Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. S
DENGAN POST OPERASI HERNIOTOMI ATAS INDIKASI
HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG MAWAR
RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN
DI SUSUN OLEH :
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
berkat,
menyelesaikan
rahmat,
Karya
dan
Tulis
karunia-Nya,
Ilmiah
sehingga
dengan
penulis
judul
dapat
ASUHAN
4. Siti Mardiyah, S.kep., Ns, selaku dosen penguji III yang telah
membimbing
dengan
cermat,
memberikan
masukan-masukan,
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
ii
iii
iv
vii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
B. Pengkajian .........................................................................................
10
11
11
14
vii
BAB III
A. Pembahasan ......................................................................................
16
B. Simpulan ...........................................................................................
32
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Log Book
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
: Asuhan Keperawatan
ix
BAB I
PENDAHULUAN
pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar,
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar (Sjamsuhidajat, 2005).
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah di
reposisi. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan
perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Jika reposisi hernia tidak berhasil
dalam waktu enam jam harus dilakukan tindakan operasi pembedahan segera.
Prinsip pembedahan pada kasus hernia inguinalis terdiri atas herniotomi dan
hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
ke lehernya jika ada perlekatan kemudian di reposisi lalu dipotong. Pada
hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis (Sjamsuhidajat, 2005).
Pada penderita dengan post pembedahan mengeluh nyeri. Munculnya
nyeri karena ketika bagian tubuh terluka akibat tekanan, potongan, sayatan,
atau kekurangan oksigen pada sel, maka bagian tubuh yang terluka akan
mengeluarkan berbagai macam subtansi intraseluler yang dilepaskan ke
ruang eksraseluler, sehingga mengiritasi nosiseptor. Saraf ini akan
merangsang dan bergerak sepanjang serabut saraf (neurotransmisi) yang akan
menghasilkan subtansi yang disebut dengan neurotransmiter, seperti
prostaglandin dan epineprin. Selanjutnya pesan nyeri dari medula spinalis
ditransmisikan ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri (Judha, 2012).
judul Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Tn. S dengan Post Operasi
Herniotomi Atas Indikasi Hernia Inguinalis Lateralis di bangsal Mawar
RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri akut pada Tn. S post operasi Herniotomi Atas
Indikasi Hernia Inguinalis Lateralis di Bangsal Mawar RSUD dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dengan nyeri post
operasi herniotomi atas indikasi Hernia Inguinalis Lateralis.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan
nyeri post operasi herniotomi atas indikasi Hernia Inguinalis Lateralis.
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn. S
dengan nyeri post operasi herniotomi atas indikasi Hernia Inguinalis
Lateralis.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. S dengan nyeri post
operasi herniotomi atas indikasi Hernia Inguinalis Lateralis.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. S dengan nyeri post
operasi herniotomi atas indikasi Hernia Inguinalis Lateralis.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi yang terjadi pada Tn. S dengan
nyeri post operasi herniotomi atas indikasi Hernia Inguinalis Lateralis.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan peneliti tentang masalah keperawatan nyeri post
operasi herniotomi atas indikasi Hernia Inguinalis Lateralis dan
merupakan suatu pengalaman baru bagi penulis atas informasi yang
diperoleh selama penelitian.
2. Bagi Institusi
a. Pendidikan
Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam
pemberian asuhan keperawatan medikal bedah pada post operasi
herniotomi atas indikasi Hernia Inguinalis Lateralis dapat digunakan
sebagai acuan bagi praktek mahasiswa keperawatan.
b. Rumah sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
penanganan pada kasus post operasi herniotomi atas indikasi Hernia
Inguinalis Lateralis.
c. Bagi Pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan
tentang cara mengontrol nyeri akibat post operasi herniotomi atas
indikasi Hernia Inguinalis Lateralis.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien
Pasien berinisial Tn. S, umur 58 tahun, jenis kelamin laki-laki,
beragama islam, pendidikan terakhir SD, bekerja sebagai buruh, nomer
registrasi 366434, tinggal di Kalikobok Sragen. Penanggung jawab pasien
selama di rumah sakit adalah Ny. K, umur 48 tahun, pendidikan terakhir SD,
bekerja sebagai tani, tinggal di Kalikobok Sragen satu rumah dengan Tn. S.
Hubungan dengan pasien sebagai istri.
B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 22 April 2013 jam 15.00 WIB di
Bangsal Mawar RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen dengan metode
pengkajian Autoanamnesa dan allowanamnesa.
Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah pasien mengatakan nyeri
perut bagian kanan bawah setelah operasi. Riwayat kesehatan sekarang, pasien
mengatakan sudah merasakan sakitnya sejak 3 minggu yang lalu, nyeri yang
dirasakan hilang timbul. Sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri
perut saat bekerja dan terdapat benjolan pada perut bagian kanan bawah,
kemudian dari keluarga diperiksakan ke puskesmas terdekat, oleh petugas
kesehatan disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit saat di IGD RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen pasien dilakukan pemeriksaan, hasil pemeriksaan
pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah, nyerinya seperti melilit-lilit,
dibagian perut kanan bawah (kuadran IV) dengan skala nyeri 2, nyeri
dirasakan saat bergerak dan mengangkat benda berat. Selanjutnya pasien
dilakukan palpasi terdapat benjolan yang keluar dari cincin hernia pada daerah
lipatan paha, oleh dokter dianjurkan untuk operasi. Setelah di IGD pasien
dipindah kebangsal Mawar. Pada hari Senin, 22 April 2013 jam 12.30 WIB
pasien dilakukan tindakan operasi Herniotomi.
Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan sebelumnya sakit seperti
demam, pilek, batuk dan hanya berobat ke mantri. Pasien belum pernah
operasi, cidera, alergi terhadap obat maupun makanan. Riwayat kesehatan
tanda vital didapatkan tekanan darah 140/110 mmHg, pernafasan 20 kali per
menit dengan irama teratur, suhu 36,6C, nadi 84 kali per menit dengan irama
teratur dan teraba kuat.
Pada pemeriksaan abdomen untuk inspeksi terdapat luka post operasi
pada abdomen (kuadran IV) luka tertutup kasa sepanjang 10 cm dengan
garis horizontal, balutan bersih tidak ada rembesan darah, saat diauskultasi
terdengar bising usus 5 x permenit, saat dipalpasi pada kuadran I-III tidak
terdapat nyeri tekan, saat diperkusi pada kuadran I pekak, II dan III terdengar
bunyi tympani.
Pada pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan pada tanggal 21 April 2013 didapatkan hasil sebagai berikut:
Hemoglobin sebesar 15,6 g/dl (nilai normal 12,2 16,1), Eritrosit sebesar 5,15
juta/ UL (nilai normal 4,04 6,13), Hematokrit sebesar 44,8 % (nilai normal
37,7 53,7), MCV sebesar 88,9 IL (nilai normal 80 97), MCH sebesar 30,3
Pg (nilai normal 27 31,2), MCHC sebesar 34,8 g/dl (nilai normal 31,8
36,4), Leukosit sebesar 3,70 ribu/ UL (nilai normal 46 10,2), Trombosit
sebesar 191 ribu/ UL (nilai normal = 150-450), RDW CV sebesar 13,3 %
(nilai normal 11,5 14,5), MPV sebesar 9,1 fl (nilai normal 0 99,9),
Neutrofil sebesar 56,3 % (nilai normal 37 80), MXD sebesar 10,8 % (nilai
normal 4 18), Limfosit sebesar 32,9 % (nilai normal 37 80), LED jamI
sebesar 15 mm/jam (nilai normal 0 10), LED jamII sebesar 35 mm/jam,
Golongan darah B, GDS sebesar 98 mg/dl (nilai normal <200), SGOT sebesar
25 u/l (nilai normal <37), SGPT sebesar 15 u/l (nilai normal <42), Ureum
10
sebesar 22,0 mg/dL (nilai normal = 10-50), Creatinin sebesar 0,9 mg/dL (nilai
normal 06 11), HbsAg negative.
Pada pemeriksaan foto thorak pada tanggal 19 Maret 2013 hasilnya
didapatkan thorak: PA, erect, simetris, inspirasi dan kondisi cukup dengan
hasil : corakan bronkovaskuler normal, kedua sinus costofrenicus lancip,
kedua diagfragma licin, COR: CTR < 0,5 , sistema tulang yang tervisualisasi
in tact, didapatkan pulmo dan besar cor normal. Pada pemeriksaan EKG
(Elektro Kardio Gram) pada tanggal 19 Maret 2013 didapatkan hasilnya
adalah irama sinus bradikardi 56.
Pada pemeriksaan penunjang, terapi yang diberikan pada Tn. P pada
tanggal 22 April 2013 sesuai dengan advis dokter antara lain yaitu : cairan IV
dengan diberikan infus Ringer Laktat 20 tetes per menit, obat Cefotaxime (1
gram) / 12 jam melalui intravena, obat Ketorolax (10 mg) / 8 jam melalui
intravena, obat Ranitidine (25 mg) / 12 jam lewat intravena.
11
D. Perencanaan
Intervensi disusun pada tanggal 22 April 2013 dengan pasien di Bangsal
Mawar RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Diagnosa keperawatan post
operasi yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, dengan tujuan
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
berkurang, dengan kriteria hasil : tanda-tanda vital dalam batas normal
(tekanan darah : 120/90 mmHg, suhu 36C, nadi : 80 kali per menit,
pernafasan : 20 kali per menit) nyeri berkurang dari skala 6 menjadi 2, nyeri
pasien dapat terukur sudah tidak nyeri lagi, pasien tampak rileks.
Intervensi keperawatan untuk diagnosa nyeri akut yaitu kaji ulang nyeri,
dengan rasional agar dapat mengetahui tingkat nyeri yang dialami pasien.
Monitor tanda-tanda vital, dengan rasional untuk mengetahui perkembangan
dan ketidaknyamanan pasien. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, dengan
rasional untuk melepaskan tegangan emosional dan otot. Kolaborasi dengan
dokter pemberian analgetik (Ketorolax) melalui intravena, dengan rasional
untuk mengurangi rasa nyeri. Berikan teknik distraksi, dengan rasional untuk
mengalihkan perhatian nyerinya kehal-hal yang menyenangkan dalam
mengurangi rasa nyeri.
12
E. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 22 April 2013 oleh penulis
dimulai pukul 19.10 WIB dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera fisik. Dilakukan tindakan keperawatan pada pukul 19.10 WIB
adalah mengkaji nyeri, dengan respon subjektif adalah Pasien mengatakan P
(Provocat): nyeri setelah operasi, Q (Quality): seperti terbakar, R (Regional):
pada perut bagian kanan bawah, S (Skala): dengan skala 6, T (Time): nyeri
muncul saat di gerakkan, untuk respon objektifnya adalah pasien tampak
meringis kesakitan, gelisah. Pada pukul 19.20 WIB dilakukan tindakan
keperawatannya adalah memonitor tanda-tanda vital, dengan respon subjektif
adalah pasien mengatakan badannya terasa lemah, respon objektif adalah
tanda-tanda vital : tekanan darah : 140/110 mmHg, pernafasan : 20 kali per
menit, suhu : 36,6C, nadi : 84 kali per menit.
Pada pukul 19.25 WIB dilakukan tindakan keperawatannya adalah
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik (Ketorolax) 10 mg/
8 jam, respon subjektif adalah pasien mengatakan bersedia disuntik melalui
intravena, respon objektif adalah obat injeksi masuk disuntikan lewat
intravena. Pada pukul 19.30 WIB dilakukan tindakan keperawatannya adalah
mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam ketika nyeri muncul, respon
subjektif adalah pasien mengatakan bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas
dalam, respon objektif adalah pasien tampak mengikuti.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 23 April 2013 pukul
08.00 WIB adalah mengkaji ulang nyeri, dengan respon subjektif adalah
13
pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi, nyerinya seperti keram pada
daerah perut kanan bawah (kuadran IV) dengan skala nyeri 4, nyeri dirasakan
saat bergerak, untuk respon objektifnya adalah pasien tampak tidak rileks,
gelisah. Pada pukul 08.30 WIB dilakukan tindakan keperawatannya adalah
memberikan terapi obat analgetik (Ketorolax) 10 mg/8 jam, respon subjektif
adalah pasien mengatakan bersedia disuntik melalui intravena, respon objektif
adalah obat injeksi masuk disuntikan lewat intravena. Pada pukul 12.00 WIB
dilakukan tindakan keperawatannya adalah memonitor tanda-tanda vital,
dengan respon subjektif adalah pasien mengatakan badannya terasa lemah,
respon objektif adalah tanda-tanda vital : tekanan darah : 135/100 mmHg,
pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,6C, nadi : 84 kali per menit. Pada
pukul 12.30 WIB dilakukan tindakan keperawatannya adalah menganjurkan
teknik relaksasi nafas dalam ketika nyeri muncul, respon subjektif adalah
pasien mengatakan lebih rileks melakukan teknik relaksasi nafas dalam,
respon objektif adalah pasien tampak memperagakan teknik relaksasi nafas
dalam. Pada pukul 13.00 WIB dilakukan tindakan keperawatannya adalah
memberikan teknik distraksi, respon subjektif adalah pasien mengatakan lebih
rileks , respon objektif adalah pasien mempraktekkan teknik distraksi.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 24 April 2013 pukul
08.00 WIB adalah mengkaji ulang nyeri, dengan respon subjektif adalah
pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi, nyerinya seperti terpukul
pada daerah perut kanan bawah (kuadran IV) dengan skala nyeri 2, nyeri
dirasakan saat bergerak, untuk respon objektifnya adalah pasien tampak rileks,
14
sudah
tidak
gelisah.
Pada
pukul
08.30
WIB
dilakukan
tindakan
F. Evaluasi
Pada tanggal 22 April 2013 pukul 20.00 WIB catatan perkembangan
pada Tn. S pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
adalah sebagai berikut data subyektif, pasien mengatakan nyeri pada perut
bagian kanan bawah nyeri setelah operasi, dengan skala 6, seperti terbakar,
nyeri muncul saat di gerakkan. Data obyektif, pasien tampak meringis
15
kesakitan, gelisah, pasien tampak tidak rileks. Hasil analisa yaitu masalah
keperawatan nyeri akut belum teratasi. Perencanaan atau yaitu intervensi
dilanjutkan antara lain kaji nyeri, monitor tanda-tanda vital, ajarkan tehnik
relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
(ketorolax) 10 mg/8 jam.
Pada tanggal 23 April 2013 pukul 14.00 WIB catatan perkembangan
pada Tn. S pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
adalah sebagai berikut data subyektif pasien mengatakan nyeri karena post
operasi, nyerinya seperti keram, pada bagian perut kanan bawah, skala nyeri 4,
nyeri dirasakan saat bergerak. Data obyektif pasien tampak kesakitan, pasien
tampak tidak rileks,gelisah. Analisa yaitu masalah nyeri akut belum teratasi.
Perencanaan yaitu intervensi dilanjutkan antara lain kaji nyeri, monitor tandatanda vital, ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter
pemberian analgetik (ketorolax) 10 mg/8 jam, berikan teknik distraksi.
Pada tanggal 24 April 2013 pukul 14.00 WIB catatan perkembangan
pada Tn. S pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
adalah sebagai berikut data subyektif pasien mengatakan nyeri karena post
operasi, nyerinya seperti terpukul, pada bagian perut kanan bawah, skala nyeri
2, nyeri dirasakan saat bergerak. Data obyektif pasien tampak tidak meringis
kesakitan lagi, pasien tampak rileks. Analisa yaitu masalah nyeri akut teratasi.
Perencanaan yaitu intervensi dihentikan.
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A.
Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan
nyeri akut post operasi herniotomi atas indikasi hernia inguinalis lateralis
yang dialami pada Tn. S. Pembahasan yang penulis lakukan terkait dengan
kesenjangan antara kasus dengan teori yang ada. Pembahasan ini meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Prinsip dari pembahasan asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan
dasar manusia.
1. Pengkajian
Tahap pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (
Nursalam, 2008).
Riwayat penyakit sekarang, pasien mengatakan
3 minggu
16
17
18
mengatakan susah tidur dan sering terbangun karena akibat adanya nyeri
post operasi. Pada pasien yang mengalami post pembedahan gejala yang
sering dirasakan
19
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan
respons manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara
20
21
22
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah desain spesifik dari intervensi yang
disusun untuk membantu klien dan mencapai kriteria hasil. Rencana
intervensi disusun berdasarkan komponen penyebab dari diagnosis
keperawatan (Nursalam, 2009).
Intervensi dilakukan selama 3 kali 24 jam untuk mengetahui
keadaan pasien secara maksimal. Intervensi disesuaikan dengan kondisi
pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat
dilaksanakan dengan specific (jelas atau khusus), measurable (dapat
diukur), achieveble (dapat diterima), rasional and time (ada kriteria
waktu), selanjutnya akan dibahas intervensi dari masing-masing diagnosa
yang ditegakkan (Nursalam, 2009).
Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik,
penulis membuat tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
x 24 jam, diharapkan nyeri akut berkurang, dengan kriteria hasil : tandatanda vital dalam batas normal (tekanan darah : 120/80 mmHg, suhu 36C
(normal 36,5 - 37,5C), nadi : 80 kali per menit (normal 60 - 100 kali per
menit), pernafasan : 20 kali per menit (normal 16 - 20 kali per menit))
nyeri berkurang skala menjadi 2, nyeri pasien dapat terukur sudah tidak
nyeri lagi, pasien tahu cara mengatasi nyeri, pasien tampak rileks (Potter
dan Perry, 2006).
Pada pasien yang menjalani post operasi nyeri berkurang dalam
waktu 3-5 hari. Secara klinik nyeri ini diklasifikasikan sebagai nyeri
23
nosisepsi yaitu terjadi akibat kerusakan atau cedera jaringan pada pasca
bedah sehingga menyebabkan iritasi pada ujung saraf sensorik di perifer,
dimana lokasi nyeri yang jelas terjadi. Pembedahan merupakan suatu
kekerasan dan trauma bagi penderita, sedangkan anestesi dapat
menyebabkan kelainan yang dapat menimbulkan berbagai keluhan dan
gejala seperti nyeri (Sjamsuhidajat, 2005).
Rencana keperawatan yang diberikan dalam menangani masalah
nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera fisik yaitu kaji nyeri,
pantau tingkat skala nyeri dengan standart PQRST, P : mengacu pada
penyebab nyeri, Q : menjelaskan lokasi nyeri, R : mengacu pada daerah
nyeri, S : menjelaskan tingkat keparahan nyeri yaitu dengan melihat
intensitas skala nyeri, skala nyeri 0 = tidak ada nyeri, 1 - 3 = nyeri ringan,
4 - 6 = nyeri sedang, 7 - 9 = nyeri berat, 10 = nyeri paling hebat, T :
menjelaskan waktu terjadinya nyeri (Brunner and Suddarth, 2004).
Monitor tanda-tanda vital yaitu untuk menentukan status kesehatan
atau untuk menilai respons pasien terhadap stres akibat proses post
pembedahan (Muttaqin, 2009). Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
yaitu untuk mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi
intensitas nyeri dan tujuan dari teknik ini akan melancarkan peredaran
darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan nyeri
berkurang (Asmadi, 2008).
Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
(ketorolax)
24
perhatian
ke
hal-hal
yang
menyenangkan
yang
4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana intervensi
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Implementasi membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping (Nursalam, 2009).
Tindakan keperawatan dilakukan pada tanggal 22 24 April
2013, yaitu mengkaji nyeri Tn. S mengkaji nyeri merupakan pilihan
pertama untuk mengumpulkan informasi pengkajian pada nyeri yang
dirasakan oleh penderita. Menurut Wilkinson (2007), nyeri dapat di kaji
secara komprehensif, didapatkan data subjektif provokes (pemicu) pasien
mengatakan nyeri pada luka post operasi, quality (kualitas) nyerinya
seperti terbakar, radiation (radiasi) pada daerah perut kanan bawah
(kuadran IV), severity (beratnya gejala) dengan skala nyeri 6, timing
(waktu timbulnya nyeri) nyeri dirasakan saat bergerak, dan didapatkan
data objektif pasien tampak gelisah dan meringis kesakitan. Menurut
Nanda (2010) ekspresi wajah yang ditunjukan pasien merupakan batasan
karakteristik yang ditunjukan oleh pasien dengan nyeri.
25
26
5. Evaluasi
Evaluasi adalah sebagian yang direncanakan dan diperbandingkan
yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur
perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan. Evaluasi ini dilakukan
dengan menggunakan format evaluasi SOAP meliputi data subyektif, data
27
B.
28
29
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran yang dapat
bermanfaat bagi orang lain, sebagai berikut:
a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat
30
yang
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Schell Hilldy, dan Puntilo, (2006), Critical Nursing Secret, edisi 2, MosbyElsevier, St Louis-Missori.
Sondang, Napitupulu, (2010), Prevalensi Hernia Inguinalis pada Anak di RSUP
H.
Adam
Malik
Medan,
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21381, Diakses tanggal 2
Mei 2013.
Widiana dkk.,(2013), Hernia Inguinalis Lateralis Dextra, Bagian Ilmu Bedah
Fakultas
Kedokteran
Universitas
HasanuddinMakassar,
http://www.scribd.com/doc/137894519/Hernia-Fix, Diakses tanggal 2 Mei
2013.
Wilkinson, M Judith. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 7. Alih
Bahasa Widyawati. Jakarta : EGC