Vous êtes sur la page 1sur 3

Pada zaman dahulu, di sebuah kerajaan bernama

Medhangkamulan hidupah seorang raja raksasa bernama Prabu


Dewatacengkar. Ia terkenal sangat kejam dan jahat. Lambat laun
rakyatnya semakin berkurang, karena setiap hari rakyatnya dijadikan
santapannya.
Kabar kekejaman Prabu Dewatacengkar sampai di Pulau
Majethi tempat Raden Ajisaka tinggal. Mendengar hal itu Raden
Ajisaka berniat ingin menolong rakyat Medhangkamulan. Maka dari
itu ia memanggil kedua adiknya yang bernama Dora dan Sembada.
Mereka diberi tugas, Dora disuruh untuk menemani Raden Ajisaka ke
Medhangkamulan dan Sembada disuruh menyimpan dan merawat
baik-baik keris pusaka milik Raden Ajisaka selama Raden Ajisaka
bepergian.
Sesampainya di kerajaan Medhangkamulan mereka menemui
Sang Prabu Dewatacengkar, Huahahahahaha.......... ada perlu apa
kau datang kemari ? Tanya prabu Dewatacengkar, Saya ke sini
menghadap Baginda Raja untuk menyerahkan diri menjadi
makanan untuk Baginda Raja jawab Ajisaka, Ngoahahahaha......
apakah kau serius, baiklah, sebelum kau kumakan kau kuberi satu
permintaan Prabu Dewatacengkar tertawa kegirangan, lalu sang
Ajisaka menyebutkan permintaannya Kalau boleh saya ingin
menggelar sorban saya di Alun-alun Medhangkamulan ,
Bhah..hahahahahaha...... itu saja, hal yang sangat mudah, kapan
kau akan melakukan hal itu ? Prabu Dewatacengkar tertawa
terbahak-bahak, Lebih cepat lebih baik, sekarang juga jawab
Ajisaka, Baiklah Jawab Prabu Dewatacengkar setuju.

Setelah mereka sampai di Alun-alun Medhangkamulan, Raden


Ajisaka menggelar sorban yang ada di kepalanya, Prabu
Dewatacengkar terkejut dan bingung, sebab sorban yang digelar
Raden Ajisaka terus memanjang, dan seolah-olah ia dikejar-kejar
oleh sorban itu. Ia terlihat sangat panik, akhirnya ia berlari terbiritbirit sampai ia tak sadar bila di depannya ada jurang yang
dibawahnya ada samudranya, akhirnya ia terjatuh ke dalam jurang
tersebut dan mati.
Akhirnya rakyat Medhangkamulan telah merdeka seutuhnya.
Karena ia telah memerdekakan Medhangkamulan, akhirnya ia
dinobatkan sebagai Raja yang baru di Medhangkamulan, akhirnya
Raden Ajisaka berubah nama menjadi Prabu Ajisaka. Lalu ia
menyuruh Dora untuk mengajak Sembada ke Medhangkamulan
dengan membawa Keris Pusaka Ajisaka dan memberitahu Sembada
bahwa Raden Ajisaka telah menjadi raja di Medhangkamulan.
Sampai di Pulau Majethi ia melaksanakan perintah Raden
Ajisaka. Sembada.... Sang Raden Ajisaka telah menjadi raja di
Medhangkamulan, aku diutus untuk mengajakmu ke
Medhangkamulan, oh ya.... jangan lupa Keris Pusaka Raden
Ajisaka dibawa Ajak Dora dengan gembira, Serius ?, syukurlah,
tapi maaf kalau membawanya aku tak bisa, karena tak ada
seorangpun yang boleh menyentuh apalagi memegangnya kecuali
Raden Ajisaka sendiri Jawab Sembada, Oh........ jadi begitu ya
kamu tak mau menaati perintah Prabu Ajisaka, sini berikan !!!!.......
kalau tak mau maka kau akan berhadapan denganku Dora mulai
marah dengan Sembada, Baik kalau aku harus menghadapimu
dahulu, apapun akan kulakukan untuk menjaga amanat sang
Prabu Ajisaka Jawab Sembada dengan lantang.
Akhirnya terjadilah pertarungan di antara mereka berdua.
Karena mereka sama saktinya akhirnya mereka mati sampyuh/mati
dua-duanya. Prabu Ajisaka sangat heran, kenapa lama sekali mereka
datangnya, maka ia menyusul Dora ke Pulau Majethi. Ia terkejut

melihat kedua adiknya mati semua, ia menangis dan sedih. Saat


itulah sang Prabu Ajisaka menciptakan aksara jawa, yaitu
:
HA NA CA RA KA

: Ana caraka / Ada utusan

DA TA SA WA LA

: Saling bersikukuh mempertahankan


pendapat masing-masing

PA DHA JA YA NYA

: Padha sektine / Sama saktinya

MA GA BA THA NGA : Mati kabeh (mati sampyuh) / Mati


semuanya

Vous aimerez peut-être aussi