepada bank dari orang yang menandatanganinya (pemilik
cek) sejumlah nilai yang tertera pada lembar cek tersebut kepada si pembawa atau
orang yang namanya disebut dalam cek.
3. Wesel
Wesel adalah perintah tertulis dari penarik (drawer) kepada seseorang (yang tertarik
atau drawee) untuk membayar sejumlah uang kepada drawer pada waktu/tanggal
tertentu. Wesel terjadi karena ada transaksi yang dilakukan secara kredit.
4. Tabungan
Tabungan adalah simpanan seseorang kepada bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Contoh tabungan : Simpedes/Britama BRI,
Tahapan BCA, Taplus BNI, dll.

5. Deposito berjangka
Deposito berjangka adalah simpanan dalam rupiah atau valuta asing milik seseorang
yang penarikannya dilakukan setelah jangka waktu tertentu (satu bulan, dua bulan,
tiga bulan, satu tahun) menurut perjanjian antara bank dengan penyimpan (deposan).
6. Traveler cheque
Traveler cheque adalah cek berpergian yang dijual (kebanyakan dalam US$ 10 dan
kelipatan yang genap) untuk dipakai oleh orang yang tidak menghendaki membawa
uang tunai saat mereka berpergian.
7. Warkat pasar uang
Warkat pasar uang merupakan instrument surat-surat berharga pasar uang antarbank,
antara lain : Interbank call money, Interbank time deposit, Interbank deposit on call,
Sertifikat deposito antarbank, Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang.
8. Jual beli valuta asing
Jual beli valuta asing dilakukan oleh bank umum yang telah mendapat izin dari Bank
Indonesia. Bank yang memiliki izin ini disebut bank devisa.
9. Transfer (Pengiriman uang)
Transfer adalah fasilitas layanan jasa berupa jasa pengiriman uang yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat yang dibatasi oleh jarak yang cukup jauh sehingga
masyarakat mudah untuk mengirim sejumlah uang kepada keluarga atau rekan yang
jaraknya berjauhan, baik di dalam maupun di luar negeri.
10. ATM (Automatic Teller Machine)
ATM merupakan mesin untuk pengambilan uang tunai ketika nasabah membutuhkan
segera sejumlah uang tunai dengan menggunakan kartu ATM.
11. Berbagai jenis kredit
Kredit dapat diambil dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh bank, baik kredit
untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk kebutuhan produksi.

Produk dan Jasa Perbankan Lainnya


1. BI-RTGS
BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap
transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank
Indonesia pada tanggal 17 November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam

pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi


pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi
bernilai besar yaitu transaksi Rp.100 juta ke atas dan bersifat segera (urgent).
Transaksi HPVS saat ini mencapai 90% dari seluruh transaksi pembayaran di
Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem pembayaran nasional yang
memiliki peranan signifikan (Systemically Important Payment System).
Sistem BI-RTGS memberikan banyak manfaat, selain berfungsi meningkatkan
kepastian penyelesaian akhir (settlement finality) setiap transaksi pembayaran, yang
berarti mengurangi risiko penyelesaian akhir (minimizing settlement risk) , BI RTGS
juga menjadi sarana transfer dana antar-bank yang praktis, cepat, efisien, aman dan
handal. Disamping itu BI-RTGS yang dilengkapi dengan mekanisme sentralisasi
rekening giro menjadi sarana yang dapat diandalkan untuk meningkatkan efektivitas
pengelolaan dana (management fund) baik bagi peserta maupun pihak otoritas
moneter dan perbankan. Bagi otoritas informasi mengenai pengelolaan dana
perbankan menjadi informasi pendukung dalam menjalankan kegiatan operasi
moneter dan early warning system pengawasan bank.
BI-RTGS didisain untuk memastikan penyelesaian akhir dapat dilakukan secara gross
settlement, real time, final dan irrevocable. Penyelesaian transaksi BI RTGS
dilakukan per transaksi secara seketika dan tidak dapat dibatalkan. Penyelesaian real
time terbatas pada proses pengiriman transaksi dari peserta pengirim kepada Bank
Indonesia untuk diteruskan kepada peserta penerima. Sementara itu waktu
penyelesaian akhir transaksi transfer nasabah pada rekeningnya tergantung dengan
kondisi dan standar sistem pemrosesan pengiriman dan penerimaan transaksi di
internal peserta, sehingga dapat saja terjadi perbedaan waktu antara penyelesaian
akhir pada BI-RTGS dengan penerimaan transfer dana pada rekening nasabah.
Sistem Antrian (Queue) transaksi diterapkan dalam BI-RTGS. Transaksi dapat masuk
dalam sistem antrian apabila pada saat dikirimkan, peserta belum memiliki dana yang
cukup. Kondisi ini terjadi antara lain karena peserta masih menunggu transaksi masuk
dari peserta lain. Transaksi pada BI-RTGS hanya dapat diproses penyelesaian
akhirnya apabila peserta memiliki dana yang cukup (prinsip no money no game).
Transaksi yang telah masuk dalam antrian dapat diselesaikan segera setelah peserta

menerima transaksi masuk atau menyetorkan tambahan dana. Penerapan antrian ini
mengharuskan peserta untuk mengelola likuiditasnya secara bijaksana, agar seluruh
transaksinya dapat terselesaikan dengan baik di akhir hari.
BI-RTGS juga dilengkapi dengan mekanisme Gridlock Resolution. Mekanisme ini
bertujuan untuk mencegah kemacetan (gridlock) yaitu kondisi dimana sejumlah
peserta tidak mampu menyelesaikan kewajibannya karena masih menunggu
tagihannya diselesaikan. Gridlock Resolution dijalankan secara otomatis pada BIRTGS pada setiap waktu tertentu,
Untuk

memperlancar

proses

penyelesaian

akhir

transaksi

pada

BI-RTGS,

penyelenggara menghimbau peserta agar mematuhi Throughput Guidellines.


Throughput Guidellines merupakan suatu target prosentase tertentu dari total transaksi
yang dilakukannya selama 1 hari.

Kepatuhan peserta terhadap Throughput

Guidellines akan mengurangi kemungkinan penumpukan transaksi di akhir hari.


Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) dan Fasilitas Likuiditas Intrahari Syariah (FLIS)
adalah fasilitas cadangan pendanaan likuiditas yang disediakan oleh penyelenggara,
yang hanya dapat digunakan dalam hari satu hari. FLI/FLIS dapat dimanfaatkan oleh
peserta untuk mengatasi kesulitan likuiditas peserta yang bersifat sementara atau
mengalami intraday gap. Intraday gap mungkin saja terjadi karena pemrosesan
transaksi BI-RTGS yang bersifat gross settlement menyebabkan penyelesaian per
transaksi dilakukan secara terus-menerus sepanjang hari, sehingga diperlukan
likuiditas yang tinggi. Pemanfaatan FLI/FLIS oleh peserta tetap mensyaratkan
jaminan yang berkualitas, biasanya dalam bentuk SBI atau SWBI dan wajib
diselesaikan pada hari yang sama.
BI-RTGS juga merupakan Settlement Processor. Sebagai settlement processor, BIRTGS menjadi sarana penyelesaian akhir bagi transaksi pembayaran ritel, meliputi
pembukuan hasil kliring yang diselenggarakan oleh BI (SKNBI) dan hasil kliring
ATM/kartu debit/kartu kredit. Selain transaksi pembayaran ritel, BI-RTGS juga
menjadi sarana pelimpahan penyelesaian akhir transaksi serah dana dari perdagangan
sekuritas, transaksi perdagangan valas antar-bank, setelmen dana dari operasi
moneter/operasi pasar terbuka (OPT), transaksi pembayaran pemerintah dan transaksi
surat berharga.

Dalam rangka memastikan Sistem BI-RTGS diselenggarakan dengan tingkat


keamanan yang tinggi dan ketersediaan sepanjang jam operasional yang ditetapkan,
baik penyelenggara maupun peserta, Sistem BI-RTGS memiliki prosedur penanganan
dalam kondisi gangguan dan/atau keadaan darurat, antara lain prosedur penanganan
keadaan darurat (Contingency Plan), fasilitas back up, dan Business Continuity Plan
(BCP). Selain itu, penyelenggara juga menyediakan fasilitas guest bank kepada
peserta sebagai sarana back up pada lokasi penyelenggara dalam rangka gangguan
dan atau keadaan darurat untuk mencegah kegagalan peserta dalam menggunakan
sarana RTGS terminal untuk proses setelmen melalui sistem BI-RTGS.
Bank Indonesia sebagai Otoritas Sesuai UU Bank Indonesia No. 23/1999 jo
No.3/2004 jo No.6/2009 pasal 8 dinyatakan bahwa salah satu tugas BI mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dalam rangka menjalankan tugas yang
diembannya, BI berwenang dalam melaksanakan dan memberi ijin penyelenggaraan
jasa sistem pembayaran; mewajibkan Penyelenggara sistem pembayaran untuk
menyampaikan laporan kepada BI; dan menetapkan penggunaan alat pembayaran
(pasal 15).
Fungsi Bank Indonesia sebagai otoritas Sistem Pembayaran termasuk berperan
sebagai pembuat ketentuan (Regulator) dan pengawas (Overseer) BI-RTGS. Dalam
menjalankan peran sebagai regulator, BI menetapkan landasan hukum yang kuat
untuk penerapan Sistem BI-RTGS dan menentukan peran dan tanggung jawab
penyelenggara dan peserta Sistem BI-RTGS.
Dalam menjalankan peran sebagai pengawas (Overseer), BI memastikan bahwa
penyelenggaraan BI-RTGS memenuhi prinsip pada

10 Core principles for

Systematically Important Payment System (CP-SIPS) dari Bank for International


Settlement seperti yang diatur dalam peraturan Sistem BI-RTGS untuk mendukung
stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan prinsip perlindungan konsumen.
Fungsi pengawasan dilakukan melalui pembuatan ketentuan, pertemuan konsultasi
dengan penyelenggara, monitoring dan assessment.
Salah satu bentuk kegiatan pengawasan yang dilakukan adalah mewajibkan
penyelenggara dan peserta memiliki standar pengamanan yang memadai. Untuk
menilai keamanan penyelenggaraan BI-RTGS, Bank Indonesia dapat meminta

auditor/pemeriksa Teknologi Informasi Independen untuk melakukan kegiatan


security

audit.

Kegiatan

audit

ini

dilakukan

terhadap

aplikasi

maupun

network/jaringan yang digunakan dalam sistem BI-RTGS, tujuannya adalah untuk


mendapatkan keyakinan bahwa Sistem BI-RTGS yang diselenggarakan telah aman
dan handal. Selain itu Bank Indonesia juga mewajibkan penyelenggara dan seluruh
peserta untuk melakukan ujicoba terhadap back up dan rencana penanggulangan
kondisi darurat secara periodik. Pemenuhan persyaratan sebagai peserta dan
kepatuhan peserta terhadap ketentuan yang ditetapkan oleh Penyelenggara RTGS juga
menjadi satu perhatian dalam kegiatan pengawasan, disamping pemenuhan kewajiban
untuk melaporkan hasil pemeriksaan internal terhadap operasional RTGS di sisi
peserta.
Bank

Indonesia

sebagai

Penyelenggara

(Operator)

Sistem

BI-RTGS

Dalam menjalankan peran sebagai Penyelenggara (Operator) memiliki tanggung


jawab antara lain:
1. Menyelenggarakan BI-RTGS dengan menerapkan prinsip efisien, cepat, aman
dan handal.
2. Memberikan penjelasan kepada Peserta mengenai risiko finansial sehubungan
keikutsertaannya dalam Sistem BI-RTGS dan peserta harus mengelola risiko
tersebut.
3. Memastikan

kepatuhan

peserta

terhadap

ketentuan

yang

telah

ditetapkan, termasuk menerima laporan internal audit terkait penyelenggaraan


BI-RTGS oleh peserta.
Dalam penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, penyelenggara menyediakan infrastruktur
dan pelayanan kepada peserta antara lain meliputi:
1. Infrastruktur dan fasilitas untuk penyelenggaraan Sistem BI-RTGS, antara
lain perangkat keras, aplikasi RCC (software), jaringan komunikasi data
(leased line), fasilitas dial up, dan fasilitas pendukung lainnya.
2. Help-desk untuk membantu peserta dalam menghadapi kesulitan operasional.
3. Memberi pelatihan kepada peserta.
4. Memiliki prosedur penanganan kondisi gangguan/darurat (Disaster Recovery
Plan-DRP dan Business Continuity Plan-BCP) dan melakukan uji coba secara
berkala dengan melibatkan peserta.
5. Mengadakan pertemuan rutin dengan kelompok pengguna (user group).

Peserta BI-RTGS terdiri dari seluruh bank dan lembaga selain bank. Keanggotaan
peserta BI-RTGS dibedakan menjadi Peserta Langsung dan Peserta Tidak Langsung.
Peserta Langsung adalah peserta yang dapat mengirimkan transaksi RTGS dengan
menggunakan identitas

sendiri. Sedangkan Peserta Tidak Langsung dapat

mengirimkan transaksi RTGS dengan menggunakan identitas peserta langsung.


Hubungan hukum antara peserta dengan Bank Indonesia sebagai Penyelenggara
Sistem BI-RTGS tertuang dalam perjanjian penggunaan Sistem BI-RTGS. Dalam
perjanjian tersebut diatur berbagai klausula mengenai hak, kewajiban dan tanggung
jawab antara peserta dan penyelenggara Sistem BI-RTGS.
Disamping ketentuan dan perjanjian antar peserta dan penyelenggara yang menjadi
landasan penyelenggaraan keseharian BI-RTGS, terdapat pula hal-hal teknis yang
diatur dengan menggunakan Bye Laws BI-RTGS. Ketentuan dalam Bye Laws
merupakan kesepakatan teknis antar peserta yang belum diatur dalam ketentuan BI
ataupun dalam perjanjian.
Dalam pengisian instruksi transfer, peserta wajib memenuhi ketentuan mengenai
prinsip pengenalan nasabah (know your customer principles) dan aturan mengenai
tindak pidana pencucian uang (anti money laundering). Untuk itu, identitas mengenai
data nasabah pengirim dan penerima transfer melalui BI-RTGS harus diisi secara
lengkap dan benar.

2. SKNBI
SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring
kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional. Sejak
dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005, SKNBI berperan penting dalam
pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi
pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi
bernilai kecil (retail) yaitu transaksi di bawah Rp.100 juta.

Tujuan diterapkannya SKNBI pada penyelenggaraan kliring di Indonesia adalah untuk


meningkatkan efisiensi sistem pembayaran ritel serta memenuhi prinsip-prinsip
manajemen risiko dalam penyelenggaraan kliring.
Manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya SKNBI adalah sebagai berikut:
1. Bagi Bank Indonesia
a. Efisiensi waktu dan biaya, khususnya dalam hal :
i. operasional kliring dengan ditiadakannya fisik warkat kredit;
ii. maintenance aplikasi kliring dengan digunakannya sistem yang
terintegrasi di seluruh wilayah kliring.
b. Tersedianya jangkauan transfer antar bank melalui kliring yang lebih luas
dengan diakomodirnya kliring antar wilayah untuk transfer kredit.
c. Memenuhi prinsip-prinsip manajemen risiko dalam penyelenggaraan kliring
yang bersifat multilateral netting sesuai dengan Core Principles yang
dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS).
2. Bagi Bank
a. Efisiensi biaya operasional bank dalam pencetakan dan proses administrasi
warkat kredit.
b. Semakin luasnya jangkauan layanan bank kepada nasabah.
SKNBI diselenggarakan oleh :
1. Penyelenggara Kliring Nasional (PKN), yaitu unit kerja di Kantor Pusat Bank
Indonesia yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan SKNBI secara
nasional; dan
2. Penyelenggara Kliring Lokal (PKL), yaitu unit kerja di Bank Indonesia dan Bank
yang

memperoleh

persetujuan

Bank

Indonesia

untuk

mengelola

dan

menyelenggarakan SKNBI di suatu wilayah kliring tertentu.


Setiap Bank dapat menjadi peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di suatu wilayah
kliring, dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Telah memperoleh izin usaha atau izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia.
2. Lokasi kantor Bank memungkinkan kantor Bank tersebut untuk mengikuti
penyelenggaraan SKNBI di lokasi PKL secara tertib sesuai jadwal yang
ditetapkan.
3. Bank telah menandatangani perjanjian penggunaan SKNBI antara Bank Indonesia
dan Bank sebagai peserta.

4. Kantor Bank yang akan menjadi peserta menyediakan perangkat kliring, antara
lain meliputi perangkat TPK dan jaringan komunikasi data baik main maupun
backup.
Penyelenggaraan SKNBI terdiri dari 2 (dua) sub sistem, yaitu :
1. Kliring Debet
a. Meliputi kegiatan kliring penyerahan dan kliring pengembalian, digunakan
untuk transfer debet antar Bank yang disertai dengan penyampaian fisik
warkat debet (cek, bilyet giro, nota debet dan lain-lain).
b. Penyelenggaan kliring debet dilakukan secara lokal di setiap wilayah kliring
oleh PKL.
c. PKL akan melakukan perhitungan kliring debet berdasarkan DKE debet yang
dikirim oleh peserta.
d. Hasil perhitungan kliring debet secara lokal tersebut selanjutnya dikirim ke
Sistem Sentral Kliring (SSK) untuk diperhitungkan secara nasional oleh PKN.
2. Kliring Kredit
a. Digunakan untuk transfer kredit antar bank tanpa disertai penyampaian fisik
warkat (paperless).
b. Penyelenggaraan kliring kredit dilakukan secara nasional oleh PKN.
c. Perhitungan kliring kredit dilakukan oleh PKN atas dasar DKE kredit yang
dikirim peserta.
Transaksi yang dapat diproses melalui sistem kliring meliputi transfer debet dan
transfer kredit yang disertai dengan pertukaran fisik warkat, baik warkat debet (cek,
bilyet giro, nota debet dan lain-lain) maupun warkat kredit. Khusus untuk transfer
kredit, nilai transaksi yang dapat diproses melalui kliring dibatasi di bawah
Rp100.000.000,00 sedangkan untuk nilai transaksi Rp100.000.000,00 ke atas harus
dilakukan melalui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem
BIRTGS).
Perbedaan mendasar antara sistem RTGS dan SKNBI adalah menyangkut
penyelesaiannya (settlement). Untuk transfer dana antar bank melalui RTGS,
diselesaikan secara satu per satu transaksi (gross settlement) dan waktu
penyelesaiannya lebih cepat (real time settlement) sepanjang waktu jam operasional
sistem RTGS. Sedangkan untuk transfer dana antar bank melalui SKNBI, settlement
melalui proses multilateral netting (kliring) terlebih dahulu, pada waktu tertentu di
jam operasional SKNBI.

Melalui SKNBI, masyarakat akan dikenai biaya lebih murah, yakni hanya Rp1.000
kepada bank pengirim. Sementara itu, pengenaan biaya bank ke nasabah ditetapkan
masing-masing bank. Untuk RTGS, nasabah dikenai biaya antara Rp7.000 dari pukul
08.00 WIB hingga 15.00 WIB, dan Rp15.000 untuk transaksi di atas pukul 15.00
WIB. Kendati lebih murah, namun nasabah yang menggunakan SKNBI memang
belum cukup banyak. Sebab, nasabah lebih banyak menggunakan RTGS. Rata-rata
volume transaksi masih 200-300 ribu transaksi. Padahal, layanan ini bermanfaat bagi
nasabah ritel yang kirimannya maksimal Rp100 juta.
Berdasarkan data BI, hingga Desember 2011, nilai transfer antarbank menggunakan
RTGS memang masih yang tertinggi dibandingkan ATM dan SKNBI. Pada periode
tersebut, nilai rata-rata harian transaksi ATM, SKNBI, dan RTGS masing-masing
sebesar Rp869,68 miliar, Rp2,24 triliun, dan Rp271,60 triliun. Sementara itu, dari segi
volume transaksi harian antara ATM, SKNBI, dan RTGS masing-masing 737.305 kali
transaksi, 231.315 transaksi, dan 65.428 transaksi

3. Letter of Credit (L/C)


Letter of credit, atau sering disingkat menjadi L/C, LC, atau LOC, adalah sebuah cara
pembayaran internasional yang memungkinkan eksportir menerima pembayaran tanpa
menunggu berita dari luar negeri setelah barang dan berkas dokumen dikirimkan
keluar negeri (kepada pemesan).
Karakteristik L/C
1. Transferable L/C
Bisa dipindah tangankan. Kondisi transferable biasanya disertai dengan
kondisi lain yaitu adanya Blank Endorsment. Artinya : dengan blank
endorsement, maka L/C tersebut dapat dipindah tangankan kepada pihak
manapun sesuai dengan keinginan beneficiary. Jika dalam keadaan endorsed,
maka L/C tersebut hanya boleh dicairkan oleh pihak yang mengendors saja.
2. Non Transferable
Lawan dari transferable. Tidak dapat dipindah tangankan.
3. Revocable L/C

Adalah L/C yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan atau diubah secara sepihak
oleh opener atau oleh issuing bank tanpa memerlukan persetujuan dari
beneficiary.
4. Irrevocable L/C
Irrevocable L/C adalah L/C yang tidak bisa dibatalkan selama jangka berlaku
(validity) yang ditentukan dalam L/C tersebut dan opening bank tetap
menjamin untuk menerima wesel-wesel yang ditarik atas L/C tersebut.
Pembatalan mungkin juga dilakukan, tetapi harus atas persetujuan semua
pihak yang bersangkutan dengan L/C tersebut.
5. Availability at any bank
L/C tersebut boleh dicairkan di bank manapun yang ditunjuk oleh pihak
beneficiary. Kondisi ini sangat diharapkan oleh piha seller, karena dengan
kondisi ini Issuing Bank wajib mencari correspondent bank untuk
berhubungan dengan Advising Bank yang di tunjuk oleh pihak seller. Dan
biaya yang timbul akan ditanggung oleh Issuing Bank dengan mendebit
rekening buyer.
6. Available only at Bank A
Artinya seller harus manunjuk bank yang memiliki correspondent dengan
Bank A untuk melakukan pencairan L/C. Dan Advising Bank wajib
menanggung biaya correspondent yang timbul dengan mendebit rekening
seller.
Keuntungan menggunakan L/C:
1. Importir/pembeli akan menerima barang dan membayar dengan harga pasti
sesuai dengan syarat-syarat didalam L/C.
2. Eksportir/penjual akan menerima pembayaran atas penyerahan barang
dengan pasti sesuai dengan syarat-syarat dalam L/C.
3. Memberikan rasa aman untuk eksportir/importir atas hak dan kewajiban
masing-masing.
3 Macam Letter of Credit ;
1. Commercial Letter of Credit : merupakan instrument pembayaran utama,
dimana proses pembayaran dilakukan oleh bank begitu dokumen diterima.
2. Standby Letter of Credit : merupakan instrument pembayaran kedua setelah
instrument pembayaran yang lain (Telex Transfer, Cash on Delivery, dll).
Artinya Standby Letter of Credit hanya akan dicairkan apabila buyer tidak
memenuhi kewajibannya untuk membayar dengan menggunakan instrument
utamanya. Standby Letter of Credit hanya merupakan alat yang menunjukkan

kemampuan membayar buyer. Dalam mencairkannya dengan menunjukan


draft instrument pembayaran yang utama dan menunjukkan bukti-bukti bahwa
buyer tidak melaksanakan kewajiban membayar.
3. Back to Back Letter of Credit adalah sebuah L/C yang hanya bisa dicairkan
apabila pihak pembuka telah mencairkan L/C yang ditunjuknya (L/C yang
diterima dari pihak lain).
Elemen dan Pihak yang Terlibat Dalam Proses Letter of Credit :
1. Pembeli (buyer) adalah pihak pembeli yang berinisiatif untuk membuka
sebuah L/C untuk transaksi pembelian yang dilakukannya dengan pihak seller.
2. Draft of Purchase Order adalah sebuah dokumen awal atau draft sebagai bukti
atas pemesanan suatu barang dan atau jasa. Jenis barang, jumlah, spesifikasi
barang, standar kualitas, cara pengemasan sudah tersedia lengkap dan telah
ditandatangani oleh pihak pembeli maupun penjual.
3. Purchase Order adalah draft order yang telah dituangkan ke dalam lembaran
resmi entah itu Official Purchase Order maupun Purchase Contract.
4. Letter of Credits Amount : menyebutkan nilai nominal yang boleh dicairkan
atas L/C tersebut. Namun demikian terkadang juga disebutkan nilai minimum
dan maksimum yang mana L/C akan ditolak apabila nilai yang akan dicairkan
dalam dokumen export lebih kecil atau lebih besar dari melewati batas
minimum/maksimum yang disebutkan di dalam L/C.
5. Issuing Bank adalah pihak yang memfasilitasi Letter of Credit, biasanya bank
devisa rekening buyer berada. Issuing Bank lah yang menerbitkan L/C.
Letter of Credit Dalam Negeri :
L/C juga terdapat untuk memperlancar transaksi dalam negeri. Leter of Credit
Dalam Negeri atau sering dikenal juga dengan nama Surat Kredit Berdokumen
Dalam Negeri (SKBDN). LC Dalam Negeri adalah setiap janji tertulis
berdasarkan permintaan terulis Pemohon yang mengikat Bank Pembuka :
a. Melakukan pembayaran kepada penerima atau ordernya, atau mengaksep, dan
membayar wesel yang ditarik oleh penerima;
b. Memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada
penerima atau ordernya, atau mengaksep dan membayar wesel yang ditarik
oleh penerima; atau
c. Member kuasa kepada bank lain untuk menegosiasi wesel yang ditarik oleh
Penerima, atas penyerahan dokumen, sepanjang persyaratan dan kondisi
SKBDN dipenuhi.

Mekanisme Sederhana Transaksi Dengan LC

Keterangan :
1. Antara pembeli dan penjual barang terjadi kontrak pembelian/penjualan
dengan syarat pembayaran menggunakan SKBDN.
2. Pembeli membuka AKBDN di Issuing bank sebesar nilai kontrak.
3. Issuing bank memberitahukan kepada Paying bank bahwa SKBDN atas
nama pemohon telah dibuka.
4. Paying bank selanjutnya meneruskan ke pihak beneficiary bahwa SKBDN
telah dibuka.
5. Penjual selanjutnya mengirimkan bawang yang diperjanjikan melalui
perusahaan pengangkutan.
6. Bukti penerimaan barang selanjutnya diserahkan kepada pihak bank dan
kepada pihak pembeli.
7. Bank penerbit (issuing bank) memberitahukan kepada bank pembayar
bahwa barang telah diterima sesuai dengan spesifikasi yang tertulis dalam
SKBDN.
8. Bank pembayar meneruskan kepada beneficiary dan melakukan negosiasi
pembayaran.
9. Beneficiary selanjutnya menandatangani wesel yang diterbitkan bank
pembayar.
10. Bank pembayar menyerahkan wesel yang diterbitkan kepada bank penerbit
SKBDN untuk segera dipenuhi.
11. Bank pembayar membebankan kepada pihak applicant untk memenuhi
deluruh setoran jaminan.
12. Bank penerbit memberikan konfirmasi bahwa seluruh dana untuk SKBDN
dimaksudkan telah efektif.
13. Bank pembayar melakukan pembayaran kepada beneficiary.
4. Bank Garansi (BG)

Bank garansi adalah semua garansi yang diterima atau diberikan oleh suatu bank
untuk pihak tertentu baik perorangan atau badan usaha yang dinyatakan oleh bank
akan dipenuhi kewajibannya dari pihak yang dijamin tersebut kepada pihak lainnya
selaku penerima jaminan apabila pada waktu tertentu telah ditetapkan pihak dijamin
tidak dapat memenuhi kewajibannya/pembayarannya (cidera janji). Menurut Bank
Indonesia, bank garansi adalah jaminan pembayaran yang diberikan kepada pihak
penerima jaminan apabila pihak yang dijamin tidak memenuhi kewajibannya.
Tiga pihak yang terlibat dalam Bank Garansi :
1. Bank sebagai pihak pemberi jaminan

disebut

Penjamin

(Bank

penerbit / Issuing Bank)


2. Nasabah sebagai pemohon (Applicant), pihak yang dijamin disebut Terjamin
3. Pihak ketiga yang menerima jaminan disebut Penerima jaminan (Beneficiary)
Bank menerbitkan bank garansi setelah ada transaksi sebelumnya (harus ada kegiatan
pokok yang dijamin melalui bank garansi). Kegiatan pokok tersebut memerlukan
waktu dan setelah kurun waktu tersebut pihak tertentu harus memenuhi kewajiban.
Bank garansi dapat disebut perjanjian ikutan (accesoir). Masa berlaku bank garansi
berakhir karena berakhirnya masa berlaku perjanjian pokok atau sebagaimana
ditetapkan bank garansi itu sendiri. Pengajuan klain atau tuntutan harus dilengkapi
surat bank garansi asli dan belum ada pernyataan dari nasabah tentang telah
diselesaikannya bank garansi tersebut. Bank garansi yang belum jatuh tempo dan
terjadi wanprestasi disebut bank garansi efektif. Kekurangan setoran jaminan yang
dilimpahkan untuk membayar klaim dapat dipenuhi oleh bank dengan mengkonversi
menjadi kredit yang diberikan kepada pihak yang dijamin, sehingga dapat digunakan
sebai non cash loan.
Manfaat bank garansi antara lain :
1. Sebagai sarana untuk memperlancar lalu lintas barang dan jasa.
2. Penerima jaminan tidak akan menderita kerugian bila pihak yang dijamin
melalaikan kewajiban karena penerima jaminan akan mendapat ganti rugi
(pembayaran) dari bank.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Bank Garansi:
1. Waktu berlaku dan berakhirnya perjanjian pokok.
2. Waktu berlaku dan berakhirnya Garansi Bank.
3. Waktu terjadinya cidra janji yang secara sah masih dapat ditanggung oleh
Garansi Bank.
4. Waktu selambat-lambatnya untuk pengajuan klaim oleh tertanggung.
Jenis Bank Garansi :

1. Berdasarkan bentuknya :
Penerimaan atau penerbitan jaminan dalam bentuk bank garansi baik
dalam rangka pemberian kredit, risk sharing dan standby loan maupun
dalam rangka pelaksanaan proyek seperti bid bonds, performance bonds,

dan advance payment bonds.


Akseptasi atau endosemen surat berharga yaitu pemberian jaminan atau
garansi dalam bentuk penandatanganan kedua atau seterusnya atas wesel

dan promes (aksep).


2. Berdasarkan kegunaannya :
Tender : bank garansi yang diberikan oleh bank untuk para kontraktor
maupun levelansir. Tujuannya agar nasabah dapat mengikuti kegiatan
tender suatu proyek tertentu sesuai persyaratan yang ditentukan pemilik

proyek. Besar nilai garansi adalah 1%-3% dari nilai penawaran.


Jaminan pelaksanaan proyek : bank garansi diberikan kepada nasabah
untuk kepentingan pemilik proyek (bouwheer) dalam rangka pelaksanaan
suatu proyek atau pekerjaan sesuai dengan kontrak kerja yang telah
ditandatangani. Besarnya nilai garansi minimal adalah 5% dari harga/nilai

kontrak kerja.
Jaminan pemeliharaan : bank garansi diberikan kepada nasabahuntuk
kepentingan pemilik proyekdalam rangka pemeliharaan suatu proyek
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah
ditandatangani. Besarnya nilai garansi minimal adalah 5% dari harga/nilai

kontrak kerja.
Perdagangan : bank garansi yang diberikan kepada pihak pabrikan untuk
kepentingan agen atau levelansir produk-produk pabrik tersebut. Bertujuan
untuk menjamin pihak pemasok (supplier, pabrikan) yang memasok
barang dagangan yang digunakan atau diperlukan oleh nasabah dalam

rangka pemenuhan kebutuhan modal kerja nasabah.


Penangguhan bea masuk : bank garansi yang diterbitkan untuk menjamin

kepada dinas bea dan cukai untuk pembayaran bea masuk barang impor.
Cukai rokok : bank garansi yang diberikan dalam rangka menjamin atas
pembayaran kewajiban cukai, bea masuk, serta pungutan lainnya yang

ditangguhkan sementara rokok tersebut sudah beredar/dipasarkan.


Uang muka kerja : bank garansi yang diberikan untuk mengambil uang
muka pelaksanaan proyek dalam kontrak-kontrak tertentu. Diberikan
kepada nasabah untuk kepentingan pemilik proyek (bouwheer) dengan

tujuan untuk menjamin pengambilan uang muka oleh nasabah dalam


rangka pelaksanaan tahapan tertentu dari suatu proyek. Besarnya nilai
garansi 20% dari harga/nilai kontrak kerja.
Perlakuan akuntansi Bank Garansi
Bank garansi yang diterima maupun yang diterbitkan bank sendiri dicatat sebesar
jumlah atau nilai bank garansi yang diberikan. Selanjutnya bank garansi yang
masih berlaku pada tanggal laporan baik yang diterima maupun yang diterbitkan
oleh bank disajikan sebesar jumlah nominal bank garansi yang bersangkutan.
Bank akan memenuhi kewajiban kepada pemegang bank garansi kalau nasabah
ingkar janji atau wanprestasi.
Sebagai transaksi bersyarat maka saat pembukaan atau penerbitan bank garansi
dicatat dalam rekening adminstratif kelompok kontinjensi kewajiban dengan
posisi di sisi kredit dengan ayat jurnal tunggal sebesar nilai kewajiban bank
disamping pencatatan pada rekening efektif untuk setoran jaminan bank garansi.
Pendapatan yang berasal dari transaksi berupa komisi penerbitan bank garansi
yang diterima dimuka saat penerbitan. Secara akrual pendapatan tersebut harus
diamortisasi setiap periode pelaporan akuntansi.Adapun pencatatan akuntansi
yang perlu diperhatikan adalah :
1.
2.
3.
4.

Pencatatan ketika penerbitan bank garansi


Jurnal untuk amortisasi komisi penerbitan bank garansi
Jurnal saat jatuh tempo
Pencatatan bank garansi jatuh tempo dan terjadi wanprestasi

5. Jasa Remittance
Jasa remittance adalah jasa pengiriman uang. Ini adalah kegiatan mengirim dana dari
suatu daerah ke daerah lain atau suatu negara ke negara lain. Jasa pengiriman uang ini
biasanya digunakan oleh para pekerja asing di luar negeri mengirim uang untuk
keluarganya di negara asal.
Terdapat 2 (dua) jenis remittance, yaitu:
1. Outgoing Remittance (Outward Remittance), yaitu kiriman uang dari Indonesia ke
bank di luar/dalam negeri dalam mata uang asing.
2. Incoming Remittance (Incoming Remittance), yaitu kiriman uang dari bank
luar/dalam negeri ke Indonesia dalam mata uang asing.

Ruang lingkup Remittance


1. Beneficiary: pihak yang berhak menerima kiriman uang masuk sesuai instruksi
pengirim.
2. Beneficiary Bank: bank yang menerima pengiriman uang dari bank lain untuk
diteruskan ke penerima atas permintaan nasabah.
3. Remitting Bank: bank yang melakukan pengiriman uang ke bank lain atas
permintaan pengirim.
4. Correspondent Bank (bank koresponden/bank perantara): bank yang berdasarkan
perjanjian mempunyai hubungan dengan bank lain untuk saling memberi jasa atau
melakukan transaksi atas nama bank yang berkepentingan.
Uang-uang tersebut dikirim melalui dua mekanisme jalur transaksi, yaitu jalur formal
dan jalur informal. Yang dimaksud dengan jalur formal adalah remittance yang
dilakukan melalui jasa pengiriman yang disediakan oleh bank, lembaga keuangan non
bank, pedagang valuta asing (walaupun beberapa negara melarang, termasuk
Indonesia) ataupun operator jasa pengiriman uang seperti Western Union dan
MoneyGram. Jasa remittance melalui jalur informal adalah berbagai bentuk/cara
pengiriman uang yang tidak melibatkan kontrak formal. Yang termasuk jalur informal
antara lain adalah transfer dana secara personal melalui hubungan bisnis, melalui
perusahaan jasa pengiriman (courier service company), teman, atau cara lain yang
tidak terlembaga.
Berdasarkan daftar penyelenggara Kegiatan Usaha Pengiriman Uang (perorangan atau
non bank) yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia terdapat 117
penyelenggara yang tersebar di seluruh Indonesia. Di semarang ada satu
penyelenggara Transfer Dana yang dicabut / dibatalkan izinnya yaitu PT. Artamas
Citra Setia yang berlokasi Jl. Gang Tengah No. 49, Semarang. Izin penyelenggara ini
dicabut per tanggal 17 Juli 2014.
Ketika kondisi ekonomi dilanda krisis tetap menjadi salah satu sumber devisa yang
menguntungkan untuk negara. Dengan pengelolaan dan penetapan kebijakan yang
tepat untuk pemberian izin tenaga kerja keluar negeri dan pengaturan tentang
pengiriman uang yang efisien dan murah, Indonesia dapat memanfaatkan aliran dana
masuk dari para tenaga kerja indonesia di luar negeri sebagai salah satu pembiayaan
eksternal dalam devisa kita.

Bagaimana cara mengirim uang tersebut? Kelompok kami memilih Western Union
sebagai contoh. Berikut ini adalah cara mengirim uang tersebut :
1. Melengkapi Formulir 'Pengiriman Uang'
Kunjungi lokasi agen Western Union dan isi formulir 'Pengiriman Uang'. Pastikan
memasukkan seluruh informasi pada formulir dalam Bahasa Inggris dan
menggunakan huruf kapital.
2. Sertakan formulir yang telah terisi, Uang yang akan di kirim dan kartu identitas
yang masih berlaku
Berikan jumlah uang yang (pengirim) akan kirimkan bersama dengan tarif layanan
pengiriman yang sesuai, form yang sudah diisi lengkap, dan kartu identitas yang
masih berlaku kepada agen. (untuk orang asing: paspor yang masih berlaku)
3. Bubuhkan tanda tangan pada tanda terima bukti transaksi
Kita diharuskan untuk menandatangani tanda terima bukti transaksi apabila sudah
memverifikasi seluruh kelengkapan yang dibutuhkan di dalam tanda terima
tersebut. Salah satu detil dalam tanda terima tersebut adalah Nomor Transaksi
Pengiriman Uang (MTCN) kita. Kita dapat melihat status pengiriman uang anda
secara online dengan menggunakan Nomor Transaksi Pengiriman Uang (MTCN)
tersebut.
4. Hubungi orang yang akan menerima kirimkan
Setelah mengirim diharapkan menghubungi orang yang akan menerima kiriman
uang, dan beritahu informasi-informasi yang dibutuhkan oleh nya, seperti nama
lengkap (seperti yang tertulis di formulir 'Pengiriman Uang), jumlah kiriman,
Nomor Transaksi Pengiriman Uang (MTCN), dan negara asal pengiriman uang.
Jangan memberitahu detil transaksi ini kepada orang lain selain penerima yang
sudah kita tunjuk.
5. Lacak keberadaan uang kita
Lihat di tautan "pelacakan" pada halaman utama dari website Western Union
(http://www.westernunion.co.id/id/MoneyTransferLink).

Kita

dapat

melacak

status uang kita dengan mengetik nama (seperti yang tertera di formulir
'Pengiriman Uang') dan Nomor Transaksi Pengiriman Uang (MTCN).
Kita juga dapat menghubungi (021) 3040-5730 (hanya berlaku untuk telepon dari
Indonesia) untuk memeriksa status pengiriman uang kita.
6. Unsecured Loans (Pinjaman tanpa jaminan)
Pinjaman tanpa jaminan adalah uang yang dipinjamkan dari satu pihak kepada pihak
lain tanpa jaminan untuk mengamankan pembayaran tersebut. Dalam kebanyakan

kasus, jenis pinjaman ini dianggap agak berisiko tinggi, karena pemberi pinjaman
biasanya tidak memiliki cara untuk memaksa peminjam untuk mematuhi persyaratan
atau melakukan pembayaran pada waktu yang singkat atas tindakan hukum. Untuk
alasan ini, sebagian besar pinjaman tanpa jaminan membawa tingkat bunga yang
relatif tinggi dan sering hanya tersedia bagi mereka dengan nilai kredit yang kuat.

Alasan untuk mengejar sebuah kredit tanpa jaminan


Pinjaman tanpa jaminan yang digunakan terutama untuk kebutuhan kecil, biaya
jangka pendek, seperti krisis kesehatan atau pernikahan atau biaya pemakaman.
Mereka biasanya dimaksudkan harus dibayar kembali dalam waktu sekitar satu
tahun, meskipun istilah dapat bervariasi tergantung pada jumlah yang
dipermasalahkan dan hubungan antara pemberi pinjaman dan peminjam. Ketika
peminjam tidak memiliki banyak harta berharga, mengejar pinjaman tanpa
jaminan dapat menjadi salah satu cara mereka hanya mendapatkan akses ke dana
yang dibutuhkan.
Syarat peminjam pinjaman tanpa jaminan
Sebagian besar pinjaman, kecuali pinjaman anggota keluarga pribadi atau dari
tempat kerja, mengharuskan peminjam berumur 18 tahun untuk meminjam uang.
Semua bayaran pinjaman membutuhkan usia ini, dan akan meminta bukti, seperti
SIM atau tanda pengenal dengan foto.
Dengan pinjaman tanpa jaminan, jumlah uang yang didapat digunakan untuk
menentukan berapa banyak dapat meminjam. Perusahaan pinjaman akan ingin
tahu di mana peminjam bekerja, berapa banyak yang diperoleh di setiap gaji dan
frekuensi membayar peminjam. Jika peminjam memiliki sumber pendapatan lain,
seperti jaminan sosial tunjangan cacat, peminjam dapat memilih untuk
melaporkan pendapatan ini juga.
Pemeriksaan atau rekening tabungan
Bagi sebagian besar pinjaman tanpa jaminan, peminjam harus menyediakan
rekening tabungan. Ini adalah kasus untuk pinjaman militer dan gajian, karena ini

adalah bagaimana uang pinjaman akan diberikan kepada peminjam melalui


deposit langsung. Ketika pinjaman jatuh tempo, perusahaan juga akan secara
otomatis menarik uang dari akun yang sama. Banyak perusahaan mengharuskan
peminjam memiliki deposit langsung untuk gaji peminjam, sehingga mereka yakin
uang akan berada di sana ketika mereka menariknya.
Informasi lain
Pinjaman tanpa jaminan dapat membantu dalam keadaan darurat keuangan.
Sayangnya, pinjaman seperti pinjaman yang dibayar per hari membawa tingkat
bunga yang sangat tinggi, serta biaya keterlambatan dan denda untuk
keterlambatan pembayaran dan cek kembali. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan
keuangan bahkan lebih untuk peminjam, serta menyebabkan dia harus mengambil
pinjaman baru hanya untuk menutupi biaya keuangan yang tinggi pinjaman
pertama disebabkan. Pro dan kontra dari pinjaman tanpa jaminan harus ditimbang
dengan hati-hati sebelum mendaftar.
Pokok - pokok penting dari pinjaman tanpa jaminan

Permohonan pinjaman tanpa jaminan biasanya didasarkan pada rating atau


riwayat kredit pribadi, status keuangan dan jumlah yang dipinjam, dan Anda
tidak diharuskan untuk menawarkan sejumlah aset Anda sebagai jaminan
untuk pinjaman. Anda tentu saja terikat secara hukum untuk membayar
kembali pinjaman yang telah disepakati.

Atas tiga alasan orang mengambil pinjaman tanpa jaminan adalah untuk
mengkonsolidasi utang ke dalam satu pinjaman mungkin lebih murah, untuk
melaksanakan proyek-proyek bisnis, kredit konsumsi atau untuk membeli
barang kebutuhan pribadi.

Ketika memutuskan apakah layak atau tidak Anda mendapat pinjaman tanpa
jaminan, pemberi pinjaman akan melihat riwayat kredit pribadi Anda dan
menilai

berapa

banyak

resiko

kredit yang

ketika

pihak Bank meminjamkan uang. Tingkat suku bunga yang ditawarkan akan
mencerminkan seberapa besar tingkat resiko pinjaman tanpa jaminan.

Sumber Referensi
http://akhmadsubairiyanto.blogspot.com/2010/03/sistem-kliring-nasional-bankindonesia.html
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/291135-nasabah-lebih-banyak-transfer-dengan-rtgs
http://carapinjamanbank.blogspot.com/2013/05/jenis-jenis-bank-garansi.html
http://edratna.wordpress.com/2008/01/07/bank-garansi-apa-dan-bagaimana-kegunaannya/
http://id.wikipedia.org/wiki/Letter_of_credit
http://koengback.wordpress.com/
http://mediatorinvestor.wordpress.com/artikel/mengenal-bank-garansi/
http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2007/12/letter-of-credit-serie-2.html
http://pvaberizin.blogspot.com/2010/03/pengiriman-uang-money-remittance.html
http://smallnotepads.blogspot.com/2013/05/jenis-jenis-bank-garansi-1.html
http://www.bi.go.id/id/statistik/sistem-pembayaran/moneyremittance/Contents/Penyelenggara.aspx
http://www.westernunion.co.id/id/how_to_send.php
http://www.bii.co.id/corporate/loan/loc/Pages/Letter-of-Credit.aspx
http://www.bankmandiri.co.id/article/824867670210.asp?article_id=824867670210
http://www.wisegeek.com/what-is-an-unsecured-loan.htm
http://www.ehow.com/list_6705053_requirements-unsecured-loan_.html
http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/sistem-setelmen/bi-rtgs/birtgs/Contents/Default.aspx
Taswan, Akuntansi Perbankan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2005
UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998

Vous aimerez peut-être aussi