Vous êtes sur la page 1sur 18

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN


PENYAKIT EPILEPSI
Oleh:
DIAN PERTIWI
DWI ELKA FITRI
SILVIA NORA ANGGRAINI
DENI SANDRIA

SEJARAH EPILEPSI
Orang Yunani memiliki kepercayaan jika seseorang itu diserang
kejang, hal tersebut bermakna ia telah melakukan kesilapan
dengan Tuhannya. Pada tahun 400 S.M., tabib Yunani Hippocrates
adalah orang yang pertama membuktikan teori epilepsinya, Dia
memperkenalkan pengobabatan secara jasmani/fisik dan
mengatakan jika penyakit yang diderita sangat berat, tidak dapat
diobati lagi.
Pandangan tersebut, tidak mendapatkan tanggapan dan pada
tahun 1494, kejadian penderaan perempuan-perempuan sihir
menyemarak menyebabkan kematian atas 200.000 wanita.
Gangguan ini dipercayai merupakan salah satu sifat yang ada pada
perempuan sihir.
Hans Berger, seorang pakar jiwa (psikiatris) yang bekerja di
Jerman, pada tahun 1920an, ia menemukan penelitian yang
memungkinkan diadakannya pembedahan neurologi, yang kemudian
pada tahun 1950an, hal tersebut sudah dengan mudah dapat
diperoleh di London, Montreal dan Paris.

Pandangan masyarakat
Di Indonesia, epilepsi sudah lama
dikenal masyarakat dengan berbagai
nama, diantaranya ayan, sawan,
celeng dll.
Namun masyarakat masih ada yang
menganggap epilepsi/ayan bukan
sebagai penyakit, melainkan akibat
kekuatan gaib, kutukan, kesurupan
sehingga dibawa ke dukun.
Bahkan sering dikaitkan dengan
penyakit jiwa atau intelegensi rendah.
Kurangnya pengetahuan tentang
epilepsi/ayan dikalangan keluarga
dan masyarakat merupakan
penyebab utama mengapa masalah
epilepsi belum dapat ditanggulangi
dengan baik.

PENGERTIAN EPILEPSI

Epilepsi ialah gangguan kronik otak dengan


ciri timbulnya gejala-gejala yang datang
dalam serangan-serangan , berulangberulang yang disebabkan lepas muatan
listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang
bersifat reversibel dengan berbagai etiologi.
Serangan ialah suatu gejala yang timbulnya
tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba
pula.
Epilpepsi adalah gejala-kompleks dari
banyak gangguan fungsi otak berat yang
dikarakteristikkan oleh kejang berulang.
Keadaan ini dihubungkan dengan
kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan
atau hilangnya tonus otot atau gerakan dan
gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi
dan persepsi. Sehingga epilepsi bukan
penyakit tapi suatu gejala. (brunner &
suddarth, 2002)

ETIOLOGI
1. Idiopatik; sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi
idiopatik
2. Faktor herediter
3. Faktor genetik; pada kejang demam dan breath holding spells
4. Kelainan kongenital otak; atrofi, porensefali, agenesis korpus
kalosum.
5. Gangguan metabolik; hipoglikemia, hipokalsemia,
hiponatremia, hipernatremia.
6. Infeksi: radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak
dan selaputnya, toksoplasmosis.
7. Trauma; kontusio serebri, hematoma subarachnoid, hematoma
subdural.
8. Neoplasma otak dan selaputnya.
9. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
10. Keracunan; Timbal (Pb), kamper (kapur barus), fenotiazin, air.
11. lain-lain; penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon,
degenerasi serebral.

PATOFISIOLOGI
F:\wik,epilepsi\PATOFISIOLOGI
EPILEPSI.doc

Klasifikasi Epilepsi
Berdasarkan International Classification of Seizure Disorders, epilepsi
dibagi menjadi:
1. Generalized seizures: Hilangnya kesadaran; tidak ada awitan lokal;
bilateral dan simetrik; tidak ada aura.
- Absence seizures, atypical absence seizures: Sering salah
didiagnosis sebabagai melamun. Menatap kosong, kepala sedikit
lunglai, kelopak mata bergetar, atau berkedip secara cepat; tonus
postural tidak hilang; berlangsung beberapa detik.
- Myoclonic seizures: kontraksi mirip syok mendadak yang
terbatas di beberapa otot atau tungkai; cenderung singkat.
- Clonic seizures: gerakan menyentak, repetitif tajam, tajam,
lambat dan tunggal atau multipel di lengan atau tungkai atau torso.
- Tonic seizures: Peningkatan mendadak tonus otot wajah dan
tubuh bagian atas; fleksi lengan dan ekstensi tungkai; mata dan
kepala mungkin berputar ke satu sisi; dapat menyebabkan henti
nafas.
- Tonic-clonic seizures: Spasme tonik-klonik otot; inkontinensia
urin dan alvi; menggigit lidah; fase pascaiktus.
- Atonic seizures: Hilangnya secara mendadak tonus otot disertai
lenyapnya postur tubuh.

CONT
2. Partial Seizures: kesadaran utuh walaupun
mungkin berubah; fokus di satu bagian tetapi
dapat menyebar ke bagian lain
- Simple partial seizures (no impairment of
consciousness)
a. with motor symptoms
b. with somatosensory or special sensory
symptoms
c. with autonomic symptoms
d. with psychic symptoms

CONT
- Complex partial seizures with progression to
impairment of conciousness
a. Simple partial seizures with progression to
impairment
of conciousness
- with no other features
- with features of simple partial seizures
- with automatisms
b. Impairment of consciousness at onset
- with no other features
- with features of simple partial seizures
- with automatisms

3. Unclassified epileptic seizures (in adequate or


incomplete data)

MANIFESTASI KLINIS
Secara umum tanda dan gejala penyakit epilepsi,
antara lain:
- sawan disertai gerakan memutar kepala, mata
dan
tubuh
- sawan disertai dengan lengan atau tungkai kaku
dalam
sikap tertentu
- timbul rasa kesemutan atau seperti ditusuktusuk jarum
- sensasi epigastrum, pucat, berkeringat,
membera,
piloereksi, dilatasi pupil
- Disfagia, Demensi, Automatisme
- Penurunan kesadaran

PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi
- Tujuan dari pengobatan adalah untuk mencapai
pengontrolan kejang dengan efek samping minimal.
- Biasanya pengobatan dimulai dengan medikasi
tunggal. Dosis awal dan kecepatan dimana dosis
ditingkatkan bergantung pada ada atau tidaknya
efek samping yang terjadi.
- Kadar medikasi harus dipantau, karena kecepatan
absorbsi obat bervariasi untuk setiap orang.
- Pengubahan obat-obat lain mungkin diperlukan
jika kontrol kejang tidak tercapai atau bila
peningkatan dosis memungkinkan terjadi toksisitas.

F:\wik,epilepsi\FARMAKOTERAPI.doc

CONT...
2. Pembedahan untuk epilepsi

Pembedahan diindikasikan untuk pasien yang mengalami epilepsi


akibat tumor intrakranial, abses, kista atau adanya anomali
vaskuler.
Beberapa pasien mengalami gangguan kejang yang membandel
dan tidak berespon terhadap pengobatan. Keadaan ini mungkin
merupakan proses atrofik lokal sekunder akibat trauma, radang,
stroke atau anoksia.
Jika kejang berasal dari daerah otak berbatas tegas yang dapat
dieksisi tanpa menimbulkan kejang sehingga memberikan kontrol
dan perbaikan jangka panjang.
Tipe bedah neuro ini dilakukan dengan alat-alat bantu moderen,
berupa tekhnik bedah mikro, elektroensefalografi dalam, perbaikan
iluminasi dan hemostasis, dan pengenalan agens
neuropeltanalgesik (driperidol dan fentanil).
Tekhnik-tekhnik ini, dikombinasi dengan infiltrasi lokal pada insisi
kulit kepala, kemampuan ahli bedah saraf untuk melakukan
pembedahan pasien dalam keadaan sadar dan dapat bekerja
sama. Dengan alat uji khusus, seperti electrocortical mapping dan
respon pasien terhadap stimulus, akan menentukan batasan fokus
epileptogenik. Beberapa fokus epileptogenik abnormal (mis,
daerah otak abnormal) kemudian diangkat.

KOMPLIKASI
1. Fisik (Status Epileptikus)
Status epileptikus (aktivitas kejang
lama yang akut) merupakan suatu
rentetan kejang umum yang terjadi
tanpa per baikan kesadaran penuh
diantara serangan. Istilah ini telah
diperluas untuk mencakup kejang
klinis atau listrik kontinu yang
berakhir sedikitnya 30 menit,
meskipun tanpa kerusakan kesadaran.

CONT
2. Psikososial
Pasien dengan epilepsi mungkin
merasakan diskriminasi pada
pekerjaan dan kesempatan
memperoleh pendidikan. Pasien
mungkin akan mengalami
mekanisme koping yang tidak efektif.

ASUHAN KEPErawatan
epilepsi
F:\wik,epilepsi\Asuhan Keperawatan
Epilepsi.doc

Vous aimerez peut-être aussi