Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Asal usul
Aaron Beck, mengembangkan terapi kognitif pada 1960 untuk mengobati depresi.
Sejak saat itu, kebanyakan psikoterapi untuk depresi memiliki dasar tersebut dalam
pendekatan psikodinamik yang terinspirasi dari pekerjaan Sigmund Freud. Pertama kali
penelitian mengenai hasil dari CBT untuk depresi dilakukan pada tahun 1977 dan sejak
saat itu, banyak penelitian tentang keefektivan CBT, telah dilakukan. CBT untuk depresi
diberikan baik sebagai terapi tunggal maupun kombinasi dengan medikasi.1
Terapi kognitif-menurut pencetusnya, Aaron Beck didasarkan pada rasional
teoritis yang mendasari bahwa afek dan perilaku seseorang sebagian besar ditentukan
oleh cara ia menstruktur dunia. Penstrukturan seseorang terhadap dunia didasarkan pada
kognisi, yang berdasarkan anggapan (skema yang dikembangkan dari pengalaman
sebelumnya). Menurut Beck, jika seseorang menginterpretasikan semua pengalamannya
dalam hal apakah ia kompeten atau adekuat, pemikirannya dapat didominasi oleh skema,
saya gagal kecuali saya melakukan segala sesuatu dengan sempurna. Akibatnya, ia
bereaksi terhadap situasi secara adekuat ketika situasi tersebut tidak terkait dengan
apakah ia secara pribadi kompeten.2
II.
Definisi
Skema 1. Hubungan perilaku, gejala fisik, emosi, dan pikiran dalam lingkungan situasi
Sumber: NHS Foundation Trust. Cognitive Behavioural Therapy Skills Training Workbook.
III.
Prinsip
CBT menggabungkan aspek terapi perilaku dan kognitif untuk membentuk suatu
pengobatan yang dapat lebih efektif dibandingkan salah satunya. Hal ini dapat
memberikan manfaat, dengan mengurangi penghindaran, tetapi juga akan menimbulkan
gejala fisik (palpitasi) dan pemikiran negatif otomatis. Hal ini dapat dipergunakan
sebagai dasar untuk intervensi kognitif sederhana, mempergunakan rekaman pikiran
disfungsional, yang dapat membantu pasien mendapatkan kendali kembali akan
pemikiran cemas mereka. Hal ini meningkatkan persepsi diri akan pengendali yang akan
mempermudah pajanan lebih lanjut.4
Penelitian perilaku dapat dipergunakan untuk menguji kepercayaan terhadap
pasien mengenai bagaimana tubuhnya dan dunia di sekitarnya bekerja (contoh: berlari
naik dan turun tangga untuk meningkatkan laju nadi dan mencetuskan palpitasi dan
untuk menunjukkan demonstrasi penyebab ringan dari palpitasi) pengobatan CBT dapat
membantu pasien menganalisa bentuk-bentuk yang berbeda dari hal-hal yang dihindarkan
pada kehidupan mereka. Penghindaran termasuk penghindaran yang terlihat dan tak
terlihat (termasuk perilaku berhati-hati). Hal ini merupakan suatu cara personal
mengurangi perasaan takut.4
Tabel 1. Contoh rekam gejala CBT
Pendekatan umum untuk CBT adalah terapis membantu pasien terutama untuk
pr
Instruksi tertulis seringkali dipergunakan untuk memberikan penjelasan oleh terapis
selama masa pengobatan, karena penting bagi mereka untuk mengerti prosedur dengan
jelas
Gejala, kognisi, dan perilaku yang terkait dimonitor dengan merekam mereka dalam
rekam pikiran disfungsional, dimana ditandai kemunculan gejala, pemikiran dan
kejadian yang mendahului atau kemungkinan mencetuskan gejala, dan pemikiran dan
kesempatan untuk belajar lebih banyak dengan menganalisa dengan baik dimana
terjadi kesalahan. Metode ini membantu mencegah kehilangan semangat dan
mempertahankan motivasi
Penelitian perilaku dapat dipergunakan untuk menguji prediksi pasien akan apa yang
pertanyaan spesifik
Terstruktur, mengarahkan, dan berorientasi masalah
Seringkali berdasarkan model edukasi
Bergantung pada metode induksi, pendekatan ilmiah menggunakan logika dan
pemikiran
Menggunakan latihan diantara sesi sebagai ciri utama. Perilaku yang baru dicoba
terlebih dahulu pada situasi yang aman
Struktur
Sesi dari CBT secara tipikal memiliki waktu selama 1 jam, yang terstruktur dengan
agenda, dan seringkali ditentukan sebelumnya dalam angka. Pada awal dari setiap sesi,
praktisi CBT dan individu membuat agenda tentang topik yang akan mereka bahas dan
kemudian mencoba bekerja sesuai dengan agenda tersebut secara sistematis. Latihan
diantara sesi juga terstruktur, seperti harapan masa depan, untuk mencapai tujuan
pengobatan.
Pencegahan relaps
CBT dibatasi oleh waktu. Meskipun jumlah sesi seringkali ditentukan sebelumnya, hal
ini dapat dinegosiasi bergantung pada praktisi, sifat dari masalah seseorang, dan
perubahan kejadian dalam hidup. Pengobatan didesain untuk membantu mencegah
relaps di masa yang akan datang. Hal ini bertujuan untuk memberikan persiapan lebih
kepada seseorang dengan kemampuan yang mereka butuhkan untuk menghadapi
masalah masa depan dengan kemampuan dirisendiri atau bantuan orang lain.
CBT yang dilakukan pada depresi, bergantung kepada semua prinsip dasar CBT,
termasuk kolaboratif, berorientasi saat ini, dan fokus terhadap masalah. Secara tipikal,
pengobatan mencakup:1
Membantu individu membuat aktivitas harian untuk menghasilkan struktur dan tujuan
IV.
dengan depresi
Membantu individu kembali ke rutinitas aktivitas yang produktif dan dinikmati.
Tujuan
Pada prakteknya, pengobatan kognitif dan perilaku biasanya digabungkan dengan
istilah CBT (Cognitive Behavior Therapy). Terdapat bukti yang baik akan efikasi dari
CBT pada banyak penyakit:2,5
Pada kelainan depresi ringan hingga sedang, CBT setidaknya sama efektif dengan obat
antidepresan
memperbaiki depresi dan mencegah kekambuhannya dengan membantu pasien
mengidentifikasi dan menguji kognisi negatif, mengembangkan skema alternatifdan
lebih fleksibel, serta melatif kognitif dan respons perilaku. Mengubah cara berpikir
Bentuk yang dimodifikasi dari CBT merupakan pengobatan yang paling efektif pada
bulimia nervosa
CBT memiliki beberapa efek terhadap gejala psikotik pada skizofrenia
Terdapat bukti yang tidak konsisten bahwa CBT mencegah relaps pada kelainan
bipolar
V.
Metode
Terapi relatif singkat dan berlangsung hingga kira-kira 25 minggu. Jika pasien
tidak membaik pada waktu ini, diagnosis sebaiknya dievaluasi ulang. Terapi rumatan
dapat dilakukan selama beberapa tahun. Seperti pada psikoterapi lain,perlengkapan
terapis penting untuk keberhasilan terapi. Mereka harus memberikan kehangatan,
memahami pengalaman hidup masing-masing pasien, dan benar-benar tulus serta jujur
dengan diri mereka sendiri maupun pasien. terapis harus dapat berhubungan secara
terampil dan interaktif dengan pasiennya. Terapis kognitif menyusun agenda diawal
setiap sesi, menugaskan pekerjaan rumah untuk dilakukan di antara sesi, dan
mengajarkan keterampilan baru. Terapis dan pasien secara aktif berkolaborasi. Ketiga
komponen terapi kognitif adalah aspek didaktik, teknik kognitif, dan teknik perilaku.2
Aspek terapi didaktik mencakup penjelasan pada pasien trias kognitif, skema, dan
gangguan
logika. Terapis
harus
memberi
tahu
akan
seseorang ketika diajak bermain bowling dan berespon negatif. Contoh lain adalah
pikiran seseorang bahwa ia tidak menyukai saya ketika seseorang melewati orang
tersebut tanpa menbyapa. Setiap gangguan psikopatologis memiliki profil gangguan
pikiran kognitifnya sendiri, yang jika diketahui, memberikan kerangka kerja untuk
akhirnya depresi.
Menguji validitas dugaan maladaptif
Menguji keakuratan dugaan maladaptif serupa dengan menguji validitas pikiran
otomatis. Di dalam uji yang sangat efektif, terapis meminta pasien mempertahankan
validitas dugaan mereka. Contohnya, pasien dapat menyatakan bahwa mereka harus
selalu melatih potensinya, dan terapis dapat bertanya,mengapa hal itu begitu penting
bagi anda
Teknik kognitif dan perilaku sangat terkait: teknik perilaku menguji dan
mengubah kognisi yang maladaptive dan tidak akurat. Keseluruhan tujuan teknik tersebut
bayangan lain yang memncetuskan inhibisi pada waktu yang sama saat mereka yang
mengenali impuls atau obsesif yang asing bagi ego. Demikian juga, obesitas dapat
diterapi dengan membuat pasien membayangkan diri mereka sendiri sebagai orang yang
kurus, atletik, langsing, berotot bagus, dan kemudian melatih mereka untuk
membayangkan hal ini ketika mereka memiliki dorongan utnuk makan. Hipnosis atau
pelatihan autogenik dapat meningkatkan pembayangan seperti itu. Di dalam teknik yang
disebut pembayangan yang dipandu, terapis mendorong pasien untuk memiliki khayalan
yang dapat diinterpretasikan sebagai pemenuhan keinginan atau upaya untuk menguasai
afek atau impuls yang mengganggu.2
VI.
bertambah atau menurun maupun meningkatnya nafsu makan hampir setiap hari
Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
Agitasi atau terardasi psikomotor hampir setiap hari
Lelah atau hilang energi hampir setiap hari
Perasaan tidak berarti atau rasa bersalah yang tidak sesuai atau berlebihan hampir
setiap hari
h. Menurunnya kemampuan berpikir atau berkonsentrasi atau keragu-raguan hampir
setiap hari
i. Pikiran berulang mengenal kematian, gagasan bunuh diri berulang tanpa suatu
rencana yang spesifik, atau upaya bunuh diri atau suatu rencana spesifik untuk
melakukan bunuh diri
B. Gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran
11
C. Gejala menyebabkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya di dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi lain
D. Gejala tidak disebabkan pengaruh fisiologis langsung zat
E. Gejala sebaiknya tidak disebabkan berkabung
Konsep dasar dari model kognitif depresi adalah bahwa depresi dikarakteristikan
dengan pemikiran negatif. Orang-orang depresi jmemiliki kepercayaan negatif tentang
dirinya, dunia, dan masa depannya. Pemikiran negatif juga bermanifestasi menjadi
kesalahan dalam logika, overgeneralisasi, penarikan kesimpulan global dari satu fakta,
yang merupakan suatu kesalahan.7
Pasien depresi cenderung menarik diri atau menghindari aktivitas sosial dan
pekerjaannya dan mengarahkan kepada kehidupan yang tak terstruktur dan tak aktif.
Terapis menggunakan intervensi perilaku, penjadwalan aktivitas, untuk membantu pasien
meningkatkan tingkat aktivitas dengan membangun aktivitas yang memuaskan atau
menyenangkan pada kehidupannya.4
Menurut teori kognitif depresi, disfungsi kognitif merupakan inti dari depresi, dan
perubahan afektif serta fisik dan ciri depresi yang terkait lainnya merupakan akibat
disfungsi kognitif. Contohnya, apati dan energi yang rendah merupakan akibat dugaan
seseorang akan kegagalan di semua area. Demikian juga, paralisis keinginan berasal dari
pesimisme seseorang serta perasaan putus asa. Trias kognitif depresi adalah persepsi diri
yang negatif yaitu orang melihat diri mereka defektif, tidak adekuat, kekurangan, tidak
berharga, dan tidak diinginkan; mereka memiliki kecenderingan untuk merasakan dunia
sebagai sesuatu yang negatif, menuntut, merusak diri serta mengharapkan kegagalan
maupun hukuman; dan mereka memiliki dugaan atau kesukaran, penderitaan, kekurangan,
serta kegagalan yang terjadi terus menerus.2
Terapi kognitif mencakup usaha untuk memperbaiki pola pemikiran negatif pasien,
dimana, diperkirakan akan membantu mereka mengatasi gejala depresif tersebut.
Meskipun terdapat beberapa psikoterapi perilaku kognitif untuk depresi, peneliti fokus
terutama pada Becks CT. Becks CT merupakan terapi jangka pendek dan terstruktur.7
12
Gangguan depresif (dengan atau tanpa gagasan bunuh diri) merupakan fokus
utama terapi kognitif; meskipun medikian, terapi kognitif juga digunakan pada keadaan
lain, seperti gangguan panik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan kepribadian
paranoid, dan gangguan somatofom. Terapi depresi dapat berfungsi sebagai paradigma
pendekatan kognitif.2
Pemikiran intrusif, biasanya pada tipe yang merendahkan diri (contoh: saya adalah
orang yang gagal). Saat mereka lemah, pemikiran tersebut dapat dinetralkan dengan
pengalihan perhatian, namun saat mereka kuat, akan sangat sulit untuk dikendalikan
Kesalahan logika mengacaukan pemikiran saat mengalami pengalaman, dan
mempertahankan pemikiran intrusif. Terapis membantu pasien mengenali cara pikir
Terdapat bukti yang meningkat bahwa cbt merupakan terapi yang efektif terhadap
individu dengan depresi akut, depresi kronis yang berlangsung lebih dari dua tahun, dan
untuk depresi rekuren. CBT telah terbukti efektif untuk anak yang berusia lebih dari 10
tahun, remaja, dan usia tua. CBT dapat mencegah perkembangan depresi pada anak dan
remaja. Terdapat banyak bukti bahwa CBT merupakan terapi yang efektif untuk
pengobatan gejala depresi pada individu dengan kondisi-kondisi medis tertentu seperti
artritis reumatoid, kanker, sklerosis multipel, dan cedera otak.1
Selama pengobatan aktif, dampak dari CBT tampak sama efektifnya dengan
medikasi. Bagaimanapun, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa setelah
pengobatan, jumlah relaps tetap rendah untuk setidaknya selama 2 tahun untuk individu
yang telah diberikan CBT dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan medikasi
tunggal. Lebih menarik lagi, pada satu penelitian yang mengikuti perkembangan individu
selama 6 tahun, individu yang menerima CBT memiliki hanya satu episode relaps dimana
mereka yang menerima medikasi dan diawasi oleh psikiatri mengalami relaps berkalikali. CBT yang dilanjutkan dengan sesi follow up bulanan dapat membantu lebih jauh
15
untuk mengurangi kemungkinan relaps, terutama pada individu yang memiliki depresi
pada onset dini atau gejala depresi yang tidak menghilang pada akhir pengobatan.1
Selain mengurangi gejala , CBT untuk depresi juga tampaknya memiliki dampak
pada aspek fungsi yang lebih luas. Secara umum, fungsi seseorang dalam bekerja,
sekolah, aktivitas rumah dan hobi meningkatkan dan disertai dengan berkurangnya gejala
depresi baik pada saat maupun setelah sesi CBT.1
Pada prakteknya, CBT seringkali dipergunakan sebagai terapi adjunctive dari
medikasi. Penelitian telah membandingkan pengaruh dari CBT dan medikasi dengan
terapi tunggal baik CBT atau medikasi saja. Beberapa, tapi tidak semua, penelitian
menunjukkan kombinasi CBT dan medikasi bekerja lebih baik hanya pada kasus depresi
berat atau kronis namun CBT tunggal bekerja sama baiknya dengan terapi kombinasi
untuk depresi ringan-sedang. Terapi kombinasi juga mungkin dapat memberikan
keuntungan yang lebih besar dalam memberikan terapi terhadap depresi pada remaja.
Diperkirakan bahwa terdapat perbedaan cara kerja CBT dan medikasi pada kelompok
yang berbeda pada individu yang mengalami depresi, meskipun gagasan ini masih
membutuhkan uji coba lebih lanjut.1
Terdapat bukti bahwa CBT bekerja lebih baik dibandingkan dengan terapi
psikologikal lain yang juga dipergunakan untuk mengobati depresi. Namun, efektivitas
dari terapi psikologikal lainnya belum diteliti seekstensif CBT.1
terapi yang lebih lama dari CBT lebih menguntungkan pada individu dengan depresi
berat.1
Depresi merupakan hal yang sering terjadi dan dapat diperbaiki dengan CBT,
namun kebanyakan kasus tidak diterapi. CBT untuk depresi telah berhasil diadaptasi dan
divalidasi dalam format self help menggunakan
internet.1
Penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
memprediksi individu seperti apa yang akan mendapatkan dampak positif dari CBT.
Sebagian besar dari faktor ini terkait dengan penyakit yang kurang parah. Sebagai contoh,
individu dengan penyakit yang tidak berat, onset lebih akut, onset penyakit pada usia
lebih tua, dan episode penyakit lebih sedikit cenderung merespon CBT dengan baik.
Diantara populasi dewasa, faktor demografik seperti jenis kelamin, usia, dan edukasi
secara umum tidak mempengaruhi dampak bagi CBT, meskipun individu yang telah
menikah menunjukkan hasil yangsecara umum lebih baik dibandingkan individu yang
belum menikah. Terdapat bukti bahwa anak-anak merespon lebih baik terhadap CBT
untuk depresi dibandingkan remaja.1
Partisipasi keluarga dalam pengobatan seseorang dengan depresi merupakan hal
yang penting untuk sejumlah alasan. Seringkali, terdapat riwayat keluarga dengan
depresi. Juga, interaksi keluarga dapat terganggu atau sulit apabila salah satu anggota
keluarga mengalami depresi.1
VII.
Efektivitas CBT
Terapi kognitif dapat digunakan sendiri dalam terapi gangguan depresif ringan
hingga sedang atau bersamaan dengan obat anti-depresan untuk gangguan depresif berat.
Sejumlah studi dengan jelas menunjukkan bahwa terapi kognitif efektif dan pada
beberapa kasus menandingi atau setara dengan penggunaan obat saja. Terapi ini
merupakan salah satyu intervensi psikoterapeutik untuk gangguan depresif paling
bermanfaat saat ini dan menjanjikan untuk terapi gangguan lain..2
Terapi kognitif juga telah dipelajari sebagai cara untuk meningkatkan kepatuhan
dengan lithium (eskalith) pada pasien dengan gangguan bipolar I dan sebagai tambahan
terapi putus heoin.2
17
18
Sumber: NHS Foundation Trust. Cognitive Behavioural Therapy Skills Training Workbook.
19
DAFTAR PUSTAKA
20