Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Bedah jantung
A.
Pengertian/ Definisi
ada,
misalnya
yaitu
operasi
penggantian
katup
yang
C.
Komplikasi
Komplikasi potensial yang dapat terjadi mencakup
a. Komplikasi jantung: gagal jantung kongestif, infark miokardium, henti
jantung, disritmia.
b. Komplikasi paru: edema paru, emboli paru. efusi pleura, pneumo
atau hematotoraks, gagal napas. sindrom distres napas dewasa
c. Perdarahan
d. Komplikasi neurologis: cedera serebrovaskuler, emboli udara
e. Nyeri
f.
g. Ketidakseimbangan elektrolit
h. Gagal hati
i. Koagulopati
j. Infeksi, sepsis
D.
a.
Penatalaksanaan
Pintasan jantung paru
Prosedur ini merupakan alat mekanis untuk sirkulasi dan oksigenasi
darah untuk seluruh tubuh pada saat memintas jantung dan paru.
Banyak prosedur bedah jantung bisa dijalankan karena adanya pintasan
jantung-paru (sirkulasi ekstrakorponeal). Prosedur ini merupakan alat
mekanis untuk sirkulasi dan oksigenasi darah untuk seluruh tubuh pada
saat memintas jantung dan paru. Mesin jantung-panu memungkinkan
dicapainya medan openasi yang bebas darah Sementara perfusi tetap
dapat dipertahankan untuk jaringan dan organ lain di tubuh.
Pintasan jantung-paru dilakukan dengan memasang kanula di atrium
kanan, vena kava, atau vena femoralis untuk mengeringkan darah dari
tubuh. Kanula kemudian dihubungkan ke tabung yang berisi larutan
kristaloid isotonik (biasanya dekstrosa 5% dalam larutan Ringer laktat).
Darah vena yang terambil dari tubuh dan kanula tadi disaring,
dioksigenasi, didinginkan atau dihangatkan. dan kemudian dikembalikan
ke tubuh. Kanula yang diper gunakan uniuk mengembalikan darah
teroksigenasi biasanya dimasukkan ke aorta asendens, tapi bisa juga
dimasukkan ke arteri femoralis.
Meskipun pintasan jantung-paru merupakan teknik yang biasa pada
pembedahan jantung, namun sebenarna sangat kompleks. Pasien
memerlukan antikoagulan dengan hatiin untuk rnencegah pembentukan
trombus dan kemungkinan embolisasi yang dapat terjadi ketika danah
berhubungan dengan permukaan asing sirkuit pintasan jantung-paru dan
dipompakan ke tubuh dengan pompa mekanis (bukan pembuluh darah
Jantung buatan
Pemasangan jantung buatan telah menarik perhatian dunia sejak akhir
tahun 1950-an. Semenjak itu banyak terjadi kemajuan sehingga jantung
buatan secara klinis dapat dipakai manusia. Cooley menggunakan
jantung buatan di Texas pada tahun 1969 untuk menunjang sirkulasi
sebelum transpiantasi. Implantasi permanen jantung buatan total
dilakukan pertama kali pada tahun 1982 untuk drg. Barney Clark di
University of Utah.. Perkembangan jantung buatan terus berlanjut untuk
memperbaiki daya tahan hidup dan mengurangi morbiditas. Institut
Jantung, Paru, dan Darah Nasional (National Heart, Lung, and Blood
Institute, NHLBI) dan Institut Kesehatan Nasional (National Institutes of
Health, NIH) telah menyediakan pendanaan untuk jantungbuatan
elektromekanik permanen tanpa kabel. Institut jantung Texas dan 3-M
dan Penn Statet Abiomed turut berpartisipasi dalam eksperimen fase II.
Tujuan keseluruhan pemasangan mi adalah untuk memberi kualitas
hidup yang tinggi bagi pasien yaitu bebas dan pemasangan jalur
perkutaneus. Alat ini dijalankan menggunakan sistem transmisi energi
listrik transkutaneus (transcutaneous electrical energy transmission
systems, TEETS) dengan baterai portabel.
c.
Transplantasi jantung
Transplantasi jantung dianggap sebagai usaha terakhir untuk mengatasi
untuk mengatasi penyakit jantung tahap akhir yang refrakter terhadap
pengobatankonvensional dan pembedahan.
Transplantasi dari manusia ke manusia, pertama kali dilakukan di tahun
1967. sejak itu prosedur, peralatan dan pengobatan transplantasi terus
dikembangkan. Di tahun 1983, sikosporin sudah tersedia untuk
penggunaan umum. Siklosporin adalah imunosupresan yang menekan
dengan kuat kemampuan tubuh menolak protein asing seperti, organ
yang ditransplansikan. Sayangnya siklosporin juga menurunkan
Valvulotomi/kumisurotomi
Septostomi
Tumor jantung cukup jarang. Tumor primer terjadi kurang dan 1% pada
populasi; tumor metastatik dilaporkan terjadi 1,5% sampai 35% pada pasien
onkologi. Tumor bisa menjadi tempat pembentukan trombus sehingga
menciptakan risiko emboli. Disritmia dapat terjadi bila mengenai miokardium
atau sistem hantaran. Kebanyakan tumor jantung adalah jinak.
Eksisi bedah dilakukan hanya untuk mencegah obstruksi ruang jantung atau
katup. Pintasan jantung-paru digunakan. kecuali pada tumor epikardial, yang
dapat dieksisi tanpa memasuki jantung dan tanpa menghentikan denyutan
jantung. Akibat lokasinya, eksisi tumor mungkin perlu diikuti penggantian
katup. penambalan jantung, atau implantasi pacu jantung. Asuhan
keperawatan sama dengan yang diberikan pada pembedahan jantung lain.
e. Perbaikan pada Trauma
Pasien yang memerlukan pembedahan akibat trauma jantung bisa akibat
pukulan tumpul, luka tembak, atau luka tusuk. Perbaikannya tentu saja pada
katup dan septum bila penyebabnya trauma tumpul, dan pada dinding
atrium atau ventrikel bila penyebabnya luka tembus. Dilakukan debridemen
luka dan ditutup secara bedah bila mungkin, namun perbaikan katup dan
penggantlan atau tambalan tandur pada septum dan dinding atrium aau
ventrikel mungkin diperlukan. Pembedahan di sini biasanya merupakan
prosedur darurat, sehingga risiko komplikasi akibat cedera ataupun
pembedahan sangat tinggi.
E. Perawatan Pasca Bedah
Perawatan di ICU.
a.
Monitoring Hermodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka timbang terima antara perawat yang
mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab
terhadap penderita tersebut : Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang
bertanggung jawab menanganinya selama 24 jam. Pemantauan yang
dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :
Denyut jantung.
Tekanan darah.
Curah jantung.
Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pach jantung dll.
b.
EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar
jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok
atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam
sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada
perubahan irama dasar jantung yang membahayakan.
c.
Gula darah
Bila penderita adalah dabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6
jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.
d.
Laboratorium
ACT.
LFT / Albumin.
e.
Drain
Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat
ke CVP, Kateter Swan Ganz. Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan
dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai. Umumnya
bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera dimulai
dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
g.
Fisioterapi
Elektrolit thrombosis.
Ureum
Gula darah.
Thoraks foto
EKG 12 lead.
Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka
apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka
jahitannya sehuingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadang-kadang
perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka
sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di buka pada hari ke delapan atau
sembilan pasca bedah. Untuk klien yang gemuk, diabet kadang-kadang
jahitan dipertahankan lebih lama untuk mencegah luka terbuka.
Fisioterapi
Setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk
mencegah retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan.
Mobilisasi di ruangan mulai dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat
tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar
dari ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.
F.
1)
Pengkajian
Setelah operasi selesai, pasien segera dipindahkan ke ruang Intensive
Care Unit. Segera setelah pasien tiba di ICU, perawat harus segera
melakukan pengkajian meliputi semua sistem organ untuk menentukan
status pascaoperasi dibandingkan dengan preoperasi dan mengetahui
perubahan yang mungkin terjadi selama pembedahan.
a).
b).
c).
d).
Status Pembuluh darah perifer; Denyut nadi perifer, warna kulit, dasar
kuku, mukosa, bibir, cuping telinga, suhu kulit, edema.
e).
f).
g).
h).
i).
Status Alat yang Dipakai; Kepatenan alat dan pipa untuk menentukan
baik atau tidak kondisinya meliputi, pipa endotrakeal, ventilator,
monitor saturasi, kateter arteri paru, infuse intravena, pacemaker,
sistem drainase dan urine.
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d Trauma saraf intraoperasi
b. Penurunan Curah Jantung b.d Penurunan kontraktilitas miokard
sekunder terhadap faktor sementara (Bedah dinding ventrikuler)
a. Pola nafas tidak efektif b.d ketidakadekuatan ventikulasi
b. Perubahan krisis peran b.d krisis situasi (peran tergantung)/proses
penyembuhan
3)
1.] Intervensi : Dorong pasien untuk melaporkan lokasi, dan intensitas nyeri
rentang skala sampai 10. Tanyakan pasien bagaimana membandingkan
dengan nyeri pada operasi dengan nyeri dada.
Rasional : Nyeri dirasakan, dimanifestasikan dan ditoleransi secara
individual. Penting untuk pasien membedakan nyeri insisi dari tipe lain
nyeri dada, contoh angina
2.] Intervensi : Observasi cemas, mudah terangsang, menangis, gelisah,
gangguan tidur
Rasional : Pertunjuk non verbal ini dapat mengidentifikasikan adanya
atau derajat nyeri yang dialami.
3.]
4.]
5.]
Dx 2
Penurunan Curah Jantung b.d Penurunan kontraktilitas miokard sekunder
terhadap faktor sementara (Bedah dinding ventrikuler).
Tujuan: Mengembalikan curah jantung untuk menjaga/mencapai gaya hidup
yang diinginkan
Kriteria Evaluasi:
Drainase dada melalui selang pada 4-6 jam pertama kurang dari 300
ml/jam
Implementasi
Dx 1;
1) Mendorong pasien untuk melaporkan lokasi, dan intensitas nyeri rentang
skala sampai 10. Tanyakan pasien bagaimana membandingkan dengan nyeri
pada operasi dengan nyeri dada.
2) Mengobservasi cemas, mudah terangsang, menangis, gelisah, gangguan
tidur
3) Memantau tanda tanda vital
4) Memberikan tindakan nyaman (contoh ; pijatan punggung, perubah
posisi ), bantu aktivitas perawatan diri dan dorong aktivitas senggang sesuai
indikasi.
5) Mengkolaborasi berikan obat sesuai indikasi contoh proksifene dan
asetaminofen (darvoset-N), asetaminofen dan oksikodon (Tylox)
Dx 2
1) Pantau/catat kecenderungan frekuensi jantung dan td, khususnya
mencatat hipotesis waspada terhadap batas sistolik/diastolic khusus pada
pasien.
2)
Dx 3
1) Mengobservasi penyimpangan dada. Selidiki penurunan ekspansi atau
ketidak simetrisan gerakan dada.
2)
Evaluasi
b).
c).
Hilangnya nyeri
f).
g).
h).
i).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Operasi paliatif
Repair
Replacement katup
Bypass koroner
Pemasangan inplant
Transplantasi jantung
Jantung buatan
Transplantasi jantung
Eksisi tumor
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Niken Puspita.2011.Askep Post Bedah Jantung.
http://nikenadipuspita.
blogspot.com/2011/12/normal-0-false-false-false-en-us-xnone_23.html.
[08 Juni 2013].
E., Marilynn Doenges, dkk.1993.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi
3.Jakarta:
EGC.
Rizky, Zulinda.2012.Askep Bedah Jantung.http:
//zulindarizqy.blogspot. com
/2012 /09/ askep-bedah -jantung.html.[08 Juni 2013].
Zahar, Nuraini.2012.ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN POST OP CABG.
http://nurainiperawatpjnhk.blogspot.com/2012/09/askep-post-op-cabg.html.
[08 Juni 2013].