Vous êtes sur la page 1sur 18

Antena Horn

- Ikhtisar dasar-dasar antena Horn digunakan dalam aplikasi microwave RF.


Antena Horn digunakan dalam transmisi dan penerimaan sinyal RF microwave, dan antena biasanya
digunakan bersama dengan feed Waveguide. Antena Horn keuntungan namanya dari
penampilannya. Waveguide dapat dianggap untuk membuka keluar atau yang akan berkobar,
meluncurkan sinyal ke antena penerima.
Antena Horn sering digunakan sebagai standar badan, dan sebagai feed untuk antena parabola atau
'hidangan', serta digunakan sebagai antena RF di kanan mereka sendiri. Salah satu penggunaan
tertentu dari antena Horn itu sendiri adalah untuk sistem radar jarak dekat, seperti yang digunakan
untuk penegakan kecepatan otomotif.
Ketika digunakan sebagai bagian dari reflektor parabola, Horn berorientasi pada permukaan reflektor,
dan mampu memberikan penerangan yang cukup bahkan dari permukaan tanpa membiarkan radiasi
ketinggalan reflektor. Dengan cara ini ia mampu memaksimalkan efisiensi dari antena secara
keseluruhan. Penggunaan antena Horn juga meminimalkan respon palsu dari antena reflektor
parabola untuk sinyal yang tidak di lobus utama.

Horn antena digunakan untuk aplikasi RF microwave


Dasar Horn antena konsep
Antena tanduk dapat dianggap sebagai transformator RF atau pertandingan impedansi antara
pengumpan Waveguide dan ruang bebas yang memiliki impedansi 377 ohm. Dengan memiliki
meruncing atau memiliki akhir menyala untuk Waveguide antena tanduk terbentuk dan ini
memungkinkan impedansi dicocokkan.Meskipun Waveguide akan memancarkan tanpa antena Horn,
ini memberikan pertandingan jauh lebih efisien.
Selain pertandingan ditingkatkan disediakan oleh antena Horn, juga membantu menekan sinyal
bepergian melalui mode yang tidak diinginkan di Waveguide dari yang terpancar.
Namun keuntungan utama dari antena Horn adalah bahwa ia menyediakan tingkat signifikan
directivity dan keuntungan. Untuk tingkat yang lebih besar gain antena tanduk harus memiliki aperture
besar. Juga untuk mencapai keuntungan maksimum untuk suatu ukuran kecepatan rana, lancip harus
panjang sehingga fase dari gelombang-depan adalah sebagai hampir konstan mungkin di
aperture. Namun ada datang suatu titik di mana untuk memberikan peningkatan kecil pada
keuntungan, peningkatan panjang menjadi terlalu besar untuk membuatnya masuk akal. Dengan
demikian tingkat keuntungan adalah keseimbangan antara ukuran aperture dan panjang. Namun
mendapatkan tingkat untuk antena Horn mungkin sampai 20 dB dalam beberapa kasus.
Horn antena jenis
Ada dua tipe dasar antena horn: piramida dan kerucut. Yang piramida, seperti namanya adalah empat
persegi panjang sedangkan yang bergelombang biasanya melingkar. Horn bergelombang

menyediakan pola yang hampir simetris, dengan beamwidths E dan H pesawat yang hampir
sama. Selain itu adalah mungkin untuk mengendalikan lobus sisi yang lebih baik dengan antena
tanduk berbentuk kerucut atau bergelombang.
Ringkasan
Antena Horn adalah bentuk yang sangat berguna antena untuk digunakan dengan aplikasi microwave
RF dan pengumpan Waveguide. Meskipun tidak digunakan di bawah frekuensi gelombang mikro RF
karena waveguides tidak digunakan pada frekuensi rendah sebagai akibat dari ukuran yang
dibutuhkan, antena Horn mungkin sebuah bentuk yang sangat berguna dari desain antena RF untuk
digunakan pada frekuensi tinggi.

DIELEKTRIKUM
2.2 Dielektrikum
Dielektrisitas merupakan karakter tingkatan suatu bahan (dielektrikum) apabila terpolarisasi oleh
medan listrik. Dielektrikum yaitu bahan yang tidak memiliki electron bebas. Jika suatu dielektrikum
tidak dipengaruhi medan listrik, muatan positif dan negative tidak akan terpisah.

Gambar 2.2 Dielektrikum yang dipengaruhi medan listrik


Jika suatu dielektrikum dipengaruhi medan listrik, maka muatan negatif dalam dielektrikum akan
ditarik ke arah yang bertentangan dengan arah medan listrik, sedangkan muatan positif ditarik ke
arah searah dengan arah medan listrik, sehingga muatan positif dan negatif terpisah. Pengaruh
muatan positif dan negatif dalam dielektrikum saling menetralkan, jadi yang berpengaruh hanyalah
muatan di tepi dielektrikum. Muatan induksi di tepi dielektrikum ini terjadi ketika dipengaruhi
medan listrik. Dengan adanya muatan induksi pada tepi-tepi dielektrik, maka kuat medan listrik
menjadi lebih kecil karena muatan-muatan induksi menyebabkan medan listrik ke arah yang
berlawanan dengan medan listik muatan asli. Apabila rapat muatan asli dan rapat muatan induksi
1, maka kuat medan listrik dalam dielektrik diantara lempengan bermuatan berlawanan adalah
(2.2)
dengan rapat muatan induksi berbanding lurus dengan kuat medan listrik yang mempengaruhinya .
Tetapan dinamakan suseptibilitas listrik dielektrikum, dimana semakin besar suseptibilitasnya
maka semakin mudah diinduksikan muatan listrik.

Gamma Match Antenna


Antena gamma match merupakan antena 1/2 lamda dengan tambahan matching impedans yang
lebih fleksibel pengaturannya (var kapasitor) dengan menggeser-geser lewat gamma
match/roadnya. Jenis antena ini pernah saya rakit (th 1994) dan dipakai untuk pemancar
FM dengan hasil bagus pada settingan impedans yang pas. Pengukuran SWR dapat stabil 1:1 cukup
kecil. Sayang waktu itu belum ada dokumentasi fotonya Antena saya pasang vertikal hanya
drivennya saja di dalam kamar setinggi 170 cm dengan kabel belden RG 58 dapat mencapai paling
tidak -+5 Km (dari wirobrajan Gg. Gatotkoco sampai sekitar alun-alun kraton YK) apa lagi jika
dipasang diluar rumah dan pada ketinggian cukup tinggi.

MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) merupakan salah satu jenis transistor
yang memiliki impedansi mauskan (gate) sangat tinggi (Hampir tak berhingga) sehingga dengn
menggunakan MOSFET sebagai saklar elektronik, memungkinkan untuk menghubungkannya dengan
semua jenis gerbang logika. Dengan menjadikan MOSFET sebagai saklar, maka dapat digunakan
untuk mengendalikan beban dengan arus yang tinggi dan biaya yang lebih murah daripada
menggunakan transistor bipolar. Untuk membuat MOSFET sebgai saklar maka hanya menggunakan
MOSFET pada kondisi saturasi (ON) dan kondisi cut-off (OFF). Kurva Karakteristik MOSFET Wilayah
Cut-Off (MOSFET OFF) Pada daerah Cut-Off MOSFET tidak mendapatkan tegangan input (Vin = 0V)
sehingga tidak ada arus drain Id yang mengalir. Kondisi ini akan membuat tegangan Vds = Vdd.
Dengan beberapa kondisi diatas maka pada daerah cut-off ini MOSFET dikatakan OFF (Full-Off).
Kondisi cut-off ini dapat diperoleh dengan menghubungkan jalur input (gate) ke ground, sehingga
tidaka ada tegangan input yang masuk ke rangkaian saklar MOSFET. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut. Gambar Rangkaian MOSFET Sebagai Saklar Pada Kondisi Cut-Off
Karakeristik MOSFET pada daerah Cut-Off antara lain sebagai berikut. Input gate tidak mendapat
tegangan bias karena terhubung ke ground (0V) Tegangan gate lebih rendah dari tegangan treshold
(Vgs < Vth) MOSFET OFF (Fully-Off) pada daerah cut-off ini. Tidak arus drain yang mengalir pada
MOSFET Tegangan output Vout = Vds = Vdd Pada daerah cut-off MOSFET dalam kondisi open
circuit. Dengan beberapa karakteristik diatas maka dapat dikatakan bahawa MOSFET pada daerah
Cut-Off merupakan saklar terbuka dengan arus drain Id = 0 Ampere. Untuk mendapatkan kondisi
MOSFET dalam keadaan open maka tegnagan gate Vgs harus lebih rendah dari tegangan treshold

Vth dengan cara menghubungkan terminal input (gate) ke ground. Wilayah Saturasi (MOSFET ON)
Pada daerah saturasi MOSFET mendapatkan bias input (Vgs) secara maksimum sehingga arus drain
pada MOSFET juga akan maksimum dan membuat tegangan Vds = 0V. Pada kondisi saturasi ini
MOSFET dapat dikatakan dalam kondisi ON secara penuh (Fully-ON). Gambar Rangkaian MOSFET
Sebagai Saklar Pada Kondisi Saturasi Karakteristik MOSFET pada kondisi saturasi antar lain
adalah : Tegangan input gate (Vgs) tinggi Tegangan input gate (Vgs) lebih tinggi dari tegangan
treshold (Vgs>Vth) MOSFET ON (Fully-ON) pada daerah Saturasi Tegangan drain dan source ideal
(Vds) pada daerah saturasi adalah 0V (Vds = 0V) Resistansi drain dan source sangat rendah (Rds <
0,1 Ohm) Tegangan output Vout = Vds = 0,2V (Rds.Id) MOSFET dianalogikan sebagai saklar kondisi
tertutup Kondisi saturasi MOSFET dapat diperoleh dengan memberikan tegangan input gate yang
lebih tinggi dari tegangan tresholdnya dengan cara menghubungkan terminal input ke Vdd. Sehingga
MOSFET mejadi saturasi dan dapat dianalogikan sebagai saklar pada kondisi tertutup.

APLIKASI THYRISTOR DAN SCR`


April 18, 2014

Silicon Controlled Rectifier (SCR) merupakan alat semikonduktor empat lapis (PNPN) yang
menggunakan tiga kaki yaitu anoda (anode), katoda (cathode), dan gerbang (gate) dalam
operasinya. SCR adalah salah satu thyristor yang paling sering digunakan dan dapat melakukan
penyaklaran untuk arus yang besar.

Gambar 1 Bentuk fisik SCR


SCR dapat dikategorikan menurut jumlah arus yang dapat beroperasi, yaitu SCR arus rendah dan
SCR arus tinggi. SCR arus rendah dapat bekerja dengan arus anoda kurang dari 1 A sedangkan
SCR arus tinggi dapat menangani arus beban sampai ribuan ampere.

Gambar 2 Konstruksi dan


simbol SCR
Simbol skematis untuk SCR mirip dengan simbol penyearah dioda dan diperlihatkan pada
Gambar 2. Pada kenyataannya, SCR mirip dengan dioda karena SCR menghantarkan hanya pada
satu arah. SCR harus diberi bias maju dari anoda ke katoda untuk konduksi arus. Tidak seperti
pada dioda, ujung gerbang yang digunakan berfungsi untuk menghidupkan alat.
Operasi SCR
Operasi SCR sama dengan operasi dioda standar kecuali bahwa SCR memerlukan tegangan
positif pada gerbang untuk menghidupkan saklar. Gerbang SCR dihubungkan dengan basis
transistor internal, dan untuk itu diperlukan setidaknya 0,7 V untuk memicu SCR. Tegangan ini
disebut sebagai tegangan pemicu gerbang (gate trigger voltage). Biasanya pabrik pembuat SCR
memberikan data arus masukan minimum yang dibutuhkan untuk menghidupkan SCR. Lembar
data menyebutkan arus ini sebagai arus pemicu gerbang (gate trigger current). Sebagai contoh
lembar data 2N4441 memberikan tegangan dan arus pemicu :
VGT = 0,75 V
IGT = 10 mA
Hal ini berarti sumber yang menggerakkan gerbang 2N4441 harus mencatu 10 mA pada
tegangan 0,75 V untuk mengunci SCR.

Gambar 3 SCR yang


dioperasikan dari sumber DC
Skema rangkaian penghubungan SCR yang dioperasikan dari sumber DC diperlihatkan pada
Gambar 3. Anoda terhubung sehingga positif terhadap katoda (bias maju). Penutupan sebentar
tombol tekan (push button) PB1 memberikan pengaruh positif tegangan terbatas pada gerbang
SCR, yang men-switch ON rangkaian anoda-katoda, atau pada konduksi, kemudian
menghidupkan lampu.Rangkaian anoda-katoda akan terhubung ON hanya satu arah. Hal ini
terjadi hanya apabila anoda positif terhadap katoda dan tegangan positif diberikan kepada
gerbang Ketika SCR ON, SCR akan tetap ON, bahkan sesudah tegangan gerbang dilepas. Satusatunya cara mematikan SCR adalah penekanan tombol tekan PB2 sebentar, yang akan
mengurangi arus anoda-katoda sampai nol atau dengan melepaskan tegangan sumber dari
rangkaian anoda-katoda.
SCR dapat digunakan untuk penghubungan arus pada beban yang dihubungkan pada sumber
AC. Karena SCR adalah penyearah, maka hanya dapat menghantarkan setengah dari gelombang
input AC. Oleh karena itu, output maksimum yang diberikan adalah 50%; bentuknya adalah
bentuk gelombang DC yang berdenyut setengah gelombang.

Gambar 4 SCR yang


dioperasikan dari sumber AC

Skema penghubungan rangkaian SCR yang dioperasikan dari sumber AC diperlihatkan oleh
Gambar 4. Rangkaian anoda-katoda hanya dapat di switch ON selama setengah siklus dan jika
anoda adalah positif (diberi bias maju). Dengan tombol tekan PB1 terbuka, arus gerbang tidak
mengalir sehingga rangkaian anoda-katoda bertahan OFF. Dengan menekan tombol tekan PB1
dan terus-menerus tertutup, menyebabkan rangkaian gerbang-katoda dan anoda-katoda diberi
bias maju pada waktu yang sama. Prosedur arus searah berdenyut setengah gelombang melewati
depan lampu. Ketika tombol tekan PB1 dilepaskan, arus anoda-katoda secara otomatis menutup
OFF ketika tegangan AC turun ke nol pada gelombang sinus.

Gambar 5 Aplikasi SCR sebagai kontrol output suplai daya pada motor DC
Ketika SCR dihubungkan pada sumber tegangan AC, SCR dapat juga digunakan untuk merubah
atau mengatur jumlah daya yang diberikan pada beban. Pada dasarnya SCR melakukan fungsi
yang sama seperti rheostat, tetapi SCR jauh lebih efisien. Gambar 5 menggambarkan
penggunaan SCR untuk mengatur dan menyearahkan suplai daya pada motor DC dari sumber
AC.

Gambar 6 Aplikasi SCR untuk start lunak motor


AC induksi 3 fase
Rangkaian SCR dari Gambar 6 dapat digunakan untuk start lunak dari motor induksi 3 fase.
Dua SCR dihubungkan secara terbalik paralel untuk memperoleh kontrol gelombang penuh.
Dalam tema hubungan ini, SCR pertama mengontrol tegangan apabila tegangan positif dengan
bentuk gelombang sinus dan SCR yang lain mengontrol tegangan apabila tegangan negatif.
Kontrol arus dan percepatan dicapai dengan pemberian trigger dan penyelaan SCR pada waktu
yang berbeda selama setengah siklus. Jika pulsa gerbang diberikan awal pada setengah siklus,
maka outputnya tinggi. Jika pulsa gerbang diberikan terlambat pada setengah siklus, hanya
sebagian kecil dari bentuk gelombang dilewatkan dan mengakibatkan outputnya rendah.
Aplikasi SCR
Pada aplikasinya, SCR tepat digunakan sebagai saklar solid-state, namun tidak dapat
memperkuat sinyal seperti halnya transistor. SCR juga banyak digunakan untuk mengatur dan
menyearahkan suplai daya pada motor DC dari sumber AC, pemanas, AC, melindungi beban
yang mahal (diproteksi) terhadap kelebihan tegangan yang berasal dari catu daya, digunakan
untuk start lunak dari motor induksi 3 fase dan pemanas induksi. Sebagian besar SCR
mempunyai perlengkapan untuk penyerapan berbagai jenis panas untuk mendisipasi panas
internal dalam pengoperasiannya.

Aplikasi SCR pada saklar solid state

Solid state relay berfungsi sama seperti halnya relay mekanik, dengan solid state relay kita dapat
mengendalikan beban AC maupun DC daya besar dengan sinyal logika TTL. Rangkaian solid
state relay terdiri dari 2 jenis, yaitu solid state relay DC dan solid state relay AC. Pada gambar

rangkaian dibawah merupakan skema dari rangkaian solid state relay yang digunakan untuk
jaringan AC 220V dengan daya maksimum 500 watt. Rangkaian solid state relay ini dibangun
menggunakan TRIAC BT136 sebagai saklar beban dan optocopler MOC3021 sebagai isolator.
Solid state relay pada gambar rangkaian dibawah dapat digunakan untuk mengendalikan beban
AC dengan konsumsi daya maksimal 500 watt.
Daya maksimum rangkaian solid state relay ini ditentukan oleh kapasitas menglirkan arus oleh
TRIAC Q1 BT136. Untuk membuat rangkaian solid state relay dapat dilihat gambar rangkaian
dan komponen yang digunakan sebagai berikut.

Gambar 6. Rangkaian Solid State Relay 220VAC 500W


Rangkaian solid state relay pada gambar diatas dapat digunakan untuk mengendalikan beban
dengan tegangan kerja AC dari 24 volt hingga 220 volt. Rangkaian solid state relay ini
dikendalikan dengan sinyal logika tinggi TTL 2 5 volt DC yang diberikan ke jalur input solid
state relay. Untuk meningkatkan daya atau kemampuan arus solid state relay ini dapat dilkukan
dengan mengganti TRIAC Q1 BT136 dengan TRIAC yang memiliki kapasitas arus yang lebih
besar. TRIAC Q1 BT136 pada rangkaian solid state relay diatas harus dilengkapi dengan
pendingin (heatsink) untuk meredam panas yang dihasilkan TRIAC pada saat mengalirkan arus
ke beban.
APLIKASI THYRISTOR UNTUK PENGATUR TEGANGAN AC/DC
Berkembangnya teknologi elektronika daya, khususnya dengan adanya penemuan Thyristor,
maka pemanfaatan konverter dan inverter merupakan sebuah solusi pemutakhiran pengendali
kelistrikan, misalnya dalam pengaturan tegangan ac / dc yang mudah, luwes, praktis, dan
ekonomis.
Thyristor khususnya SCR (silicon controlled rectifier) memiliki 3 buah elektroda: anoda (A),
katoda (K), dan gate (G) merupakan piranti elektronik yang banyak diterapkan pada rangkaian
elektronika daya. Di dalam konverter arus bolak-balik thyristor merupakan komponen utama,
melalui pengendalian sinyal picu (trigger), maka besarnya sudut konduk (conduction angle)
dan sudut picu (firing delay angle) dapat diatur.
Rangkaian dasar: SCR, beban (RL), dan sumber tegangan (Us) diperlihatkan pada gambar 1.a),
sedangkan gambar 1.b) memperlihatkan bahwa pada sudut konduk SCR = 1200 maka sudut picu
= 600 (interval 1800 adalah sudut konduk+ sudut picu)

pengertian dan jenis transistor


December 20, 2012

Jenis transistor
Ada dua jenis transistor standar, NPN dan PNP, dengan simbol komponen yang berbeda.
Huruf mengacu pada lapisan bahan semikonduktor yang digunakan untuk membuat
transistor. Transistor yang paling sering digunakan saat ini adalah NPN karena ini adalah
jenis yang paling mudah untuk dibuat dari silikon.

Kaki-kaki transistor diberi label basis (B), kolektor (C) dan emitor (E).
Istilah-istilah ini mengacu pada operasional di internal transistor tetapi hal ini tidak banyak
membantu dalam memahami bagaimana transistor digunakan, jadi hanya
memperlakukannya sebagai label!
Darlington pair adalah dua transistor yang dihubungkan bersama untuk memberikan gain
arus yang sangat tinggi.
Selain transistor standar (bipolar junction), juga terdapat transistor efek medan yang
biasanya disebut sebagai FET (field-effect transistor) yang memiliki simbol komponen yang
berbeda
Arus Transistor
Diagram menunjukkan dua jalur arus melalui transistor. Anda dapat membangun rangkaian
ini dengan dua LED standar 5mm warna merah dan transistor NPN daya rendah jenis
apapun (BC108, BC182 atau BC548 misalnya).
Arus kecil pada Basis mengontrol arus pada kolektor yang lebih besar.
Ketika saklar ditutup arus kecil mengalir ke basis (B) pada transistor. Itu hanya cukup untuk
membuat cahaya LED B bersinar redup. Transistor memperkuat arus kecil ini untuk
memungkinkan arus besar mengalir melalui dari kolektor (C) ke emitor (E). Arus kolektor ini
cukup besar untuk membuat lampu LED C menyela dengan cerah.
Ketika saklar terbuka tidak ada arus basis yang mengalir, sehingga transistor menghentikan
arus kolektor. Sehingga kedua LED mati.

Sebuah transistor dapat menguatkan arus dan dapat juga digunakan sebagai saklar.
Ini pengaturan di mana emitor (E) adalah dalam rangkaian pengendali (arus basis) dan
dalam rangkaian yang dikontrol (arus kolektor) disebut mode emitor umum. Ini adalah
pengaturan yang paling banyak digunakan untuk transistor.
Model Fungsional Transistor NPN
Pengoperasian transistor sulit untuk dijelaskan dan dipahami dalam hal struktur internal.
Untuk itu akan lebih efektif jika menggunakan model fungsional:

Sambungan basis-emitor berkerja seperti pada dioda.

Suatu arus basis IB mengalir hanya ketika tegangan VBE yang melalui sambungan
basis-emitor adalah 0,7 V atau lebih.

Arus basis IB yang kecil mengontrol arus kolektor Ic yang besar.

Ic = hFE IB (kecuali transistor penuh dan jenuh)

hFE adalah gain arus (tepatnya gain arus DC), nilai umum untuk hFE adalah 100
(tidak memiliki unit karena rasio)

Resistensi kolektor-emitor RCE dikendalikan oleh arus basis IB:

IB = 0 RCE = tak terhingga transistor off

IB kecil RCE berkurang transistor sebagian bekerja

IB meningkat RCE = 0 transistor bekerja penuh (jenuh)


Catatan tambahan:

Sebuah resistor sering diperlukan dalam seri dengan sambungan basis untuk
membatasi arus basis IB dan mencegah transistor rusak.

Transistor memiliki Peringkat arus maksimum kolektor Ic.

The gain arus hFE dapat sangat bervariasi, bahkan untuk transistor dari jenis yang
sama!

Suatu transistor yang bekerja penuh (dengan RCE = 0) dikatakan jenuh.

Ketika transistor jenuh tegangan VCE kolektor-emitor berkurang hampir 0V.

Ketika transistor jenuh arus kolektor Ic ditentukan oleh suplai tegangan dan
hambatan eksternal dalam rangkaian kolektor, bukan oleh gain arus transistor. Akibatnya
rasio Ic / IB untuk transistor jenuh kurang dari gain arus hFE.

Arus emitor IE = Ic + IB, tapi Ic jauh lebih besar daripada IB, kira-kira IE = Ic.

Penguat Transistor (Kelas A, B, dan C) Berdasarkan titik


kerjanya penguat transistor dibagi menjadi tiga kelas
yaitu:
Penguat Kelas A
Penguat transistor ini mempunyai titik kerja efektif
setengah tegangan Vcc. Agar rangkaian siap bekerja
menerima signal input maka penguat ini memerlukan
bias awal. Penguat kelas A adalah penguat dengan
efesiensi terendah tetapi memiliki cacat signal (distorsi)
terkecil. Untuk mendapatkan titik kerja transistor tepat
setengah tegangan Vcc, maka harus dilakukan sedikit
perhitungan melalui pembagi tegangan yang terdiri dari
dua buah resistor. Karena memiliki distorsi kecil, maka
penguat kelas A dapat digunakan sebagai penguat awal
sebuah sistem (Pre Amp).

Penguat Kelas B
Titik kerja penguat kelas B berada dititik Cut-Off
transistor dan bekerja berdasarkan tegangan bias dari
sinyal input yang masuk. Penguat kelas B akan berada
dalam kondisi OFF jika tidak ada signal input oleh
karena itu maka penguat kelas B ini mempunyai efesinsi
tinggi tetapi tidak dapat bekerja jika tegangan input
kurang dari 0,6 Volt. Hal inilah yang menyebabkan
signal cacat (distorsi). Karena bekerja pada level
tegangan yang relatif tinggi (diatas 1 Volt), maka
penguat kelas B cocok dipakai pada penguat akhir
audio. Penguat kelas B ini dalam aplikasinya
menggunakan sistem konfigusi push-pull yang dibangun
oleh dua transistor.
Pengaut Kelas C
Titik kerja penguat kelas C berada di daerah Cut-Off
transistor (mirip dengan penguat kelas B) tetapi hanya
membutuhkan satu transistor untuk bekerja normal.
Penguat kelas C dipakai untuk menguatkan signal pada
satu sisi atau bahkan hanya puncak-puncak (peak to
peak) signal saja. Penguat ini tidak memerlukan
fidelitas, yang dibutuhkan adalah frekuensi kerja sinyal
dan tidak memperhatikan bentuk sinyal. Penguat kelas
C dipakai pada penguat frekuensi tinggi. Untuk
membantu kerja biasanya sering ditambahkan sebuah
rangkaian resonator LC yang terdiri dari induktor dan
condensator. Penguat kelas C mempunyai efisiensi yang
tinggi sampai 100 % namun dengan fidelitas yang
rendah.
Transistor secara umum dibagi menjadi 2 macam yaitu PNP dan NPN
>>Tansistor NPN

Prinsip kerja dari transistor NPN adalah: arus akan mengalir dari kolektor ke emitor jika basisnya
dihubungkan ke ground (negatif). Arus yang mengalir dari basis harus lebih kecil daripada arus
yang mengalir dari kolektor ke emitor, oleh sebab itu maka ada baiknya jika pada pin basis
dipasang sebuah resistor.
>>Tansistor PNP

Prinsip kerja dari transistor PNP adalah arus akan mengalir dari emitter menuju ke kolektor jika
pada pin basis dihubungkan ke sumber tegangan ( diberi logika 1). Arus yang mengalir ke basis
harus lebih kecil daripada arus yang mengalir dari emitor ke kolektor, oleh sebab itu maka ada
baiknya jika pada pin basis dipasang sebuah resistor.

link sumber ^_^ http://fajar-el-ridikc.blogspot.com/#ixzz3eVk9ZDML

Persamaan
Sebenarnya antara UTP, STP( Shielded Twisted Pair) dan
SSTP (Screened Shielded Twisted Pair) memiliki
kesamaan dari jenis kabelnya, yaitu sama-sama terdiri
atas 4 pasang kabel yang terdiri atas warna putih
orange, orange, putih hijau, hijau, putih biru, biru dan
putih coklat, coklat.
Perbedaan UTP Dan STP

Dapat dilihat dari perbedaan penampang kabel yang


dapat anda lihat diatas . perbedaan kabel STP dengan
kabel UTP adalah pada material kabel dan bahan
pembungkus kabel. Pada kabel UTP, material logam
maupun isolator lebih lunak pun material
pembungkusnya juga lunak. berbeda dengan UTP, STP
material logamnya lebih keras dan secara ukuran lebih
besar sedikit. isolatornya pun lebih keras. sehingga
waktu proses crimping, tangan sampai lecet-lecet.
istimewanya adalah material pembungkusnya, pertama
terdapat pembungkus plastik bening tipis. kedua
alumunium foil dan ada satu kawat yang fungsinya
untuk ground. paling luar lapisan pembungkus mirip
dengan UTP, tetapi lebih tebal dan lebih kuat, warnanya
pun bukan abu-abu tetapi putih.
Bukan hanya masalah kabel, konektornya pun berbeda
dengan UTP. konektornya berlapis logam sebagai
konektor ground. harganya pun sekitar 10x lipat harga
konektor UTP.
Sambungan STP pun berbeda dengan sambungan kabel
UTP. sambungan kabel (I connector) ini memakai lapisan
logam sebagai penerus ground. diluarnya terdapat
jacket untuk melindungi sambungan dari cuaca.
a)

Fisik

Satu-satunya perbedaan antara STP dan kabel UTP


adalah bahan perisai tambahan yang digunakan di kabel
STP. Perisai meliputi panjang penuh kabel dan
melindungi dari gangguan eksternal.
b)

Biaya

Karena bahan tambahan yang digunakan dalam kabel


STP, harganya lebih dari kabel UTP.
c)

Pertimbangan

Sementara menggunakan kabel STP akan menghasilkan


bandwidth maksimum meskipun kondisi eksternal,
shielding yang membuat kabel lebih berat dan lebih
sulit untuk membungkuk.

d)

Gunakan

Kabel UTP biasanya digunakan di rumah dan kantor.


Beberapa perusahaan besar juga menggunakan kabel
karena lebih murah. Perusahaan-perusahaan besar yang
membutuhkan bandwidth maksimum biasanya
menggunakan kabel STP. Kabel STP digunakan di luar
untuk menangani lebih baik dengan unsur-unsur dan
peralatan yang dapat menurunkan kualitas bandwidth

Vous aimerez peut-être aussi