Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Etiologi
Penyebab pasti dari OLP tidak diketahui. Akan tetapi, kemungkinan berhubungan
dengan alergi atau reaksi imun.
Gejala Klinis
Lichen planus tampak mengkilat, benjolan dengan permukaan yang rata seringkali
dengan bentuk angular. Benjolan ini memiliki warna merah keunguan dengan dilapisi
lapisan mengkilat membentuk kerak yang kuat. Penyakit ini dapat muncul pada kulit
bagian mana saja, tetapi sering pada bagian dalam pergelangan tangan dan kaki, kaki
bagian bawah, punggung, dan leher. Pada beberapa individual dapat terjadi pada mulut,
regio genital, rambut, dan kuku. Lapisan yang tebal dapat muncul, terutama pada tulang
kering. Lepuhan jarang terjadi. Benjolan dapat muncul pada area trauma pada beberapa
individual. Sekitar dua puluh persen lichen planus pada kulit menimbulkan gejala
minimal dan tidak membutuhkan perawatan. Tetapi, pada banyak kasus terjadi gatal-gatal
yang konstan dan intens.
OLP tampak sebagai garis putih, papule putih, tanda-tanda putih, erythema, erosi,
maupun lepuhan yang tampak mendominasi mukosa bukal, lidah, dan gingiva, walaupun
juga muncul di tempat-tempat lain. OLP timbul pada 1-2 persen populasi umum orang
dewasa dan merupakan penyakit mukosa oral non-infeksius yang paling banyak terjadi
berdasarkan klinik patologi oral dan oral medicine. OLP timbul lebih banyak pada wanita
dibanding pada laki-laki.
1. Perawatan Obat
Perawatan dengan agen topikal lebih diutamakan untuk mencegah efek samping.
Namun, agen sistemik mungkin dibutuhkan apabila lesi telah meluas, atau terjadi
penyakit yang bersifat recalcitrant. Obat untuk OLP umumnya bersifat
imunosupresif dan beberapa dikembangkan khusus untuk penyakit oral,
konsekuensinya, kurang adanya studi yang mencukupi mengenai penggunaannya.
Pasien harus diberi peringatan mengenai pentingnya mengikuti instruksi yang ada,
terutama pada instruksi obat yang terdapat tulisan, hanya untuk pemakaian luar
2. Kortikosteroid Topikal
Kortikosteroid topikal dengan potensial sedang seperti triamcinolone, steroid
poten yang terfluorinasi seperti fluocinolone acetonide dan fluocinonide, dan
steroid superpoten terhalogenasi seperti clobetasol, terbukti efektif pada
kebanyakan pasien. Eliksir seperti dexamethasone, triamcinolone dan clobetasol
dapat digunakan sebagai obat kumur untuk pasien dengan keterlibatan oral yang
difus/ menyebar atau pada kondisi dimana sulit untuk mengaplikasikan medikasi
pada bagian tertentu di dalam mulut. Tidak terdapat data yang definitif untuk
membuktikan steroid topikal dengan bahan adesif lebih efektif dibanding bentuk
preparasi lainnya, walaupun telah digunakan secara luas.
Pasien harus dinstruksikan untuk mengaplikasikan steroid (ointment, spray, obat
kumur atau bentuk lain) beberapa kali dalam sehari, untuk menjaga agar obat
tetap berkontak dengan mukosa selama beberapa menit, dan pasien harus
menunda makan atau minum selama satu jam setelahnya.
Mayoritas studi menunjukkan bahwa kortikosteroid topikal lebih aman apabila
diaplikasikan pada membran mukosa dalam interval waktu yang pendek, selama 6
bulan, namun terdapat potensi terjadinya supresi adrenal pada pemakaian dengan
jangka waktu lama, terutama pada penyakit yang sudah kronis, sehingga
membutuhkan follow up berkala dan penanganan yang lebih hati-hati. Supresi
adrenal lebih sering terjadi pada pemakaian steroid sebagai obat kumur. Beberapa
efek samping yang serius dapat muncul dari penggunaan kortikosteroid topikal,
namun pada pasien OLP yang mengalami candidiasis sekunder, beberapa klinisi
memberikan obat antifungal.
OLP, pada penelitian terkini menunjukkan tidak adanya perbedaan respon yang
signifikan antara prednisone sistemik (1 mg/kg/hari) dengan clobetasol topikal
pada bahan adesif dibandingkan dengan clobetasol saja. Kortikosteroid sistemik
biasanya digunakan pada kasus dimana aplikasi topikal tidak berhasil, terdapat
OLP recalcitrant, erosif atau eritrematous, atau pada OLP yang menyebar hingga
kulit, genital, esofagus, dan kulit kepala. Prednisolone 40-80 mg tiap hari
biasanya cukup untuk mendapat respon perbaikan; toksisitas yang mungkin
timbul membuatnya hanya diresepkan apabila benar-benar dibutuhkan, pada dosis
terendah, dan untuk jangka waktu terpendek yang paling memungkinkan. Harus
diberikan pada jangka waktu yang mencukupi (5-7 hari) kemudian dihentikan,
atau dosisnya dapat dikurangi 5-10 mg/ hari secara gradual selama 2-4 minggu.
Efek samping dapat diminimalkan apabila pasien dapat menoleransi total dosis
yang sama pada hari lainnya.
5. Bedah
Reseksi direkomendasikan pada plak yang terisolasi ataupun erosi yang tidak
menyembuh, karena dengan prosedur ini dapat diambil spesimen jaringan untuk
konfirmasi diagnosis secara histopatologis, dan dapat menyembuhkan lesi yang
terlokalisir, namun hanya beberapa data yang mendukung hal tersebut. Graft
jaringan lunak dapat diberikan pada OLP erosif, dan OLP simptomatik akan
hilang secara menyeluruh dengan perawatan graft gingival setelah follow up 3.5
tahun. Namun, bedah periodontal juga dilaporkan dapat memicu OLP.
Cryosurgery telah digunakan secara khusus pada OLP erosif yang resisten
terhadap obat, tetapi lesi ini dapat berkembang pada bekas lesi yang telah sembuh
ataupun sembuh dalam bentuk jaringan parut.
Laser juga telah digunakan untuk merawat OLP; laser karbon dioksida digunakan
pada lesi multisentrik atau area yang sulit dijangkau, dan laser eksimer 308 nm
dengan dosis rendah terbukti cukup menjanjikan pada tiga kali percobaan, namun
perlu bukti lebih lanjut untuk membukti efektifitasnya pada OLP, sebagaimana
pada kasus terapi fotodinamik.
Kesimpulan
OLP merupakan penyakit pada mukosa rongga mulut yang sering terjadi dengan
faktor penyebab yang belum diketahui secara pasti. OLP merupakan salah satu penyakit
yang sering terjadi pada penderita diabetes melitus sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
kadar gula darah pada pasien ini. Untuk diperoleh perawatan OLP dengan latar belakang
diabetes
melitus
yang
komprehensif
membutuhkan
kooperatif
pasien
dalam