Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pembimbing :
Dr. Irwin, Sp.PD
Disusun Oleh :
Maria Yosephina
030.11.176
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. A
: 55 tahun 4 bulan
Alamat
Karawang
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan
: SD
Agama
: Islam
Status
: Menikah
No. RM
: 00.60.80.61
Awalnya pasien merasa sesak napas sudah 1 bulan namun sesak mulai memberat
sejak 4 hari SMRS. Sesak napas dirasa hilang timbul. Pasien mengaku sesak dan mudah
lelah bila pasien melakukan aktivitas seperti jalan jarak 10 m, seperti dari tempat tidur ke
kamar mandi rumah. Sesak membaik saat pasien beristirahat dan duduk. Pasien mengaku
tidur harus menggunakan dua bantal atau lebih, dikatakan oleh pasien bila tertidur
terlentang dalam posisi datar pasien merasa sesak. Pasien juga mengaku sering ada
bengkak pada kedua kaki yang hilang timbul. Sering terbangun pada saat malam hari karea
sesak disangkal oleh pasien. Suara ngik saat sesak disangkal. Dada berdebar-debar dan
nyeri dada sebelah kiri yang sifatnya menjalar ke punggung dan lengan kiri juga disangkal
oleh pasien. Selain sesak, pasien juga mengeluhkan adanya batuk yang terkadang
mengeluarkan dahak berwarna putih, batuk sering terjadi pada malam hari dan uluhati
terasa nyeri. Mual, muantah, demam disangkal. BAK dan BAB tidak ada keluhan
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien mengaku baru pertama kali merasakan hal seperti ini. Pasien juga mengaku
memiliki riwayat darah tinggi namun tidak rutin meminum obat, pasien biasa mendapat
Captopril bila berobat ke Puskesmas. Riwayat gula darah tinggi di sangkal. Riwayat sakit
jantung dan paru disangkal oleh pasien. Asma dan maag juga disangkal. Diakui pasien
memiliki asam urat tinggi. Kolesterol tinggi belum pernah periksa.
Riwayat penyakit keluarga:
Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan
serupa. Riwayat penyakit jantung dan paru dalam kelaurga disangkal. Ayah pasien diakui
memiliki riwayat darah tinggi.
Riwayat kebiasaan:
Pasien mengaku senang makan dengan porsi nasi yang banyak dan makanan
berminyak seperti gorengan yang biasa pasien beli di pinggiran jalan dan juga senang
makan sayur asam. Pasien jarang berolahraga.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2015 pukul 13.00 di ruang rawat
inap Rengasdengklok RSUD Karawang.
Keadaan umum
Kesadaran
Status Gizi
Tanda vital
o
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 100x/menit
Pernapasan
: 24x/menit
Suhu
: 36,4C
Kepala
Mata
septum
Palpasi
Leher
o
o
o
o
o
Thoraks
Paru
o Inspeksi : penggunaan otot bantuan nafas (-)/(-), retraksi sela iga (-/-), bentuk
dada normal, pergerakan kedua paru simetris statis dan dinamis, pola
pernapasan normal
o Palpasi : ekspansi dada simetris, vocal fremitus simetris, pelebaran sela iga (-)/(-)
o Perkusi :
o Sonor pada seluruh lapang paru kiri dan kanan
o Batas paru hati
: pada garis midklavikula kanan sela iga V
o Batas paru lambung : pada garis aksilaris anterior kiri sela iga VIII
o Margin of Isthmus kronig : sonor
o Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (+/+)
Jantung
o Inspeksi
o Palpasi
Ekstremitas
o Atas
o Bawah
: Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-)/(-),
deformitas (-).
: Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (+)/(+),
deformitas (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium (19 Oktober 2015)
Parameter
Hematologi
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Kimia klinik
Ureum
Creatinin
Glukosa darah
sewaktu
Hasil
Nilai Rujukan
13.5 g/dl
6.2 x 103/L
187 x 103/L
41.8 %
12,0-16,0 g/dl
3,80-10,60 x103/L
150-440 x103/L
35,0-47,0 %
16.2mg/dl
1.1mg/dl
122mg/dl
15,0-50,0 mg/dl
0,50-0,90 mg/dl
<140 mg/dl
2. Elektrokardiografi
EKG: irama sinus, HR 70-75x/menit, aksis normal, gel P normal, PR interval 0,16 detik,
QRS kompleks 0,04 detik, R/S V1 >1, S V1+RV5V6 <35, ST depresi di L I, II, aVF (+)
(+)
(+)
Ronkhi paru
(+)
Kardiomegali
(+)
(+)
Gallop S3
(-)
(-)
Refluks hepatojugular
(-)
Kriteria Minor
Edema ekstremitas
(+)
(+)
Dispneu deffort
(+)
Hepatomegali
(-)
Efusi pleura
(-)
(-)
(-)
F. DIAGNOSIS
Diagnosis sementara
CHF grade III e.c CAD
Hipertensi stage I
Diagnosis banding
CHF grade III e.c HHD
G. PENATALAKSANAAN
Nonfarmakologis
- Istirahat duduk
- O2 3L/menit
- Diet rendah garam: DASH
Farmakologis
- IVFD NaCl 0,9% 8tpm
- Inj. Lasix 1x1 amp
- Inj. Omeprazole 1x40 mg
- p.o Captopril 3x12,5 mg
- p.o ISDN 10mg 3x1/2 tab
- p.o Clopidogrel 1x75 mg
- p.o Trombo Aspilet 1x80 mg
- p.o Simvastatin 1x20 mg
- p.o Ambroxol syr 3xCI
- p.o Lactulax syr 1xCI
H. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Foto Thorax
- Echocardiography
- Kimia klinik: profil lipid, enzim jantung (CK-MB, Troponin T, BNP)
- Treadmill test
- Kateterisasi jantung
I. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
FOLLOW UP
21 Oktober 2015
S:
O:
N: 90x/menit
RR: 24x/menit
T: 37,5C
A:
P:
Hipertensi stage I
- Istirahat duduk
- O2 3L/menit
- Diet rendah garam
- IVFD NaCl 0,9% 8tpm
- Inj. Lasix 1x1 amp
- Inj. Omeprazol 1x40 mg
- Inj. Levenox 1x0,6cc
- Po Captopril 3x12,5 mg
- Po. ISDN 3x1/2 tab
- Po. Clopidogrel 1x1 tab
- Po. T. Aspilet 1x1 tab
- Po. Simvastatin 1x20mg
- Po. Lactulax syr 1xCI
- Po. Ambroxol syr 3xCI
22 Oktober 2015
S:
O:
N: 100x/menit
RR: 24x/menit
T: 38,8C
A:
Extremitas: akral hangat, oedem tungkai -/CHF grade III e.c CAD
P:
Hipertensi stage I
- Istirahat duduk
- O2 3L/menit
23 Oktober 2015
S:
O:
N: 89x/menit
RR: 24x/menit
T: 37,8C
A:
Extremitas: akral hangat, oedem tungkai -/CHF grade III e.c CAD
Hipertensi stage II
- Istirahat duduk
- Diet rendah garam
- IVFD NaCl 0,9% 8tpm
- Inj. Lasix 1x1 amp
- Inj. Levenox 1x0,6cc
- Po. Lasix 2x1 tab
- Po Captopril 3x12,5 mg
- Po. ISDN 3x1/2 tab
- Po. Clopidogrel 1x1 tab
- Po. T. Aspilet 1x1 tab
- Po. Simvastatin 1x20 mg
- Po. Candesartan 1x8mg
- Po. Aminefron 3x1 tab
- Po. Ambroxol syr 3xCII
- Po. Paracetamol 3x500 mg p.r.n
- Acc pulang.
P:
ANALISIS KASUS
Diagnosis gagal jantung kongestif ditegakkan jika terdapat 2 kriteria mayor atau 1
kriteria mayor dan 2 kriteria minor kriteria framingham, ditambah dengan pemeriksaan
penunjang. Kriteria framingham terbagi menjadi kriteria mayor dan kriteria minor. Yang
termasuk kriteria mayor yakni: dispneu nokturnal paroksismal atau orthopneu, peningkatan
tekanan vena jugularis, ronki basah tidak nyaring, kardiomegali, edema paru akut, irama
derap S3, peningkatan vena > 16 cm H2O dan refluks hepatojugular. Sedangkan yang
termasuk kriteria minor yakni: edema pergelangan kaki, batuk pada malam hari, dispneu
deffort, hepatomegali, efusi pleura, kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum dan
takikardi (>120x/menit).
Pada pasien ini, dari hasil anamnesis didapatkan adanya sesak nafas, sesak
dipengaruhi oleh aktifitas, selain itu pasien juga lebih nyaman jika berada dalam posisi
duduk. Tidak adanya keluhan-keluhan lain seperti sakit kepala, mual, muntah, bengkak
pada kelopak mata mendukung bahwa sesak yang dialami oleh pasien berhubungan
dengan jantung bukan dari organ yang lain. Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya
perut yang membesar. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya dilatasi vena leher,
ronki basah halus pada kedua basal paru, adanya pelebaran batas jantung, serta adanya
ascites. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas, dapat disimpulkan bahwa
pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis gagal jantung kongestif, karena kriteria
framingham sudah terpenuhi.
Terapi yang diberikan adalah furosemid 1x20 mg, pemberian diuretika ini
bertujuan untuk mengurangi ascites yang ada pada pasien ini dengan mengurangi beban
awal jantung tanpa mengurangi curah jantung. Selain itu, T.Aspilet 80 mg diberikan
sebagai antiagregasitrombus, untuk mencegah terjadinya tromboemboli. Sedangkan
captopril 3x 12,5 mg diberikan untuk menurunkan tekanan darahnya, karena pasien ini
juga menderita hipertensi.
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
2.1.
Gagal jantung kongestif
2.1.1. Definisi Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik
secara abnormal.1 Ketika ini terjadi, darah tidak bergerak efisien melalui sistem peredaran
darah dan mulai membuat cadangan, meningkatkan tekanan di dalam pembuluh darah dan
memaksa cairan dari pembuluh darah ke jaringan tubuh. 2 Apabila tekanan pengisian ini
meningkat sehingga mengakibatkan edema paru dan bendungan di sistem vena, maka
keadaan ini disebut gagal jantung kongestif.3
2.1.2. Epidemiologi Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif lebih banyak terjadi pada usia lanjut. 4 Salah satu penelitian
menunjukkan bahwa gagal jantung terjadi pada 1% dari penduduk usia 50 tahun, sekitar
5% dari mereka berusia 75 tahun atau lebih, dan 25% dari mereka yang berusia 85 tahun
atau lebih. Karena jumlah orang tua terus meningkat, jumlah orang yang didiagnosis
dengan kondisi ini akan terus meningkat. Di Amerika Serikat, hampir 5 juta orang telah
didiagnosis gagal jantung dan ada sekitar 550.000 kasus baru setiap tahunnya. Kondisi ini
lebih umum di antara Amerika, Afrika dari kulit putih. 4
Di Amerika serikat gagal jantung merupakan penyakit yang cepat pertumbuhannya.
Pada tahun 2006, prevalensi gagal jantung di Amerika Serikat sebesar 2,6 % dimana 3,1%
pada laki-laki dan 2,1% pada perempuan.5 Di Eropa (2005) prevalensi gagal jantung
sebesar 2-2,5% pada semua umur, dan pada usia diatas 80 tahun prevalensi gagal jantung
>10%. Di London (1999) sekitar 1,3 per 1.000 penduduk pada semua umur mengalami
gagal jantung dan 7,4 per 1.000 penduduk pada usia 75 ke atas. Di Wales (2008), insidens
gagal jantung pada laki-laki sebesar 10 per 1.000 pada usia 45-54 tahun, 20 per 1.000 pada
usia 55-64 tahun, 40 per 1.000 pada usia 65-74 tahun, 90 per 1.000 pada usia > 75 tahun
dan pada semua umur yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 20 per 1.000 orang. 6
Insidens gagal jantung pada perempuan 10 per 1.000 pada usia 55-64 tahun, 20 per 1.000
pada usia 65-74 tahun, 60 per 1.000 pada usia > 75 tahun dan pada semua umur yang
berjenis kelamin perempuan sebesar 10 per 1.000 orang.5 Di Indonesia pada tahun 2007
jumlah kasus baru kunjungan rawat jalan sebanyak 38.438 orang dengan proporsi 9,88%
dan kunjungan rawat inap sebanyak 18.585 orang dengan proporsi 18,23% sedangkan
Case Fatality Rate (CFR) 13.420 per 100.000. Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan,
jumlah penderita gagal jantung yang dirawat inap pada tahun 2000 sebanyak 75 orang,
kemudian meningkat pada tahun 2001 menjadi 114 orang,dan meningkat lagi pada tahun
2002 menjadi 155 orang.7
2.1.3. Faktor Resiko Gagal Jantung Kongestif
a. Umur
Umur berpengaruh terhadap kejadian gagal jantung walaupun gagal jantung dapat
dialami orang dari berbagai golongan umur tetapi semakin tua seseorang maka akan
semakin besar kemungkinan menderita gagal jantung karena kekuatan pembuluh darah
tidak seelastis saat muda dan juga timbulnya penyakit jantung yang lain pada usia lanjut
yang merupakan faktor resiko gagal jantung.8 Menurut penelitian Siagian di Rumah Sakit
Haji Adam Malik (2009) proporsi penderita gagal jantung semakin meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia yaitu 9,6% pada usia 15 tahun, 14,8% pada usia 16-40 tahun
dan 75,6% pada usia >40 tahun.
Jenis kelamin
b.
Pada umumnya laki-laki lebih beresiko terkena gagal jantung daripada perempuan.
Hal ini disebabkan karena perempuan mempunyai hormon estrogen yang berpengaruh
terhadap bagaimana tubuh menghadapi lemak dan kolesterol.
c.
gagal jantung 46% pada laki-laki dan 27% pada wanita. Faktor risiko koroner seperti
diabetes dan merokok juga merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada perkembangan
dari gagal jantung. Selain itu berat badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan
kolesterol HDL juga dikatakan sebagai faktor risiko independen perkembangan gagal
jantung.8
d. Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan tekanan darah yang
tinggi terus-menerus. Ketika tekanan darah terus di atas 140/80, jantung akan semakin
kesulitan memompa darah dengan efektif dan setelah waktu yang lama, risiko
berkembangnya penyakit jantung meningkat. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung
melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri
dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko
terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia
atrial maupun aritmia ventrikel. Ekokardiografi yang menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri
berhubungan kuat dengan perkembangan gagal jantung.8
e. Penyakit katup jantung
Penyakit katup sering disebabkan oleh penyakit jantung rematik. Penyebab utama
terjadinya gagal jantung adalah regurgitasi mitral dan stenosis aorta. Regurgitasi mitral dan
regurgitasi aorta menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload) sedangkan
stenosis aorta menimbulkan beban tekanan (peningkatan afterload).8
f. Penyakit Jantung Bawaan
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur
jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya
gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan
janin.11 Penyakit jantung bawaan bisa terdiagnosis sebelum kelahiran atau sesaat setelah
lahir, selama masa anak-anak, atau setelah dewasa. Penyakit jantung bawaan dengan
adanya kelainan otot jantung akan mengarah pada gagal jantung.
g. Penyakit Jantung Rematik
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah
suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan,
atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala
sisa dari demam Rematik. Demam rematik akut dapat menyebabkan peradangan pada
semua lapisan jantung. Peradangan endokardium biasanya mengenai endotel katup, dan
erosi pinggir daun katup. Bila miokardium terserang akan timbul nodular yang khas pada
dinding jantung sehingga dapat menyebabkan pembesaran jantung yang berakhir pada
gagal jantung.8
h. Aritmia
Aritmia adalah berkurangnya efisiensi jantung yang terjadi bila kontraksi atrium
hilang (fibrilasi atrium, AF). Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung
dan dihubungkan dengan kelainan struktural termasuk hipertofi ventrikel kiri pada
penderita hipertensi.8
i. Kardiomiopati
Kardiomiopati merupakan penyakit pada otot jantung yang bukan disebabkan oleh
penyakit jantung koroner, hipertensi, penyakit jantung kongenital, ataupun penyakit katup
jantung. Kardiomiopati ditandai dengan kekakuan otot jantung dan tidak membesar
sehingga terjadi kelainan fungsi diastolik (relaksasi) dan menghambat fungsi ventrikel.8
j. Merokok dan Konsumsi Alkohol
Beban volume (volume overload), misal: insufisiensi aorta atau mitral, left to right
b.
Other cause
Hypertension (15-20%)
Cardiomiopathy undilated: Hypertrophy/Obstructive, restrictive (amyloidosis,
sarcoidosis)
Congenital heart disease (ASD, VSD)
Alcohol ad drugs (chemotherapy-trastuzamab, imatinib)
Hyperdinamic circulation (anemia, thyrotoxicosis, haemochromatosis)
Right heart failure (RV infarct, pulmonary hypertension, pulmonary embolism,
COPD)
Tricuspid incompetence
Arrhythmia (AF, Bradycardia (complete heart block, the sick sinus syndrome))
Pericardial disease (constrictive pericarditis, pericardia effusion)
Infection (Chagas disease)
Keterangan :
Gambar 1 : Jantung normal.
Gambar 2 :Dinding-dinding jantung menebal, dinding otot jantung menebal untuk
memompa lebih kuat.
Gambar 3 : Dinding jantung merentang dan bilik-bilik jantung membesar, dinding jantung
merentang untuk menahan lebih banyak darah.
Secara keseluruhan, perubahan yang terjadi pada fungsi jantung yang berhubungan
dengan gagal jantung dapat menurunkan daya kontraktilitas.13 Ketika terjadi penurunan
daya kontraktilitas, jantung berkompensasi dengan adanya kontraksi paksaan yang
kemudian dapat meningkatkan cardiac output. Pada gagal jantung kongestif, kompensasi
ini gagal terjadi sehingga kontraksi jantung menjadi kurang efisien. Hal ini menyebabkan
terjadinya penurunan stroke volume yang kemudian menyebabkan peningkatan denyut
jantung untuk dapat mempertahankan cardiac output. Peningkatan denyut jantung ini
lama-kelamaan berkompensasi dengan terjadinya hipertrofi miokardium, yang disebabkan
peningkatan diferensiasi serat otot jantung untuk mempertahankan kontaktilitas jantung.
Jika dengan hipertrofi miokardium, jantung masih belum dapat mencapai stroke volume
yang cukup bagi tubuh, terjadi suatu kompensasi terminal berupa peningkatan volume
ventrikel.
Gagal jantung kongestif terkompensasi adalah kondisi dengan fraksi ejeksi
rnenurun tetapi curah jantung dapat dipertahankan oleh mekanisme-mekanisme berikut ini
dengan atau tanpa terapi obat.
a. Mekanisme kompensasi sentral termasuk hubungan Frank-Starling dan hipertrofi
ventrikel akibat peningkatan preload atau after-load. Preload seringkali menunjukkan
adanya suatu tekanan diastolik akhir atau volume pada ventrikel kiri dan secara klinis
dinilai dengan mengukur tekanan atrium kanan. Tolak ukur akhir pada stroke volume
adalah afterload. Afterload adalah volume darah yang dipompa oleh otot jantung, yang
biasanya dapat dilihat dari tekanan arteri rata-rata.
b. Mekanisme kompensasi perifer mengakibatkan (1) aktivasi sistem renin-angiotensin,
(2) peningkatan kadar hormon-hormon endogen lokal dan sirkulasi yang bersifat
kontra-regulasi terhadap renin-angiotensin, (3) aktivasi dari sistem saraf simpatis
dengan peningkatan kadar nor-epinefrin serum, (4) redistribusi curah jantung untuk
mompertahankah aliran darah ke jantung dan otak, dan (5) peninggian kadar 2,3-difosfogliserat (DPG).15
2.1.6. Diagnosis Gagal Jantung Kongestif
Tanda serta gejala penyakit gagal jantung dapat dibedakan berdasarkan bagian
mana dari jantung itu yang mengalami gangguan pemompaan darah, lebih jelasnya sebagai
berikut:
a. Gagal jantung sebelah kiri; menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru
(edema pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas yang hebat. Pada awalnya sesak
nafas hanya dirasakan saat seseorang melakukan aktivitas, tetapi sejalan dengan
memburuknya penyakit maka sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak
melakukan aktivitas. Sedangkan tanda lainnya adalah cepat letih (fatigue),
gelisah/cemas (anxiety), detak jantung cepat (tachycardia), batuk-batuk serta irama
b.
Tabel 2.2 Klasifikasi gagal jantung berdasarkan kelainan struktural (ACC/AHA) atau
berdasarkan gejala, berdasarkan kelas fungsionalnya (NYHA)17
Tahapan Gagal Jantung berdasarkan Beratnya gagal jantung berdasarkan
struktural dan kerusakan otot jantung. gejala dan aktivitas fisik.
Stage Memiliki
risiko
tinggi Kelas Aktivitas fisik tidak terganggu,
A
mengembangkan gagal jantung.
I
aktivitas yang umum dilakukan
Tidak
ditemukan
kelainan
tidak menyebabkan kelelahan,
struktural atau fungsional, tidak
palpitasi, atau sesak nafas.
terdapat tanda/gejala.
Stage Secara
struktural
terdapat Kelas Aktivitas fisik sedikit terbatasi.
B
kelainan
jantung
yang
II
Saat istirahat tidak ada keluhan.
dihubungkan
dengan
gagal
Tapi aktivitas fisik yang umum
jantung, tapi tanpa tanda/gejala
dilakukan
mengakibatkan
gagal jantung.
kelelahan, palpitasi atau sesak
nafas.
Stage Gagal jantung bergejala dengan Kelas Aktivitas fisik sangat terbatasi. Saat
C
kelainan struktural jantung.
III
istirahat tidak ada keluhan. Tapi
aktivitas ringan menimbulkan rasa
lelah, palpitasi, atau sesak nafas.
Stage Secara struktural jantung telah Kelas Tidak dapat beraktivitas tanpa
D
mengalami kelainan berat, gejala
IV
menimbulkan
keluhan.
Saat
Tabel 2.3 Kriteria Framingham untuk Gagal Jantung
jantung terasa saat istirahat
istirahat bergejala. Jika melakukan
Kriteriagagal
Mayor:
telah
mendapatkan
aktivitas fisik, keluhan bertambah
Dispneawalau
nokturnal paroksismal
atau ortopnea
pengobatan.
berat.
Distensi vena leher
Rales paru
Kardiomegali pada hasil rontgen
Edema paru akut
S3 gallop
Peningkatan tekanan vena pusat > 16 cmH2O pada atrium kanan
Hepatojugular reflux
Penurunan berat badan 4,5 kg dalam kurun waktu 5 hari sebagai respon
pengobatan gagal jantung
Kriteria Minor:
Edema pergelangan kaki bilateral
Batuk pada malam hari
Dyspnea on ordinary exertion
Hepatomegali
Efusi pleura
Takikardi 120x/menit
Diagnosis gagal jantung kongestif ditegakkan jika terdapat minimal 1 kriteria mayor dan 2
kriteria minor
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang Gagal Jantung Kongestif
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang umum dilakukan pada gagal jantung antara lain
adalah: darah rutin, urine rutin, elektrolit (Na & K), ureum & kreatinine, SGOT/PT, dan
BNP. Pemeriksaan ini mutlak harus dilakukan pada pasien dengan gagal jantung karena
beberapa alasan berikut: (1) untuk mendeteksi anemia, (2) untuk mendeteksi gangguan
elektrolit (hipokalemia dan/atau hiponatremia), (3) untuk menilai fungsi ginjal dan hati,
dan (4) untuk mengukur brain natriuretic peptide (beratnya gangguan hemodinamik).
Hipertropi ventrikel
Kongesti vena paru
Edema interstisial
Efusi pleura
Garis Kerley B
Penyebab
Dilatasi ventrikel kiri,
ventrikel kanan, atria, efusi
perikard
Hipertensi, stenosis aorta,
kardiomiopati hipertropi
Peningkatan tekanan
pengisian ventrikel kiri
Peningkatan tekanan
pengisian ventrikel kiri
Gagal jantung dengan
peningkatan pengisian
tekanan jika ditemukan
bilateral, infeksi paru,
keganasan
Peningkatan tekanan
limfatik
Implikasi Klinis
Ekhokardiografi, doppler
Ekhokardiografi, doppler
Gagal jantung kiri
Gagal jantung kiri
Pikirkan diagnosis non
kardiak
c. Pemeriksaan EKG
Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebagian besar
pasien (80-90%), antara lain:19
Gelombang Q yang menunjukkan adanya infark miokard dan kelainan gelombang
d. Pemeriksaan Ekokardiografi
Ekokardiografi merupakan pengujian non invasif yang paling bermanfaat dalam
membantu menilai struktur dan fungsi jantung. Pemeriksaan ini merupakan baku
utama
(gold standard) untuk menilai gangguan fungsi sistol ventrikel kiri dan
TEMUAN UMUM
DISFUNGSI
SISTOLIK
Ejeksi fraksi ventrikel
kiri berkurang <45%
Ventrikel kiri membesar
Dinding ventrikel kiri
tipis
Remodelling eksentrik
ventrikel kiri
Regurgitasi ringansedang katup mitral*
Hipertensi pulmonal*
Pengisian mitral
berkurang*
Tanda-tanda
meningkatnya tekanan
pengisian ventrikel*
ventrikel
Ejeksi fraksi ventikel kiri
(LVEF)
Gerakan regional dinding
jantung, synchronisitas
kontraksi ventrikular
Remodelling LV
(konsentrik vs
eksentrik)
Hipertrofi ventrikel kiri
atau kanan (Disfunfsi
Diastolik : hipertensi,
COPD, kelainan katup)
Morfolofi dan beratnya
kelainan katup
Mitral inflow dan aortic
outflow; gradien
tekanan ventrikel kanan
Status cardiac output
(rendah/tinggi)
Keterangan : * Temuan pada echo-doppler.
DISFUNGSI
DIASTOLIK
Ejeksi fraksi ventrikel
kiri normal > 45-50%
Ukuran ventrikel kiri
normal
Dinding ventrikel kiri
tebal, atrium kiri
berdilatasi
Remodelling eksentrik
ventrikel kiri.
Tidak ada mitral
regurgitasi, jika ada
minimal.
Hipertensi pulmonal*
Pola pengisian mitral
abnormal.*
Terdapat tanda-tanda
tekanan pengisian
meningkat.
Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Tabel 2.6 Topik Keterampilan Merawat Diri yang perlu dipahami penderita Gagal Jantung
Kongestif.
Topik Edukasi
gagal jantung
Gejala-gejala dan
jantung
keluhan-keluhan timbul
Memantau tanda-tanda dan gejala-gejala gagal jantung
Mencatat berat badan setiap hari
Mengetahui kapan menghubungi petugas kesehatan
Menggunakan terapi diuretik secara fleksibel sesuai
Terapi farmakologik
anjuran
Mengerti indikasi, dosis dan efek dari obat-obat
tanda-tanda gagal
digunakan
Mengenal efek samping yang umum obat
Modifikasi faktor risiko Berhenti merokok, memantau tekanan darah
Kontrol gula darah (DM), hindari obesitas
Rekomendasi diet
Restriksi garam, pantau dan cegah malnutrisi, hindari
Rekomendasi olah raga
Kepatuhan
Prognosis
makanan berkoleterol
Melakukan olah raga teratur
mengikuti anjuran pengobatan
Mengerti pentingnya faktor-faktor prognostik dan
membuat keputusan realistik
b.
Penatalaksanaan Farmakologis
Sebagai pilihan lain pada pasien dengan gejala ringan sampai berat (kelas
diindikasikan).
Pasien harus secara klinis stabil (tidak terdapat perubahan dosis diuresis). Inisiasi
terapi sebelum pulang rawat memungkinkan untuk diberikan pada pasien yang baru
saja masuk rawat karena gagal jantung akut, selama pasien telah membaik dengan
terapi lainnya, tidak tergantung pada obat inotropik intravenous, dan dapat
diobservasi di rumah sakit setidaknya 24 jam setelah dimulainya terapi BB.
Kontraindikasi :
4. Diuretik
Penggunaan diuretik pada gagal jantung :
serendah mungkin.
Penyesuaian dosis sendiri oleh pasien berdasarkan pengukuran berat badan harian
dan tanda-tanda klinis lainnya dari retensi cairan harus selalu disokong pada pasien
gagal jantung rawat jalan. Untuk mencapai hal ini diperlukan edukasi pasien.
Memulai pemberian spironolakton :
Pasien yang harus mendapatkan hidralizin dan ISDN berdasarkan banyak uji klinis
dapat ditoleransi.
Manfaat pengobatan lebih jelas ditemukan pada keturunan Afrika-Amerika.
Kontraindikasinya antara lain hipotensi simtomatik, sindroma lupus, gagal ginjal
ventrikel kiri.
Menstimulasi baroreseptor jantung
tone.
Pasien atrial fibrilasi dengan irama ventrikular saat istirahat> 80x/menit, dan saat
dipertimbangkan.
8. Antikoagulan (Antagonis Vit-K)
Temuan yang perlu diingat :
Pada pasien atrial fibrilasi yang dilibatkan pada serangkaian uji klinis acak,
termasuk pada pasien dengan gagal jantung, warfarin ditemukan dapat mengurangi
DAFTAR PUSTAKA
South
Carolina:
2006.
Available
from
URL:
http://www.emedicinehealth.com/congestive_heart_failure/article_em.htm. Diakses
pada tanggal 4 September 2012.
3. Karim S, Kabo P. 2002. EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung
untuk Dokter Umum. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. O'Brien, Terrence. Congestive Heart Failure. South Carolina: Medical University
of
South
Carolina:
2006.
Available
from
URL:
http://www.emedicinehealth.com/congestive_heart_failure/article_em.htm. Diakses
pada tanggal 4 September 2012.
5. American Heart Association. 2010. Heart Disease And Stroke Statistics -2010
Update. Available from: http://www.americanheart.org. [Accessed September 4
2012].
6. Helth Welsh Survey. 2009. Prevalence of Heart Failure, 1995/95 To 1970/70,
England and Wales, 2008, Wales. Available from: http://www.heartstat.htm.
[Accessed September 3 2012].
7. Silalahi D. 2004. Karakteristik Penderita Gagal Jantung yang Dirawat Inap di RS
Santa
Elisabeth
Medan
Tahun
2002.
Available
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14656/1/09E01271.pdf.
from:
[Accessed
September 3 2012]
8. Mariyono H. 2007. Gagal Jantung. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam, FK Unud/
RSUP Sanglah, Denpasar. 8(3).