Vous êtes sur la page 1sur 28

Laporan Kasus Radiologi

Seorang Wanita 51 Tahun Dengan Massa di Vesica Urinaria

Diajukan guna memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

Oleh :
Eny Rizqiani
01.210.6147

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014

Laporan Kasus Radiologi

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

Yang dipersiapkan dan disusun oleh


Eny Rizqiani
01.210.6147

Telah diajukan pada ..


dan
Dinyatakan telah memenuhi syarat pada ..

Pembimbing

dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp.Rad.


NIP : 19731208 200604 2 002

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dewasa ini penggunaan pemeriksaan radiologi kian meningkat.
Begitupun dalam penggunaannya sebagai alat bantu diagnosa sekaligus
terapi pada kelainan kelainan traktus urinarius. Berbagai kelainan baik
kongential maupun didapat dalam sistem ini dapat diperiksa dengan
bantuan radiologi melalui beberapa macam pemeriksaan yaitu, Foto Polos
Abdomen

(FPA),

Ultrasonografi

(USG),

IntraVenous

Pyelography/Urografi IntraVena (IVP/UIV), Retrograde Pyelography


(RPG), Antegrade Pyelography (APG), urografi retrograde, CT Scan,
sampai

Nuclear

Magnetic

Resonance.

Dengan

macammacam

pemeriksaan ini dapat diketahui adanya anomali ginjal, massa pada traktus
urinarius, peradangan, dilatasi traktus urinarius, sampai pada penilaian
fungsi ekskresi dan kerusakan struktur ginjal.
Hidronefrosis dan hidroureter diartikan sebagai dilatasi pada kaliks
ginjal dan ureter. Kasus hidronefrosis dan hidroureter semakin sering
didapati. Di Amerika Serikat, insidensinya mencapai 3,1 %, 2,9 % pada
wanita dan 3,3 % pada pria. Penyebabnya dapat bermacam macam
dimana obstruksi merupakan penyebab yang tersering.
Keganasan pada vesika urinaria dua kali lebih sering menyerang
pria daripada wanita. Pada wanita, karsinoma vesika urinaria menempati
urutan ke delapan dengan angka kejadian sebesar 2,5% dari seluruh kasus
kanker. Karsinoma vesika urinaria umumnya terjadi pada decade keempat
atau kelima kehidupan. Tapi dewasa ini sering ditemukan kasus keganasan

vesika urinaria pada usia yang lebih muda. Kejadian karsinoma vesika
urinaria dikaitkan terutama dengan merokok, pajanan karsinogen di tempat
kerja, atau schistosomiasis. Gejala utamanya adalah painless hematuria.
Komplikasi karsinoma vesika urinaria antara lain metastasis ke
hepar, pulmo, tulang dan kelenjar limfe di pelvis, hydronefrosis, striktur
uretra, incontinentia uri, dan anemia. Prognosis karsinoma vesika urinaria
tergantung stage dan grade-nya. Five year survival rate pada superficial
low grade tumor sebesar 85%, sedangkan pada invasive high grade tumor
sebesar 40-45%.
1.2 TUJUAN
Tujuan

penulisan laporan kasus ini adalah mengetahui cara

mendiagnosa pasien secara radiologis dan bagaimana mengelola pasien


dengan tepat berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien dengan

hidronefrosis dan

hidroureter ec curiga karsinoma vesika urinaria.


1.3 MANFAAT
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media
pembelajaran bagi mahasiswa klinik agar dapat mengerti dan mendiagnosa
secara radiologis dan mengelola pasien dengan permasalahan seperti ini
secara komprehensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sistem saluran kemih adalah suatu sistem dimana terjadinya proses


penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zatzat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urin (air kemih). Sistem saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter,
kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra. Sistem saluran kemih pada
manusia dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar : Sistem saluran kemih pada manusia

1. Ginjal
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan
lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal dan berbentuk seperti kacang.

Terletak pada bagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih


rendah dari ginjal kiri karena ada hepar di sisi kanan.
Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan
pelvis renal. Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak
bergranula. Di sebelah dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu
medulla renal, yang berbentuk seperti kerucut disebut piramid renal,
dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau
papilla renal. Di antara piramid terdapat jaringan korteks, disebut
kolum renal (Bertini).
Ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar
disebut pelvis renal. Pelvis renal bercabang dua atau tiga, disebut kaliks
mayor yang masing-masing bercabang membentuk beberapa kaliks
minor, yang langsung menutupi papilla renal dari piramid. Kaliks minor
ini menampung urin yang terus-menerus keluar dari papila. Dari kaliks
minor, urin masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renal kemudian ke ureter,
sampai akhirnya ditampung di dalam kandung kemih.
Setiap ginjal terdapat satu juta atau lebih nefron, masing-masing
nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler
terdiri atas pembuluh-pembuluh darah, yaitu glomerulus dan kapiler
peritubuler, yang mengitari tubuli. Komponen tubuler berawal dengan
kapsula Bowman (glomerular) dan mencakup tubuli kontortus proksimal,
ansa Henle dan tubuli kontortus distal. Dari tubuli distal, isinya

disalurkan ke dalam duktus koligens (saluran penampung atau


pengumpul).
Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit, dari
jumlah ini, 124 ml diabsorpsi dan hanya 1 ml dikeluarkan ke dalam
kaliks-kaliks

sebagai

urin.

Ginjal

berfungsi

untuk

mengatur

keseimbangan air dan elektrolit berupa ekskresi kelebihan air dan


elektrolit, mempertahankan keseimbangan asam basa, mengekskresi
hormon, berperan dalam pembentukan vitamin D, mengekskresi beberapa
obat-obatan dan mengekskresi renin yang turut dalam pengaturan tekanan
darah.

Gambar : Ginjal potong belah oblik dan vertikal


2. Ureter
Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing
menyambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya
kira-kira 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak
dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Ureter
mempunyai membran mukosa yang dilapisi dengan epitel kuboid dan

dinding otot yang tebal. Urin disemprotkan ke bawah ureter oleh


gelombang peristaltik, yang terjadi sekitar 1-4 kali per menit dan urin
memasuki kandung kemih dalam bentuk pancaran.

Gambar : Traktur urinarius tampak pars pada ureter


3. Vesika Urinaria
Vesica urinaria adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin
mengalir dari ureter. Ketika VU kosong atau terisi setengahnya VU
tersebut terletak di dalam pelvis, ketika VU terisi lebih dari setengahnya
maka VU tersebut menekan dan timbul ke atas dalam abdomen di atas
pubis. Dinding VU terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), Tunika
muskularis (lapisan otot), Tunika sabmukosa, dan lapisan mukosa
(lapisan bagian dalam).
Vesica urinaria berfungsi menampung urin dari ureter dan
kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi
(berkemih). Dalam menampung urin, VU mempunyai kapasitas

maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa lebih kurang adalah 300450 ml.

Gambar : Vesica urinaria dilihat dari ventral


4. Uretra
Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih
dengan luar tubuh ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra
wanita. Pada laki-laki, sperma berjalan melalui uretra waktu ejakulasi.
Uretra pada laki-laki merupakan tuba dengan panjang kira-kira 20 cm dan
memanjang dari kandung kemih ke ujung penis. Uretra pada laki-laki
mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika, uretra membranosa dan
uretra spongiosa.
Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena hanya 4 cm
panjangnya dan memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara
labia minora kira-kira 2,5 cm di sebelah belakang klitoris. Uretra ini
menjalar tepat di sebelah depan vagina. Lapisan uretra wanita terdiri dari

Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongiosa dan lapisan mukosa


(lapisan sebelah dalam).

Gambar : urinary bladder feminina, frontal section


2.2 TUMOR VESIKA URINARIA
1. Epidemiologi
Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien
yang berusia di atas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki
daripada

wanita

(2:1).Statistik

menunjukkan

bahwa

tumor

ini

menyebabkan hampir 1 dari 25 kasus kanker yang terdiagnosis di


Amerika Serikat. Ada dua bentuk kanker kandung kemih, yaitu: bentuk
superfisial (yang cenderung kambuhan) dan bentuk invasif. Sekitar 80%
hingga 90 % dari semua kanker kandung kemih merupakan sel
transisional (yang berarti bahwa tumor tersebut berasal dari sel-sel
transisionala kandung kemih), sementara tipe lainnya tumor tersebut
adalah sel skuamosa dan adenokarsinoma.
2. Etiologi dan Faktor Risiko

Keganasan vesica urinaria terjadi karena induksi bahan karsinogen


yang banyak terdapat di sekitar kita. Beberapa faktor risiko yang
mempermudah seseorang menderita karsinoma vesica urinaria adalah :
a. Pekerjaan
Pekerja-pekerja pabrik kimia (terutama pabrik cat),
laboratorium, pabrik korek api, tekstil, pabrik kulit dan pekerja pada
salon/pencukur rambut sering terpapar oleh bahan karsinogen berupa
senyawa amin aromatik (2-naftilamin, bensidin, dan 4-aminobifamil)
b. Perokok
Resiko karsinoma VU pada perokok adalah 2-6 kali lebih besar
dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan
karsinogen berupa amin aromatik dan nitrosamin.
c. Infeksi saluran kemih
Kuman E.coli dan Proteus spp menghasilkan nitrosamin yang
merupakan bahan karsinogen
d. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi,

pemanis

buatan

yang

mengandung sakarin dan siklamat, serta pemakaian obat-obatan


siklofosfamid yang diberikan intravesika, fenasetin, opium, dan obat
antituberkulosa INH dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan
risiko timbulnya karsinoma VU.
3. Patologi
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada usia di atas 50
tahun dan angka kejadian laki-laki lebih besar daripada perempuan.
Karena usia yang semakin tua, maka akan terjadi penurunan imunitas
serta rentan terpapar radikal bebas menyebabkan bahan karsinogen
bersirkulasi dalam darah. Selanjutnya masuk ke ginjal dan terfiltrasi di
glomerulus. Radikal bebas bergabung dg urin terus menerus, masuk ke

kandung kemih. Radikal bebas mengikat elektron DNA & RNA sel
transisional sehingga terjadi kerusakan DNA. Mutasi pada genom sel
somatik menyebabkan pengaktifan oonkogen pendorong pertumbuhan,
perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan, dan penonaktifan gen
supresor kanker. Sehingga produksi gen regulatorik hilang dan replikasi
DNA berlebih. Akhirnya terjadi kanker pada kandung kemih.
4. Bentuk dan Jenis Histopatologi Tumor
Berbagai jenis sel yang berbeda pada kandung kemih dapat
berkembang menjadi kanker. Jenis sel yang ada pada kandung kemih
menentukan sekali jenis kanker tersebut. Jenis kanker inilah yang
menentukan terapi mana yang terbaik untuk Anda. Jenis-jenisnya antara
lain:
a.

Karsinoma sel transisional. Kanker ini terjadi pada sel yang


melapisi bagian dalam kandung kemih. Berasal dari urotelium dan
sering multiple. Asal yang multifokal sugestif bahwa seluruh
urotelium mungkin sekali tidak stabil sebagai akibat dari terkena

bahan karsinogen. Karsinoma sering didahului adanya displasia.


b. Karsinoma sel skuamosa. Sel skuamosa berfungsi untuk merespon
adanya infeksi dan iritasi. Dalam jangka waktu tertentu, sel ini
juga berpotensi menjadi kanker. Kanker ini lebih sering ditemui
pada belahan dunia dimana ada infeksi parasit (Schistosomiasis)
yang menjadi penyebab tersering infeksi kandung kemih.
c. Adenokarsinoma. Kanker ini bermula dari sel yang menyusun
kelenjar yang menghasilkan mukus pada kandung kemih.
5. Tatalaksana
Tindakan pertama kali yang dilakukan pada pasien karsinoma VU
adalah reseksi VU transuretra atau TUR VU. Pada tindakan ini dapat

ditentukan sekaligus luas infiltrasi tumor. Terapi selanjutnya tergantung


pada stadiumnya.

Gambar : Massa di VU pada USG (kiri) dan tampak vaskularisasi massa di VU


pada USG Doppler (kanan)

Gambar : Massa di VU pada CT-Scan

Gambar : Massa di VU pada pemeriksaan IVP (tampak filling defect)


2.3 HIDRONEFROSIS DAN HIDROURETER
1. Definisi
Hidronefrosis diartikan sebagai suatu kondisi dimana pelvis dan
kalises ginjal berdilatasi, sedangkan definisi hidroureter merupakan
dilatasi atau pelebaran dari ureter.
2. Etiologi
Penyebab tersering dari kedua kondisi ini sebagian besar adalah
obstruksi. Kelainan lain yang dapat menjadi penyebab adalah striktur,
penyimpangan pembuluh darah dan katup, tumor, batu, ataupun lesi di
medulla spinalis. Hidronefrosis dapat bervariasi dari yang ringan
misalnya hidronefrosis akibat kehamilan sampai yang dapat mengancam
nyawa misalnya pielonefrosis. Untuk dapat membedakan kondisi akut
dari kronis, secara garis besar dapat dilihat dari gangguan anatomik
parenkim ginjal yang minimal. Sementara untuk lebih tepatnya, suatu
hidronefrosis dapat dikatakan akut apabila terdapat pengembalian fungsi
ginjal secara utuh setelah penyebabnya dihilangkan. Sedangkan dikatakan
kronis bila setelah penyebabnya dihilangkan, fungsi ginjal tidak kembali
normal.
3. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya hidronefrosis dan hiroureter diawali
dengan adanya hambatan aliran urin secara anatomik ataupun fisiologik.
Hambatan ini dapat terjadi dimana saja sepanjang ginjal sampai meatus
uretra. Peningkatan tekanan ureter menyebabkan perubahan dalam filtrasi
glomerulus (GFR), fungsi tubulus, dan aliran darah ginjal. GFR menurun
dalam beberapa jam setelah terjadinya hambatan. Kondisi ini dapat

bertahan selama beberpa minggu. Fungsi tubulus juga terganggu. Berat


dan durasi kelainan ini tergantung pada berat dan durasi hambatan aliran.
Hambatan aliran yang singkat menyebabkan kelainan yang reversibel
sedangkan sumbatan kronis menyebabkan atrofi tubulus dan hilangnya
nefron secara permanen. Peningkatan tekanan ureter juga aliran balik
pielovena dan pielolimfatik. Dalam duktus kolektivus, dilatasi dibatasi
oleh parenkim ginjal. Namun komponen diluar ginjal dapat berdilatasi
maksimal.
4. Derajat Hidronefrosis
Derajat keparahan dari hidronefrosis dilihat dengan USG :
Mild : separasi kecil pada pola kaliks, echo normal, ketebalan

parenkim normal.
Moderate : ballooning pada kaliks mayor dan minor, hipoekoik,

ketebalan parenkim normal atau sedikit menipis.


Severe : dilatasi masif dari pelvis renal dan kaliks dengan penipisan
korteks ginjal, hipoekoik.

Ada 4 derajat hidronefrosis menurut IVP :


1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks. Kaliks berbentuk blunting
(tumpul).
2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor. Kaliks berbentuk flattening
(datar).
3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor, tanpa adanya
penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing (menonjol).
4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan minor, serta adanya
penipisan korteks. Kaliks berbentuk balloning (mengembung).
5. Manifestasi Klinis

Pada kondisi ini pasien dapat mengalami nyeri, disuria hingga


anuria, demam, hematuria. Jika kedua ginjal terkena, maka akan muncul
tanda dan gejala gagal ginjal seperti hipertensi, gagal jantung kongesif,
perikarditis, pruritis, anoreksia, mual muntah, dan lain sebagainya).
Keluhan tergantung pada posisi, letak batu, besar batu dan
terkadang tidak menimbulkan gejala Jika menimbulkan gejala :
Rasa sakit di bagian pinggang, perut bagian bawah dan
selangkangan
Rasa ingin BAK atau BAK yang tidak tuntas
Demam
Obstruksi pada 1 ureter tidak mengurangi aliran urin. Obstruksi
dapat mengurangi aliran urin jika mengenai kedua ureter ginjal atau uretra.
Obstruksi uretra atau VU dapat menimbulkan nyeri
6. Penatalaksanaan
Pada hidronefrosis akut jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi
menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas
penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang
dimasukkan melalui kulit). Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang
serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis
untuk sementara waktu. Sedangkan pada hidronefrosis kronis diatasi
dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih.
Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan
dan ujung-ujungnya disambungkan kembali. Kadang perlu dilakukan
pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika
sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali

di sisi kandung kemih yang berbeda. Jika uretra tersumbat, maka


pengobatannya

meliputi

terapi

hormonal

untuk

kanker

pembedahan ataupun melebarkan uretra dengan dilator.

Gambar : hidronefrosis dan hidroureter pada pemeriksaan IVP

Gambar : hidronefrosis pada pemeriksaan CT-Scan

prostat,

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Anamnesis
Autoanamnesa pada tanggal 5 November 2014 pukul 13.30 WIB
i.
Identitas
Nama
: Tn. Sri Rahayu
Usia
: 51Th
Jenis kelamin : perempuan
Alamat
: Karanganyar Legok No 556 Candisari, kota
ii.
iii.

Semarang
Keluhan Utama

: pasien dengan keluhan hematuri sejak 3

bulan sebelum masuk RSUD Semarang.


Riwayat Penyakit Sekarang
3bulan yang lalu pasien mengeluh anyang-anyangen dan
hematuri. Keluhan timbul berulang (intermitten), terjadi dari awal
sampai akhir miksi (total hematuri), dan tidak disertai nyeri.
Keluhan tidak dipengaruhi oleh aktivitas. Selain itu pasien
mengeluh merasa ada yang mengganjal saat jongkok dan sangat
tidak nyaman. Pasien jarang minum air putih dan lebih sering
minum teh. Pasien mengaku sering menahan kencing 1tahun

terakhir karena menjaga warung. Kemudian diperiksakan ke klinik


umum, setelah meminum obat dari klinik keluhan hilang. Akan
tetapi keluhan timbul lagi dan pasien tidak memeriksakan karena
beranggapan nanti akan sembuh sendiri seperti biasa. Makin lama
keluhan mengganjal semakin tidak nyaman dan kencing disertai
darah tidak sembuh akhirnya pasien ke puskesmas, dari puskesmas
pasien dirujuk ke RSUD Semarang. Di poli penyakit dalam
disarankan untuk dilakukan pemeriksaan USG Abdomen.
iv.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak memiliki riwayat seperti ini sebelumnya
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi
Pasien tidak memiliki riwayat DM
v.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama
vi.
Riwayat Sosial Ekonomi
Menggunakan jamkesmas, bekerja sebagai karyawan konveksi.
3.2 Pemeriksaan Fisik
Tanggal 5 November 2014 :
KU
: baik/ CM
Vitak sign :
TD
: 140/90 mmhg
HR
: 98 x/mnt
RR
: 20x/mnt
Suhu
: 36,5 derajat celcius
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan Leher
Mata
: Ca (-/-)
Mulut : kering, lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis
Leher : deviasi trakea (-) , massa (-)
b. Thorax :
Paru - paru
wheezing (-) , ronkhi (-/-)
Jantung
Bunyi jantung I-II reguler , bising (-)
c. Abdomen
Inspeksi : perut tampak datar

Auskultasi : peristaltik 30x /menit


Palpasi : teraba massa jumlah 1 di abdomen bagian kiri bawah
irregular, immobile dan tidak nyeri.
Perkusi : timpani
d. Extremitas : dbn
3.3 Pemeriksaan Penunjang
USG Abdomen

Interpretasi :
HEPAR ukuran dan bentuk normal, parenkim homogeny, ekogenitas normal, tepi
rata, sudut tajam, tak tampak nodul, V.Porta dan V.Hepatika tak melebar
Duktus biliaris intra-ekstrahepatal tak melebar
VESIKA FELEA tak membesar, dinding tak menebal, tak tampak batu
LIEN ukuran normal, parenkim homogen, V.Lienalis tak melebar, tak tampak
nodul
PANKREAS ukuran normal, parenkim homogen, duktus pankreatikus tak melebar
GINJAL KANAN ukuran dan bentuk normal, batas kortikomedular jelas, PCS tak
melebar, tak tampak batu, tak tampak massa
GINJAL KIRI ukuran dan bentuk normal, batas kortikomedular jelas, PCS
melebar, tak tampak batu, tak tampak massa
AORTA tak tampak melebar

Tak tampak pembesaran nodule limfatici paraaorta


VESIKA URINARIA aspek kiri caudal tampak massa inhomogen batas tegas
ireguler ukuran 4,2 x 6,2 x 5,3 cm masa tampak menutupi ostium ureter internum,
massa tidak berubah pada saat perubahan posisi, dan tampak vaskularisasi di
dalamnya
Tak tampak efusi pleura. Tak tampak cairan bebas intrabdomen.
KESAN :
-

Moderate to severe hidronefrosis dan hidroureter sinistra e.c ostium ureter


internum tertutup massa.

Massa inhomogen irreguler pada aspek caudal kiri vesika urinaria ukuran
4,3 x 6,2 x 5,3 cm yang menutupi ostium ureter internum kiri, curiga maligna
(transisional ca).

Tak tampak kelainan lainnya pada organ intra abdomen pada sonografi
abdomen diatas.
3.4 Diagnosis Banding
-Hemorrhagic cystitis
-Nefrolithiasis
-Ureterolithiasis
-ISK
-Trauma pada urethra
3.5 Penatalaksanaan
-

3.6

Operasi
Kemoterapi
Radioterapi

Diagnosis
Hidroureter dan hidronefrosis ec curiga karsinoma vesica urinaria.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sobotta, Atlas Anatomi Manusia Edisi 22 jilid 2 ,2007. Jakarta :EGC. Hal
179-192.
2. Netter FH. 2006. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US : Saunders
3. Price, SA ., Wilson, LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Vol 1. Ed. 6. Jakarta: EGC.2006.
4. Purnomo B. 2011. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. Hal 5-15,
257-262.
5. Medscape. Hydronefrosis and Hydroureter.
http://emedicine.medscape.com/article/436259.
6. Harjadi Widjaja I. 2011. Anatomi Pelvis. Jakarta : EGC.
7. Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.
8. Rasad, Sjahriar. 2013. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : FKUI.
Hal 283-309
9. Sutton, David. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume 1. Edisi
7. London :Churchill Livingstone.
10. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL,
Loscalzo J. 2008. Harrisons Principle od Internal Medicine 17th edition.
New York : McGraw-Hill. Chapter 287.
11. Guyton. Fisiologi Kedokteran Edisi 11.2011. Jakarta : EGC

Vous aimerez peut-être aussi