Vous êtes sur la page 1sur 39

REFERAT

PENYAKIT GINJAL KRONIK


(CHRONIC KIDNEY DISEASE)

PEMBIMBING:
dr. SURYANTINI, Sp.PD
dr. WIDODO, Sp.PD
DISUSUN OLEH:
AKBAR FADHELI
KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RSAU ESNAWAN ANTARIKSA
PERIODE 716 MARET 22 MEI 2015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA, MEI 2014

PENYAKIT GINJAL
KRONIK

ANATOMI GINJAL

PENDARAHAN GINJAL

NEFRON

FUNGSI GINJAL

FISIOLOGI GINJAL

DEFINISI PENYAKIT GINJAL


KRONIS
Suatu proses patofisologis dengan etiologi

yang beragam, mengakibatkan penurunan


fungsi ginjal yang progresif dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal.

FAKTOR RESIKO

KLASIFIKASI
LFG (ml/mnt/1,73m2)

(140 umur) x berat badan


72 x kreatinin plasma (mg/dl)

*) pada perempuan dikalikan 0,85

EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat 1995-1999 100 kasus

perjuta penduduk pertahun, dan angka


meningkat sekitar 8% setiap tahunnya.

ini

World

Health Organization (WHO) bahwa


sebanyak 155 juta penduduk dunia pada tahun
2002 mengidap penyakit ginjal kronik dan
diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat
hingga melebihi angka 200 juta pada tahun 2025.

Pernefri

(Perhimpunan Nefrologi Indonesia)


tahun 2009 menyatakan prevalensi gagal ginjal
kronik di Indonesia sekitar 12,5%.

ETIOLOGI

PATOFISIOLOGI

ANAMNESIS

PENATALAKSANAAN
1.

Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya

2.

Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid

3.

Memperlambat pemburukan atau progresivitas


fungsi ginjal

4.

Pencegahan dan
kardiovaskular

5.

Pencegahan dan terapi


penyakit ginjal kronis

6.

Terapi pengganti ginjal


transplantasi ginjal

terapi

terhadap
terhadap
berupa

penyakit
komplikasi

dialisis

atau

Pencegahan dan Terapi


Terhadap Kondisi Komorbid
Penting

sekali untuk mengikuti dan


mencatat penurunan LFG pada passien
penyakit ginjal kronik. Hal ini untuk
mengetahui kondisi komorbid yang dapat
memperburuk keadaan pasien.

Faktor-faktor

komorbid ini antara lain


gangguan
keseimbangan
cairan,
hipertensi yang tidak terkontrol, infeksi
traktus urinarius, obat-obat nefrotoksik,
bahan radiokontras, atau peningkatan
aktivitas penyakit yang mendasari.

Menghambat Pemburukan
Fungsi Ginjal
Faktor

utama penyebab pemburukan


fungsi ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi
glomerulus.

Dua

cara penting untuk mengurangi


hiperfiltrasi
glomerulus
ini
adalah
pembatasan asupan protein dan terapi
farmakologis

Pencegahan dan Terapi


Terhadap Penyakit
Kardiovaskular
40-45%

kematian pada penyakit ginjal


kronik
disebabkan
oleh
penyakit
kardiovaskular.

Hal-hal yang termasuk dalam pencegahan

dan terapi penyakit kardiovaskular adalah


pengedalian
diabetes,
pengendalian
hipertensi,
pengendalian
dislipidemia,
pengendalian
anemia,
pengendalian
hiperfosfatemia
dan
terapi
terhadap
kelebihan
cairan
dengan
gangguan
keseimbangan elektrolit.

Pencegahan dan Terapi


Terhadap Komplikasi
Penyakit

ginjal kronik mengakibatkan


berbagai komplikasi yang manifestasinya
sesuai dengan derajat penurunan fungsi
ginjal yang terjadi.

Osteodistrofi Renal merupakan komplikasi

penyakit ginjal kronik yang sering terjadi.


Penatalaksanaan osteodistrofi renal
dilaksanakan dengan cara mengatasi
hiperfosfatemia dan pemberian hormon
kalsitriol (1.25(OH)2D3).

Mengatasi
Hiperfosfatemia

Pembatasan asupan fosfat. Pemberian diet rendah fosfat sejalan


dengan diet pada pasien penyakit ginjal kronik secara umum yaitu,
tinggi kalori, rendah protein dan rendah garam, karena fosfat
sebagian besar terkandung dalam daging dan produk hewan seperti
susu dan telor. Asupan fosfat dibatasi 600-800 mg/hari. Pembatasan
asupan fosfat yang terlalu ketat tidak dianjurkan, untuk menghindari
terjadinya malnutrisi.

Pemberian pengikat fosfat. Pengikat fosfat yang banyak dipakai


adalah garam kalsium, alumunium hidroksida, garam magnesium.
Garam-garam ini diberikan secra oral, untuk menghambat absorbsi
fofat yang berasal dari makanan. Garam kalsium yang banyak
dipakai adalah kalsium karbonat (CaCO3) dan kalsium asetat.

Pemberian bahan kalsium memetik (calcium mimetic agent). Akhirakhir ini dikembangkan sejenis obat yang dapat menghambat
reseptor Ca pada kelenjar paratiroid, dengan nama sevelamer
hidrokhlorida. Obat ini disebut juga calcium mimetic agent, dan
dilaporkan mempunyai efektivitas yang sangat baik serta efek
samping yang minimal.

Pemberian Kalsitriol (1.25(OH2D3)

Pemberian kalsitriol untuk mengatasi osteodistrofi


renal banyak dilaporkan. Tetapi pemakaiannya
tidak begitu luas, karena dapat meningkatkan
absorbsi fosfat dan kalsium di saluran cerna
sehingga
dikhawatirkan
mengakibatkan
penumpukan kalsium karbonat di jaringan, yang
disebut kalsifikasi metastatik. Disamping itu juga
dapat mengakibatkan penekanan yang berlebihan
terhadap kelenjar paratiroid.

pemakainnya dibatasi pada pasien dengan kadar


fosfat darah normal dan kadar hormon paratiroid
(PTH) >2,5 kali normal.

Pembatasan Cairan
dan Elektrolit

Untuk mencegah terjadinya edema dan komplikasi


kardiovaskular.

Elektrolit yang harus diawasi asupannya adalah


kalium dan natrium. Pembatasan kalium dilakukan,
karena hiperkalemia dapat mengakibatkan aritnia
jantung yang fatal. Oleh karena itu, pemberian
obat-obat yang mengandung kalium dan makanan
yang tinggi kalium (seperti buah dan sayuran)
harus dibatasi.

Kadar kalium darah yang dianjurkan adalah 3,55,5 mEq/lt.

Jumlah garam natrium yang diberikan, disesuaikan


dengan tingginya tekanan darah derajat edema
yang terjadi.

Terapi Pengganti Ginjal


(Renal Replacement
Therapy)
Terapi pengganti ginjal pada penyakit

ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG


kurang dari 15 ml/mnt. Terapi pengganti
tersebut dapat berupa hemodialisis,
peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.

KOMPLIKASI

PROGNOSIS
Penyakit penyakit ginjal kronik dengan

komplikasi gagal ginjal tidak dapat


disembuhkan sehingga prognosis jangka
panjangnya buruk, kecuali dilakukan
transplantasi ginjal.

Penatalaksanaan yang dilakukan

bertujuan hanya untuk mencegah


progresifitas dari penyakit ginjal kronik itu
sendiri.

Vous aimerez peut-être aussi