Vous êtes sur la page 1sur 89

HUBUNGAN

ANTARA MOTIVASI
MENGIKUTI
LATIHAN FITNES
TERHADAP RASA PERCAYA DIRI
PADA PRIA DEWASA

SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1
untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Oleh
Hendrayanto Muhammad Irfan
6211409065

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ABSTRAK
Hendrayanto Muhammad Irfan. 2014. Hubungan Antara Motivasi Mengikuti
Latihan Fitnes Terhadap Rasa Percaya Diri Pada Pria Dewasa. Skripsi, Ilmu

Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.


Pembimbing I Prof.Dr. Soegiyanto, MS. Pembimbing II Dr. Taufiq Hidayah ,
M.Kes.
Kata Kunci: Motivasi, Kepercayaan diri, Latihan Fitnes.
Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada
seseorang. Tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan masalah
pada diri seseorang. Bentuk kepercayaan diri seseorang salah satunya
dipengaruhi oleh body image. Remaja pria yang menginginkan body image yang
baik sebagai bentuk peningkatan kepercayaan diri maka akan termotivasi untuk
memiliki bentuk tubuh yang proporsional. Keinginan ini akan diwujudkan dalam
adanya motivasi yang tinggi untuk mengikuti fitness di berbagai fitness center
secara rutin. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan
antara di motivasi mengikuti latihan fitnes terhadap rasa percaya diri pada pria
dewasa di Royce Gym.
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta latihan kebugaran pria di
Royce Gym.Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis penelitian ini
adalah analitik observasional dalam bentuk korelasi dengan rancangan cross
sSectional. Penelitian ini dilakukan di pusat kebugaran Royce Gym.Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 57 orang dengan teknik sampling accidental
sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
motivasi mengikuti latihan fitnes dengan tingkat kepercayaan diri. Dapat dilihat
dari hasil penelitian perhitungan diperoleh r hitung = 0,589 dengan taraf
signifikan 5% didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,000.
Kesimpulan dari data di atas adalah ada hubungan yang signifikan antara
motivasi mengikuti latihan fitnes dengan kepercayaa diri pria dewasa di pusat
kebugaran Royce Gym.

HALAMAN PERSETUJUAN

ii

Skripsi dengan judul Hubungan Antara Motivasi Mengikuti Latihan Fitnes


Terhadap Rasa Percaya Diri Pada Pria Dewasa telah disetujui untuk diajukan
kepada Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang, pada:
Hari

Tanggal

Mengetahui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Prof.Dr. Soegiyanto, MS.


NIP. 195401111981031002

Dr. Taufiq Hidayah , M.Kes.


NIP. 196707211993031002

Ketua Jurusan Ilmu Keolahragaan

Drs. Said Junaidi, M.Kes.


NIP. 196907151994031001

HALAMAN PENGESAHAN

iii

Skripsi atas nama Hendrayanto Muhammad Irfan NIM 6211409065 Program


Studi S1 Ilmu Keolahragaan judul Hubungan Antara Motivasi Mengikuti Latihan
Fitnes Terhadap Rasa Percaya Diri Pada Pria Dewasa telah dipertahankan di
hadapan sidang Panitia Penuji skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang pada 5 Januari 2015

Panitia Ujian
Ketua

Sekretaris

Dr. H. Harry Pramono, M.Si.


NIP. 195910191985031001

Sugiarto, S.Si., M.Sc.


NIP. 198012242006041001

Dewan Penguji
1. Prof. Dr. Sugiharto, MS.
NIP. 195711231985031001

(Ketua) ........................................................

2. Prof. Dr. Soegiyanto, MS.


NIP. 195401111981031002

(Anggota)......................................................

3. Dr. Taufiq Hidayah, M.Kes.


NIP. 196707211993031002

(Anggota)......................................................

PERNYATAAN

iv

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar


hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi
ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari
terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, 15 April 2014

Hendrayanto Muhammad Irfan


6211409065

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


Motto :
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya allah
bersama orang-orang yang sabar
(Q S Al Baqoroh: 153)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5),


Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6)
(Q.S : Al Insyiroh, 5-6)

Persembahan :
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1)

Kedua orang tua, Bapak Suyoto A.G. dan


Ibuku

Sulasmi

memberikan

yang

telah

pendidikan

berjuang
kepadaku

sampai saat ini, dan seluruh keluargaku


tercinta yaitu adikku Aliyatus Tsani dan
Syarifah yang selalu memberi semangat
dan motivasi untuk bisa menyelesaikan
studi.
2)

Teman-teman seperjuangan yang sudah


membantuku

3)

Teman-teman jurusan IKOR angkatan


2009 dan juga Almamater FIK UNNES.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini atas bantuan dan
kerja sama dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah menerima penulis sebagai
Mahasiswa di Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, atas ijin
penelitian.
3. Ketua Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
4. Prof.Dr. Soegiyanto, MS, selaku dosen pembimbing Pendamping I yang telah
sabar dalam memberikan petunjuk dan bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. Taufiq Hidayah, M.Kes, selaku dosen pembimbing Pendamping II yang
telah memberi petunjuk dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
6. Pimpinan pusat Kebugaran Royce Gym Semarang yang telah membantu
penelitian dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen dan Karyawan Jurusan Ilmu Keolahragan, Fakultas
Ilmu Keolahragaan, UniversitasNegeri Semarang yang memberikan bekal

vii

ilmu dan pengetahuan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan


penyusunan skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini.
Atas segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada
penulis dan penulis doakan semoga amal dan bantuan saudara mendapat
berkah yang melimpah dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi para pembaca semua.

Semarang, 15 April 2014

Penulis

viii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................

ABSTRAK......................................................................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................

iv

PERNYATAAN...............................................................................................

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.....................................................................

vi

KATA PENGANTAR.......................................................................................

vii

DAFTAR ISI...................................................................................................

ix

DAFTAR TABEL.............................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................

xiv

BAB I

PENDAHULUAN........................................................................

1.1

Latar Belakang Masalah..............................................................

1.2

Identifikasi Masalah....................................................................

1.3

Pembatasan Masalah.................................................................

1.4

Rumusan Masalah.....................................................................

1.5

Tujuan Penelitian........................................................................

1.6

Manfaat Penelitian......................................................................

LANDASAN TEORI....................................................................

Kepercayaan diri........................................................................

2.1.1 Pengertian kepercayaan diri.......................................................

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi Kepercayaan Diri...........................

10

BAB II
2.1

ix

2.1.3 Aspek Percaya Diri.....................................................................

14

2.1.4 Pria Dewasa...............................................................................

15

2.2

Motivasi......................................................................................

16

2.2.1 Teori motivasi.............................................................................

16

2.2.2 Perilaku dan motivasi.................................................................

18

2.2.3 Lingkaran Motivasi.....................................................................

19

2.2.4 Faktor Motivasi............................................................................

19

2.2.5 Teori kebutuhan..........................................................................

20

2.2.6 Klasifikasi motivasi.....................................................................

21

2.2.7 Motivasi melakukan olahraga kebugaran (fitness)......................

24

2.3

Kerangka Berfikir........................................................................

26

2.4

Hipotesis....................................................................................

28

METODE PENELITIAN..............................................................

29

3.1

Jenis dan Desain Penelitian.......................................................

29

3.2

Variabel Penelitian......................................................................

29

3.3

Metode Pengumpulan Data........................................................

30

3.4

Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel........................

30

3.5

Instrumen Penelitian...................................................................

31

3.6

Uji Validitas dan Reliabilitas........................................................

31

3.7

Pelaksanaan Penelitian..............................................................

32

3.8

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian.............................

34

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................

35

Hasil Penelitian...........................................................................

35

4.1.1 Karakteristik Responden............................................................

35

4.1.2 Analisis Data..............................................................................

36

BAB III

BAB IV
4.1

4.2

Pembahasan..............................................................................

42

4.3

Keterbatasan Penelitian.............................................................

47

SIMPULAN DAN SARAN...........................................................

49

5.1

Simpulan....................................................................................

49

5.2

Saran..........................................................................................

49

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

50

LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................

52

BAB V

xi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

4.1 Umur responden......................................................................................

34

4.2 Pekerjaan responden...............................................................................

35

4.3 Hasil uji validitas......................................................................................

36

4.4 Hasil uji reliabilitas...................................................................................

36

4.5 Hasil deskripsi variabel............................................................................

37

4.6 Deskripsi motivasi latihan fitnes...............................................................

38

4.7 Deskripsi kepercayaan diri.......................................................................

39

4.8 Hasil Uji Normalitas Data.........................................................................

40

4.9 Hasil analisis korelasi Rank Spearman....................................................

41

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Kerangka berfikir......................................................................................

xiii

25

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1 Surat Usulan Dosen Pembimbing...............................................................

51

2 Surat Penetapan Dosen Pembimbing.........................................................

52

3 Surat Ijin Melakukan Penelitian...................................................................

53

4 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian........................................

54

5 Kuesioner Penelitian...................................................................................

55

6 Data Hasil Penelitian...................................................................................

58

7 Hasil Pengolahan data................................................................................

62

8 Dokumentasi Penelitian..............................................................................

71

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Manusia pada dasarnya adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna,
teristimewa, terbaik, dan terunik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya,
namun terkadang kita sebagai manusia selalu merasa tidak puas dengan apa
yang sudah diberikan Tuhan kepada kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. Setiap
manusia dianugerahkan Tuhan dengan beragam kelebihan dan kekurangan, baik
dalam bentuk fisik, sifat, potensi, maupun kemampuan-kemampuan lain. Salah
satunya yang paling terlihat adalah tampilan fisik atau tubuh. Tubuh merupakan
bagian utama dalam penampilan fisik setiap manusia yang juga merupakan
cermin diri dari semua manusia yang mendambakan penampilan fisik menarik.
Perkembangan zaman yang semakin maju dapat merubah cara berpikir
seseorang dalam segala hal. Khususnya cara berpikir seseorang tentang
perkembangan fisik yang dialami, dimana setiap individu akan mengindikasikan
bahwa seseorang yang memiliki tubuh bagus akan memperoleh penghargaan
yang lebih dari lingkungan. Oleh karena itu banyak orang yang rela untuk
merubah penampilan atau bentuk tubuhnya (make over) agar menjadi lebih ideal
(Hendranata, 2005: 162).
Hubungan individu dalam kehidupan sosial, bentuk tubuh menjadi
representasi diri yang pertama dan paling mudah terlihat. Hal ini menyebabkan
orang kemudian menjadi terdorong untuk memiliki tubuh yang ideal. Keinginan
untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal berkaitan erat dengan istilah citra tubuh.
Citra tubuh merupakan evaluasi terhadap ukuran tubuh, berat badan ataupun

aspek-aspek lain dari tubuh yang berhubungan dengan penampilan fisik (Gufron
dan Risnawita, 2010:33).
Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada
seseorang. Tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan masalah
pada diri seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang paling berharga
pada

diri

seseorang

dalam

kehidupan

bermasyarakat

karena

dengan

kepercayaan diri, seseorang mampu mengaktualisasikan segala potensi dirinya.


Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang urgen untuk dimiliki setiap individu.
Kepercayaan diri diperlukan baik oleh seorang anak maupun orang tua secara
individual maupun kelompok (Gufron dan Risnawita, 2010:34). Ciri-ciri individu
yang mempunyai kepercayaan diri adalah memiliki suatu sikap atau perasaan
yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak
terlalu cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal yang disukai,
mampu

berinteraksi

dengan

orang

lain,

mampu

mempunyai

dorongan

berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Lawan
dari percaya diri adalah rendah diri. Orang yang kurang percaya diri akan merasa
kecil, tidak berharga, tidak ada artinya, dan tidak berdaya menghadapi tindakan
orang lain. Orang seperti ini biasanya takut melakukan kesalahan dan juga takut
ditertawakan orang lain (Wijayanti, 2009:79).
Reaksi emosi seseorang terhadap perubahan fisik yang terjadi sama
pentingnya dengan perubahan psikologis yang terjadi tersebut, yang akan
membawa dampak sangat besar pada rasa percaya dirinya, karena bentuk fisik
mempengaurhi kepercayaan diri seseorang (Hendranata, 2005:162). Oleh sebab
itu para pria menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang penting, terlebih
tentang citra tubuh atletis yang banyak mempengaruhi persepsi dan interpretasi

pria terhadap tubuhnya, dikarenakan oleh tampilan-tampilan yang ada di media


masa saat ini seperti televisi atau pun majalah-majalah pria lainnya seperti
majalah sport yang mengulas profil atlet seperti altlet basket, sepak bola, bahkan
para pegulat WWF (World Wrestrling Federation). Sehingga mengakibatkan
timbulnya citra positif terhadap bentuk tubuh, dan itu dikarenakan pada masa
remaja biasanya mulai sibuk dengan penampilan fisiknya dan ingin merubah
penampilannya tersebut agar menjadi lebih baik. Dengan demikian para pria pun
memperlihatkan dengan memberikan perhatian yang lebih terhadap masalah
kulit, berat tubuh, tinggi badan yang ideal dan tentu saja ingin memiliki bentuk
tubuh yang ideal seperti bentuk tubuh yang atletis, kekar dan proporsional.
Keinginan untuk mendapatkan penampilan fisik yang menarik maka pria
dewasa rela menghabiskan waktu berjam-jam di tempat fitness (gym), hanya
untuk merubah bentuk tubuhnya supaya dilihat menjadi lebih menarik, baik dari
sudut pandang individu itu sendiri atau personal maupun dari sudut pandang
orang lain atau sosial. Penampilan fisik seseorang memang dianggap sebagai
suatu hal yang penting dalam kehidupan dimasa kini, yaitu dengan tampil
menarik, pria akan merasa lebih berharga dan dapat tampil lebih meyakinkan
dalam berbagai situasi.
Pria yang menginginkan body image yang baik sebagai bentuk
peningkatan kepercayaan diri maka akan termotivasi untuk memiliki bentuk tubuh
yang proporsional. Keinginan ini akan diwujudkan dalam adanya motivasi yang
tinggi untuk mengikuti fitness di berbagai fitness center secara rutin. Motivasi
sendiri merupakan dorongan, hasrat, keinginan dan tenaga penggerak lainnya
yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu (Sobur, 2011:267).
Dengan demikian para pria yang memiliki kekurangan dan keterlambatan dalam

perkembangan fisik biasanya berfikir dan termotivasi untuk mengikuti atau


menjalani rutinitas fitness agar mereka memiliki tubuh yang ideal sehingga lebih
percaya diri.
Kepercayaan diri dapat dibentuk melalui latihan secara berulang-ulang
(Martokoesoemo, 2007; 213), sehingga kepercayaan diri pada pria juga
ditunjukkan dari perilakunya yang sebelumnya telah dipersiapkan melalui latihan.
Latihan fitnes yang dapat membentuk tubuh menjadi ideal juga sebagai salah
satu bentuk penunjang kepercayaan diri. Semakin menarik atau efektif
kepercayaan diri mereka terhadap tubuh mereka maka semakin positif pula
harga diri yang mereka miliki. Karena body image yang positif akan
meningkatkan nilai diri (self worth) seseorang, percaya diri (self confidance) serta
mempertegas jati diri pada orang lain maupun dirinya sendiri, dan dari
kesemuanya itu akan mempengaruhi harga diri seseorang (Pery, 2005; 102).
Latihan fitness memiliki berbagai manfaat, selain untuk kesehatan
ternyata dapat juga merubah gambaran diri seseorang yang mempunyai image
negatif terhadap tubuhnya, karena dengan mengikuti latihan fitness lambat laun
dapat merubah bentuk tubuh seseorang terlihat menjadi lebih menarik yang
dapat meningkatkan harga diri mereka. Maka banyak para pria yang merasa
butuh atau perlu mengikuti treatmen-treatmen yang diberikan atau diajarkan di
tempat latihan fitness tersebut. Terlebih kepada pria yang memiliki kekurangan
dalam bentuk tubuh dan lain-lainnya yang mengakibatkan pria menjadi kurang
percaya diri, sehingga berfikir untuk mengikuti berbagai latihan yang ada di
tempat fitness. Itu mereka lakukan agar bisa merubah image tubuhnya menjadi
lebih positif sehingga harga dirinya pun ikut meningkat. Hal yang sama juga
terjadi pada pria dewasa yang melakukan olah raga kebugaran di Royce Gym

fitness center. Pusat olah raga kebugaran Royce Gym ini juga banyak dikunjungi
para pria dewasa yang ingin menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya serta
mencoba untuk membentuk otot-otot tubuh yang lebih ideal. Betuk tubuh ideal
dengan menampakkan otot-otot tubuh membuat para pria ini lebih bersemangat
serta menambah kepercayaan dirinya. Berdasarkan latar belakang di atas maka
dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti pengaruh motivasi mengikuti latihan
fitness terhadap kepercayaan diri dengan judul Hubungan antara Motivasi
Mengikuti Latihan Fitnes Terhadap Rasa Percaya Diri pada Pria Dewasa.

1.2 Identifikasi Masalah


Kepercayaan diri menjadi permasalahan bagi semua orang temasuk pria
dewasa terutama berkaitan dengan bentuk fisik. Pria dewasa yang memiliki
bentuk tubuh yang proporsional dan atletis akan memiliki kepercayaan diri yang
lebih tinggi. Bentuk tubuh seperti ini dapat diperoleh oleh pria dewasa dengan
cara latihan fitness, namun permasalahannya adalah diperlukan motivasi yang
tinggi bagi para pria dewasa ini untuk mengikuti latihan fitness di tengah
kesibukannya sehari-hari. Pekerjaan dan banyaknya aktivitas sehari-hari akan
mengganggu jadwal pria dewasa dalam melakukan latihan fitness, sehingga
hanya dengan motivasi diri yang mampu membuat pria dewasa dapat
menyempatkan diri melakukan latihan firness.

1.3 Pembatasan Masalah


Penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:
1. Teoritis
Pembatasan masalah secara teoritis dalam penelitian ini hanya meneliti
tentang variabel motivasi mengikuti latihan fitness dan kepercayaan diri.
2. Tempat
Pembatasan tempat penelitian adalah Royce Gym Semarang.
3. Responden
Responden penelitian ini hanya dibatasi pada pria dewasa saja.

1.4 Rumusan Permasalahan


Permasalahan yang ingin dikaji oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
Apakah ada hubungan antara di motivasi mengikuti latihan fitnes terhadap rasa
percaya diri pada pria dewasa di Royce Gym?

1.5 Tujuan Penelitian


Pnelitian ini bertujuan untuk:
Menganalisis hubungan antara motivasi mengikuti latihan fitnes terhadap rasa
percaya diri pada pria dewasa di Royce Gym.

1.6 Manfaat Penelitian


1. Bagi pria remaja dan dewasa
Manfaat secara praktis bagi pria dewasa adalah memberikan pengertian
dan informasi penting serta penerangan kepada masyarakat lua tentang

pencitraan diri terutama citra tubuh yang dapat meningkatkan kepercayaan diri
dengan memotivasi diri untuk mengikuti latihan fitness secara rutin.
2. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam proses
pengembangan diri dan mengabdikan diri di masyarakat tentang ilmu
keolahragaan sesuai dengan ilmu yang telah diperoleh selama masa
perkuliahan. Penelitian ini tentunya merupakan bekal pengetahuan bagi peneliti
tentang pentingnya citra tubuh sebagai penunjang kepercayaan diri. Proses
pembelajaran selama perkuliahan dari awal sampai akhir tentunya merupakan
bekal penting bagi peneliti untuk terjun dalam dunia kerja, terutama dalam bidang
keolahragaan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kepercayaan diri


2.1.1 Pengertian kepercayaan diri
Percayaan diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang
terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya
baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar
dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya (Gufron dan Risnawita, 2010:34).
Kepercayaan diri merupakan perasaan positif tentang apa yang bisa
dilakukan dan tidak mengkhawatirkan apa yang tidak bisa dilakukan, tapi tetap
memiliki kemauan untuk belajar. Kepercayaan diri adalah pelumas yang
memperlancar roda hubungan antara individu, kemampuan yaitu bakat, keahlian,
dan potensi serta cara memanfaatkannya (Perry, 2005:199).
Percaya diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi
berbagai kebutuhan sendiri. Seseorang mempunyai kebutuhan untuk kebebasan
berfikir dan berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan
berfikir dan berperasaan akan tumbuh menjadi manusia dengan Kepercayaan
diri. Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun kepercayaan diri
dengan memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Kelebihan yang ada didalam diri seseorang harus
dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif dan berguna bagi orang
lain. Kepercayaan diri adalah unsur sangat penting dalam meraih kesuksesan.
Kepercayaan diri bukan soal bicara paling lantang, menjadi orang terlucu di

ruangan atau menjadi seorang supermodel yang rupawan. Kepercayaan diri


adalah merasa mampu, nyaman dan puas dengan diri sendiri (Molloy, 2010:138).
Kepercayaan diri adalah jembatan yang menghubungkan harapan
dengan kinerja, investasi dengan hasilnya. Rasa percaya diri terbentuk dari
harapan-harapan positif untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pijakan
terpenting dari kepercayaan diri adalah pengalaman sukses. Bila seseorang
telah meraih keberhasilan, selanjutnya dirinya akan lebih optimis, lebih percaya
bahwa dirinya dapat diandalkan untuk mengendalikan situasi. Rasa percaya diri
adalah titik indah antara keangkuhan dan keputusasaan. Keangkuhan adalah
ketidkmampuan orang untuk menyadari kelemahan atau kekurangannya,
keputusasaan adalah ketidakmampuan seseorang mengenali kekuatannya.
Percaya diri adalah sesuatu yang harus mampu menyalurkan segala yang kita
ketahui dan segala yang kita kerjakan (Royan, 2005:68).
Seseorang yang percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan
yang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan baik, merasa berharga,
mempunyai keberanian, dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya,
mempertimbangkan

berbagai

pilihan,

serta

membuat

keputusan

sendiri

merupakan perilaku yang mencerminkan percaya diri (Lie, 2003:213). Percaya


diri merupakan dasar dari motivasi diri untuk berhasil. Agar termotivasi seseorang
harus percaya diri. Seseorang yang mendapatkan ketenangan dan kepercayaan
diri haruslah menginginkan dan termotivasi dirinya. Banyak orang yang
mengalami kekurangan tetapi bangkit melampaui kekurangan sehingga benar
benar mengalahkan kemalangan dengan mempunyai kepercayaan diri dan
motivasi untuk terus tumbuh serta mengubah masalah menjadi tantangan.

10

Rakhmat (2009:114) menyatakan bahwa kepercayaan diri atau keyakinan


diri diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki setiap
individu dalam kehidupannya, serta bagaimana individu tersebut memandang
dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep diri. Kepercayaan diri sebagai
salah satu aspek kepribadian yang terbentuk melalui interaksi individu dengan
lingkungannya, khususnya lingkungan sosial.
Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada
seseorang. Tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan masalah
pada diri seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut paling berharga pada
diri seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, karena dengan kepercayaan diri
seseorang mampu mengaktualisasikan segala potensi. Kepercayaan diri
merupakan sesuatu yang urgen untuk dimiliki setiap individu. Kepercayaan diri
diperlukan baik oleh seorang anak maupun orang tua, secara individual maupun
kelompok (Gufron dan Risnawita, 2010:36).
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri
adalah bagaimana individu tersebut memandang dirinya secara utuh dengan
mengacu pada konsep diri yang terbentuk melalui interaksi individu dengan
lingkungannya, khususnya lingkungan sosial.

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi Kepercayaan Diri


Gufron dan Risnawita (2010:37) menyatakan bahwa kepercayaan diri
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah :
1. Konsep diri
Terbentuknya kepercayaan diri pada diri seseorang diawali dengan
perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulannya dalam suatu

11

kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan menghasilkan konsep diri.


Berdasarkan Suliswati, dkk. (2005) menyebutkan bahwa konsep diri terdiri dari 5
komponen yang meliputi citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri.
Sobur (2011: 518) menyebutkan bahwa terdapat empat faktor yang
mempengaruhi konsep diri, yaitu:
a. Self appraisal
Istilah ini menunjukkan suatu pandangan, yang menjadikan diri
sendiri sebagai objek dalam komunikasi, atau dengan kata lain adalah kesan
kita terhadap diri sendiri. Dalam hal ini kita membentuk kesan-kesan kita
tentang diri kita dengan mengamati perilaku fisik secara langsung. Penilaian
tersebut sangat berpengaruh terhadap cara kita memberi kesan terhadap
diri sendiri yaitu cara kita merasakan tentang diri kita, suka atau tidak suka,
senang atau tidak senang terhadap apa yang kita lihat dan kita rasakan
pada diri kita. Semakin besar pengalaman positif yang kita peroleh atau kita
miliki, semakin positif konsep diri kita, dan sebaliknya semakin besar
pengalaman negatif yang kita peroleh atau yang kita miliki maka semakin
negatif konsep diri kita.
b. Reaction and Response of others
Konsep

diri

pada

dasarnya

tidak

saja

berkembang melalui

pandangan kita terhadap diri sendiri, namun juga berkembang dalam rangka
interaksi kita dengan masyarakat. Oleh sebab itu konsep diri dipengaruhi
oleh reaksi atau respon orang lain terhadap diri kita.
c. Roles You Play
Peran merupakan seperangkat patokan yang membatasi perilaku
yang mesti dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi.

12

Pengaruh peran terhadap konsep diri adalah dengan adanya aspek peran
yang kita mainkan sedikit banyak akan mempengaruhi konsep diri kita.
Peran yang kita mainkan tersebut merupakan hasil dari sistem nilai yang kita
potret dari diri kita sebagai seorang yang dapat berperan sesuai dengan
persepsi kita yang didasarkan pada pengalaman diri kita sendiri.
d. Reference Group
Reference group atau kelompok rujukan adalah kelompok dimana
kita menjadi anggota di dalamnya. Jika kelompok ini kita anggap penting,
dalam arti mereka dapat menilai dan bereaksi pada kita, hal ini akan menjadi
kekuatan untuk menentukan konsep diri kta. Gufron dan Risnawita (2010),
menyebutkan bahwa terdapat dua komponen konsep diri yaitu konsep diri
komponen kognitif dan konsep diri komponen afektif. Komponen kognitif
disebut self image dan komponen afektif disebut self esteem. Komponen
kognitif adalah pengetahuan individu tentang dirinya yang mencakup
pengetahuan siapa saya yang akan memberikan gambaran tentang diri
saya. Gambaran ini disebut citra diri. Sementara itu komponen afektif
merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang akan membentuk
bagaimana penerimaan diri dan harga diri individu.

2. Harga diri
Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif pula.
Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Tingkat harga
diri seseorang akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang. Faktor
yang membangun terbentuknya harga diri ini meliputi jenis kelamin, intelegensi,
kondisi fisik, komunikasi lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. Berkaitan

13

dengan komunikasi lingkungan keluarga dapat dinyatakan bahwa peran keluarga


sangat penting dalam menentukan perkembangan harga diri anak. Dalam
keluarga, seorang anak untuk pertama kalinya mengenal orangtua yang
mendidik dan membesarkannya serta sebagai dasar untuk bersosialisasi dalam
lingkungan yang lebih besar. Coopersmith (dalam Gufron dan Risnawita,
2010:38) berpendapat bahwa perlakuan yang adil, pemberian kesempatan untuk
aktif, dan mendidik yang demokratis serta dengan membangun komunikasi yang
baik akan membuat anak mendapat harga diri yang tinggi. Rasa harga diri ini
nantinya akan membangun rasa kepercayaan diri pada anak dalam menjalani
kehidupannya.

3. Pengalaman
Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri.
Sebaliknya, pengalaman juga dapat menjadi faktor menurunnya rasa percaya diri
seseorang. Pengalaman masa lalu adalah hal terpenting untuk mengembangkan
kepribadian sehat.

4. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat
kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan
orang tersebut tergantung dan berada dibawah kekuasaan orag lain yang lebih
pandai darinya. Sebaliknya, orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan
memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih dibandingkan yang berpendidikan
rendah.

14

2.1.3 Aspek Percaya Diri


Lauster dalam Gufron dan Risnawita (2010:38) menyatakan bahwa
kepercayaan diri yang sangat berlebihan bukanlah sifat yang positif. Pada
umumnya akan menjadikan orang tersebut kurang berhati-hati dan akan berbuat
seenaknya sendiri. Hal ini menjadi sebuah tingkah laku yang menyebabkan
konflik dengan orang lain. Orang yang mempunyai kepercayaan diri tinggi akan
mampu bergaul secara fleksibel, mempunyai toleransi yang cukup baik, bersikap
positif dan tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bertindak serta mampu
menentukan langkah-langkah pasti dalam kehidupannya. Individu yang memiliki
kepercayaan diri tinggi akan terlihat lebih tenang, tidak memiliki rasa takut dan
mampu memperlihatkan kepercayaan dirinya setiap saat.
Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (dalam Gufro dan
Risnawita, 2010:38) adalah :
1. Keyakinan kemampuan diri
Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya.
Ia mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.
2. Optimisme
Optimisme adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu
berpandangan

baik

dalam

menghadapi

segala

hal

tentang

diri

dan

kemampuannya.
3. Objektif
Orang yang memandang persoalan atau sesuatu sesuai dengan
kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut
dirinya sendiri.

15

4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah kesediaan seseorang untuk menanggung
segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
5. Rasional dan realistis
Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah, sesuatu
hal, dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima
oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.
Guilford (dalam Monks, 2002:199) mengemukakan bahwa kepercayaan
diri dapat dinilai melalui tiga aspek yaitu :
1.

Bila seseorang merasa adekuat terhadap apa yang ia lakukan,

2.

Bila seseorang merasa dapat diterima oleh kelompoknya (merasa bahwa


kelompoknya atau orang lain menyukainya), dan

3.

Bila seseorang percaya sekali pada dirinya sendiri serta memiliki ketenangan
sikap, yaitu tidak gugup bila ia melakukan atau mengatakan sesuatu secara
tidak sengaja dan ternyata hal itu salah.
Aspek kepercayaa diri berdasarkan teori tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa aspek-aspek kepercayaan diri adalah keyakinan kemampuan


diri, optimisme, objektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis.

2.1.4 Pria Dewasa


Pria dewasa adalah pria dengan usia yang telah dewasa. Monks dan
Haditomo (2002: 329) yang dikutip dari Levinson menyebutkan bahwa masa
dewasa terbagi menjadi dua tahap yaitu dewasa awal dengan rentang usia
antara 17-45 tahun dan dewasa akhir antara 60 tahun ke atas. Usia antara 17-22
tahun seseorang ada dalam dua masa. Dirinya meninggalkan masa pra dewasa

16

dan memasuki masa dewasa awal, dan usia 40 tahun adalah tercapainya puncak
masa dewasa. Pada masa ini seseorang dihadapkan pada tiga macam tugas
yaitu (1) penilaian kembali masa lalu, (2) merubah struktur kehidupan dan (3)
proses individuasi. Orang menilai masa lalu, membedakan ilusi dan kenyataan
dan dengan pandangan ke depan merubah struktut kehidupannya.
Masa dewasa ini seseorang akan menghadapi dilema antara pekerjaan
dan keluarga. Masalah yang timbul tersebut merupakan salah satu bagian dari
perkembangan sosio- emosional. Sosioemosional adalah perubahan yang terjadi
pada diri setiap individu dalam warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau
perilaku individ. Pada tahap ini manusia mulai menerima dan memikul tanggung
jawab yang lebih berat. Pada tahap ini juga hubungan intim mulai berlaku dan
berkembang.
Pria dewasa akan fleksibel dan dapat menempatkan diri dimana pun
dirinya berada, mampu mengadakan penyesuaian diri terhadap situasi-situasi
baru. Pria dewasa juga mampu mempertanggungjawabkan perilakunya, serta
selalu memberi kesempatan kepada orang lain untuk ikut maju bersama-sama
mencapai tujuan, bertanggung jawab, memiliki kemauan yang realistis,
menerima kritik dan saran dari orang lain.

2.2 Motivasi
2.2.1 Teori motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang
menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai suatu tujuan. Motivasi merupakan faktor-faktor yang menguatkan
perilaku dan memberikan arahan. Organisme yang termotivasi akan terjun dalam

17

suatu aktivitas secara lebih giat dan lebih efisien dari pada yang tidak termotivasi
(Atkinson, 2004:7).
Motivasi merupakan dorongan, hasrat, keinginan dan tenaga penggerak
lainnya, yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motivasi itu
memberi tujuan dan arah kepada tingkah laku kita, serta berbagai kegiatan yang
biasa kita lakukan sehari-hari (Sobur, 2003:266).
Motif atau motivasi berasal dari kata Latin moreve yang berarti dorongan
dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi
tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau want. Kebutuhan adalah
suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspons
(Notoatmodjo, 2007:218).
Tanggapan terhadap kebutuhan tersebut diwujudkan dalam bentuk
tindakan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut, dan hasilnya adalah orang yang
bersangkutan merasa atau menjadi puas. Berbeda jika kebutuhan tersebut
belum direspon maka akan selalu berpotensi untuk muncul kembali sampai
dengan terpenuhinya kebutuhan yang dimaksud (Notoatmodjo, 2007: 218).
Walgito (2004:168) menjelaskan motivasi merupakan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau
merupakan driving force. Hal senada juga dijelaskan oleh Sobur (2011:267)
bahwa motivasi merupakan seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang
mendorong atau dorongan yang timbul dari dalam diri individu, tingkah laku yang
ditimbulkanya dan tujuan atau akhir dari gerakan tersebut.
Seseorang yang akan berbuat atau berperilaku ke arah sesuatu seperti
yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau perilaku
yang termotivasi. Motivasi mempunyai 3 aspek yaitu 1) keadaan terdorong dari

18

dalam diri maksudnya kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya ; jasmani,


karena keadaan lingkungan atau karena keadaan mental seperti berpikir dan
ingatan, 2) perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini, 3) goal atau
tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut. Menurut Maslow, kebutuhan yang harus
dipenuhi agar manusia dapat berkembang dengan baik adalah kebutuhan
biologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki,
kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan untuk tahu, kebutuhan akan
keindahan, kebutuhan akan kebebasan bartindak atau aktualisasi diri (Walgito,
2004:169). Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu proses yang
menunjukkan adanya dorongan atau usaha seseorang dalam memuaskan
kebutuhan dasarnya yang belum terpenuhi atau untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yng nantinya diwujudkan dalam tingkah laku sesuai dengan tujuan itu.
Motivasi mempunyai sifat siklus (melingkar), yaitu motivasi timbul,
memicu perilaku tertuju pada tujuan dan akhirnya setelah tujuan tercapai,
motivasi itu berhenti. Peranan motif juga sangat penting dalam proses
menggerakkan tingkah laku manusia, tetapi itu akan kembali ke keadaan semula
apabila ada sesuatu kebutuhan lagi. Pada tahap pertama timbulnya keadaan
pemicu atau dorongan itu timbul karena seseorang merasa ada kekurangan
dalam kebutuhan, biasanya berdasarkan kebutuhan biologis atau fisiologis.
Dorongan itu juga bisa timbul karena pengaruh stimulus dari luar (Walgito,
2004:170).

2.2.2 Perilaku dan motivasi


Perilaku pada dasarnya ditujukan untuk mencapai tujuan dengan kata
lain, perilaku pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai

19

tujuan. Satuan perilaku pokok adalah suatu kegiatan, sesungguhnya perilaku


merupakan

serentetan

kegiatan-kegiatan.

Sebagai

manusia

kita

selalu

melakukan sesuatu seperti berjalan, berbicara, tidur, bekerja, dan sebagainya.


Mengapa seseorang melakukan kegiatan dan bukan suatu kegiatan ditentukan
karena adanya motif atau kebutuhan (Notoatmodjo, 2003: 119).

2.2.3 Lingkaran Motivasi


Motivasi mempunyai siklus (melingkar), yaitu motivasi timbul, memicu
perilaku tertuju pada tujuan (goal) dan akhirnya setelah tujuan tercapai motivasi
tersebut akan berhenti. Siklus ini akan kembali kepada keadaan semula apabila
ada sesuatu kebutuhan lagi.
Tahap pertama dari siklus adalah timbulnya keadaan pemicu. Pemicu
yang timbul ini bisa karena organisme merasa ada kekurangan dalam
kebutuhan. Pemicu juga bisa timbul karena stimulus dari luar. Pemicu yang
berasal dari dalam disebut sebagai faktor internal dan pemicu dari luar disebut
sebagai faktor internal. Motivasi ini sendiri dapat timbul dari kedua faktor tersebut
(Walgito, 2004:169) .

2.2.4 Faktor Motivasi


Tingkah laku manusia tidak terlepas dari pengaruh berbagai faktor,
diantaranya adalah faktor intrinsik dan ekstrinsik. Dengan adanya faktor-faktor
tersebut menjadikan setiap manusia memiliki tingkah laku yang berbeda-beda
(Irwanto, dkk, 2002:217):
1. Motivasi instrinsik yaitu sumber dorongan yang berasal dari dalam diri
individu yang bersangkutan. Faktor intrinsik ini meliputi pengetahuan, sikap,

20

minat dan sebagainya. Hal lain yang berkaitan dengan motivasi instrinsik ini
meliputi jenis kelamin, kepribadian dan kecerdasan. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa motivasi instrinsik bersifat lebih tahan lama dan lebih
kuat.
2. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang bersumber dari luar, misalnya
lingkungan, hadiah, pujian, pendidikan, kebudayaan dan sosial ekonomi.
Motivasi ekstrinsik ini juga bisa sangat berperan secara efektif karena minat
tidak selalu bersifat instrinsik. Sumber-sumber motivasi ekstrinsik dapat
menjadi pendorong yang efektif untuk meningkatkan minat seseorang untuk
berperilaku tertentu.

2.2.5 Teori kebutuhan


Motivasia pada dasarnya bukan hanya merupakan suatu dorongan fisik,
tetapi juga orientasi kognitif elementer yang diarahkan pada pemuasan
kebutuhan. Teori motivasi yang paling terkenal adalah hirarki kebutuhan yang
diungkapkan Abraham Maslow. Teori Maslow (dalam Robins, 2006:213)
mengungkapkan bahwa dalam diri manusia bersemayam lima jenjang kebutuhan
yaitu :
1. Psikologis antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan
perumahan), seks dan kebutuhan jasmania lainnya.
2. Keamanan, antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik
dan emosional.
3. Sosial, antara lain mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik dan
persahabatan.

21

4. Penghargaan mencakup faktor penghormatan dari luar seperti harga diri,


otonomi dan prestasi, serta faktor penghormatan dari luar seperti misalnya
status, pengakuan dan perhatian.
5. Aktualisasi diri merupakan dorongan untuk menjadi seseorang atau sesuatu
sesuai ambisinya yang mencakup pertumbuhan, pencapaian potensi dan
pemenuhan kebutuhan diri.
Kebutuhan yang paling kuat terdapat pada bagian terbawah piramida
seperti pada tingkatan yang dikemukakan oleh Maslow pada tingkat terbawah
hierarki adalah kebutuhan psikologis atau kebutuhan untuk hidup terus. Ini
adalah kebutuhan akan makanan, udara, tidur, dan sebagainya yang dapat
terlihat pada gambar berikut ini :

kebutuhan akan
aktualisasi diri
kebutuhan penghargaan
Kebutuhan akan cinta dan kasih
sayang
Kebutuhan akan
keamanan

Kebutuhan fisiologis

Gambar 1: Hierarki Kebutuhan Menurut Walgito (2004:269).

2.2.6 Klasifikasi motivasi


Klasifikasi motivasi digolongkan dalam beberapa kelompok, yaitu (Sobur,
2011:294):

22

1. Motif primer dan sekunder


Motif dikatakan primer bila dilatar belakangi oleh proses fisio-kemis di
dalam tubuh. Dengan kata lain, motif primer ini bergantung pada keadaan
organik atau keadaan biologis individu. Motif primer ini meliputimotif lapar, haus,
seks, bernafas, istirahat dan sebagainya.
Motif sekunder tidak bergantung pada proses fisio-kemis yang terjadi di
dalam tubuh. Berdasarkan pengertian ini, semua motif yang tidak langsung pada
keadaan organisme individu dapat digolongkan ke dalam motif sekunder.
Memang tidak dapat disangkal bahwa motif-motif sekunder pun seringkali ada
hubungannya dengan motif primer, namun bukan hubungan yang langsung. Ciri
lain yang membedakan motif primer dengan motif sekunder adalah motif primer
bersifat

bawaan,

tidak

dioelajari,

artinya

tidak

ada

pengalaman

yang

mendahuluinya, sebaliknya motif sekunder sangat bergantung pada pengalaman


individu.
2. Motif intrinsk dan ekstrinsik
Motif intrinsik yaitu motif-motif yang dapat berfungsi tanpa harus
dirangsang dari luar. Seseorang ingin melakukan sesuatu karena ingin
melakukannya. Misalnya orang yang gemar membaca tanpa ada yang
mendorongnya, akan mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya, orang yang
rajin dan bertanggung jawab tidak perlu menunggu komando sudah belajar
dengan sebaik-baiknya.
Motif ekstrinsik adalah motif-motif yang berfungsi karena ada perangsang
dari luar. Misalnya seseorang melakukan sesuatu karena untuk memenangkan
hadiah yang khusus ditawarkan untuk perilaku tersebut.

23

3. Motif tunggal dan bergabung


Motif kegiatan-kegiatan kita bisa merupakan motif tunggal ataupun
bergabung. Misalnya apabila seseorang menjadi anggota suatu organisasi atau
perkumpulan motifnya biasanya bergabung. Dirinya mungkin ingin belajar
sesuatu yang baru bersama-sama anggota perkumpulan tersebut. Selain itu,
ingin melatih kemampuan berorganisasi, atau ingin mengenal dari dekat
beberapa anggota kelompok, atau ingin memperluas relasi guna kelancaran
pekerjaan kantornya dan sebagainya.
4. Motif mendekat atau menjauh
Pengklasifikasian motif mendekat dan menjauh didasarkan pada reaksi
organisme terhadap rangsang yang datang. Suatu motif disebut mendekat bila
reaksi terhadap stimulus yang datang bersifat mendekati stimulus, sedangkan
motif menjauh terjadi bila respons terhadap stimulus yang datang sifatnya
menghindari stimulus atau menjauhi stimulus yang datang.
Stimulus yang menimbulkan respons mendekat disebut stimulus positif,
sedangkan stimulus yang menimbulkan respons menjauh disebut stimulus
negatif. Respons mendekat maupun menjauh ini bisa diperoleh dengan
pengalaman maupun tanpa pengalaman. Dengan kata lain, yang menimbulkan
reaksi mendekat maupun menjauh itu dapat berupa motif primer maupun motif
sekunder.
5. Motif sadar dan tidak sadar
Pengklasifikasian motif menjadi sadar dan motif tidak sadar, semata-mata
didasarkan pada taraf kesadaran menusia terhadap motif yang sedang
melatarbelakangi tingkah lakunya. Apabila ada seseorang yang bertingkah laku
tertentu, namun orang tersebut tidak bisa mengatakan alasannya, motif yang

24

menggerakkan tingkah laku itu disebut motif tidak sadar. Sebaliknya jika
seseorang bertingkah laku tertentu dan dia mengerti alasannya berbuat
demikian, motif yang melatarbelakangi tingkah laku itu disebut motif sadar.
6. Motif biogenetis, sosiogenetis dan teogenetis
Motif beogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari kebutuhan
organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif biogenetis
ini bercorak universal dan kurang terikat pada lingkungan kebudayaan tempat
manusia itu kebetulan berada dan berkembang.
Motif sosiogenetis dalah motif-motif yang dipelajari orang dan berasal dari
lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang. Motif
sosiogenetis tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi berdasarkan iteraksi
sosial dengan orang-orang atau hasil kebudayaan orang. Motif sosiogenetis ini
berbeda-beda sesuai dengan perbedaan yang terdapat di antaranya bermacammacam corak kebudayaan di dunia.
Motif teogenetis berasal dari interaksi antara manusia dengan tuhan,
seperti yang nyata dalam ibadah dan dalam kehidupannya sehari-hari saat ia
berusaha merealisasi norma-norma agama tertentu. Manusia memerlukan
interaksi dengan tuhannya untuk bisa menyadari tugasnya sebagai manusia
yang berketuhanan dalam masyarakat yang beragam ini.

2.2.7 Motivasi melakukan olahraga kebugaran (fitness)


Seseorang yang melakukan olahraga kebugaran di fitness centre memiliki
tujuan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. (Strickland, 2004:116)
yang mengatakan bahwa berolahraga kebugaran dapat meningkatkan kesehatan
dan mengingkatkan fungsi serta kualitas hidup seseorang.

25

Motivasi melakukan olahraga kebugaran di fitness centre merupakan


keseluruhan daya penggerak berupa kebutuhan peningkatan pengembangan
diri, kebutuhan menjalin hubungan interpersonal dan kebutuhan akan status dan
penghargaan yang menimbulkan kegiatan olahraga kebugaran di fitness centre,
menjamin kelangsungan aktifitas olahraga kebugaran dan memberi arah pada
aktifitas olahraga kebugaran untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi
berolahraga kebugaran di fitness centre dapat berasal dari dalam diri individu
(motivasi intrinsik) dan dari luar individu (motivasi ekstrinsik) (Butarbutar,
2002:153).
Kedua macam motivasi tersebut dapat dipilah menjadi tujuh tipe motivasi
untuk mengetahui mengapa seseorang melakukan olahraga kebugaran. Motivasi
intrinsik terdiri dari kesenangan yang didapat seseorang dari berolahraga
(enjoyment/interest), keinginan untuk menaklukkan tantangan dan mengasah
minat serta kemampuan (competence). Sedangkan motivasi ekstrinsik terdiri dari
keinginan untuk meningkatkan penampilan tubuh (appearance), keinginan untuk
meningkatkan kebugaran tubuh (fitness), dan untuk melakukan kontak/interaksi
sosial.

26

2.3 Kerangka Berfikir

Faktor eksrinsik:
Lingkungan
Jadiah
Pujian
Pendidikan,
kebudayaan dan sosial
ekonomi

Faktor instrinsik:
Pengetahuan
Sikap
Minat

Motivasi

Menikuti latihan
fitness

Peningkatan
kepercayaan diri

Faktornya:
Konsep diri
Harga diri
Kondisi fisik
Pengalaman
hidup

Bagan 2.1 Kerangka berfikir


Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri
manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah
lakunya.

Motivasi

ini

juga

merupakan

suatu

proses

psikologis

yang

mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang


terjadi pada diri seseorang. Sehingga motivasi menjadi aspek yang penting
karena motivasi juga dapat menggerakkan individu untuk melakukan olahraga
kebugaran dan membuat mereka bertahan dalam aktifitas tersebut..

27

Motivasi memiliki beberapa komponen yaitu sikap yang meliputi perasaan


yang dimiliki oleh individu mengenai dirinya sendiri, tubuhnya, sikap terhadap
statusnya, prospek masa depannya, harga dirinya, kepuasan dan penilaian
dirinya. Perasaan diwakili dengan tingkat kepuasan dan ketidakpuasan individu
terhadap bagian-bagian tubuh ataupun tubuhnya secara keseluruhan. Apabila
orang tersebut tidak puas dan malu dengan bagian-bagian dari tubuhnya, maka
orang tersebut akan berusaha untuk membuat tubuhnya lebih baik atau menjadi
berkeinginan untuk meningkatkan penampilan tubuh salah satu caranya dengan
berolahraga kebugaran tujuannya lebih pada afiliasi dan penerimaan diri.
Motivasi berolahraga akan berbeda dari satu individu dengan individu
lainnya. Motivasi juga akan mengarahkan individu dalam mencapai tujuannya
berolahraga kebugaran. Kebanyakan pria berolahraga kebugaran tujuannya
untuk berpenampilan menarik serta memiliki tubuh yang indah.
Seseorang ingin meningkatkan penampilan fisik atau kebugaran tubuhnya
didasari oleh cara pandangnya terhadap dirinya, perasaan dan pemikirannya
mengenai penampilannya. Perasaan, persepsi, sikap dan perilaku seseorang
berkenaan dengan tubuh seseorang, yang dikenal dengan body image. Apabila
penampilan fisik dan kebugaran tubuhnya dirasa kurang maka ia akan
melakukan berbagai cara untuk meningkatkan penampilan dan kebugarannya,
salah satunya dengan berolahraga kebugaran. Apabila penampilan fisiknya
sudah baik, maka seseorang tersebut akan melakukan olahraga kebugaran
untuk mempertahankan bentuk tubuhnya guna menciptakan rasa kepercayaan
diri yang tinggi.
Keterkaitan antara motivasi berolah raga senam kebugaran dengan
kepercayaan diri ini telah dilakukan oleh Ananda Rizka Rahmania dan Mira Aliza

28

Rachmawati (2009) yang meneliti tentang hubungan antara body image dengan
tipe motivasi dalam melakukan olahraga kebugaran di fitness centre pada wanita
yang menemukan bahwa body image memberikan pengaruh terhadap motivasi
terhadap responden untuk terus aktif dalam melakukan olah raga kebugaran.
Citra tubuh atau body image yang dinginkan oleh responden memberi dorongan
kepada responden untuk dapat terus melakukan olah raga kebugaran. Body
image yang terbentuk dengan baik akan menambah rasa kepercayaan diri
seseorang sehingga ada motivasi yang kuat untuk terus melalukan olah raga
kebugaran dengan harapan terbentuk body image sesuai dengan yang
diinginkan.

2.5 Hipotesis
Hasil kajian pustaka pada landasan teori dan kerangka berpikir yang telah
dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ada hubungan antara motivasi mengikuti latihan fitnes terhadap rasa percaya diri
pada pria dewasa.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Desain penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif korelasional. Jenis
penelitian ini adalah analitik observasional dalam bentuk korelasi yaitu untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan belah lintang (Cross
Sectional), dimana variabel sebab (bebas) yaitu kepercayaan diri dan variabel
akibat (terikat) yaitu komunikasi interpersonal dalam waktu yang bersamaan dan
sesaat (Sugiyono, 2011:30). Adapun desain dimaksud terlihat dapat dilihat pada
diagram berikut:

Motivasi mengikuti latihan


fitness (X)

Kepercayaan diri (Y)

Gambar 3.1 Desain Penelitian


3.2 Variabel Penelitian
Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian, dimana di dalamnya terdapat faktor-faktor yang berperan dalam
pristiwa yang akan diteliti (ABD. Nasir, 2011:232). Dalam penelitian ini variabel
penelitiannya adalah :
1 Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini yaitu motivasi
mengikuti latihan fitness.
2 Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah kepercayaan
diri.

29

30

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket

atau

kuisioner. Arikunto

(2006:222),

kuisioner

adalah

sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden


dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.Kuisioner ini
dilakukan pada semua peserta fitness di Royce Gym Semarang.

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi adalah kumpulan semua elemen atau individu dari mana dataatau
informasi dikumpulkan (ABD. Nasir, 2011:185). Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah peserta latihan fitness di Royce Gym yang berjumlah 67
orang.
3.4.2 Sampel, Teknik Penarikan Sampel
Sugiyono, (2011:81) mendefinisikan sampel adalah bagian populasi yang
diambil dengan cara tertentu, dimana pengukuran dilakukan. Sampel dalam
penelitian ini diambil dengan teknik accidental sampling, yaitu pengambilan
sampel berdasarkan sampel yang kebetulan ditemui pada saat penelitian
(Arikunto, 2006:131). Besarnya sampel ditentukan sebagai berikut:
n

N
2
1 N d
67

1 67 0,05

= 57,38 dibulatkan menjadi 57 orang


Keterangan :

31

n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = presisi (0,05)

3.5 Instrumen Penelitian


Intrumen dalam penelitian ini terdiri dari kuesioner yang terbagi :
1 Kueioner A berisi tentang biodata responden yang berisi tentang umur
(lihat halaman 55).
2 Kuesioner B berisi tentang kepercayaan diri responden yang terdiri dari
20 pernyataan (lihat halaman 55)
3 Kuesioner C berisi tentang motivasi mengikuti latihan fitness yang
terdiri dari 20 pernyataan (lihat halaman 56).

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas


3.6.1 Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang artinya sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2003:39).
Suatu kuesioner atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan
hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Kuesioner yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
pengukuran dikatakan sebagai kuesioner yang memiliki validitas yang rendah
(Azwar, 2003:40). Uji

validitas dapat dilihat dengan menggunakan koefisien

korelasi product moment. Item pernyataan dalam kuesioner dinyatakan valid


apabila didapatkan nilai r hitung > dari r tabel dengan tingkat signifikansi 5%.

32

3.6.2 Uji Reliabilitas


Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut
koefisien reliabilitas. Pada awalnya tinggi-rendahnya reliabilitas kuesioner
tercermin oleh nilai cronbach alpha. Dimana apabila nilai cronbach alpha di atas
0,60 maka variabel dalam penelitian dapat dikatakan reliabel atau handal,
sehingga apabila kuesioner terhadap pertanyaan yang diajukan dilakukan secara
berulang-ulang maka jawaban responden akan sama (Ghozali, 2006:44)..

3.7 Pelaksanaan Penelitian


Rencana penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu tahap persiapan penelitian
dan tahap pelaksanaan penelitian.
3.7.1 Tahap Persiapan Penelitian
Peneliti mengajukan ijin penelitian kepada pihak pengelola Royce Gym.
Setelah memperoleh ijin dari Royce Gym selanjutnya peneliti akan mengurus
surat ijin penelitian ke Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang
yang nantinya digunakan sebagai rekomendasi dari pihak Royce Gym
Semarang. Langkah berikutnya adalah menghubungi pihak Royce Gym
mengenai jumlah peserta yang akan dijadikan populasi penelitian. Setelah itu
mendiskusikan waktu dan teknik penelitian, yang selanjutnya kesepakatan
tersebut dikonfirmasikan ke dosen Pembimbing dan peserta fitness yang akan
dijadikan populasi penelitian.
3.7.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Peneliti sebelum pelaksanaan penelitian memberikan penjelasan kepada
peserta fitness tentang pelaksanaan penelitian yaitu berkaitan dengan maksud
dari penelitian ini. Pelaksanaan penelitian menggunakan metode penelitian

33

survai sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket atau


kuisioner.
3.7.3 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah serangkaian pengamatan terhadap suatu variabel
yang diambil dari data ke data dan dicatat urut-ururtan terjadinya serta disusun
sebagai data stasistik. Dalam penelitian ini teknik analisis data menggunakan
teknik korelasi dengan program bantuan statistik SPSS for windows release 16
(Ghozali, 2006:227). Sebelum melakukan uji analisis dahulu dilakuakan dengan
sejumlah uji persyaratan untuk mengetahui kelayakan data yaitu uji normalitas
data. Jika data berdistribusi normal maka analisis data yang digunakan adalah
korelasi Prodcut Moment Pearson dan jika data tidak berdistribusi normal maka
menggunakan korelasi Rank Spearman (Sugiyono, 2007:244).
3.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian
Peneliti berusaha dalam penelitihan ini menghindari kemungkinankemungkinan kesalahan selama pelaksanaan penelitihan sehubungan dengan
pengumpulan data, namum di luar kemampuan peneliti dapat terjadi hal-hal yang
dapat mempengaruhi penelitian. Adapun hal-hal tersebut adalah :
1. Faktor kesungguhan hati
Faktor kesungguhan hati dalam pelaksanaan penelitihan dari masingmasing anggota sampel tidak sama, untuk itu peneliti dalam pelaksanaan tes dan
latihan selalu memotifsi, mengawasi, dan mengontrol setiap aktivitas yang
dilakukan dengan melibatkan pembimbing untuk mengarahkan kegiatan sampel
pada tujuan yang akan dicapai.

34

2. Faktor Kegiatan Sampel Diluar Penelitian


Peneliti berusaha mengatasi dengan memilih waktu penelitian bersamaan
dengan jadwal latihan guna menghindari adanya kegiatan sampel di luar
penelitian yang bisa menghambat proses pengambilan data.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian ini dilakukan terhadap peserta latihan fitness di Royce Gym
berkaita dengan hubungan antara motivasi latihan fitness dengan kepercayaan
diri.

4.1.1 Karakteristik Responden


Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur dan pekerjaan.
Hasil penelitian tentang gambaran karakteristik responden selengkapnya adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Umur responden
Kelompok Umur

Frekuensi

Persentase

< 20 tahun

13

22,8

20-25 tahun

35

61,4

> 25 tahun

15,8

Total

57

100.0

Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kelompok umur terbesar yang mengikuti
fitness di Royce Gym adalah kelompok umur 20-25 tahun yaitu sebanyak 35
orang (61,4%), yang kelompok umur di bawah 20 tahun sebanyak 13 orang
(22,8%) dan kelompok umur di atas 25 tahun sebanyak 7 orang (15,8%).

35

36

Tabel 4.2 Pekerjaan responden


Pekerjaan

Frekuensi

Persentase

Pelajar

5,3

Mahasiswa

26

45,6

Swasta

20

35,1

Wiraswasta

7,0

TNI

3,5

Polisi

1,8

BUMN

1,8

Total

57

100.0

Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pekerjaan responden terbesar yang


mengikuti fitness di Royce Gym adalah mahasiswa yaitu sebanyak 26 orang
(45,6%), yang pekerjaannya swasta sebanyak 20 orang (35,1%), yang
wiraswasta sebanyak 4 orang (7,0%), yang pelajar sebanyak 3 orang (5,3%),
yang sebagai TNI sebanyak 2 orang (3,5%) dan yang bekerja sebagai polisi dan
di BUMN masing-masing sebanyak 1 orang (1,8%).

4.1.2 Analisis Data


1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilits instrumen dilakukan sebelum proses analisis
data. Hasil uji validitas dan reliabilitas didapatkan sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil uji validitas

37

Variabel
Motivasi latihan fitnes
M1
M2
M3
M4
M5
M6
M7
M8
M9
M10
Kepercayaan diri
K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
K9
K10
K11
K12

Nilai r hitung

Nilai r tabel

Keterangan

0,850
0,939
0,924
0,792
0,925
0,904
0,938
0,902
0,883
0,800

0,261
0,261
0,261
0,261
0,261
0,261
0,261
0,261
0,261
0,261

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

0,413
0,391
0,628
0,654
0,549
0,691
0,552
0,608
0,708
0,556
0,484
0,611

0,261
0,261
0,261
0,261
0,261
0,261
0,261
0,261
0,261
0,261
0,261
0,261

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai r tabel adalah 0,261, sementara
berdasarkan hasil perhitungan uji validitas didapatkan nilai r hitung semuanya
lebih besar dari 0,261 sehingga semua item pertanyaan dinyatakan valid.
Tabel 4.4 Hasil uji reliabilitas
Variabel
Motivasi latihan fitnes
Kepercayaan diri

Croanbach
alpha
0,974

Nilai kritis

Keterangan

0,60

Reliable

0,878

0,60

Reliable

Hasil uji reliabilitas didapatkan koefisien Croanbach alpha pada variabel


motivasi latihan fitnes sebesar 0,874 dan variabel kepercayaan diri sebesar
0,878 yang keduanya lebih besar dari 0,60 sehingga kedua variabel dinyatakan
reliabel.

38

2. Deskripsi data penelitian


Data yang diperoleh dari lapangan selanjutnya dianalisis dengan statistik
deskriptif. Analisis deskriptif ini meliputi statistik mean, standar deviasi, data
maksimum dan data minimum. Hasil analisis deskriptif adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Hasil deskripsi variabel
Variabel

Mean

SD

Minimum

Maksimum

Motivasi latihan fitnes

36,9

8,59

24

50

Kepercayaan diri

44,09

7,13

25

58

Setelah diketahui deskripsi data berdasarkan nilai mean, standar deviasi,


minimum dan maksimum kemudian dilakukan langkah kategorisasi pada kedua
variabel. Kategorisasi kedua variabel sebagai berikut:
1) Motivasi latihan fitnes
Data hasil penelitian mengenai motivasi latihan fitnes yang diberikan
terhadap peserta fitnes di Royce Gym berdasarkan jawaban angket yang telah
dikerjakan oleh para responden sampel penelitian skor tertinggi 50 dan skor
terendah 24, range 26. Skor rata-rata motivasi latihan fitnes 36,9 dan standar
deviasi 8,59.
Setelah diketahui skor terendah, skor tertinggi dan range dapat digunakan
untuk menentukan interval kelas (i) dengan rumus sebagai berikut:
Interval (i)

Interval

skor total tertinggi - skor total terendah


3 (tiga) kategori

50 - 24
3

26
8,67 dibulatkan menjadi 9
3

39

Interval tersebut dapat digunakan untuk membuat tabel distribusi


frekuensi bergolong sesuai dengan kategori jawaban angket mengenai motivasi
latihan fitnes sebagai berikut :
Tabel 4.6 Deskripsi motivasi latihan fitnes
Interval
24-33
34-42
43-50
Jumlah

Frekuensi
19
22
16
57

Presentase
33,3
38,6
28,1
100%

Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi

Tabel di atas menunjukkan bahwa skor terbanyak pada rentangan angka


34 42 sebesar 22 orang atau 38,6% yaitu pada kategori motivasi sedang;
urutan kedua pada rentangan skor 24 33 sebanyak 19 orang atau 33,3% yag
berada pada kategori rendah; dan urutan ketiga pada kategori tinggi yaitu
rentangan angka 43-50 sebanyak 16 orang atau 28,1%.
2) Kepercayaan diri
Data hasil penelitian mengenai kepercayaan diri yang diberikan terhadap
peserta fitnes di Royce Gym berdasarkan jawaban angket yang telah dikerjakan
oleh para responden sampel penelitian skor tertinggi 58 dan skor terendah 25,
range 33. Skor rata-rata kepercayaan diri 44,09 dan standar deviasi 7,13.
Setelah diketahui skor terendah, skor tertinggi dan range dapat digunakan
untuk menentukan interval kelas (i) dengan rumus sebagai berikut:
Interval (i)

Interval

skor total tertinggi - skor total terendah


3 (tiga) kategori

58 - 25
3

33
11
3

40

Interval tersebut dapat digunakan untuk membuat tabel distribusi


frekuensi bergolong sesuai dengan kategori jawaban angket mengenai
kepercayaan diri sebagai berikut :
Tabel 4.7 Deskripsi kepercayaan diri
Interval
25-36
37-47
48-58
Jumlah

Frekuensi
7
38
12
57

Presentase
12,3
66,7
21,1
100%

Kategori
Rendah
Sedang
Tinggi

Tabel di atas menunjukkan bahwa skor terbanyak pada rentangan angka


37 47 sebesar 38 orang atau 66,7% yaitu pada kategori kepercayaan diri
sedang; urutan kedua pada rentangan skor 48 58 sebanyak 12 orang atau
21,1% yag berada pada kategori tinggi; dan urutan ketiga pada kategori rendah
yaitu rentangan angka 25-36 sebanyak 7 orang atau 12,3%.
3. Uji Normalitas Data
Sugiyono (2007) menyatakan bahwa sebelum dilakukan analisis korelasi
terlebih dahulu perlu dilakukan uji kenormalan data. Jika data berdistribusi
normal maka analisis korelasi yang digunakan adalah Product moment pearson,
namun jika data tidak berdistribusi normal maka analisis korelasi yang digunakan
adalah Rank Spearman. Kenormalan data dapat dilihat dari uji normalitas
Kolmogorov-Smirnof dari masing-masing variabel. Data dianalisis dengan
bantuan komputer program SPSS versi 16. Dasar pengambilan keputusan
berdasarkan probalitas. Jika probalitas > 0,05 maka data penelitian berdistribusi
normal. Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat output SPSS versi 16
seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas Data

41

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Motivas latihan
fitness
N
Normal Parametersa
Most Extreme Differences

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

57
36.9123
8.59460
.217
.191
-.217
1.638
.009

Kepercayaan diri
57
44.0877
7.12962
.197
.131
-.197
1.486
.024

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian


Tabel di atas pada baris asymp. Sig untuk dua sisi diperoleh nilai
signifikansi variabel motivasi latihan fitness sebesar 0,009, dan untuk variabel
kepercayaan diri sebesar 0,024. Nilai signifikansi dari masing-masing variabel <
0,05 yang berarti kedua variabel tidak berdistribusi normal. Hasil uji linieritas
didapatkan hubungan kedua variabel tidak linier dengan didapatkan nilai p
sebesar 0,000 (>0,05).

4. Analisis korelasi
Hasil kenormalan data ditemukan kedua variabel tidak berdistribusi
normal sehingga analisis korelasi yang digunakan adalah Rank Spearman. Hasil
analisis korelasi selengkapnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9
Hasil analisis korelasi Rank Spearman

42

Correlations

Spearman's

Motivas latihan

rho

fitness

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

Kepercayaan diri

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

Motivas latihan

Kepercayaan

fitness

diri

1.000

.589**

.000

57

57

.589**

1.000

.000

57

57

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil analisis korelasi ditemukan bahwa nilai korelasi sebesar 0,589


dengan nilai sognifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan nilai probabilitas yang <
0,05 maka dapat dinyatakan bahwa motivasi latihan fitness berhubungan secara
signifikan dengan kepercayaan diri. Nilai korelasi sebesar 0,589 menunjukkan
bahwa besarnya pengaruh motivasi latihan fitness terhadap rasa percaya diri
sebesar (R2) 0,347 atau sebesar 34,7%.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Motivasi latihan fitness
Hasil penelitian diketahui bahwa mtoivas latihan fitnes yang dimiliki
responden penelitian sebagian besar dalam kategori sedang. Motivasi untuk
mengikuti latihan fitness ini menunjukkan keinginan responden untuk dapat
latihan fitness demi kesehatan dan kebugaran tubuh.
Olahraga pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap manusia di dalam
kehidupan, agar kondisi fisik dan kesehatannya tetap terjaga dengan baik.
Kehidupan pada masa sekarang ini, menuntut manusia akan lebih banyak

43

menghabiskan waktunya untuk bekerja. Kondisi yang demikian, olahraga


menjadi sesuatu yang jarang dilakukan oleh seorang pria dewasa karena
kesibukannya dalam bekerja, dan hanya bisa dilakukan dalam waktu luang.
Kebutuhan akan kesehatan menjadi suatu hal yang sangat penting dan berharga
dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, manusia ingin berusaha menjaga
kesehatannya dan salah satu cara agar kesehatan tetap terjaga dengan baik
adalah melalui olahraga. Aktivitas yang padat bagi seorang pria dewasa yang
memiliki tanggung jawab besar dalam menghidupi keluarga dan tempat yang
sulit maka berolahraga di fitness centre menjadi salah satu pilihan yang tepat
Motivasi melakukan olahraga kebugaran di fitness centre merupakan
keseluruhan daya penggerak berupa kebutuhan peningkatan pengembangan
diri, kebutuhan menjalin hubungan interpersonal dan kebutuhan akan status dan
penghargaan yang menimbulkan kegiatan olahraga kebugaran di fitness centre,
menjamin kelangsungan aktifitas olahraga kebugaran dan memberi arah pada
aktifitas olahraga kebugaran untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi
berolahraga kebugaran di fitness centre dapat berasal dari dalam diri individu
(motivasi intrinsik) dan dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Motivasi intrinsik ini terdiri dari kesenangan yang didapat responden dari
berolahraga, keinginan untuk menaklukkan tantangan dan mengasah minat serta
kemampuan. Sedangkan motivasi ekstrinsik terdiri dari keinginan untuk
meningkatkan penampilan tubuh, keinginan untuk meningkatkan kebugaran
tubuh, serta untuk melakukan kontak atau interaksi sosial.
Motivasi yang mendasari responden untuk mengikuti latihan fitnes adalah
untuk menciptakan daya tarik fisik individu. Tidak jarang tujuan utama dalam
berolahraga kebugaran di fitness centre adalah meningkatkan daya tarik fisik.

44

Kondisi lainnya yang mempengaruhi motivasi responden adalah fasilitas yang


memadai dan cuaca yang baik akan membuat individu lebih termotivasi untuk
melakukan aktifitas berolahraga di fitness centre. Fasilitas yang dimaksud adalah
kualitas dan kuantitas alat yang tersedia serta keanekaragaman alat. Hal lain
yang tidak kalah pentingnya adalah terciptanya pergaulan di tempat kebugaran
mempengaruhi motivasi berolahraga kebugaran individu. Dengan adanya teman
berlatih dapat meningkatkan motivasi individu, teman berlatih dapat dijadikan
sebagai standar terhadap diri sendiri sehingga latihan olahraga di tempat
kebugaran tersebut menjadi lebih menarik.
Penelitian yang dilakukan oleh Ananda Rizka Rahmania dan Mira Aliza
Rachmawati (2009) menemukan bahwa motivasi responden untuk melakukan
olah raga kebugaran untuk mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan sebagian
besar dalam kategori tinggi yaitu sebesar 66%. Hal ini menunjukkan bahwa
responden termtivasi untuk terus melakukan olah raga kebugaran untuk
mendapatkan bentuk tubuh ideal yang diinginkannya.

4.2.2 Kepercayaan diri


Hasil penelitian menemukan bahwa kepercayaan diri responden sebagian
besar dalam kategori sedang. Kepercayaan diri ini berkaitan dengan kondisi diri
terutama adalah berkaitan dengan citra tubuh. Citra tubuh (body image) menjadi
hal penting bagi terbentuknya kepercayaan diri seseorang.
Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada
seseorang. Tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan masalah
pada diri seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut paling berharga pada
diri seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, karena dengan kepercayaan diri

45

seseorang mampu mengaktualisasikan segala potensi. Kepercayaan diri


merupakan sesuatu yang urgen untuk dimiliki setiap individu. Kepercayaan diri
diperlukan baik oleh seorang anak maupun orang tua, secara individual maupun
kelompok.
Kondisi dan bentuk tubuh yang sempurna menjadi idaman bagi setiap ptia
dewasa. Tubuh yang nampak berotot dan kelihatan bugar akan menambah rasa
kepercayaan diri yang tinggi bagi seorang pria dewasa. Kedaan tubuh yang
sehat dan bugar serta nampak berotot tersebut hanya dapat diperoleh ketika
seorang pria dewasa rajin untuk berolah raga.
Olahraga merupakan salah satu cara yang paling penting dilakukan untuk
mendapatkan physical confidence tersebut. Ketidakseimbangan postur, otot-otot
yang tegang dan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan fisik sehari-hari
merupakan

salah

satu

alasan

mengapa

olahraga

dibutuhkan.

Dengan

terciptanya kesempurnaan pada tubuh, otomatis kepercayaan diri pun terbentuk.


Ketika

berolahraga,

rasa

percaya

diri

akan

meningkat

karena

dapat

menyemangati diri sendiri untuk aktif bergerak daripada hanya duduk diam tanpa
melakukan apapun.

Bentuk tubuh manusia merupakan presentasi diri yang pertama dan


paling mudah terlihat. Hal ini menyebabkan seorang pria dewasa kemudian
terdorong untuk memiliki tubuh yang ideal. Tolak ukur yang paling sering
digunakan oleh para pria untuk menilai bentuk tubuh yang ideal yaitu dapat

46

terlihat dari ketika mereka menampilkan fisik yang sehat, atletis, besarnya otot
tubuh dan bentuk perut yang six pack.
Bentuk tubuh yang ideal ini sejalan dengan kepuasan terhadap citra
tubuh, citra tubuh adalah gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang
tubuhnya yang meliputi pikiran-pikiran, perasaan, perasaan, penilaian-penilaian,
sensasi-sensasi, kesadaaran da perilaku yang terkait dengan tubuhnya citra
tubuh yang sehat ditandai oleh adanya gambaran mental yang akurat tentang
tubuh dan perasaan-perasaan, penaksiran, serta relasi dengan tubuh yang positif
dan percaya diri. Seorang pria dewasa yang percaya diri akan lebih mampu
mengembangkan potensi dan aktualisasi diri daripada individu yang kurang
percaya

diri.

Setiap

orang

pasti

pernah

merasa

tidak

puas

dengan

penampilannya, sehingga berusaha untuk bisa tampil jauh lebih baik.


Penampilan bentuk tubuh yang bagus dan ideal merupakan impian banyak pria
yang mengikuti fitness.
Penelitian yang dilakukan oleh Golan, Hagay dan Tamir (2013)
menemukan bahwa penampilan tubuh yang dimiliki oleh responden memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kepercayaan diri, sehingga responden
berupaya untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal yaitu bentuk tubuh yang
langsing.

4.2.3 Hubungan motivasi latihan fitness dengan kepercayaan diri


Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara motivasi mengikuti latihan fitnes dengan kepercayaan diri. Upaya untuk

47

meningkatkan rasa kepercayaan diri yang tinggi salah satunya adalah melalui
pembentukan daya tarik tubuh (body image) sehingga berbagai upaya akan
dilakukan termasuk dengan melakukan latihan fitnes. Semakin tinggi keinginan
seseorang untuk membentuk daya tarik tubuh maka dia harus memiliki motivasi
yang tinggi untuk melakukan latihan fitnes secara teratur. Latihan fitnes di tempat
fitnes center akan lebih menarik bagi individu karena banyak hal yang bisa
didapatkan seperti sarana dan prasarana latihan yang lebih lengkap, serta
terbentuknya komunitas sebagai sarana bersosialisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Ananda Rizka Rahmania dan Mira Aliza
Rachmawati (2009) menemukan bahwa body image memberikan pengaruh
terhadap motivasi terhadap responden untuk terus aktif dalam melakukan olah
raga kebugaran. Citra tubuh atau body image yang dinginkan oleh responden
memberi dorongan kepada responden untuk dapat terus melakukan olah raga
kebugaran.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik penyebaran
angket. Ada beberapa kendala dalam proses pengambilan data penelitrian ini
antara lain :

4.3.1 Faktor Kemampuan Sampel


Masing-masing sampel dalam penelitian ini mempunyai kemampuan
dasar yang berbeda, karena berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, peneliti dalam penelitian selalu mengawasi dan mengoreksi

48

proses penelitian agar penelitian ini berjalan dengan lancar dan mendapatkan
hasil yang baik.
4.3.2 Faktor Kegiatan Sampel diluar Penelitian
Kegiatan sampel diluar lapangan ini tentunya sangat banyak dan
bervariasi. Tujuan utama dalam pelaksanaan penelitian ini adalah untuk
memperoleh data yang akurat. Untuk itu, peneliti sebelum melakukan penelitian
ini mempertimbangkan waktu yang tepat yang tidak mengganggu jadwal latihan
sampel agar data yang diperoleh akurat.
4.3.3 Uji coba kuesioner
Keterbatasan penelitian ini juga terletak pada tidak dilakukannya uji coba
kuesioner untuk mengetahui tingkat kepercayaan kusioner tersebut, namun
demikian berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner penelitian
didapatkan semua item pernyataan telah valid dan reliabel.

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang ada di Bab IV
maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara motivasi latihan
fitnes dengan kepercayaan diri pada peserta fitnes di Roice Gym. Artinya bahwa
peningkatan motivasi latihan fitnes akan diikuti rasa kepercayaan diri yang tinggi
pada peserta latihan fitnes.

5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan hasil penelitian
adalah:
1. Motivasi latihan fitnes berhubungan dengan kepercayaan diri, maka kepada
peserta latihan fitnes untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri yang tinggi
maka perlu meningkatkan motivasi berlatih fitnes dengan tujuan untuk
mendapatkan kebugaran dan postur tubuh yang lebih ideal.
2. Pemilik fitnes center diharapkan dapat terus meningkatkan sarana dan
prasarana penunjang bagi peserta latihan fitnes sehingga dapat selalu
termotivasi untuk melakukan latihan fitnes di fitnes center.
3. Peneliti lain dapat melakukan penelitian sejenis terhadap faktor-faktor dan
sampel

lain

untuk

mencari

hubungan

kepercayaan diri.

49

terhadap

peningkatan

rasa

DAFTAR PUSTAKA

ABD. Nasir, dkk. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.
Arikunto, S. 2006. Proses penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Atkinson, Rita L. (2004). Pengantar Psikologi. Jakarta. Erlangga.
Azwar, S. (2003). Reabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pustaka.
Ghozali, I. (2006). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbit universitas Diponegoro
Golan, M., Hagay, N. dan Tamir, S. (2013). The Effect of In Favor of Myself:
Preventive Program to Enhance Positive Self and Body Image among
Adolescents
Gufron, M.N. dan Risnawita, R. (2010). Teori-teori psikologi. Jogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Hendranata, Leanny. (2005). Menggalih Iner Power
Keberuntungan. Jakarta: PT. Elekmedia Komputindo.

Untuk

Meraih

Irwanto, Herman E, Antonius H, Retno P, Yohanes BW. Dan Cosmas F. (2002).


Psikologi umum : Buku panduan mahasiswa. Jakarta : Prehalindo.
Kusuma, W. 2005. Pengantar psikologi. Batam: Interaksara
Lie. A. 2003. Cooperative Learning: Mempratikkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia.
Matokoesoemo, Priatno. H. (2007). Spiritual Thingking: Sukses dengan Neuro
Linguistic Programing dan Tasawuf. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Molloy, A. 2010 Coach Yourself to Succes: Mimpi Tercapai, Target Terpenuhi..
Depok: Penebar Swadaya Group.
Monks, K.N. dan Haditomo, SR. (2002). Psikologi perkembangan : pengantar
dalam berbagai bagiannya. Yohyakarta : Gadjah Mada university Press.
Notoatmodjo, S (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.

50

51

Perry, Martin. (2005). Confidence Booster: Pendongkrak Kepercayaan Diri.


Penerjemah Aditya Suharmoko. Jakarta: Rrlangga.
Rakhmat, J. (2009). Psikologi komunikasi. Bandung: Rosdakarya.
Royan. F.M. 2005. Negotiation in Consultative Selling. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Sobur, A. 2011. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Sugiyono (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung : CV ALFABETA
Sugiyono. (2011). Metode penelitian kualitatif kuantitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Suliswati dkk. (2005). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta :
Prehalindo.
Walgito, Bimo (2004). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta : Andi offset.
Wijayanti, W. (2009). Hubungan komunikasi orang tua dan anak dengan rasa
percaya diri remaja putri awal. Universitas Esa Unggul.

52

53

54

55

56

KUESIONER
HUBUNGAN ANTARA MOTIFASI MENGIKUTI LATIHAN FITNES
TERHADAP RASA PERCAYA DIRI PADA PRIA DEWASA
A. Biodata
1. Umur

2. Pekerjaan

B. Kepercayaan diri
Petunjuk Pengisian
1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan saudara/i teman-teman
seperjuangan untuk menjawab seluruh pertanyaan dan pernyataan yang
ada.
2. Berilah tanda silang (X) atau cek ( ) pada kolom yang anda pilih sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
3. Ada 5 alternatif jawaban, yaitu:
5 = Sangat Benar/Sangat Setuju/Sangat Penting
4 = Benar/Setuju/Penting
3 = Cukup Benar/Cukup Setuju/Cukup Penting
2 = Salah/Menolak/Kurang Penting
1 = Sangat Salah/Sangat Menolak/Tidak Penting

No

Pernyataan

Saya lebih cenderung mempersepsikan segala

sesuatu dari sisi positif


Saya memiliki rasa optimistik yang tinggi untuk

mencapai/memperoleh sesuatu
Orang tua saya menghargai

saya

bukan

tergantung dari prestasi yang saya raih, namun


4

karena perbuatan baik dan eksistensi.


Saya banyak belajar dari kesalahan karena
merupakan pembelajaran yang berharga untuk

Skor
3
2

57

menghadapi tantangan
Saya tampil percaya diri, menyelesaikan sesuatu
tanpa perlu supervisi, dan kadangkala mengambil

keputusan tanpa perlu persetujuan orang lain


Saya adalah seorang ahli, mampu menjadikan
sesuatu menjadi kenyataan, seorang penggerak,

dan seorang narasumber


Saya menyukai tugas-tugas yang menantang dan

mencari tanggung jawab baru


Tidak seorangpun sempurna

masalah jika membuat kesalahan


Saya merasa rendah diri dan menilai sesuatu dari

10

sisi negatif
Saya mempunyai kecenderungan untuk merasa

sehingga

tidak

dikritik dan sering mengkritik diri sendiri dengan


11

hal yang kurang baik.


Saya cenderung menghindari orang lain dalam

12

pergaulan
Saya merasa malu pada diri saya berkaitan
dengan
kekurangan fisik maupun status sosial.

C. Motivasi Latihan Fitness


No

Pernyataan
5

Saya melakukan latihan fitness karena keinginan

saya sendiri
Saya
melakukan

memperlancar sirkulasi atau aliran darah saya.


Latihan fitness yang saya lakukan dapat membuat

tubuh saya menjadi sehat dan bugar


Latihan fitness yang saya lakukan

membentuk otot-otot pada tubuh saya


Latihan fitness yang saya lakukan dapat membuat

diri saya kelihatan lebih maco


Saya melakukan latihan fitnes

latihan

fitness

agar

untuk

dapat

badan

Skor
3
2

58

kelihatan berotot
Saya melakukan senam fitnes agar mendapat

pujian dari lawan jenis


Saya melakukan latihan fitness karena meniru

orang lain
Saya melakukan latihan fitnes untuk menurunkan

10

berat badan saya


Saya sering membaca tentang fitnes sehingga
saya tertarik untuk mencobanya

59

60

61

62

Hasil Pengolahan Data

63

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases

Valid
Excludeda
Total

%
57

100.0

.0

57

100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha

N of Items

.974

10

Item-Total Statistics
Scale Mean if

Scale Variance if

Corrected Item-

Cronbach's Alpha

Item Deleted

Item Deleted

Total Correlation

if Item Deleted

m1

33.2456

62.046

.850

.973

m2

33.1228

58.574

.939

.969

m3

33.2632

56.912

.924

.970

m4

33.3509

62.018

.792

.974

m5

33.1404

61.909

.925

.971

m6

33.2632

58.126

.904

.971

m7

33.2456

56.510

.938

.970

m8

33.1228

61.931

.902

.971

m9

33.4912

58.790

.883

.972

m10

32.9649

63.213

.800

.974

64

Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N
Cases

Valid
Excludeda
Total

%
57

100.0

.0

57

100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha

N of Items

.878

12

Item-Total Statistics
Scale Mean if

Scale Variance if

Corrected Item-

Cronbach's Alpha

Item Deleted

Item Deleted

Total Correlation

if Item Deleted

k1

40.1053

45.060

.413

.877

k2

40.4211

45.748

.391

.878

k3

40.2982

41.927

.628

.865

k4

40.2281

42.786

.654

.864

k5

40.5965

43.602

.549

.870

k6

40.2807

40.741

.691

.860

k7

40.4386

42.858

.552

.870

k8

40.4737

42.325

.608

.866

k9

40.5439

40.431

.708

.859

k10

40.6491

44.839

.556

.870

k11

40.5439

45.145

.484

.873

k12

40.3860

42.777

.611

.866

65

Frequencies
Statistics
Umur
N

Valid
Missing

Pekerjaan
57

57

Frequency Table
Umur
Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

< 20 tahun

13

22.8

22.8

22.8

20-25 tahun

35

61.4

61.4

84.2

> 25 tahun

15.8

15.8

100.0

57

100.0

100.0

Total

Pekerjaan
Cumulative
Frequency
Valid

Pelajar

Percent

Valid Percent

Percent

5.3

5.3

5.3

Mahasiswa

26

45.6

45.6

50.9

Swasta

20

35.1

35.1

86.0

Wiraswasta

7.0

7.0

93.0

TNI

3.5

3.5

96.5

Polisi

1.8

1.8

98.2

BUMN

1.8

1.8

100.0

57

100.0

100.0

Total

66

Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid
N

Missing
Percent

Total

Percent

Percent

Motivas latihan fitness

57

100.0%

.0%

57

100.0%

Kepercayaan diri

57

100.0%

.0%

57

100.0%

67

Descriptives
Statistic
Motivas latihan fitness

Mean
95% Confidence Interval for
Mean

36.9123
Lower Bound

34.6318

Upper Bound

39.1927

5% Trimmed Mean

36.8860

Median

39.0000

Variance

73.867

Std. Deviation

1.13838

8.59460

Minimum

24.00

Maximum

50.00

Range

26.00

Interquartile Range

17.00

Skewness

-.173

.316

-1.300

.623

44.0877

.94434

Kurtosis
Kepercayaan diri

Std. Error

Mean
95% Confidence Interval for
Mean

Lower Bound

42.1960

Upper Bound

45.9795

5% Trimmed Mean

44.3558

Median

46.0000

Variance

50.831

Std. Deviation

7.12962

Minimum

25.00

Maximum

58.00

Range

33.00

Interquartile Range

5.50

Skewness

-.857

.316

Kurtosis

1.433

.623

68

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic

df

Shapiro-Wilk
Sig.

Statistic

df

Sig.

Motivas latihan fitness

.217

57

.000

.885

57

.000

Kepercayaan diri

.197

57

.000

.892

57

.000

a. Lilliefors Significance Correction

69

70

71

Kategori motivasi
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Rendah

19

33.3

33.3

33.3

Sedang

22

38.6

38.6

71.9

Tinggi

16

28.1

28.1

100.0

Total

57

100.0

100.0

Kategori kepercayaan diri


Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Cumulative
Percent

Rendah

12.3

12.3

12.3

Sedang

38

66.7

66.7

78.9

Tinggi

12

21.1

21.1

100.0

Total

57

100.0

100.0

72

Model Summary and Parameter Estimates


Dependent Variable:Kepercayaan diri
Model Summary
Equation

R Square

Linear

.395

Parameter Estimates

df1

35.898

df2
1

Sig.
55

Constant

.000

b1

24.845

.521

The independent variable is Motivas latihan fitness.


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Motivas latihan
fitness
N
Normal Parametersa

Mean
Std. Deviation

Most Extreme Differences

Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Kepercayaan diri

57

57

36.9123

44.0877

8.59460

7.12962

.217

.197

.191

.131

-.217

-.197

1.638

1.486

.009

.024

a. Test distribution is Normal.

Nonparametric Correlations
Correlations
Motivas latihan
fitness
Spearman's rho

Motivas latihan fitness

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

Kepercayaan diri

Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Kepercayaan diri

1.000

.589**

.000

57

57

.589**

1.000

.000

57

57

73

Dokumentasi

Fitnes Center Royce Gym tampak luar

74

Fitnes Center Royce Gym tampak dalam

Responden mengisi kuesioner

75

Responden mengisi kuesioner

Vous aimerez peut-être aussi