Vous êtes sur la page 1sur 2

Pelabuhanku

By Elviyasa Siregar

Suatu ketika seorang teman bertanya dengan suara merdu dan senyum lembut.
Apa yang kau inginkan dalam hidup ini? Ia berkata dengan penuh semangat.
Sungguh banyak sekali hingga bibirku tak mampu berucap satu persatunya
Katakan padaku..
Aku ingin hidup bahagia bersama lentera ilmu yang terus menerus membimbingku.
Selain itu apa lagi? Dia menyambung pertanyaannya.
Ya manusia normal..bersama lentera itu aku ingin membangun sejarah hidup yang luar
biasa.
Saat ini akulah sang pemilik pelabuhan besar, ada berbagai jenis kapal-kapal kecil maupun
besar yang merapat disetiap pagi dan petang harinya. Pelabuhanku menjadi titik berkumpul,
tempat membentang usaha ribuan orang yang tengah merangkai tali temali kehidupan.
Banyak sekali cerita serta pengalaman terurai bebas dari mulut manis para pengembara
khususnya penggerak kapal-kapal indah itu. Semua hikayat tersimpan rapat dan hanya
sesekali menggema bersama suara dentuman air asin dan gesekan pasir putih di tempat ini
dimana kubentangkan sepasang sayap suteraku. Percayalah, semuanya terlihat sangat
mempesona.
Akulah sang pemilik pelabuhan, akulah manusia dengan sejuta mimpi yang tak terlupakan.
Seandainya aku seorang nahkoda yang tak perlu kompas, akan ku bawa serta seluruh cinta
yang melekat erat mengalir deras dalam setiap rongga pembuluh darah tubuhku. Akan ku ikat
semuanya, semuanya tanpa terkecuali kemudian ku bawa pergi menjelajahi dunia, melintasi
samudera Pasifik Utara, laut Karibia, teluk Meksiko. Ketika aku dan cintaku itu lelah maka
kami akan berhenti, merapat pada pulau kecil nan suci yang bahkan wangi tanahnya sewangi
tanah kering di musim kemarau yang tiba-tiba diguyur dinginnya air hujan. Kalau kata orang
Jawa seperti bau anpo. Percayalah, semuanya terasa nikmat sekali.
Namun apa yang akan kuraih jika sesuatu yang akan ku ikat dan kubawa itu belum benarbenar ada?
Bertahun-tahun aku mencari sesuatu itu, sesuatu yang dapat merangkap menjadi awak kapal
yang setia membantu nahkodanya. Namun berkali kali pula kapalku karam, lagi-lagi aku
terperangkap masuk kedalam palung yang sama. Bendera yang sengaja aku kibarkan dengan
bangga diatas dek kapalku ternyata tidak melambai bebas tertiup angin. Ia justru berkibar
memberi sinyal panggilan pada kapal-kapal perompak, entahlah mungkin ia berharap aku
terjerumus, terjatuh, mati lalu dibuang supaya dimakan pari. Aku letih.

Suatu hari aku berfikir, wahai pencipta alam semesesta apakah aku belum layak memiliki
kisah Rose dan Jack di kehidupanku ini?
Sebuah titik terbentang tepat didepan bola mataku, titik petunjuk yang sedikit banyak ku
simpulkan sebagai jawaban persetujuan atas pertanyaanku. Lalu aku belajar memahami
diriku dengan mencari jawaban mengapa Rosa belum pantas disandingkan dengan Jaka.
Namun dalam pencarian itu aku lelah sekali. Aku putuskan meninggalkan perjalanan panjang
mencari sesuatu yang melekat dalam darahku itu, aku menyerah. Aku sadar tujuan hidupku
bukan hanya itu. Ku putuskan kembali merakit sejuta rencana yang akan ku lalui bersama aku
dan rohku yang gila ini. Bismillah..Ku tinggalkan imajinasiku sebagai sang nahkoda kapal
besar.
Toh cerita dan pengalaman yang dibawa berlayar selama ini tetap dapat membangkitkan
semangat kehidupanku. Sekarang seluruh cinta dan perhatianku terpusat pada pelabuhan yang
sedang aku rintis. Aku ingin ini semua berjalan sempurna, memiliki dampak yang baik untuk
masa depanku dan seluruh orang yang bernaung padaku. Dalam langkahku yang masih
goyah, aku melihat kebun indah yang ditumbuhi rimbunnya pepohonan pinus dan bungabunga liar yang sungguh cantik sekali. Ada sungai kecil yang membentang sebagai pembatas
antara tempat dimana aku beridiri saat ini dengan kebun itu. Aku berjalan lunglai dituntun
ribuan kupu-kupu yang terbang disisi kanan dan kiriku. Mereka ingin menerbangkanku
melintasi sungai kecil itu, percayalah mereka benar-benar akan melakukannya. Terimakasih
aku bisa berjalan sendiri ungkapku dengan suara takjub..
Setelah aku menyelesaikan ceritaku kemudian teman tersebut datang mendekat,
dilektakannya telapak tangan kanannya diatas kain jlbab yang manutupi kepalaku, lalu ia
berucap Semoga semua berjalan sesuai apa yang telah kamu rencanakan, what nice
planning..

Vous aimerez peut-être aussi