Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Partus spontan pervaginam adalah proses lahirnya bayi pada presentasi
belakang yang viable akibat kontraksi rahim dan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Partus spontan pervaginam
diawali dengan tanda-tanda rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering
dan teratur, keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak, kadang-kadang
ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan
pembukaan telah ada.1 Persalinan aktif dibagi menjadi tiga kala yang berbeda. Kala
satu persalinan dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi,
intensitas, dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi
serviks yang progresif. Kala satu persalinan selesai ketika serviks sudah membuka
lengkap (sekitar 10 cm) sehingga memungkinkan kepala janin lewat. Oleh karena
itu, kala satu persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks.2
Kala dua persalinan mulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan berakhir
ketika janin sudah lahir. Kala dua persalinan adalah stadium ekspulsi janin. Kala tiga
persalinan dimulai segera setelah janin lahir, dan berakhir dengan lahirnya plasenta
dan selaput ketuban janin. Kala tiga persalinan adalah stadium pemisahan dan
ekspulsi plasenta.2
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
senior Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSU Pirngadi Medan dan
meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai partus spontan pervaginam.
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan laporan kasus ini ditujukan untuk mempelajari mengenai
partus spontan pervaginam yang berlandaskan teori guna memahami bagaimana
Serviks membuka
Nyeri tidak hilang dengan sedasi
Kontraksi pada persalinan palsu yaitu:
Kontraksi terjadi dengan interval yang tidak teratur
Interval tetap lama
Intensitas tetap tidak berubah
Nyeri terutama di perut bawah
Serviks belum membuka
Nyeri biasanya mereda dengan sedasi
ke luar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus
dan dilahirkan. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 2 jam.
Kala I
Partus dimulai jika timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang
bersemu darah (bloody show). Lendir ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena
serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluhpembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena
pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai
akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten berlangsung
8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi, yakni: fase akselerasi, fase dilatasi maksimal, dan
fase deselerasi. Pada fase akselerasi, dalam waktu 2 jam terjadi pembukaan 3 cm tadi
menjadi 4 cm. Pada fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. Pada fase deselerasi, pembukaan
menjadi lambat kembali dan dalam 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Berbagai teknik telah dikembangkan untuk menilai perlunakan serviks untuk
memprediksi lamanya persalinan. Metode yang paling sering digunakan untuk
mengevaluasi perlunakan serviks adalah skor Bishop.6
Posisi
Konsistensi
Effacement
Dilatasi
0
Posterior
Firm
0-30%
0 cm
Fetal station
-3
1
Intermediate
Intermediate
31-50%
1-2 cm
2
Anterior
Soft
51-80%
3.4 cm
-2
-1, 0
Tabel 2.1. Skor Bishop
3
>100%
>5 cm
+1, +2
Kala IV
Pada kali ini, harus diperhatikan 7 hal penting, yaitu: kontraksi uterus harus
baik, tidak ada perdarahan dari vagina atau perdarahan-perdarahan dalam alat
genitalia lainnya, plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap, kandung
kencing harus kosong, luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada
hematoma, bayi dalam keadaan baik, dan ibu dalam keadaan baik.
2.5. Langkah-Langkah Asuhan Persalinan Normal9
Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua:
Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan atau vaginanya
Perineum menonjol
Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala
bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepal bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa
yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan)
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala abyi.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat
dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melalukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahir Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masingmasing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan arah luar hingga
bahu anterior muncul di arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke
arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bayi posterior.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelesurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi
saat melewati perineum, gunakan lengan bawah untuk menyangga tubuh bayi
saat
dilahirkan.
Menggunakan
tangan
anterior
(bagian
atas)
untuk
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi di atas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi
mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak
kulit ibu bayi. Lakukan penyuntikkan oksitosin/i.m.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2
cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan , melindungi bayi dari gunting, dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan
kain atau selimut bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali
pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang
sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya
dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu inu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit
I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya
terlebih dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat.
35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan
belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya
invertio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan
tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga
untuk melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan plasenta
37. Setelah plasenta lepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke
arah bawah kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva.
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15
menit:
o
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan
hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
Pemijatan uterus
39. Segera setleah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap
dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantong plastik atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan perawatan yang sesuai
untuk menatalaksana atonia uteri.
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan.
(10
menit).
Mencuci
dan
membilas
peralatan
setelah
dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan
membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dengan larutan klorin 0,5
%selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
2.6. Perawatan Ibu Postpartum
Kala IV, perlu dilakukan untuk menilai ada tidaknya komplikasi pasca
persalinan, infeksi dan perdarahan postpatum misalnya. Pemantauan kala IV
dilakukan selama 2 jam, dan sekurang-kurangnya 1 jam. Sebelum meninggalkan
wanita postpartum, harus diperhatikan 7 pokok penting, yaitu: 10
1) kontraksi uterus yang baik
2) tidak adanya perdarahan dari vagina
3) plasenta serta selaput ketuban telah lahir lengkap
4) kandung kencing telah kosong
5) luka pada perineum telah terawat dengan baik dan tidak adanya hematoma
6) bayi dalam keadaan baik, serta
7) ibu dalam keadaan baik, dimana nadi, tekanan darah normal dan vital sign
lainnya dalam batas normal.
Setelah Kala IV selesai dipantau dan tidak dijumpai adanya komplikasi
pascapersalinan maka dilanjutkan dengan perawatan Ibu selama masa nifas. Masa
nifas didefinisikan sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran, yaitu selama 6
minggu kedepan. Perawatan ibu selama masa nifas berupa perawatan dirumah sakit
dan perawatan di rumah. 2
Perawatan di rumah sakit
Perawatan segera setelah persalinan termasuk dalam pengawasan Kala IV.
Yaitu pengukuran tekanan darah nadi dan vital sign tiap 15 menit sekali pada 1 jam
pertama dan tiap 30 menit sekali pada jam ke 2. Jumlah perdarahan vagina harus
terus dipantau, dan fundus uteri harus diraba untuk memastikan kontraksi yang baik.
Bila teraba relaksasi, uterus sebaiknya di massase melalui dinding abdomen sampai
adanya kontraksi. Perdarahan yang terakumulasi di uterus juga harus dicurigai
dengan cara menemukan pembesaran uterus melalui palpasi fundus. 2
Rawat jalan dini. Seorang Ibu dapat turun dari tempat tidur dalam waktu
beberapa jam setelah melahirkan. Hal ini untuk mengurangi komplikasi kandung
kemih dan konstipasi. Rawat jalan dini juga dapat menurunkan frekuensi trombosis
dan emboli paru pada masa nifas. 2 Pada rawat jalan pertama seorang Ibu dapat jatuh
pingsan, hal ini dikarenakan kelelahan setelah melahirkan, maka sebelum itu Ibu
sebaiknya berbaring terlebih dahulu selama 8 jam, duduk lalu pelan-pelan berdiri dan
berjalan.10
Perawatan vulva. Pasien sebaiknya dianjurkan untuk membasuh vulva dari
anterior ke posterior (ke arah anus). Perineum dapat dikompres dengan es untuk
mengurangi edema dan rasa yang tidak nyaman pasca reparasi episiotomi. Mandi
dengan cara berendam juga diperbolehkan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada
vulva selama tidak ada komplikasi pasca persalinan. 2
Fungsi Kandung Kemih. Sebagai akibat cairan yang diinfuskan dan
penghentian efek antidiuretik oksitosin secara mendadak, menyebabkan sering
terjadi pengisian cepat kandung kemih. Namun sensasi dan kapasitas pengosongan
kandung kemih menjadi berkurang akibat pemberian anastesi, khususnya anastesi
regional, episiotomi, laserasi atau hematoma, sehingga terjadi retensi urine dengan
overdistensi.2 Selain itu Ibu juga sering tidak dapat berkemih sendiri akibat adanya
penekanan pada muskulus sfingter vesika et uretra oleh kepala janin sehingga
fungsinya menjadi terganggu. Akan tetapi jika dalam 4 jam pasca persalinan belum
dapat berkemih sendiri harus dicurigai adanya masalah lebih lanjut, hematoma
traktus genitalia misalnya. 2 Oleh karena itu pemasangan kateter terfiksasi harus
dipasang dan dipertahankan hingga faktor penyebab retensi telah teratasi. Pada
partus yang lama dan diakhiri dengan ekstraksi vakum atau cunam juga dapat
menyebabkan retensi urine.10 Jika terjadi overdistensi maka kateter terfiksasi
pemasangan kateter adalah timbulnya infeksi. Dimana 40% wanita dapat mengalami
bakteriuria sehingga dapat diberikan antibiotik jangka pendek setelah kateter dicabut.
2,11
Depresi Ringan. Depresi juga dapat terjadi pada ibu pasca persalinan, yang
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kekecewaan emosional, rasa nyeri
masa nifas, kelelahan, kecemasan dalam merawat bayi atau ketakutan akan
perubahan bentuk tubuh. Gejala ini umumnya menghilang dalam beberapa hari, dan
sebagian besar kasus dapat diterapi efektif dengan memberikan antisipasi,
pemahaman dan rasa aman. Namun, jika gejala menetap diperlukan perhatian
khusus untuk mencari penyebab depresi dan membutuhkan konsultasi yang tepat.
melahirkan. Menstruasi belum muncul selama bayi masih disusui. Ovulasi lebih
jarang terjadi pada Ibu yang menyusui bayinya dibanding dengan yang tidak
menyusui. Akan tetapi, kehamilan dapat terjadi selama menyusui. Diperkirakan
risiko kehamilan pada Ibu menyusui 4 % per tahunnya. 2
Partograf4
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Tujuan utama
penggunaan partograf adalah untuk
1) mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
2) mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik
yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus;
(2) Warna dan adanya air ketuban, penilaian air ketuban setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
Mencatat temuan-temuan ke dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ,
menggunakan lambang-lambang seperti berikut:
(a) U jika ketuban utuh atau belum pecah;
(b) J jika ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih;
(c) M jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium;
(d) D jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah;
(e) K jika ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban atau "kering";
(3) Molase atau penyusupan tulang-tulang kepala janin, menggunakan lambanglambang berikut ini:
(a) 0 jika tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi;
(b) 1 jika tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan;
(c) 2 jika tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat
dipisahkan;
(d) 3 jika tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan.
Hasil pemeriksaan dicatat pada kotak yang sesuai di bawah lajur air
ketuban.14
C. Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.
Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu
dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukkan penambahan dilatasi
sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin.
Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu 30 menit. Kemajuan
persalinan meliputi:
(1) Pembukaan serviks, penilaian dan pencatatan pembukaan serviks dilakukan
setiap 4 jam atau lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit. Saat ibu
berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap
pemeriksaan dengan simbol "X". Simbol ini harus ditulis di garis waktu yang sesuai
dengan lajur besarnya pembukaan serviks di garis waspada. Hubungkan tanda "X"
dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh atau tidak terputus;
(2) Pencatatan penurunan bagian terbawah atau presentasi janin, setiap kali
melakukan pemeriksaan dalam atau setiap 4 jam, atau lebih sering jika ada tandatanda penyulit. Kata-kata "turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5,
tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda "--" pada
garis waktu yang sesuai. Hubungkan tanda " " dari setiap pemeriksaan dengan garis
tidak terputus.
(3) Garis waspada dan garis bertindak, garis waspada dimulai pada pembukaan
serviks 4 cm. dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap, diharapkan terjadi
laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai
di garis waspada.6
D. Pencatatan jam dan waktu,
(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan, di bagian bawah pembukaan serviks dan
penurunan, tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan
waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan;
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan, dibawah lajur kotak untuk waktu
mulainya fase aktif, tertera kctak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat
pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan
dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya ataii lajur
kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catat pembukaan
serviks di garis waspada. Kemudian catat waktu aktual pemeriksaan ini di kotak
waktu yang sesuai. Bidan mencatat kontraksi uterus pada bawah lajur waktu yaitu
ada lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom
paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraksi daiam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit menggunakan simbol:
a). bila kontraksi lamanya kurang dari 20 menit;
b) bila kontraksi lamanya 20 menit sampai dengan 40 menit;
c) bila kontraksi lamanya lebih dari 40 menit.
E. Mencatat obat-obatan dan cairan intravena (IV)
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS IBU HAMIL
Anamnesa Pribadi
Nama
: Ny. M
Umur
: 21 Tahun
Alamat
Agama
: Kristen Protestan
Pekerjaan
Status
: Menikah
Tanggal masuk
: 26 November 2015
Pukul
: 17.16 WIB.
G PA
: G1 P0 A0
Anamnesa Penyakit
Ny. M, 21 tahun, G1 P0 A1, Nias, Protestan, SLTA, IRT, i/d. Tn. H, 23 tahun, Nias,
Kristen Protestan, SMA, Wiraswasta, datang ke IGD RSPM pada tanggal 26
November 2015 pkl. 17.16 WIB, dengan
Keluhan utama
Telaah
HPHT : ?- 02 - 2015
TTP
ANC : Bidan x7
: ?- 11 - 2015
Riwayat persalinan :
1. Hamil ini
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Sens
: Compos mentis
Anemia
: (-)
TD
: 110/70 mmHg
Ikterus
: (-)
HR
: 88 x/menit, reg
Cyanosis
: (-)
RR
: 20 x/menit
Dyspnoe
: (-)
Temperatur
: 36,80 C
Oedema
: (-)
Status Obstetrikus
Abdomen
TFU
Terenggang
: Kiri
Terbawah
: Kepala
Gerak
: (+)
HIS
: 2 x 20 / 10
DJJ
: 140 x / menit
EFW
: 3410gr
USG TAS
Laboratorium
Tanggal 26 November 2015
Hb/ Ht/ Leu/ T
Diagnosa sementara
PG + KDR (38-40 minggu) + PK + AH + Inpartu
Terapi
IVFD RL 20 gtt/ menit
Rencana
Persalinan Spontan Pervaginam sesuai partograf.
PARTOGRAF
Mulia
26/11/2015
18.00
U
0
U
0
21 tahun
18.00
14.00
1
0
J J JJ J J J
0
Lahir bayi, BB: 3200gr, PB:
49cm
18
03
19
20
04 05
21
22 23
00
01
RL RL RL RL RL RL RL RL RL RL
36,777
7
36,777
7
36,777
7
02
LAPORAN PERSALINAN
Dilakukan PSP pada tanggal 27-11-2015.
-
Dengan HIS yang adekuat tampak kepala maju mundur di introitus vagina
kemudian menetap.
IVFD RL 20 gtt/menit
ANJURAN
PEMANTAUAN KALA IV
Jam ( Wib )
07.30
07.45
08.00
08.30
09.00
Nadi /menit
82
82
82
82
82
Tekanan
120/80
120/80
120/80
120/80
120/80
darah(mmHg)
Nafas/menit
18
18
18
18
18
Kontraksi uterus
Kuat
Kuat
Kuat
Kuat
Kuat
Perdarahan (cc)
10
20
25
25
NEONATUS
1. Jenis Kelahiran
: tunggal
2. Tanggal Lahir
3. Keadaan Janin
4. Nilai APGAR
: 8/9
5. Bantuan Pernafasan
: tidak ada
6. Jenis Kelamin
: perempuan
7. Berat Badan
: 3200 gram
8. Panjang Badan
: 48 cm
9. Kelainan Bawaan
: tidak ada
10. Trauma
: tidak ada
11. Konsul
: tidak ada
FOLLOW UP
Tanggal
Keluhan
27-11-2015
Tidak ada
utama
Status
Sensorium
: compos mentis
Presens
Tekanan darah
: 120/70mmHg
: 36,8 C
Anemis
: (-)
Ikterik
: (-)
Sianosis
: (-)
Dyspnoe
: (-)
Status
Edema
Abdomen
: (-)
: soepel, peristaltik (+) normal
Lokalisata
: 3 cm di bawah pusat
Diagnosis
Terapi
BAK
: (+)
BAB
: (-)
Flatus
: (-)
ASI
: (-)
Post PSP a/I PBK + NH1
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj Metergin 1 Amp/ 8jam (hanya 24 jam pertama)
Inj transamin 500 mg / 8 jam
Cefadroxil Tab 3 x 500 mg
Asam mefanamat 3 x 500 mg
B.Comp tab
BAB IV
ANALISA KASUS
Teori
Kasus
Tanda inpartu terdiri dari adanya Pasien datang dengan keluhan mulesbloody show (lendir darah) dan kontraksi mules mau melahirkan dan keluar
uterus yang sejati.
14..00 WIB.
Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada pasien ini, keempat kala berhasil
Pada kala I serviks membuka sampai dilakukan dengan baik.
terjadi pembukaan 10 cm. Kala I
dinamakan kala pembukaan. Kala II
disebut pula kala pengeluaran, oleh
karena berkat kekuatan his dan kekuatan
mengedan janin didorong ke luar sampai
lahir. Dalam kala III atau kala uri
plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Kala IV dimulai dari lahirnya
plasenta, pemantauan perdarahan pasca
persalinan dan lamanya 2 jam.
Perdarahan pasca persalinan Pada pasien ini dijumpai laserasi pada
merupakan perdarahan yang melebihi perineum namun berhasil direparasi
500cc.
Etiologi
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Seorang pasien Ny.M umur 21tahun, G1P1A0, datang ke IGD RSPM pada
tanggal 26 November 2015 jam 18.16 WIB datang dengan keluhan mules - mules
mau melahirkan. Hal ini dialami os sejak tanggal 24 November 2015, pukul 20.00
WIB, dirasakan makin lama makin sering. Riwayat keluar lendir darah (+). Riwayat
keluar air dari kemaluan (+). Buang air kecil dan buang air besar (+) Normal. Dari
pemeriksaan umum, didapati keadaan umum pasien baik. Pada status lokalisata,
dijumpai fundus uteri pada 3 jari di bawah processus xyphoideus. Pada pemeriksaan
dalam dijumpai pembukaan 4 cm, effacement 80%, bagian terbawah kepala dengan
presentasi vertex. Persalinan spontan pervaginam kemudian dilakukan pada tanggal
27 Januari 2015 pukul 06.00 WIB.
5.2 Permasalahan
Apakah penatalaksanaan sudah tepat waktu?
Sebagai dokter umum sampai sejauh mana penanganan yang harus/ dapat
dilakukan?
DAFTAR PUSTAKA
[21
November 2015]
7. Bishop, E.H., 1964. Pelvic Score for Elective Induction. Obstet Gynecol
volume 24; 266-268.
8. Tenore, J.L., 2003. Methods for cervical ripening and induction of labor. Am
Fam Physician volume 67; 2123-2128.
9. Mose, J.C., dan Pribadi, A., 2011. Asuhan Persalinan Normal. In: Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 334-347.
10. Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T.,2006. Pimpinan
Persalinan. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 192-201.