Vous êtes sur la page 1sur 20

COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY

(Terapi perilaku kognitif)


I.

Asal usul
Aaron Beck, mengembangkan terapi kognitif pada 1960 untuk mengobati depresi.
Sejak saat itu, kebanyakan psikoterapi untuk depresi memiliki dasar tersebut dalam
pendekatan psikodinamik yang terinspirasi dari pekerjaan Sigmund Freud. Pertama kali
penelitian mengenai hasil dari CBT untuk depresi dilakukan pada tahun 1977 dan sejak
saat itu, banyak penelitian tentang keefektivan CBT, telah dilakukan. CBT untuk depresi
diberikan baik sebagai terapi tunggal maupun kombinasi dengan medikasi.1
Terapi kognitif-menurut pencetusnya, Aaron Beck didasarkan pada rasional
teoritis yang mendasari bahwa afek dan perilaku seseorang sebagian besar ditentukan
oleh cara ia menstruktur dunia. Penstrukturan seseorang terhadap dunia didasarkan pada
kognisi, yang berdasarkan anggapan (skema yang dikembangkan dari pengalaman
sebelumnya). Menurut Beck, jika seseorang menginterpretasikan semua pengalamannya
dalam hal apakah ia kompeten atau adekuat, pemikirannya dapat didominasi oleh skema,
saya gagal kecuali saya melakukan segala sesuatu dengan sempurna. Akibatnya, ia
bereaksi terhadap situasi secara adekuat ketika situasi tersebut tidak terkait dengan
apakah ia secara pribadi kompeten.2

II.

Definisi

Skema 1. Hubungan perilaku, gejala fisik, emosi, dan pikiran dalam lingkungan situasi
Sumber: NHS Foundation Trust. Cognitive Behavioural Therapy Skills Training Workbook.

Terapi kognitif merupakan terapi struktur jangka pendek yang menggunakan


kolaborasi aktif antara pasien dan terapis untuk mencapai tujuan terapeutiknya, yang
ditujukan pada masalah saat ini serta penyelesaiannya. Terapi biasanya dilakukan secara
individual, meskipun metode kelompok kadang-kadang berguna. Seorang terapis juga
dapat meresepkan obat sebagai tambahan terapi.2
CBT adalah suatu gabungan proses berpikir, pelatihan, dan peningkatan perilaku
positif. CBT membantu orang-orang mengidentifikasi pola kognitif atau pemikiran dan
emosi yang terkait dengan perilaku.1 CBT juga merupakan suatu terapi bicara dimana
dapat membantu orang-orang melihat situasi yang berbeda dari situasi orang tersebut
berada, dan untuk mengerti pemikiran, emosi, dan perilakunya. Gagasannya adalah
bahwa pikiran, emosi, gejala fisik, dan perilaku dapat mempengaruhi satu sama lain dan
maka dapat membantu mempertahankan mood yang kurang baik, seperti depresi.3
Model CBT menekankan bahwa bukanlah situasi yang menyebabkan kelainan
emosional yang dialami oleh individu. CBT meyakinkan bahwa hal tersebut disebabkan
oleh interpretasi atau sudut pandang individu terhadap kejadian atau situasi tertentu. CBT
bekerja dengan memfokuskan pada pemikiran negatif dan mempelajari bagaimana cara
menangani hal tersebut, juga mempelajari cara merubah perilaku yang kurang baik
seperti perilaku penghindaran.3

III.

Prinsip

Skema2. Hubungan antar psikoterapi


Sumber: Gulati G, Lynall M, Lynall E, Saunders K. Psychiatry Lecture Notes

CBT menggabungkan aspek terapi perilaku dan kognitif untuk membentuk suatu
pengobatan yang dapat lebih efektif dibandingkan salah satunya. Hal ini dapat
memberikan manfaat, dengan mengurangi penghindaran, tetapi juga akan menimbulkan
gejala fisik (palpitasi) dan pemikiran negatif otomatis. Hal ini dapat dipergunakan
sebagai dasar untuk intervensi kognitif sederhana, mempergunakan rekaman pikiran
disfungsional, yang dapat membantu pasien mendapatkan kendali kembali akan
pemikiran cemas mereka. Hal ini meningkatkan persepsi diri akan pengendali yang akan
mempermudah pajanan lebih lanjut.4
Penelitian perilaku dapat dipergunakan untuk menguji kepercayaan terhadap
pasien mengenai bagaimana tubuhnya dan dunia di sekitarnya bekerja (contoh: berlari
naik dan turun tangga untuk meningkatkan laju nadi dan mencetuskan palpitasi dan
untuk menunjukkan demonstrasi penyebab ringan dari palpitasi) pengobatan CBT dapat
membantu pasien menganalisa bentuk-bentuk yang berbeda dari hal-hal yang dihindarkan
pada kehidupan mereka. Penghindaran termasuk penghindaran yang terlihat dan tak
terlihat (termasuk perilaku berhati-hati). Hal ini merupakan suatu cara personal
mengurangi perasaan takut.4
Tabel 1. Contoh rekam gejala CBT

Sumber: Geddes J, Price J, Mcknight R.Psychiatry

Prinsip dari CBT:1,4

Pendekatan umum untuk CBT adalah terapis membantu pasien terutama untuk

menjadi sadar, dan kemudian mengubah pemikiran dan perilaku maladaptifnya


Pengobatannya bersifat kolaboratif dan pasien diperlakukan sebagai pasangan yang

aktif dan handal


Pasien melatih cara baru berpikir dan berlaku diantara sesi pengobatan; hal ini disebut

pr
Instruksi tertulis seringkali dipergunakan untuk memberikan penjelasan oleh terapis
selama masa pengobatan, karena penting bagi mereka untuk mengerti prosedur dengan

jelas
Gejala, kognisi, dan perilaku yang terkait dimonitor dengan merekam mereka dalam
rekam pikiran disfungsional, dimana ditandai kemunculan gejala, pemikiran dan
kejadian yang mendahului atau kemungkinan mencetuskan gejala, dan pemikiran dan

kejadian yang mengikuti dan kemungkinan meningkatkan gejala


Pengobatan membutuhkan bentuk dari serangkaian tugas bertingkat dan aktivitas
tertentu dimana pasien memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi masalah yang

lebih ringan sebelum mencoba masalah yang lebih berat


Tugas dan aktivitas tampak sebagai penelitian dimana pencapaian tujuan merupakan
tindakan sukses, dimana apabila tidak tercapai tidak dianggap kegagalan tetapi
4

kesempatan untuk belajar lebih banyak dengan menganalisa dengan baik dimana
terjadi kesalahan. Metode ini membantu mencegah kehilangan semangat dan

mempertahankan motivasi
Penelitian perilaku dapat dipergunakan untuk menguji prediksi pasien akan apa yang

akan terjadi dalam kondisi tertentu


Didasarkan oleh model perilaku-kognitif dari kelainan emosional
Singkat dan dibatasi oleh waktu
Membutuhkan hubungan terapetik yang baik dan membutuhkan usaha kolaboratif
Individu diarahkan untuk menemukan cara baru berpikir untuk dirinya sendiri dengan

pertanyaan spesifik
Terstruktur, mengarahkan, dan berorientasi masalah
Seringkali berdasarkan model edukasi
Bergantung pada metode induksi, pendekatan ilmiah menggunakan logika dan

pemikiran
Menggunakan latihan diantara sesi sebagai ciri utama. Perilaku yang baru dicoba
terlebih dahulu pada situasi yang aman

Hal-hal yang diperlukan dalam melaksanakan terapi CBT:1


Kualitas dari hubungan terapetik
Hubungan antara praktisi CBT dan individu yang membutuhkan pengobatan yaitu
kolaboratif. Mereka bekerja bersama-sama untuk mencoba mengerti kesulitan
seseorang dan apa yang mempengaruhi hal tersebut. Praktisi merupakan seseorang
yang ahli dibidang CBT dimana individu merupakan seseorang yang ahli dalam
kehidupan dan pengalaman hidupnya. Selama terapi, keduanya bekerja bersama untuk
menciptakan dan mencoba cara baru untuk orang tersebut dalam berpikir dan berlaku.
Pada CBT, hubungan terapetik terkadang terlihat seperti pelatihan; praktisi
menggunakan keahliannya untuk menantang pemikrian orang tersebut dan

membimbing mereka untuk mencari alternatif yang bervariasi


Penetapan tujuan
Setelah mengidentifikasi masalah individu, penting halnya bagi praktisi dan individu

menetapkan tujuan bersama untuk mengatasi masalah ini.


Fokus terhadap saat ini
Masa lalu tidak dapat diubah, namun cara pemikiran kita akan masa lalu dapat kita
ubah. Seringkali adanya persoalan pada masa kini dan harapan akan masa depan yang
5

membuat individu mengikuti pengobatan. CBT fokus terutama pada bagaimana


perasaan individu dan bagaimana mengatasi masalah tersebut. Bagaimanapun,
perasaan dan perilaku seringkali ditentukan oleh pengalaman masa lalu. Dengan
membicarakan ketakutan individu, dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketakutan
tersebut, individu dapat mencoba kepercayaan alternatif dan perilaku baru untuk
merasakan hal yang berbeda

Struktur
Sesi dari CBT secara tipikal memiliki waktu selama 1 jam, yang terstruktur dengan
agenda, dan seringkali ditentukan sebelumnya dalam angka. Pada awal dari setiap sesi,
praktisi CBT dan individu membuat agenda tentang topik yang akan mereka bahas dan
kemudian mencoba bekerja sesuai dengan agenda tersebut secara sistematis. Latihan
diantara sesi juga terstruktur, seperti harapan masa depan, untuk mencapai tujuan

spesifik orang tersebut selama masa pengobatan.


Formulasi
Dengan bantuan individu yang membutuhkan pengobatan, praktisi CBT membuat
suatu model rangkaian dari masalah individu dan faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah tersebut. Hal ini disebut dengan formulasi, yang seringkali dikembangkan
dengan menggunakan rekam yang diisi sendiri oleh individu tersebut. Rekam ini dapat
menggambarkan pikiran, perasaan, perilaku, perubahan tubuh, kejadian-kejadian, dan
perilaku orang lain. Formulasi melihat hubungan antara elemen-elemen ini untuk
menjelaskan apa yang membuat terjadinya masalah tersebut.dapat terdapat beberapa
formulasi apabila individu memiliki lebih dari satu masalah. Formulasi dapat berubah
apabila individu datang dengan informasi dan pengalaman baru selama sesi

pengobatan.
Pencegahan relaps
CBT dibatasi oleh waktu. Meskipun jumlah sesi seringkali ditentukan sebelumnya, hal
ini dapat dinegosiasi bergantung pada praktisi, sifat dari masalah seseorang, dan
perubahan kejadian dalam hidup. Pengobatan didesain untuk membantu mencegah
relaps di masa yang akan datang. Hal ini bertujuan untuk memberikan persiapan lebih
kepada seseorang dengan kemampuan yang mereka butuhkan untuk menghadapi
masalah masa depan dengan kemampuan dirisendiri atau bantuan orang lain.

CBT yang dilakukan pada depresi, bergantung kepada semua prinsip dasar CBT,
termasuk kolaboratif, berorientasi saat ini, dan fokus terhadap masalah. Secara tipikal,
pengobatan mencakup:1

Membantu individu membuat aktivitas harian untuk menghasilkan struktur dan tujuan

pada langkah-langkah yang bertahap


Mendukung individu untuk mengetahui dan menantang karakteristik pikiran dan
asumsi negatif dari kedepresian mereka dan untuk mempertimbangkan bukti untuk

IV.

melihat pandangan yang lebih realistik dari pengalamannya


Membantu individu mengubah pusat pikiran dari gejala fisik dan mood negatif terkait

dengan depresi
Membantu individu kembali ke rutinitas aktivitas yang produktif dan dinikmati.

Tujuan
Pada prakteknya, pengobatan kognitif dan perilaku biasanya digabungkan dengan
istilah CBT (Cognitive Behavior Therapy). Terdapat bukti yang baik akan efikasi dari
CBT pada banyak penyakit:2,5

Pada kelainan depresi ringan hingga sedang, CBT setidaknya sama efektif dengan obat
antidepresan
memperbaiki depresi dan mencegah kekambuhannya dengan membantu pasien
mengidentifikasi dan menguji kognisi negatif, mengembangkan skema alternatifdan
lebih fleksibel, serta melatif kognitif dan respons perilaku. Mengubah cara berpikir

orang dapat memperbaiki gangguan depresif


Pada kelainan panik dan cemas fobia, CBT sepertinya merupakan pengobatan yang
paling efektif; manfaatnya lebih bertahan lama daripada anxiolitik dan mencegah

kekambuhan kelainan tersebut


Terdapat bukti yang baik akan efikasi pada neurosis lain termasuk kelainan
somatoform dan OCD
7

Bentuk yang dimodifikasi dari CBT merupakan pengobatan yang paling efektif pada

bulimia nervosa
CBT memiliki beberapa efek terhadap gejala psikotik pada skizofrenia
Terdapat bukti yang tidak konsisten bahwa CBT mencegah relaps pada kelainan
bipolar

V.

Metode
Terapi relatif singkat dan berlangsung hingga kira-kira 25 minggu. Jika pasien
tidak membaik pada waktu ini, diagnosis sebaiknya dievaluasi ulang. Terapi rumatan
dapat dilakukan selama beberapa tahun. Seperti pada psikoterapi lain,perlengkapan
terapis penting untuk keberhasilan terapi. Mereka harus memberikan kehangatan,
memahami pengalaman hidup masing-masing pasien, dan benar-benar tulus serta jujur
dengan diri mereka sendiri maupun pasien. terapis harus dapat berhubungan secara
terampil dan interaktif dengan pasiennya. Terapis kognitif menyusun agenda diawal
setiap sesi, menugaskan pekerjaan rumah untuk dilakukan di antara sesi, dan
mengajarkan keterampilan baru. Terapis dan pasien secara aktif berkolaborasi. Ketiga
komponen terapi kognitif adalah aspek didaktik, teknik kognitif, dan teknik perilaku.2
Aspek terapi didaktik mencakup penjelasan pada pasien trias kognitif, skema, dan
gangguan

logika. Terapis

harus

memberi

tahu

pasien bahwa mereka

akan

memformulasikan hipotesis bersama dan mengujinya selama terapi berlangsung. Terapi


kognitif memerlukan penjelasan penuh hubungan antara depresi dan berpikir, afek, serta
perilaku, juga rasional untuk semua aspek terapi. Penjelasan ini bertentangan dengan
terapi berorientasi psikoanalitik yang membutuhkan sedikit penjelasan.2
Pendekatan terapi kognitif mencakup empat proses:2

Mencetuskan pikiran otomatis


Pikiran otomatis, juga disebut distorsi kognitif, adalah kognisi yang timbul antara
peristiwa eksternal dna reaksi emosional seseorang terhadap peristiwa. Sebagai
contoh, keyakinan bahwa orang akan menertawakan saya ketika melihat betapa
jeleknya permainan bowling saya merupakan pikiran otomatis yang timbul pada
8

seseorang ketika diajak bermain bowling dan berespon negatif. Contoh lain adalah
pikiran seseorang bahwa ia tidak menyukai saya ketika seseorang melewati orang
tersebut tanpa menbyapa. Setiap gangguan psikopatologis memiliki profil gangguan
pikiran kognitifnya sendiri, yang jika diketahui, memberikan kerangka kerja untuk

intervensi kognitif khusus


Menguji pikiran otomatis
Dengan berperan sebagai guru, seorang terapis membantu pasien menguji validittas
pikiran otomatis. Tujuannya adalah mendorong pasien untuk menolak pikiran yang
tidak akurat atau berlebihan setelah pemeriksaan yang teliti. Pasien sering
menyalahkan diri mereka sendiri ketika sesuatu yang berada di luar kendalinya
berjalan tidak sesuai yang diharapkan. Terapis mengkaji ulang keseluruhan situasi
dengan pasien dan membantu menempatkan kembali kesalahan atau penyebab
peristiwa yang tidak menyenangkan. Menciptakan penjelasan alternatif untuk
peristiwa-peristiwa adalah cara lain untuk meruntuhkan pikiran otomatis yang tidak

akurat dan terganggu


Mengidentifikasi dugaan maladaptif
Saat pasien dan terapis terus mengidentifikasi pikiran otomatis, pola biasanya menjadi
jelas. Pola ini menunjukkan peraturan atau dugaan maladaptif umum yang memandu
kehidupan pasien. contoh-contoh peraturan tersebut adalah agar bahagia, saya harus
sempurna dan jika orang tidak suka saya, berarti saya tidak dicintai. Peraturan
seperti itu tidak dapat dihindari akan menimbulkan kekecewaan dan kegagalan serta

akhirnya depresi.
Menguji validitas dugaan maladaptif
Menguji keakuratan dugaan maladaptif serupa dengan menguji validitas pikiran
otomatis. Di dalam uji yang sangat efektif, terapis meminta pasien mempertahankan
validitas dugaan mereka. Contohnya, pasien dapat menyatakan bahwa mereka harus
selalu melatih potensinya, dan terapis dapat bertanya,mengapa hal itu begitu penting
bagi anda

Teknik kognitif dan perilaku sangat terkait: teknik perilaku menguji dan
mengubah kognisi yang maladaptive dan tidak akurat. Keseluruhan tujuan teknik tersebut

adalah membantu pasien mengerti ketidakakuratan dugaan kognitif mereka dan


mempelajari strategi dan cara baru untuk menghadapi masalah tersebut.2
Teknik perilaku di dalam terapi kognitif antara lain menjadwalkan aktivitas,
penguasaan dan kesenangan, tugas bertahap, latihan kognitif, pelatihan untuk bergantung
pada diri sendiri, bermain peran, dan teknik diversi. Menjadwalkan aktivitas jam per jam
adalah salah satu hal pertama yang dilakukan di dalam terapi. Pasien mencatat aktivitas
dan mengkajinya dengan terapis. Disamping aktivitas membuat jadwal, pasien diminta
untuk memberi nilai pada penguasaan dan kesenangan yang diberikan oleh aktivitas
tersebut. Pasien sering terkejut ketika mengetahui bahwa mereka memiliki lebih banyak
penguasaan dan menikmatinya lebih dari yang mereka pikirkan.2
Untuk yang menyederhanakan situasi dan untuk memungkinkan pencapaian
terkecil, terapis sering memecah tugas menjadi subtugas, seperti pada tugas bertahap,
untuk menunjukkan kepada pasien bahwa mereka bisa berhasil. Di dalam latihan
kognitif, pasien membayangkan dan melatih berbagai langkah di dalam menemui dan
menguasai tantangan.2
Pasien, terutama pasien rawat inap, didorong untuk menjadi bergantung pada diri
sendiri dengan melakukan hal-hal sederhana seperti membereskan tempat tidurnya
sendiri, berbelanja sendiri, dan menyiapkan makanannya sendiri. Proses ini disebut
latihan bergantung pada diri sendiri. Bermain peran terutama merupakan teknik yang
berguna untuk menimbulkan pikiran otomatis dan mempelajari perilaku baru. Teknik
diversi berguna untuk membantu pasien melalui masa-masa sulit dan mencakup aktivitas
fisik, kontak sosial, pekerjaan, bermain, dan pembayangan visual.2
Efek pembayangan pada perilaku pertama kali didskusikan oleh paul schilder di
dalam bukunya. The image and appearance of the human body. Schilder mendeskripsikan
citra memiliki komponen fisiologis: ketika seseorang membayangkan mereka berlaari,
mereka mengaktifkan otot yang sama dengan yang digunakan saat berlari dan reaksi ini
dapat diukur dengan elektromiografi. Fenomena ini digunakan di dalam pelatihan
olahraga, disini atlet membayangkan setiap peristiwa yang dapat dipikirkan di dalam
sebuah pertandingan dan mengembangkan daya ingat otot untuk setiap aktivitas. Suatu
kombinasi teori perilaku dan kognitif dapat membantu menguasai anxietas dan
menghadapi situasi yang ditakuti.2
Penghentian pikiran dapat menerapi perilaku impulsif atau obsesif. Contohnya,
pasien membayangkan tanda stop dengan petugas polisi berada di dekatnya atau
10

bayangan lain yang memncetuskan inhibisi pada waktu yang sama saat mereka yang
mengenali impuls atau obsesif yang asing bagi ego. Demikian juga, obesitas dapat
diterapi dengan membuat pasien membayangkan diri mereka sendiri sebagai orang yang
kurus, atletik, langsing, berotot bagus, dan kemudian melatih mereka untuk
membayangkan hal ini ketika mereka memiliki dorongan utnuk makan. Hipnosis atau
pelatihan autogenik dapat meningkatkan pembayangan seperti itu. Di dalam teknik yang
disebut pembayangan yang dipandu, terapis mendorong pasien untuk memiliki khayalan
yang dapat diinterpretasikan sebagai pemenuhan keinginan atau upaya untuk menguasai
afek atau impuls yang mengganggu.2

VI.

CBT pada depresi


Kriteria DSM IV TR episode depresif berat:6
A. Lima atau lebih gejala dibawah telah ada selama periode waktu 2 minggu dan
menunjukkan perubahan fungsi sebelumnya; setidaknya satu gejalaya adalah (1) mood
menurun atau (2) kehilangan minat atau kesenangan.
a. Mood menurun hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang
ditunjukkan baik melalui laporan subjektif atau pengamatan orang lain
b. Menurunnya minat atau kesenangan yang nyata pada semua, atau hampir semua
aktivitas hampir sepanjang hari, hampir setiap hari
c. Penurunan berat badan yang bermakna walaupun tidak diet atau berat badan
d.
e.
f.
g.

bertambah atau menurun maupun meningkatnya nafsu makan hampir setiap hari
Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
Agitasi atau terardasi psikomotor hampir setiap hari
Lelah atau hilang energi hampir setiap hari
Perasaan tidak berarti atau rasa bersalah yang tidak sesuai atau berlebihan hampir

setiap hari
h. Menurunnya kemampuan berpikir atau berkonsentrasi atau keragu-raguan hampir
setiap hari
i. Pikiran berulang mengenal kematian, gagasan bunuh diri berulang tanpa suatu
rencana yang spesifik, atau upaya bunuh diri atau suatu rencana spesifik untuk
melakukan bunuh diri
B. Gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran

11

C. Gejala menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya di dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi lain
D. Gejala tidak disebabkan pengaruh fisiologis langsung zat
E. Gejala sebaiknya tidak disebabkan berkabung
Konsep dasar dari model kognitif depresi adalah bahwa depresi dikarakteristikan
dengan pemikiran negatif. Orang-orang depresi jmemiliki kepercayaan negatif tentang
dirinya, dunia, dan masa depannya. Pemikiran negatif juga bermanifestasi menjadi
kesalahan dalam logika, overgeneralisasi, penarikan kesimpulan global dari satu fakta,
yang merupakan suatu kesalahan.7
Pasien depresi cenderung menarik diri atau menghindari aktivitas sosial dan
pekerjaannya dan mengarahkan kepada kehidupan yang tak terstruktur dan tak aktif.
Terapis menggunakan intervensi perilaku, penjadwalan aktivitas, untuk membantu pasien
meningkatkan tingkat aktivitas dengan membangun aktivitas yang memuaskan atau
menyenangkan pada kehidupannya.4
Menurut teori kognitif depresi, disfungsi kognitif merupakan inti dari depresi, dan
perubahan afektif serta fisik dan ciri depresi yang terkait lainnya merupakan akibat
disfungsi kognitif. Contohnya, apati dan energi yang rendah merupakan akibat dugaan
seseorang akan kegagalan di semua area. Demikian juga, paralisis keinginan berasal dari
pesimisme seseorang serta perasaan putus asa. Trias kognitif depresi adalah persepsi diri
yang negatif yaitu orang melihat diri mereka defektif, tidak adekuat, kekurangan, tidak
berharga, dan tidak diinginkan; mereka memiliki kecenderingan untuk merasakan dunia
sebagai sesuatu yang negatif, menuntut, merusak diri serta mengharapkan kegagalan
maupun hukuman; dan mereka memiliki dugaan atau kesukaran, penderitaan, kekurangan,
serta kegagalan yang terjadi terus menerus.2
Terapi kognitif mencakup usaha untuk memperbaiki pola pemikiran negatif pasien,
dimana, diperkirakan akan membantu mereka mengatasi gejala depresif tersebut.
Meskipun terdapat beberapa psikoterapi perilaku kognitif untuk depresi, peneliti fokus
terutama pada Becks CT. Becks CT merupakan terapi jangka pendek dan terstruktur.7

12

Teknik CT dibagi menjadi tiga kelas. Terapi perilaku dipergunakan untuk


memfasilitasi peran serta pasien dalam aktivitas yang memberikan mereka suatu perasaan
senang, juga untuk menguji kepercayaan (contoh. Saya bahkan tidak bisa bangun pagi
pada pagi hari). Teknik kognitif dipergunakan untuk memberikan pasien semangat untuk
menyembuhkan fungsi kognitif

mereka. Seorang yang depresi dapat belajar untuk

menantang pemikiran saya tidak memiliki keahlian apapun dengan mempertimbangkan


bukti relevan dan spesifik. Pada tahap lanjut dari terapi, pasien diyakinkan untuk
mengenal dan mengubah pola dari pemikiran negatif. Melalui aplikasi dari teknik ini,
pasien diharapkan dapat mengalami gejala depresi yang lebih ringan dan mempelajari
teknik yang diajarkan dalam terapi terhadap kehidupan sehari-harinya. 7
The Cognitive Behavioral Analysis System of Psychotherapy (CBASP) merupakan
terapi yang relatif baru yang ditemukan oleh James McCullough untuk bentuk kronis
depresi. Namun, tidak seperti model CT untuk depresi, model CBASP untuk depresi
menempatkan bahwa pasien depresi berpikir sebelum bertindak dan hal ini merupakan
kontributor utama bagi depresi pasien yakni bahwa hal ini menyebabkan rasa stres pada
kehidupannya masing-masing. Teknik CBASP spesifik telah dikembangkan untuk
menghadapi masalah ini. Meskipun baru dikembangkan, CBASP telah diujipada
percobaan kontrol acak besar dari pasien depresi kronik. Temuan utama adalah bahwa
CBASP dan farmakoterapi merupakan secara ekuivalen efektif dalam jangka pendek (12
minggu), dan kombinasi dari CBASP dan farmakoterapi secara signifikan lebih efektif
daripada salah satu terapi saja.7
Bukti terkuat untuk efikasi Becks CT didapatkan berdasarkan percobaan klinis
acak yang membandingkan CT dengan farmakoterapi. Pada empat penelitian mayor
utama, peneliti gagal menemukan manfaat yang signifikan untuk farmakoterapi. Penelitian
lain yang fokus terhadap depresi rekuren, juga mengemukakan tidak terdapat perbedaan
dalam hal keefektivan antara CT dan farmakoterapi.7
Belakangan ini, terdapat kontroversi mengenai CT sesuai untuk dipergunakan
sebagai terapi lini pertama untuk depresi berat. The treatment of depression collaborative
research program (TDCRP) gagal menemukan perbedaan signifikan antara CT dan
farmakoterapi diantara semua sampel. Namun, analisis lain menunjukkan bahwa
13

farmakoterapi masih lebih baik dibandingkan dengan CT diantara orang-orang dengan


depresi berat. Namun, pada penelitian metanalisis termasuk penelitian TDCRP
menemukan keuntungan yang tidak signifikan dari CT dibandingkan dengan
farmakoterapi.7
Tabel 2. Masalah logika/distorsi kognitif pada gangguan depresi

Sumber: Geddes J, Price J, Mcknight R.Psychiatry

Gangguan depresif (dengan atau tanpa gagasan bunuh diri) merupakan fokus
utama terapi kognitif; meskipun medikian, terapi kognitif juga digunakan pada keadaan
lain, seperti gangguan panik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan kepribadian
paranoid, dan gangguan somatofom. Terapi depresi dapat berfungsi sebagai paradigma
pendekatan kognitif.2

Pengobatan juga mencakup psikoedukasi mengenai depresi yang menormalkan


gejala sebagai bagian dari penyakit, dimana seseorang dapat melakukan sesuatu terhadap
hal tersebut. Seringkali termasuk mempelajari teknik untuk mengatasi masalah dan
mencegah relaps. Perasaan tak berguna diobati pada awal pengobatan karena hal tersebut
berkaitan dengan kejadian bunuh diri.1
CBT untuk depresi telah berhasil diberikan kepada individu, kelompok, ataupun
pasangan. Individu yang memiliki penyakit kronis atau kambuhan seringkali
membutuhkan intervensi berulang, atau penggantian fokus, untuk menunjukkan
14

pengalaman hidup sebelumnya juga personalitas, hubungan interpersonal, dan masalah


identitas.1
CBT untuk kelainan depresi:4

Pemikiran intrusif, biasanya pada tipe yang merendahkan diri (contoh: saya adalah
orang yang gagal). Saat mereka lemah, pemikiran tersebut dapat dinetralkan dengan

pengalihan perhatian, namun saat mereka kuat, akan sangat sulit untuk dikendalikan
Kesalahan logika mengacaukan pemikiran saat mengalami pengalaman, dan
mempertahankan pemikiran intrusif. Terapis membantu pasien mengenali cara pikir

irasional ini dan mengubahnya menjadi pemikiran yang lebih realistik


Asumsi yang maladaptif seringkali mengenai penerimaan sosial; sebagai contoh,
asumsi bahwa hanya seseorang yang sukses atau memiliki tambilan baik disukai oleh
orang lain. Pasien dibantu untuk memeriksa bagaimana ide seperti ini mempengaruhi
dimana mereka hanya berpikir mengenai dirinya sendiri dan orang lain.

Terdapat bukti yang meningkat bahwa cbt merupakan terapi yang efektif terhadap
individu dengan depresi akut, depresi kronis yang berlangsung lebih dari dua tahun, dan
untuk depresi rekuren. CBT telah terbukti efektif untuk anak yang berusia lebih dari 10
tahun, remaja, dan usia tua. CBT dapat mencegah perkembangan depresi pada anak dan
remaja. Terdapat banyak bukti bahwa CBT merupakan terapi yang efektif untuk
pengobatan gejala depresi pada individu dengan kondisi-kondisi medis tertentu seperti
artritis reumatoid, kanker, sklerosis multipel, dan cedera otak.1
Selama pengobatan aktif, dampak dari CBT tampak sama efektifnya dengan
medikasi. Bagaimanapun, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa setelah
pengobatan, jumlah relaps tetap rendah untuk setidaknya selama 2 tahun untuk individu
yang telah diberikan CBT dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan medikasi
tunggal. Lebih menarik lagi, pada satu penelitian yang mengikuti perkembangan individu
selama 6 tahun, individu yang menerima CBT memiliki hanya satu episode relaps dimana
mereka yang menerima medikasi dan diawasi oleh psikiatri mengalami relaps berkalikali. CBT yang dilanjutkan dengan sesi follow up bulanan dapat membantu lebih jauh
15

untuk mengurangi kemungkinan relaps, terutama pada individu yang memiliki depresi
pada onset dini atau gejala depresi yang tidak menghilang pada akhir pengobatan.1
Selain mengurangi gejala , CBT untuk depresi juga tampaknya memiliki dampak
pada aspek fungsi yang lebih luas. Secara umum, fungsi seseorang dalam bekerja,
sekolah, aktivitas rumah dan hobi meningkatkan dan disertai dengan berkurangnya gejala
depresi baik pada saat maupun setelah sesi CBT.1
Pada prakteknya, CBT seringkali dipergunakan sebagai terapi adjunctive dari
medikasi. Penelitian telah membandingkan pengaruh dari CBT dan medikasi dengan
terapi tunggal baik CBT atau medikasi saja. Beberapa, tapi tidak semua, penelitian
menunjukkan kombinasi CBT dan medikasi bekerja lebih baik hanya pada kasus depresi
berat atau kronis namun CBT tunggal bekerja sama baiknya dengan terapi kombinasi
untuk depresi ringan-sedang. Terapi kombinasi juga mungkin dapat memberikan
keuntungan yang lebih besar dalam memberikan terapi terhadap depresi pada remaja.
Diperkirakan bahwa terdapat perbedaan cara kerja CBT dan medikasi pada kelompok
yang berbeda pada individu yang mengalami depresi, meskipun gagasan ini masih
membutuhkan uji coba lebih lanjut.1
Terdapat bukti bahwa CBT bekerja lebih baik dibandingkan dengan terapi
psikologikal lain yang juga dipergunakan untuk mengobati depresi. Namun, efektivitas
dari terapi psikologikal lainnya belum diteliti seekstensif CBT.1

Kebanyakan penelitian telah mengevaluasi CBT untuk depresi menggunakan sesi


sebanyak antara 12 hingga 20. Namun, proporsi individu tertentu berespon terhadap CBT
dalam beberapa sesi pertama terapi. Individu yang berrespon cepat terhadap CBT
cenderung menerima model kognitif dari depresi mereka pada awal-awal penyakit dan
menunjukkan peningkatan harapan untuk masa depan pada onset yang cukup cepat.
Karena perubahan yang cepat yang dialami oleh individu pada CBT, dan karena terapi
yang lebih singkat juga lebih murah, bentuk cepat dari CBT telah dievaluasi. Beberapa
bukti bahwa 6 hingga 8 sesi cukup efektif. Meskipun tidak ada penelitian
membandingkan secara langsung CBT singkat dan standar untuk depresi, tampaknya
16

terapi yang lebih lama dari CBT lebih menguntungkan pada individu dengan depresi
berat.1
Depresi merupakan hal yang sering terjadi dan dapat diperbaiki dengan CBT,
namun kebanyakan kasus tidak diterapi. CBT untuk depresi telah berhasil diadaptasi dan
divalidasi dalam format self help menggunakan

buku, program komputer, atau

internet.1
Penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
memprediksi individu seperti apa yang akan mendapatkan dampak positif dari CBT.
Sebagian besar dari faktor ini terkait dengan penyakit yang kurang parah. Sebagai contoh,
individu dengan penyakit yang tidak berat, onset lebih akut, onset penyakit pada usia
lebih tua, dan episode penyakit lebih sedikit cenderung merespon CBT dengan baik.
Diantara populasi dewasa, faktor demografik seperti jenis kelamin, usia, dan edukasi
secara umum tidak mempengaruhi dampak bagi CBT, meskipun individu yang telah
menikah menunjukkan hasil yangsecara umum lebih baik dibandingkan individu yang
belum menikah. Terdapat bukti bahwa anak-anak merespon lebih baik terhadap CBT
untuk depresi dibandingkan remaja.1
Partisipasi keluarga dalam pengobatan seseorang dengan depresi merupakan hal
yang penting untuk sejumlah alasan. Seringkali, terdapat riwayat keluarga dengan
depresi. Juga, interaksi keluarga dapat terganggu atau sulit apabila salah satu anggota
keluarga mengalami depresi.1
VII.

Efektivitas CBT
Terapi kognitif dapat digunakan sendiri dalam terapi gangguan depresif ringan
hingga sedang atau bersamaan dengan obat anti-depresan untuk gangguan depresif berat.
Sejumlah studi dengan jelas menunjukkan bahwa terapi kognitif efektif dan pada
beberapa kasus menandingi atau setara dengan penggunaan obat saja. Terapi ini
merupakan salah satyu intervensi psikoterapeutik untuk gangguan depresif paling
bermanfaat saat ini dan menjanjikan untuk terapi gangguan lain..2
Terapi kognitif juga telah dipelajari sebagai cara untuk meningkatkan kepatuhan
dengan lithium (eskalith) pada pasien dengan gangguan bipolar I dan sebagai tambahan
terapi putus heoin.2
17

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa terdapat penurunan jumlah relaps


pada CT dibandingkan dengan farmakoterapi dalam 1 atau 2 tahun seletah penghentian
pengobatan. Pada satu tahun setelah pengobatan, 19% responder CT mengalami relaps.
Dua tahun setelah pengobatan, 46% mengalami relaps. Namun, 27% dari pasien yang
diberikan kondisi CT telah sembuh dan tetap sehat dalam 2 tahun. Berdasarkan temuantemuan ini, menunjukkan bahwa selain memberikan penyembuhan jangka panjang hanya
pada minoritas pasien, CT tampaknya relatif memiliki efek profilaksis dibandingkan
dengan farmakoterapi jangka pendek.7

Gambar 1. Ciri-ciri gangguan depresi


Sumber: NHS Foundation Trust. Cognitive Behavioural Therapy Skills Training Workbook

Tabel 3. Contoh formulir gejala depresi

18

Sumber: NHS Foundation Trust. Cognitive Behavioural Therapy Skills Training Workbook.

Skema 2. Contoh intervensi situasi


Sumber: NHS Foundation Trust. Cognitive Behavioural Therapy Skills Training Workbook.

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Somers J, Queree M, Broderick J, Leung B. Cognitive behavioural Therapy: depression.


Columbia: CARMHA Faculty of Health Science Simon Fraser University. 2007.p.3-5,
15-22
2. Saddock BJ, Saddock VA. Kaplan & Saddock Buku Ajar Psikiatri Klinis: psikoterapi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.edisi kedua. 2014.hal.452-4
3. NHS Foundation Trust. Cognitive Behavioural Therapy Skills Training Workbook.
4. Geddes J, Price J, Mcknight R.Psychiatry: Behavioural and Cognitive Treatments. UK:
Oxford University Press. 4th ed. 2012.p.137-9
5. Gulati G, Lynall M, Lynall E, Saunders K. Psychiatry Lecture Notes: Treatment. UK:
Willey Blackwell. 11th ed.p.79
6. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
text Revision. 4th ed. Washington DC: American Psychiatric Association. 2000. P.356.
7. Freeman A, Felgoise SH, Nezu AM, Nezu CM, Reinecke MA. Encyclopedia of Cognitive
Behavior Therapy: Depression-General. USA: Springer Science + Business media,Inc.
2005.p.158-60.

20

Vous aimerez peut-être aussi