Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai
tindakan meliputi pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita yang
mengalami pembedahan, pemberian bantuan hidup dasar, pengobatan intensif
pasien gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun. Pada
prinsipnya dalam penatalaksanaan anestesi pada suatu operasi terdapat
beberapa tahap yang harus dilaksanakan yaitu pra anestesi yang terdiri dari
persiapan mental dan fisik pasien, perencanaan anestesi, menentukan
prognosis dan persiapan pada pada hari operasi. Sedangkan tahap
penatalaksanaan anestesi terdiri dari premedikasi, masa anestesi dan
pemeliharaan, tahap pemulihan serta perawatan pasca anestesi.
Tonsilitis kronis merupakan peradangan kronik pada tonsil yang biasanya
merupakan kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi subklinis dari
tonsil.Pada tonsillitis kronis, ukuran tonsil dapat membesar sedemikian
sehingga disebut tonsillitis kronis hipertrofi.Mengingat dampak yang
ditimbulkan makatonsilitis kronis hipertrofi yang telah menyebabkan
sumbatan jalan napas harus segera ditindak lanjuti dengan pendekatan
operatif tonsilektomi. Tonsilektomi yang didefinisikan sebagai metode
pengangkatan tonsil berasal dari bahasa latin tonsilia yang mempunyai arti
tiang tempat menggantungkan sepatu serta dari bahasa yunani ectomy yang
berarti eksisi. Beragam teknik tonsilektomi terus berkembang mulai dari abad
21 diantaranya diseksi tumpul, eksisi guillotine, diatermi monopolar dan
bipolar, skapel harmonik, diseksi dengan laser dan terakhir diperkenalkan
tonsilektomi dengan coblation. Adapun teknik yang sering dilakukan adalah
diseksi thermal menggunakan elektrocauter.
Pemilihan jenis anestesi untuk tonsilektomi ditentukan berdasarkan usia
pasien, kondisi kesehatan dan keadaan umum, sarana prasarana serta
keterampilan dokter bedah, dokter anestesi dan perawat anestesi. Di
Indonesia, tonsilektomi masih dilakukan di bawah anestesi umum, teknik
anestesi lokal tidak digunakan lagi kecuali di rumah sakit pendidikan dengan
tujuan untuk pendidikan.
Mengingat tonsilektomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan
dengan anestesi umum maupun lokal, komplikasi yang ditimbulkannya
merupakan gabungan komplikasi tindakan bedah dan anestesi. Komplikasi
terkait anestesi terjadi pada 1:10.000 pasien yang menjalani tonsilektomi.
Komplikasi ini terkait dengan keadaan status kesehatan pasien. Adapun
komplikasi yang dapat ditemukan berupa laringospasme, gelisah pasca
operasi, mual, muntah, kematian pada saat induksi pada pasien dengan
hipovolemia, hipersensitif terhadap obat anestesi serta hipotensi dan henti
jantung terkait induksi intravena dengan pentotal.
1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
1.3.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu penulis hanya
menggambarkan atau memaparkan suatu peristiwa yang terjadi pada masa
kini.
Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara langsung terhadap pasien, keluarga
pasien, perawat ruangan dan petugas kesehatan yang terlibat dalam kasus
ini.
b. Observasi
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang penulisan, tujuan penulisan,
BAB II
Lingkup Bahasan
a. Materi
Materi dalam pembahasan kasus ini adalah mengenai asuhan keperawatan
dan penatalaksanaan anestesi umum (intubasi tracheal) pada An. I usia 10
tahun dengan tindakan Tonsilektomi.
b. Waktu
Waktu pengambilan kasus ini tanggal 20 November 2014.
c. Tempat
Tempat pengambilan kasus ini di Instalasi Bedah SentralBLUD RSU Kota
Banjar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. TONSILITIS
2.1.1. Pengertian
Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang
memiliki keaktifan munologik. Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak
menyebarke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui
mulut,hidung dantenggorokan. Oleh karena itu, tidak jarang tonsil mengalami
peradangan.
Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut merupakan
inveksi tonsilyang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik merupakan tonsillitis
yang terjadi berulangkali.
Tonsilektomi adalah operasi pengangkatan tonsil atau amandel. Operasi ini
merupakan operasi THT yang paling sering dilakukan pada anak-anak.
Tonsilektomi dilakukan hanya jika pasien mempunyai masalah-masalah berikut :
a. Menderita tonsillitis berulang
b. Hipertrofi tonsil dan adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi
c. Serangan otitis media purulens berulang
d. Diduga kehilangan pendengaran akibat otitis media serosa yang terjadi
dalam kalbunya dengan pembasaran konal dan adenoid
e. Kecurigaan keganasan tonsil pada orang dewasa muda dan dewasa
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori.
Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran
di faring yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil
lingual, dan tonsil tubal.
a. Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di
dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar
anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus).
Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil
tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong
diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral
orofaring. Dibatasi oleh:
(a) Lateral muskulus konstriktor faring superior
(b) Anterior muskulus palatoglosus
Pendarahan
Persarafan
10
Streptokokus Viridans
Streptokokus Piogenes
Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (
droplet infections )
Pathway
11
Penyebaran limfogen
Proses inflamasi
Tonsilitis akut
hipertermi
Edema tonsil
Nyeri telan
Kurangnya pendengaran
Infeksi sekunder
Otitis media
Resiko perubahanstatus
nutrisi < dari kebutuhan
tubuh
Kelemahan
Intoleransi
aktifitas
12
(tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu. Tampak arkus palatinus anterior
terdorong ke luar dan uvula terdesak melewati garis tengah.Kelenjar sub
mandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak-anak. Pembesaran
adenoid dapat menyebabkan pernapasan mulut, telinga mengeluarkan
cairan,kepala sering panas, bronchitis, napas baud an pernapasan bising.
2.1.6. Komplikasi
Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara
perkontinuitatum ke daerah sekitar atau secara hematogen atau limfogen
ke organ yang jauh dari tonsil. Adapun berbagai komplikasi yang kerap
ditemui adalah sebagai berikut :
a
13
seperti asma maka tindakan anestesi akan lebih spesifik lagi. Untuk hal ini
perlu pengetahuan lebih mendalam mengenai fisiologi dan anatomi
sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas.
2.2.1. Pengertian Anestesi
Istilah anestesi pertama kali dikemukakan oleh ahli filosofi
Yunani yang bernama Dioscorides. Anestesi adalah hilangnya rasa
sakit.Anestesi berarti hilangnya segala sensasi panas, dingin, rabaan,
kedudukan tubuh (posture), nyeri dan biasanya dihubungkan dengan
hilangnya kesadaran.Anestesi umum berarti hilangnya sakit diseluruh
tubuh yang disertai dengan hilangnya kesadaran yang bersifat
sementara akibat pemberian obat anestesi. Setelah obat ini mengalami
metabolisme dan dikeluarkan oleh tubuh, keadaan akan pulih kembali
seperti semula.
2.2.2. Anestesi Umum
Anestesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit
secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali
(reversibel).Komponen trias anestesi yang ideal terdiri dari analgetik,
hipnotik, dan relaksasi otot.
Obat anestesi yang masuk ke pembuluh darah atau sirkulasi
kemudian menyebar ke jaringan. Yang pertama terpengaruh oleh obat
anestesi ialah jaringan kaya akan pembuluh darah seperti otak, sehingga
kesadaran menurun atau hilang, hilangnya rasa sakit, dan sebagainya.
Seseorang yang memberikan anestesi perlu mengetahui stadium
14
15
16
ASA II
17
I.
Anamnesis
1.
2.
3.
18
4.
5.
6.
7.
8.
II.
Pemeriksaan Fisik
1.
2.
19
3.
4.
5.
Mallampati I :
Palatum
molle,
uvula,
dinding posterior
oropharynk, tonsilla palatina dan tonsilla
pharingeal
ii.
Mallampati II :
uvula, dinding
Palatum
molle,
sebagian
posterior uvula
iii.
Mallampati III :
iv.
Mallampati IV:
20
6.
7.
8.
9.
III.
2.
3.
4.
EKG
2.
3.
21
4.
5.
AGD, elektrolit.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
22
23
25
26
cepat. Hipotensi
kardiovaskuler
berupa
hipotensi,
aritmia,
takikardi,
27
28
2.2.6. Pemeliharaan
a. Nitrous Oksida (N2O)
Merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis dan
tidak iritatif, tidak berasa, lebih berat dari udara, tidak mudah
terbakar/meledak, dan tidak bereaksi dengan soda lime absorber
29
30
= 4 ml/kgBB/jam
Sedang
= 6 ml/kgBB/jam
Berat
= 8 ml/kgBB/jam
31
2.2.8. Pemulihan
Pasca anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca operasi
dan anestesi yang biasanya dilakukan di ruang pulih sadar atau
recovery room yaitu ruangan untuk observasi pasien pasca atau
anestesi.Ruang pulih sadar merupakan batu loncatan sebelum pasien
dipindahkan ke bangsal atau masih memerlukan perawatan intensif di
ICU.Dengan demikian pasien pasca operasi atau anestesi dapat
terhindar dari komplikasi yang disebabkan karena operasi atau
pengaruh anestesinya.
Untuk memindahkan pasien dari ruang pulih sadar ke ruang
perawatan perlu dilakukan skoring tentang kondisi pasien setelah
anestesi dan pembedahan. Beberapa cara skoring yang biasa dipakai
untuk anestesi umum yaitu cara Aldrete dan Steward, dimana cara
Steward mula-mula diterapkan untuk pasien anak-anak, tetapi sekarang
sangat luas pemakaiannya, termasuk untuk orang dewasa. Sedangkan
untuk regional anestesi digunakan skor Bromage.
32
No
Kriteria
Skor
.
1
Aktivitas
motorik
Respirasi
Sirkulasi
Apneu/tidak bernapas
33
Kesadaran
Warna kulit
1
0
Sadar penuh
Pucat
Sianosis
34
BAB III
TINAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas
I. Identitas Klien
Nama
: An. I
Umur
: 10 tahun
Jenis Kelami
: Perempuan
Pendidikan
: SD
Suku/bangsa
: Sunda/Indonesia
Tanggal Masuk RS
: 19 November 2014
NO.MED.REC
: 280910
35
Ruang/kamar
: Raflesia
Diagnosa Medis
: Tonsilitis Kronik
Tanggal Pengkajian
: 20 November 2014
Alamat
: Tn. K
Umur
: 46 tahun
Pendididkan
: SMP
Pekerjaan
: Wiraswasta
Suku/Bangsa
: Sunda/Indonesia
Alamat
1. Keluhan Utama
Keluhan utama saat masuk rumah sakit : nyeri saat menelan
Keluhan utama saat dikaji
: nyeri saat menelan dan
cemas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
36
37
38
12. Integumen
Keadaan kulit bersih, tidak terdapat lesi dan keadaan kulit lembab.
NO
1.
AKTIVITAS
DI RUMAH
DI RUMAH SAKIT
Nasi
Nasi
Frekuensi
3x1
3x1
Tambahan
Buah-buahan
Kue
Pantangan
Keluhan
Jenis
Air putih
Air putih
Frekuensi
7 gelas/hari
7 gelas/hari
*Cairan
39
Jumlah
2.
3.
1680 ml/hari
1680 ml/hari
Tidur siang
2 jam
1 jam
Tidur malam
8 jam/hari
5-6 jam/hari
Kualitas
Bentuk
Normal feces
Normal feces
Frekuensi
1x2/hari
1x/hari
Warna
Kuning khas
Kuning khas
Frekuensi
Kuning khas
Kuning khas
Keluhan
2-4x/hari
3x/hari
Eliminasi
*BAB
*BAK
Warna
4.
Personal Hygiene
40
Mandi
2x/hari
Di seka 1x/hari
Gosok Gigi
2x/hari
2x/hari
Cuci Rambut
3x/minggu
Ganti Pakaian
1x/hari
2x/hari
5. Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan
Hasil
Normal
Golongan Darah
AB
Hb
10.0
10-18 g/dl
Leukosit
10.7
4.0-11,.0 ribu/mm3
41
Hematokrit
29.9
30-55%
Eritrosit
6.24
4.76-6.95 juta/uL
Trombosit
471
150-450 ribu/mm3
Masa Pendarahan/bt
230
1-3 Menit
Masa Pembekuan/ct
615
6-11 Menit
LED
Sgot
17
<37 U/I
Sgpt
11
<41 U/I
Kreatinin
0.55
08-1.5 ma/dl
Ureum
21.7
10-50 ma/dl
GDS
117
80-150 ma/dl
3.1.7. Therapi
Infus RL
: 20 gtt/menit
42
Cefotaxime
: 2x1000 mg IV
Kalnex
: 3x250 mg IV
Tramadol
: 50-100mg
IV
Masalah
Nyeri
(Pre operasi)
Pasien mengatakan
Penyebaran limfogen
tenggorokan
DO:
Wajah klien tampak
meringis, skala nyeri 3 (010)
-
Etiologi
Invasi kuman patogen
TTV:
TD: 130/80 mmhg
Proses inflamasi
Udema tonsil
Nyeri
N: 110 x/m
RR: 20 x/m
S : 36.40c
DS:
Pasien mengatakan takut
Tindakan pembedahan
Cemas
GA
(Pre operasi)
43
Merangsang neuro
tranmiteruntuk
mengeluarkan histamin,
bradikinin,
S : 36.4 c
Hipotalamus
-
Rencana tindakan
pembedahan
Thalamus
tonsilektomi dengan
general anestesi
Korteks serebri
Dipersepsikan
DS:-
Kecemasan
Tindakan pembedahan
Gangguan kestabilan
DO:
dengan GA
hemodinamik
(Intra Operasi)
Akan di lakukan
pembedahan dengan
GA yang menggunakan
kaardiovaskuler akibat
44
Penekanan pada
hipotalamus
Thalamus
DO:
-
Lumpuhnya otot
pernapasan
Penurunan tekanan
Gangguan kestabilan
Pemberian obat
pelumpuh otot
(post operasi)
Menghambat
inspirasi dan
bertemunya Ach dan
-
ekspirasi
Penurunan ventilasi
(dyspnea)
Apnoe
reseptor Ach
Menghambat kontraksi
neuromuscular junction
45
46
3.4. Intervensi
Nama
: An. I
Tangal MRS
: 19 November 2014
Umur
: 10 tahun
No.RM
: 28.09.10
Jenis kelamin
: Perempuan
DX Medis
: Tonsilitis Kronis
NO
Diagnosa
Tujuan
Setelah di lakukan
tindakan keperawatan
inflamasi
Perencanaan
Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri.
2. monitor TTV
Rasional
1. Mengetahui tingkat nyeri
2. Mengetahui setiap
perubahan yang terjadi
-Nyeri hilang
4. Berikan lingkungan
- Skala nyeri 0
yang tenang
pada pasien
3. Memberikan
kenyamanan pada pasien
4. Rangsangan yang
berlebihan dari
lingkungan akan
5. Kolaborasi dengan
47
analgetik
6. Berikan obat analgetik
sesuai instruksi dokter
rencana tindakan
keperawatan untuk
mengurangi nyeri
6. Membantu mempercepat
proses penyembuhan dan
cemas berhubungan
Setelah di lakukan
tindakan keperawatan
pembedahan akan di
harapkan klien
1. Kaji tingkat
kecemasan
2. Cari penyebab dan
kecemasan
2. Mengetahui faktor
cara mengatasi
kecemasan
cara mengatasinya
3. Melihat keadaan umum
mengurangi sakit
1. Mengetahui tingkat
3. Monitor TTV
Dengan kriteria:
-
pasien untuk
4. Beri kesempatan orang
tua serta pasien untuk
bertanya
Jangka pendek:
Setelah dilakukan peraatan
48
pasien.
4. Memberi kesempatan
5. Beri penjelasa
mengutatarakan perasaan
nya
5. Memberikan solusi
dalam mengatasi stress
mengenai prosedur
merasa nyaman
berdoa
Gangguan hemodinamik
sehubungan dengan
Setelah di lakukan
setelah di lakukan GA
kardiovaskuler di tandai
fungsi kardiopulmonal
hasil :
1. Kontrol sistem
kardiovaskuler klien
dengan benar
2. Cukupi kebutuhan
cairan pasien sesuai
dengan volume darah
1. Agar hemodinamik
kembali stabil.
2. Agar sistem
kardiovaskuler tetap
berfungsi dengan baik
tidak adekuat
pasien tidak merasa
rumatan pasien
3. Monitoring TTV.
3. Mengetahui apabila
teterjadi perubahan
yang signifikan pada
saat tindakan operasi
berlangsung
49
sakit
4. Mengetahui apabila
terjadi
4. Monitoring intake
output
ketidakseimbangan
cairan tubuh
pasien
2. Beri obat
frekuensi nafas
normal
irama nafas normal
ekspansi dada
simetris
tidak menggunakan
obat tambahan
tidak sianosis
anticholinesterase
50
jalan napas
4. Jaga jalan napas
( Triple manuver dan
51
menjadi lancar
4. Agar tidak terjadi
sumbatan jalan napas
OPA)
5. Beri suplai oksigen 3 L
5.Untuk mempertahankan
di ruang pemulihan
: An. I
Umur
: 10 tahun
No.RM
: 28.09.10
Jenis kelamin
: Perempuan
DX Medis
: Tonsilitis Kronis
Tangal/jam
DX
Implementasi
Evaluasi
kep
20-11-12
13.50 WIB
1.
2.
3.
4.
S:-Pasien mengatakan
nyeri berkurang
O:
-
tenang
5. Berkolaborasi dengan dokter
tampak rileks
- TTV:
TD= 100/60 mmhg
HR= 82 x/m
wajah klien
A: Masalah teratasi
sebagian
P:Melanjutkan
tindakan
selanjutnya di ruang
20-11-2014
13.55 WIB
perawatan
S: Orang tua pasien
mengatakan sudah
tidak merasa cemas
O:
-
pasien tampak
tenang
TTV=
A: Masalah teratasi
P: Intervensi di
hentikan
1. Mengontrol sistem kardiovaskuler
S:-
O:
-
Hasil tensi
hemodinaik klien
menunjukan angka
-
kestabilan
TTV
TD: 100/60mmhg
ND: 82 x/m
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Meneruskan rencana
observasi seperti:
-
Mengobservasi
TTV pasien dalam
24 jam post operasi
Mengobservasi
tanda-tanda
komplikasi dini dan
laju dari pemberian
obat-obatan anestesi
selama operasi
seperti mual, pusing
20-11-2014
14.05 WIB
S:
SaO2 100 %
Tidak sianosis
napas tambahan
Aliran oksigen
lepas)
4. jaga jalan napas ( Tripel manuver
lancar
TTV
TD= 100/60
mmHg
N= 82 x/m
A: Masalah teratasi
P: Intrevensi di
lanjutkan
Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka :
54
: Tonsilitis Kronis
Status Operatif
: ASA 1, Mallampati I
Jenis Operasi
: Tonsilektomi
Jenis Anastesi
: General Anastesi
Laporan Anestesi
(a) Diagnosis Pra Bedah
Tonsilitis Kronik
Penatalaksanaan Preoperasi
Infus RL 500 cc
Penatalaksanaan Anestesi
Jenis Pembedahan
: Tonsilektomi
Jenis Anestesi
: General Anestesi
Teknik Anestesi
Mulai Anestesi
Mulai Operasi
Premedikasi
: Fentanyl 50 g
Induksi
: Propofol 50 mg iv
Roculax 20 mg iv
Maintanance
Intubasi
Respirasi
Posisi
Cairan Durante Operasi
Pemantauan TD dan HR
Selesai operasi
: 14.25 WIB
Pre Operatif
a) Persiapan Pasien
(a) Memeriksa identitas pasien (nama, diagnosa, RM)
(b) Periksa hasil pemeriksaan penunjang , laboratorium
(c) Memaastikan inform consent, SIO (+) dan SIA (+) telah di
sepakati
(d) Memeriksa kembali apakah pasien menggunakan bahan dari
logam, gigi palsu
(e) Menyanyakan kembali puasa pasien apakah sesuai dengan
yang di anjurkan
(f) Memastikan apakah infus sudah terpasang dengan baik,
menetes dengan lancar , dan sudah terpasang cairan RL
(g) Mengganti pakaian pasien dengan pakaian khusus di kamar
bedah
b) Persiapan alat
56
3)
(b)
Tube (pipa napas; ETT ukuran 4.5, 5.0, dan 5.5 dengan
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
(k)
(l)
Epineprin
(d) Obat anti chollnesterase
Neogstimin
f
Intra Operative
a) Pasien masuk ke kamar operasi pada pukul 14.00
b) Premeedikasi : Fentanyl 50 g pada pukul 14.03
c) Induksi pada jam 14.05 dengan menggunakan
Propofol 50 mgIV
Roculax 20 mg IV
Sevofluran 8%
d) Pelaksanaan intubasi di lakukan pada pukul 14.10 WIB dengan
prosedur :
(a)
(b)
(c)
(d)
medial
(e) Angkat handle sehinggah rahang terbuka dan terlihat lubang
trakea yang terletak di belakang epiglotis, jika belum terlihat
gunakan selic manuver yaitu memnekan daerah krikoidke
dalam sehinggah lubang trakea terlihat.
(f) Setelah terlihat ambil ETT no 5,5 lalu masukan pada lubang
trakea
(g) Setelah yakin masuk, kembangkan balon ETT dengan spuit 10
cc kemudian sambungkan dengan conector yang tersambung
pada mesin anestesi
(h) Tes kedalaman ETT dengan stetoscope pada daerah apex
kanan dan kiri untuk memastikan ETT benar-benar masuk ke
dalam trakea dan mengecek keseimbangan pengembangan
antara paru-paru kanan dan kiri
58
e) Maintenence
Untuk mempertahankan stadiium anestesi maka di lakukan
maintenence dengan cara pemberian N20 dan O2 1 liter/mnt
( 50:50) dan sevofluran 2 vol %.
f) Monitoring tanda-tanda vital
Selama operasi berjalan di lakukan monitoring TTV setiap 3
menit sekali dengan menggunakan monitor yang telah di atur
secara otomatis dan pencatatan di lakukan setiap setiap 5 menit
sekali.
Monitoring intra Operatif
Waktu
Tekanan Darah
Nadi
SPO2
14.00
130/80
110x/mnt
100%
14.10
100/60
82x/mnt
100%
14.15
110/60
110x/mnt
96%
14.20
112/60
105x/mnt
99%
14.25
112/70
100x/mnt
98%
59
14.30
130/80
120x/mnt
100%
: 25 kg
Jenis Operasi
: Sedang
Puasa
: 8 jam
Jumlah = 65 ml/jam
2
Pengganti Puasa
Rumus : Jam puasa x maintanance = ...... ml
Pengganti puasa = 8 jam x 65 ml
= 520ml
61
6
7
= 875 ml
( Perdarahan ringan : di ganti dengan cairan Kristaloid)
9 Cairan yang sudah di berikan ( kristaloid)
Pre operasi = RL 200 ml
Intra operasi = 300 ml
Total = 500 ml
h) Pukul 14.25 operasi selesai N20 di hentikan pasien hanya di beri
O2 untuk mencegah hipoksia dan di lakukan suction saliva sebelum
di ekstubasi yang bertujuan untuk mengurangi resiko terjadinya
spasme akibat rangsang lendir di jalan napas dan membantu pasien
untuk mempermudah bernapas
i) Pelaksanaan ekstubasi pada pukul 14.30
j) Ekstubasi di lakukan setelah memenuhi kriteria :
(a) Napas pasien telah adekuat
(b) Tanda-tanda vital telah kembali stabil
(c) SpO2 di atas 95%
(d) Otot pernapasan telah adekuat
(e) Refleks menelan dan batuk (+)
Prosedur ekstubasi :
(a) Sebelumnya di lakukan suction lendir sampai benar-benar
(b)
(c)
(d)
(e)
bersih
Lepaskan fiksasi ETT yang menempel pada wajah pasien
Kempeskan balon ETT dengan spuit10 cc
Cabut ETT pada saat ekspirasi
Berikan pasien O2 dengan menggunakan face mask dan alirkan
O2100 %
g. Post Operatif
63
: compos mentis
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Di pasang O2
: 130/70 mmHg
: 110x/m
: 20 x/m
: 3 ltr/m
c) Monitoring TTV
Waktu
Tekanan darah
Nadi
Saturasi
14.30
130/70
110
100%
Tanda
Aktivitas
Kriteria
Mampu menggerakan 4 ekstremitas
Mampu menggerakan 2 ekstremitas
Tidak mampu menggerakan
Nilai
2
1
0
ekstremitas
Respirasi
2
1
0
Sirkulasi
2
1
0
64
Kesadaran
Sadar penuh
Dapat di bangunkan jika di panggil
Tidak bereaksi
2
1
0
Warna kulit
Merah
Pucat
Sianosis
2
1
0
Jumla
10
tertinggi
Skor > 9 pasien di perbolehkan pindah dari ruang pemulihan
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Penatalaksaan anestesi pada pasien yang akan dilakukan
tonsilektomi dengan diagnosis Tonsilitis Kronis dengan anestesi
berdasarkan uraian tentang Penatalaksanaan Anestesi Umum pada An. I
65
Usia 10 Tahun dengan Tonsilitis Kronis di BLUD RSU Kota Banjar maka
penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemilahan tehnik anestesi pada kasus Tonsilitis Kronis
hendaknya mempertimbangkan beberapa hal seperti: kondisi
pasien, kesediaan alat, durasi operasi yang menyangkut
keterampilan operator dan tehnik anestesi yang benar-benar
dikuasai.
2. Segala prosedur pre operatif sangatlah penting guna untuk
menunjang kelancaran operasi.
3. Penanganan intra operatif monitoring kedalaman anestesi,
analgetik, pengeluaran, dan pemasukan cairan juga sebagai
perawat anestesi sangat penting untuk melakukan
4.
pendokumentasian.
Penangan post operatif pada pasien tonsilitis kronis bisa terjadi
peningkatan hemodinamik akibat nyeri post operatif, frekuensi
napas yang cepat dan kecil dapat terjadi akibat nyeri dari luka
operatif pada tenggorokan, maka perlu dilakukannya
monitoring TTV pasien dan selanjutnya dilakukan penyerahan
pasien kepada petugas ruangan setelah penilaian alderette score
mencapai 9-10.
4.2.
Saran
66
67
DAFTAR PUSTAKA
1. Tatang bisri, Sp.An. (K),Prof,Dr,general anesthesia.Bandung
2. Himendra. W, Sp.An, Prof, Anesthesiologi untuk mahasiswa kedokteran,
Bandung
3. Mariyln. E. Doengus. ( 2000 ). Rencana Asuhan Keperawatan,edisi
3,Penerbit buku kedokteran, Jakarta
68