Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Keragaman budaya atau cultural diversity adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia.
Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa,
masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang
merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah
tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulaupulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang
bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga
perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa
dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar
juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah
ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan
meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan
Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa
Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat
heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa
namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern,
dan
kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap
dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat
Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai
sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok
sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya
kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri
Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar
pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun
interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada
dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan
perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan
budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
http://dheliora.blogspot.com/2013/02/keanekaragaman-budaya-keragamanbudaya.html 11.08 12
Keragaman budaya adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia . keragaman
budaya Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat di pungkiri keberadaanya.
Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok
sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah
bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan
kelompok sukubangsa yang ada di daerah tersebut.
Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal terbesar di
pulau pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi
geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran
rendah, pedesaan, hingga perkotaan.
Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa
dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan=pertemuan dengan
budayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di
Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di
Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga
mencerminkan kebudayaan agama tertentu. Bias di katakana bahwa Indonesia
adalah salah satu Negara dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat
heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragamanbudaya kelompok
sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban,
tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan.
http://cahyomuhajir.blogspot.com/2011/10/keragaman-budaya-indonesia.html 11.09 12
abtu, 11 Februari 2012
Faktor-faktor penyebab keberagaman budaya Indonesia
Ada 3 (tiga) faktor utama yang mendorong terbentuknya keberagaman budaya Indonesia sebagai berikut:
1.
Perbedaan-perbedaan kondisi geografis telah melahirkan berbagai suku bangsa dan keberagaman budaya
Indonesia. Hal itu berkaitan dengan : Pola kegiatan ekonomi, Perwujudan kebudayaan yang ada contohnya:
nelayan, pertanian, kehutanan, dan perdagangan. Sehingga mereka akan mengembangkan corak kebudayaan
yang khas dan cocok dengan lingkungan geografis mereka tanpa mengganggu kebudayaan yang lainnya.
3. Keterbukaan terhadap Kebudayaan Luar
Bangsa Indonesia adalah contoh bangsa yang terbuka. Hal ini dapat dilihat dari besarnya pengaruh asing dalam
membentuk keanekaragaman masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
Pengaruh asing pertama yaitu ketika orang-orang India, Cina, dan Arab di susul oleh bangsa Eropa. Bangsa
tersebut datang membawa kebudayaan yang beranekaragam.
Daerah-daerah yang relatif terbuka, khususnya daerah pesisir paling cepat megalami perubahan. karena:
-
Tidak semua negara memiliki keberagaman budaya seperti yang dimiliki oleh negara Indonesia. Dengan
demikian, keberagaman budaya memberikan manfaat bagi bangsa kita.
Beberapa manfaat keberagaman budaya, sebagai berikut :
1.
Dalam bidang bahasa, kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat memperkaya
perbendaharaan istilah dalam bahasa Indonesia.
2.
Dalam biang pariwisata, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan pariwisata di Indonesia
yang bisa mendatangkan devisa.
http://wisatasmk.blogspot.com/2012/02/faktor-faktor-penyebab-keberagaman.html
11.10 12
Masalah Keberagaman Budaya dan Integrasi Nasional
Masalah yang timbul akibat keberagaman budaya
Secara sosiologis, masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya.
Menurut Naskun, adanya keanekaragaman budaya tersebut membuat masyarakat multikultural memiliki
karakteristik umum sbb :
1.
2.
3.
Berkembangnya sistem nilai masing-masing kelompok sosial yang dianut secara relatif rigid dan murni.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Terjadinya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering memiliki sub-kebudayaan yang satu
sama lain berbeda.
Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga yang bersifat nonkomplementer.
Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar.
Secara relatif, seringkali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.
Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain.
Keberagaman merupakan suatu keadaan yang dapat mendatangkan fenomena baru yang positif dan negatif
(tidak diinginkan). Namun jika keduanya kita telusuri dan kita kaji lebih jauh, merupakan gejala-gejala yang
wajar terjadi dalam masyarakat. Selain membawa manfaat, keberagaman budaya pun memiliki dampak negatif
dengan dasar berbeda-beda itu tidak dapat bergaul satu sama lainnya. Potensi terpendam untuk terjadinya
konflik karena ketegangan antar suku bangsa dan golongan tidak bisa diabaikan begitu saja.
Menurut J. Ranjabar, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya konflik pada masyarakat Indonesia sbb:
1.
2.
Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain. Contoh: konflik Aceh dan Papua.
Apabila terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup antara kelompok yang berlainan
suku bangsa. Contoh: konflik yang terjadi di sambas.
3. Apabila terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku bangsa lain.
Contoh: konflik yang terjadi di sampit.
4. Apabila terjadi potensi konflik terpendam, yang bertikai secara adat. Contoh: konflik antar suku di papua.
Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk konflik,
sbb:
1.
Konflik Rasial
Konflik yang diakibatkan dari perbedaan-perbedaan dalam diri mereka terhadap individu dan ras lainnya.
Pertentangan rasional bukan saja disebabkan oleh perbedaan ciri-ciri fisik saja, tetapi kadang-kadang juga
diperuncing oleh perbedaan dan benturan dalam hal sosial, ekonomi, politik, atau karena jumlah ras tertentu
lebih banyak dari ras lainnya.
2.
Konflik Antar Suku Bangsa
Bahasa yang digunakan menjadi perbedaan antar suku bangsa, ada juga perbedaan adat istiadat dalam
pergaulan sehari-hari, kesenian yang dikembangkan, sistem kekerabatan yang dianut, dan penguasaan
tekhnologi.
Konflik ini terjadi terlebih jika keduanya mengalami kemunduran dalam beberapa hal, misalnya dalam hal
ekonomi yang diikuti oleh kecurigaan-kecurigaan terhadap suku tertentu atas penguasaan sumber-sumber
ekonomi politik.
3.
Konflik Antar Agama
Keanekaragaman agama yang dianut seringkali mendatangkan perbedaan-perbedaan, baik dalam cara
berpakaian, bergaul, peribadatan, adat pernikahan, hukum waris, kesenian, dan atribut-atribut keagamaan
lainnya.
Jika para pemeluknya tidak menghayati secara mendalam dan benar inti dari ajaran-ajaran yang terkandung
dalam agama-agama mereka, akan sangat potensial untk terjadinya konflik, bahkan sampai pada tingkat konflik
politik. Konflik seperti ini juga sangat dipengaruhi oleh keseimbangan jumlah penganut agama tertentu dalam
suatu masyarakat.
http://wisatasmk.blogspot.com/2012/02/masalah-keberagaman-budaya-dan.html
12
11.12
Masyarakat Indonesia terdri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di lebih dari 13 ribu pulau. Setiap suku
bangsa memiliki identitas sosial, politik, dan budaya yang berbeda-beda. Seperti bahasa yang berbeda, adat
istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan, dan sebagainya. Dengan identitas yang berbeda-beda ini, kita dapat
mengatakan bahwa Indonesia memiliki kebudayaan lokal yang sangat beragam.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Masyarakat Lio adalah kelompok penduduk yang menempati Pulau Flores, NTT. Kelompok yang sangat penting
adalah kelompok yang disebut SUKU. Kelompok ini dikatakan mewujudkan struktur piramidal, yang
dipuncaknya duduk kepala suku yang secara turun-temurun dijabat oleh anak laki-laki sulung. Selain berstatus
sebagai orang tua, ia juga sebagai ahli waris.
Masyarakat Lio mengembangkan berbagai kesenian tradisional. Dalam seni pahat dan arsitektur dapat dilihat
pada bentuk rumah adat yang disebut Sao Ria. Selain itu, mereka juga membuat patung yang disebut Anadeo
yang dikeramatkan sebagai penunggu ruah adat. Mereka juga menghasilkan hasil kain tenun tradisional dengan
motif yang khas pada kain sarung, selimut, dan selendang.
7.
a.
b.
c.
d.
http://wisatasmk.blogspot.com/2012/02/contoh-contoh-budaya-lokal.html 11.13
PENGERTIAN BUDAYA
Kata kebudayaan dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan istilah culture dan dalam bahasa Latin Colere
yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Dengan demikian,
culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kata kebudayaan berasal dari bahasa sangsakerta, yaitu budhayah yang
merupakan bentuk jamak dari budhi yang berarti budi / akal. Dengan demikian, kebudayaan diartikan sebagai
hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal.
Definisi kebudayaan menurut para ahli, sebagai berikut:
a.
Melville J. Herkovits
Memandang bahwa kebudayaan suatu yang superorganic karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi
ke generasi yang tetap hidup terus walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih
berganti disebabkan kematian dan kelahiran.
b.
c.
E. B Taylor
Mengidentifikasikan bahwa kebudayaan sebagai komplikasi (jalinan) dalam keseluruhan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang
dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.
d.
Andes Eppink
Kebudayaan merupakan keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur
sosial, dan religius.
e.
Koentjaraningrat
Kebudayaan merupakan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka memenuhi kehidupan
manusia dengan cara belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan
Fischer menyatakan bahwa pembentukan kebudayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, sbb:
1.
Lingkungan Geografis
2.
Induk Bangsa
3.
1.
Adaftif
Kebudayaan bersifat adaptif, artinya kebudayaan selalu mampu menyesuaikan diri, sifat adaptif ini akan
melengkapi manusia pendukungnya dengan menyesuaikan diri pada hal-hal seperti kebutuhan fisiolologis
badan mereka sendiri, lingkungan fisik-geografis dan lingkungan sosial.
2.
Integratif
Kebudayaan bersifat Integratif artinya kebudayaan memadukan semua unsur dan sifat-sifatnya menjadi satu,
bukan sekumpulan kebiasaan yang terkumpul secara acak-acakan saja. Karena itulah kebiasaan yang dimiliki
dalam suatu kebudayaan tidak dapat dengan mudah dimasukan kedalam kebudayaan lain.
3.
Dinamis
Kebudayaan bersifat dinamis artinya kebudayaan itu selalu berubah dan terus bergerak mengikuti dinamika
kehidupan sosial budaya masyarakat. Dinamika kehidupan sosial budaya terjadi sebagai akibat dari interaksi
manusia dengan lingkungan sekitar, penafsiran-penafsiran atau interpretasi yang berubah tentang norma-norma,
dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku
http://wisatasmk.blogspot.com/2012/02/pengertian-budaya.html 11.14
KEBUDAYAAN LOKAL
Bagian 1:
KEBUDAYAAN LOKAL
Pengertian budaya lokal adalah budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang berdiam di dalam suatu kesatuan
wilayah. Menurut Van Vollenhoven, masyarakat Indonesia dibagi ke dalam 19 lingkungan hukum adat.
Pendapat ini diperkuat oleh Koentjaraningrat yang menyebutkan ke-19 lingkungan hukum adat ini sebagai
culture area.
3. Kebudayaan Masyarakat Aceh, yang termasuk ke dalam budaya aceh yaitu daerah yang tergabung
ke dalam bagian utara pulau Sumatera, juga meliputi wilayah Simeuleu, We, Breuh, dan pulau-pulau
lain yang ada di sekitarnya. Desa bagi orang Aceh disebut Gampong. Setiap gampong terdiri atas 100500 rumah.
4. Kebudayaan Masyarakat Jawa, Stratifikasi sosial dalam masyakat Jawa mendapat pengaruh dari
Kraton. Dimana kaum bangsawan dan keturunannya serta pegawai pemerintahan dan kaum terpelajar
(priyayi) menempati posisi lapisan sosial atas, sementara petani di desa dan masyarakat kebanyakan
yang digolongkan dalam Wong Cilik. Pada lapisan tingkat kepala desa (petinggi) dibantu oleh beberapa
bawahannya, yaitu
Carik
Kamitua
Kebayan
Kaum / Modin
5. Kebudayaan Masyarakt Bali, ada dua (2) bentuk masyarakat bali, yaitu masyarakat Bali Aga dan Bali
Majapahit. Masyarakat Bali Aga, masyarakat yang kurang mendapat pengaruh dari kebudayaan JawaHindu dari Majapahit dan umumnya mendiami daerah-daerah pegunungan. Sedangkan Masyarakat
Bali Majapahit, pada umumnya tinggal di daerah-daerah dataran dan menjadi mayoritas Bali.
6. Kebudayaan Masyarakat Kalimantan (Tengah), penduduk asli kalimantan adalah suku Dayak, secara
umum terdapat 3 (tiga) Suku Dayak, sebagai berikut:
-
Ngaju, tinggal disepanjang sungai besar seperti Kapuas, Kahayan, Rungan-Manuhin, Barito, dan katingan.
Ot-Danum, memeiliki daerah persebaran yang hampir sama denga ngaju.
7. Kebudayaan Masyarakat Bugis-Makassar, kebudayaan ini mendiami bagian terbesar wilayah selatan
Pulau Sulawesi. Dalam berkomunikasi, orang Bugis menggunakan bahasa Ugi dan orang Makasar
menggunakan bahasa Mangasara.
Sistem stratifikasi sosial lama terdapat 3 (tiga) lapisan pokok masyarakat, sbb
Anakarung (ana karaeng, Makasar), merupakan lapisan kaum kerabat raja-raja, biasanya menggunakan
gelar pada namanya seperti Karaenta, Puatta, Andi, dan Daeng.
To-maradeka, lapisan orang maradeka merupakan sebagian besar mayarakat.
Ata, orang yang ditangkap dalam peperangan / orang yang tidak dapat membayar hutang / orang yang
melanggar adat.
Sistem kekerabatan dalam hal perkawinan, adat Bugis-Makasar menetapkan sebuah perkawinan ideal, sebagai
berikut:
Asialang marola, perkawinan antar saudara sepupu derajat kesatu dari pihak ayah / ibu.
Assialanna memang, perkawinan antar sudara sepupu derajat kedua dari pihak ayah/ibu
Ripadeppeemabelae, perkawinan antar sudara sepupu derajat ketiga dari pihak ayah/ibu
http://wisatasmk.blogspot.com/2012/02/kebudayaan-lokal.html 11.15
KEBERAGAMAN BUDAYA DI INDONESIA
Pengertian Keberagaman Budaya
Bangsa Indonesia dengan keberagaman budayanya disebut juga sebagai masyarakat yang multikultur.
Pengertian " Keragaman Budaya " menurut sosiologi tidak ada. Tapi latar belakang keragaman budaya adalah
disebabkan beberapa faktor : adat-istiadat, suku bangsa, ras, bahasa, pola perilaku, keyakinan, kesenian, dll.
Sejarah Perkembangan Keberagaman Kebudayaan di Indonesia
Tahap perkembangan kebudayaan di Indonesia terbagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu:
1.
a.
b.
Identifikasi :
anosoid
: Nenek moyang manusia wajak yang tinggal di bagian barat kepulauan Indonesia.
: Terdapat campuran ciri ras mongoloid.
: Mereka hidup dengan menangkap ikan di rawa dan muara sungai juga hidup dengan meramu di perkampungan
abris sous roche.
: Dekat pantai, menyebabkan mereka suka makan karang.
c.
Kebudayaan Neolitik
Identifikasi:
: Asia Tenggara
: Banyak menunjukkan ciri mongoloid.
: Proto-Austronesia
: Bercocok tanam meski tanpa irigasi.
Proses peralihan dari hidup bergantung pada alam menjadi pengolah alam (food gatering ke food producing)
am
tanam
eninggalan
Kebudayaan Austro-Melanosoid
: Nomaden (mereka akan meninggalkan tempat bercocok tanam bila tanahnya sudah tidak subur lagi)
d.
: Barang-barang perunggu yang digunakan untuk Benda upacara, barang mewah, lambang gengsi dan kedudukan.
: Memproduksi barang-barang dari bahan perunggu.
Kebudayaan perunggu ini mendapat pengaruh dari kebudayaan cina. Dan sejak abad ke-3 dan ke-4 M tampak
pengaruh kebudayaan India bersamaan dengan persebaran agama Hindu dan Budha ke Asia Tenggara.
Pengaruh kebudayaan ini menjadi pertanda dimulainya babak baru sejarah kebudayaan bangsa-bangsa di Asia
tenggara dan Indonesia karena pengaruh ini membawa kepandaian baru yaitu, menulis. Mulailah kebudayaan
masa sejarah di Indonesia.
2.
a.
b.
c.
3.
http://wisatasmk.blogspot.com/2012/02/keberagaman-budaya-di-indonesia.html 11.16
yang mayoritas beragama Islam. Selain itu, di Jawa terdapat suku Sunda yang menggunakan
bahasa Sunda dan suku bangsa Jawa yang menggunakan bahasa Jawa.
2. Ciri-Ciri Masyarakat Majemuk
Ciri-ciri masyarakat majemuk menurut Van de Berg adalah sebagai berikut.
Adanya lembaga-lembaga sosial yang saling tergantung satu sama lain karena adanya
tingkat perbedaan budaya yang tinggi.
Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat tentang nilainilai sosial yang bersifat dasar.
Kecenderungan terjadinya konflik lebih besar di antara kelompok satu dengan yang
lain.
Integrasi sosial tumbuh di antara kelompok sosial yang satu dengan yang lain.
Adanya kekuasaan politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain.
Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan sosial lainnya karena
mempunyai ciri-ciri paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal-usul dan tempat asal
serta kebudayaan. Adapun ciri-ciri suku bangsa, antara lain sebagai berikut.
Mempunyai anggota yang mengenal dirinya serta dikenal oleh orang lain sebagai
bagian dari satu kategori yang dibedakan dengan anggota kelompok sosial yang lain.
Ketika seseorang yang menjadi bagian dari suku bangsa tertentu mengadakan interaksi sosial
maka akan tampak adanya simbol-simbol atau karakter khusus yang digunakan untuk
mengekspresikan perilakunya sesuai dengan karakteristik suku bangsanya. Misalnya, ciri-ciri
fisik atau ras, gerakan-gerakan tubuh atau muka, simbol kebudayaan, nilai-nilai budaya serta
keyakinan keagamaan. Seseorang yang dilahirkan sebagai anggota suatu suku bangsa sejak
dilahirkan harus hidup dengan berpedoman pada kebudayaan suku bangsanya yang
diwariskan oleh orang tua dan keluarganya secara turun-temurun sesuai dengan konsepsi
kebudayaan suku bangsa tersebut.
3. Primordialisme dan Politik Aliran
Secara tidak sadar masyarakat suatu suku bangsa akan mengembangkan ikatan-ikatan yang
bersifat primordial, yaitu loyalitas berlebihan yang mengutamakan atau menonjolkan
kepentingan suatu kelompok agama, ras, daerah, atau keluarga tertentu.
Loyalitas yang berlebihan terhadap budaya subnasional tersebut dapat mengancam integrasi
bangsa karena primordialisme mengurangi loyalitas warga negara pada budaya nasional dan
negara sehingga mengancam kedaulatan negara.
Kencenderungan ini timbul apabila setiap kelompok kultural yang terorganisasi secara politik
akan mengembangkan politik aliran yang dapat mengancam persatuan bangsa. Selanjutnya,
kelompok-kelompok masyarakat tersebut akan mengajukan tuntutan untuk memperjuangkan
kepentingan kelompoknya seperti tuntutan pembagian sumber daya alam yang lebih
seimbang antara pusat dan daerah. Apabila tidak diakomodasi, tuntutan kelompok masyarakat
tersebut akan berkembang menjadi gerakan memisahkan diri suatu kelompok masyarakat dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Misalnya, gerakan separatisme Aceh Merdeka.
Oleh karena itu, untuk menangkal gejala primordialisme, setiap kelompok masyarakat harus
mengembangkan budaya toleransi terhadap budaya kelompok lainnya. Tujuannya adalah
untuk mencegah terjadinya disintegrasi bangsa tanpa pengingkaran budaya sendiri.
tertentu yang memengaruhi ikatan politik, persilangan, dan interaksi sosial di antara
kelompok etnik di dalam masyarakat.
Di dalam masyarakat, kehidupan politik terorganisir menurut kelompok etnik dan nilai-nilai
subbudaya tertentu. Kelompok etnik membentuk organisasi politik yang saling bersaing.
Mereka mengikuti dasar kepentingan kelompok etnik atau politik aliran dari kelompok yang
bersangkutan. Misalnya, dalam Pemilu 2004 terdapat banyak partai politik yang berlandaskan
agama, suku, bangsa, dan aliran, seperti PKS, PBB, PDS, PDIP, dan PAN.
4. Kemajemukan Indonesia dan Masalah Persatuan Nasional
Unsur penting yang memengaruhi keanekaragaman budaya masyarakat Indonesia adalah
perbedaan anggota masyarakat berdasarkan ras dan etnisitas. Perbedaan ras dan etnisitas
sangat penting dalam membentuk keanekaragaman sosial budaya masyarakat majemuk
sehingga masyarakat majemuk sering disebut masyarakat multiras atau multietnik.
Menurut Robertson, ras merupakan pengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri warna kulit
dan fisik tubuh tertentu yang diturunkan secara turun-temurun yang merupakan hasil interaksi
manusia dengan lingkungan hidup khusus mereka.
Kelompok etnik merupakan sejumlah besar orang yang memandang diri dan dipandang oleh
kelompok lain, memiliki kesatuan budaya yang berbeda yang ditimbulkan oleh sifat-sifat
budaya masyarakat dan interaksi timbal balik secara terus-menerus. Suatu anggota kelompok
etnik memiliki peranan dan identitas yang sama berdasarkan asal-usul, bahasa, agama, tradisi,
dan perjalanan hidup. Suatu kelompok etnik membedakan dirinya dengan kelompok lain
berdasarkan ciri-ciri budaya lokal yang mereka miliki.
Di Indonesia, terdapat beraneka ragam kelompok kesukuan dipandang berdasarkan perbedaan
etnik dan ras. Misalnya, antara orang Jawa dengan orang Papua dan orang Maluku yang
dibedakan berdasarkan ras dan etnik. Namun, ada anggota kelompok kesukuan yang
dibedakan atas dasar etnik, seperti antara orang Batak dengan orang Bali dan orang Jawa
yang dibedakan atas dasar bahasa, budaya, dan agama yang mereka anut.
Pada umumnya, orang akan sepintas memandang mereka memiliki tradisi, pandangan hidup,
dan adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Pemahaman tersebut penting untuk memahami
gejala terjadinya sikap etnosentrisme. Sikap etnosentrisme adalah sikap yang menggunakan
pandangan dan cara hidup dari sudut pandang- nya sebagai tolok ukur untuk menilai
kelompok lain.
Apabila tidak dikelola dengan baik, perbedaan budaya dan adat istiadat antarkelompok
masyarakat tersebut akan menimbulkan konflik sosial akibat adanya sikap etnosentrisme.
Sikap tersebut timbul karena adanya anggapan suatu kelompok masyarakat bahwa mereka
memiliki pandangan hidup dan sistem nilai yang berbeda dengan kelompok masyarakat
lainnya.
Menurut David Levinson, sikap etnosentrisme adalah sikap yang menggunakan pandangan
dan cara hidup dari sudut pandang suatu kelompok masyarakat sebagai tolok ukur untuk
menilai kelompok lain. Sebenarnya sikap etnosentrisme adalah suatu gejala yang umum di
seluruh dunia. Konsep etnosentrisme selalu muncul dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai kelompok sosial karena adanya keyakinan bahwa kebudayaan sendiri dianggap lebih
tinggi dibanding kelompok lain dan menilai kebudayaan kelompok lain dengan tolok ukur
kebudayaan kelompok mereka sendiri.
Contohnya adalah perilaku carok dalam masyarakat Madura. Menurut Latief Wiyata, carok
adalah tindakan atau upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga
dirinya merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal
dan tidak masuk akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok dinilai dengan pandangan
kebudayaan kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa menyelesaikan masalah
dengan menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal dan tidak manusiawi. Namun,
bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan konsep yang sakral dan harus selalu
dijunjung tinggi dalam masyarakat. Oleh karena itu, terjadi perbedaan penafsiran mengenai
masalah carok antara masyarakat Madura dan kelompok masyarakat lainnya karena tidak
adanya pemahaman atas konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok tersebut dalam
masyarakat Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara negatif konteks sosial
budaya terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura tersebut telah banyak ditentang
oleh para ahli ilmu sosial.
Selain memiliki dampak yang bersifat negatif, sikap etnosentrisme juga mempunyai dampak
yang positif untuk meningkat- kan rasa nasionalisme suatu bangsa.
Etnosentrisme merupakan pengembangan sifat yang mampu meningkatkan nasionalisme dan
patriotisme suatu bangsa. Tanpa sifat etnosentrisme maka kesadaran nasional untuk
mempertahankan keutuhan suatu bangsa dan meningkatkan integrasi bangsa akan sangat sulit
dicapai. Selain itu, dengan menerapkan etnosentrisme juga mampu menghalangi perubahan
yang datang dari luar, baik yang akan menghancurkan kebudayaan sendiri maupun yang
mampu mendukung tujuan masyarakat bangsa tersebut.
Sikap positif etnosentrisme muncul apabila suatu bangsa menghadapi ancaman bangsa lain
yang berusaha menggangu kedaulatan dan simbol-simbol negaranya. Ancaman terhadap
kedaulatan bangsa tersebut akan mendorong timbulnya rasa nasionalisme warga negara yang
merasa harga dirinya sebagai suatu bangsa telah dilecehkan oleh bangsa lain. Selanjutnya,
anggota masyarakat yang merasakan adanya ancaman dari bangsa lain akan berusaha
mengekspresikan rasa nasionalismenya dengan cara berdemonstrasi menentang ancaman
bangsa asing tersebut. Upaya masyarakat untuk mengeskpresikan rasa nasionalismenya
tersebut masih dianggap wajar untuk dilakukan.
Contoh terjadinya etnosentrisme dalam bentuk positif adalah pada saat terjadinya sengketa
masalah kepulauan Ambalat di Provinsi Kalimantan Selatan yang diklaim sebagai wilayah
Malaysia. Setelah terjadinya insiden di seputar Pulau Ambalat, muncul gelombang unjuk
rasa yang dilakukan berbagai kelompok masyarakat yang menuntut ketegasan pihak
pemerintah untuk menyelesaikan kasus sengketa perbatasan tersebut. Berbagai kelompok
masyarakat tersebut melakukan demonstrasi karena didorong oleh perasaan nasionalisme
akibat adanya ancaman terhadap integritas dan kedaulatan wilayah NKRI. Namun, masalah
tersebut tidak berkembang menjadi konflik terbuka antara peme- rintah Indonesia dan
Malaysia karena kedua negara sepakat untuk menyelesaikan masalah politik tersebut melalui
jalur diplomasi sebagai sesama negara ASEAN.
Apabila tidak dikelola dengan baik, sikap etnosentrisme dapat mendorong terjadinya sikap
xenopobia. Xenopobia adalah perasaan kebencian terhadap orang asing yang berlebihan.
Sikap xenophobia dapat menimbulkan perilaku kekerasan terhadap orang asing yang tinggal
di suatu tempat.
5. Penerapan Sikap Relativisme Budaya
Pencegahan dampak negatif sikap etnosentrisme dapat dilakukan dengan sikap relativisme
kebudayaan. Dengan memiliki sikap relativisme budaya, seorang individu akan memahami
bahwa setiap manusia lahir dan berkembang dengan memiliki ras, bahasa, agama, dan
lingkungan budaya yang berbeda-beda dan tidak bisa disamaratakan. Prinsip relativisme
menekankan kepada pemahaman bahwa setiap kebudayaan memiliki karakteristik yang
tidak bisa dinilai berdasarkan berdasarkan tolok ukur kebudayaan lainnya. Penerapan prinsip
relativisme budaya mampu memahami keragaman budaya kelompok masyarakat lainnya
tanpa berusaha memberikan penilaian baik atau buruk terhadap nilai budaya kelompok
lainnya.
Dalam konteks Indonesia yang masyarakatnya yang memiliki keanekaragaman budaya maka
sikap relativisme budaya merupakan cara terbaik dengan cara bersikap arif dan bijak dalam
memahami perbedaan kebudayaan antarkelompok masyarakat.
Oleh karena itu, sikap relativisme budaya harus dikembangkan dalam memandang
keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Relativisme budaya adalah konsep yang
menggambarkan bahwa fungsi dan arti suatu unsur kebudayaan tergantung pada lingkungan
di mana suatu kebudayaan berkembang. Konsep relativisme kebudayaan mempunyai
pengertian bahwa tidak semua adat istiadat di dalam suatu kelompok masyarakat mempunyai
nilai yang sama. Misalnya, di beberapa suku bangsa pola perilaku tertentu mungkin
merugikan tetapi di suku bangsa lain perilaku sosial tersebut mungkin mempunyai tujuan
yang berbeda.
Dalam konteks Indonesia yang mempunyai masyarakat majemuk, di mana pola kehidupan
sangat beragam dan plural maka sikap relativisme budaya merupakan salah satu cara terbaik
dengan cara bersikap arif dan bijak dalam memahami perbedaan- perbedaan kebudayaan.
http://pengertianadalahdefinisi.blogspot.com/2013/09/makalah-keberagamanbudaya-di-indonesia.html 11. 07 12 April 2015