Vous êtes sur la page 1sur 21

Portofolio

PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA PADA KEHAMILAN

Oleh :
Dr. Titin Prihatini

Pendamping :
Dr. Edwin
Dr. Harry Kuncoro

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT PALANG BIRU GOMBONG
2014

Topik : Antibiotik dalam Kehamilan


Tanggal Kasus

: 15 Desember 2014

Presenter

: dr. Titin Prihatini

Tanggal Presentasi : Desember 2014


Tempat Presentasi

Pendamping : dr. Edwin & dr. Harry K.

: Ruang SMF RS Palang Biru Gombong

Obyektif Presentasi :
Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Tinjauan Pustaka

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Bayi

Neonatus

Anak

Remaja

Dewasa

Lansia Bumil

Deskripsi : G2P1A0 38 minggu tunggal hidup dalam persalinan


Tujuan

: Mengetahui manajemen penggunaan antibiotik dalam kehamilan

Bahan Bacaan

Tinjauan Pustaka

Riset

Kasus

Cara Membahas

Diskusi

Data Pasien

Identitas : Ny. T / 32 tahun / P

Nama Klinik

Rumah Sakit Palang Biru Gombong, Kebumen, Jawa Tengah

Presentasi dan Diskusi

Email

Audit
Pos

Nomor Registrasi :132xxx

Data Utama Untuk Bahan Diskusi


1. Anamnesis (Autoanamnesis)
Keluhan Utama : Pasien merasa hamil 9 bulan lebih
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dan merasa hamil 9 bulan lebih.
Pasien sudah merasakan kencang-kencang pada perutnya sejak dini hari. Pasien
mengatakan belum mengeluarkan cairan ketuban, maupun darah. Gerakan janin masih
dirasakan.
2. Riwayat Fertilitas :
a Riwayat Menstruasi
Menarche usia 12 tahun.
Siklus 28 hari
Setiap bulan menstruasi sekitar 5-6 hari
HPMT : 20 Maret 2014
b Status Perkawinan
Menikah 1 kali.
Selama 7 tahun.
Usia pertama kali menikah 25 tahun.
3. Riwayat Kehamilan
HPL
: 27 Desember 2014
UK
: 38 minggu
4. Riwayat KB : Pasien menggunakan KB jenis IUD
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Sectio Caesaria 5 tahun yg lalu atas indikasi KPD
2

Riwayat Hipertensi (-)


Riwayat DM (-)
Riwayat alergi obat (-).
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat Jantung (-)
Riwayat alergi obat (-)
7. Pemeriksaan Fisik (15 Desember 2014 jam 06.00 WIB)
Status Generalis:
a. Keadaan Umum
Compos mentis
b. Vital Sign
TD
: 120/80 mmHg
HR
: 84 x/menit
RR

: 24 x/menit (reguler)

T
: 37oC (peraksiler)
c. Mata
Conjungtiva anemis (-/-)
d. Cor
Iktus cordis tidak tampak, iktus cordis tidak kuat angkat, bunyi jantung I-II intensitas
normal, reguler, bising (-)
e. Pulmo
Pengembangan dada kanan=kiri, fremitus dbn, perkusi sonor/sonor, suara dasar
vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
f. Ekstremitas
Akral dingin

Edema

Status Obstetrik:
a. Pemeriksaan Luar
Abdomen:
Inspeksi
: Dinding perut lebih tinggi dari dinding dada.
Palpasi
:
Leopold 1: Bagian teratas bokong
Leopold 2 : bagian samping kanan punggung
Leopold 3 : bagian bawah kepala
Leopold 4 : kepala sudah masuk PAP.
TFU : 32 cm, TBJ : 3255 gr
Bandle ring : Tidak Ada
His : + sedang

Auskultasi
: DJJ=133-142 x/menit
b. Pemeriksaan Dalam
VT : v/v portio tipis lunak, pembukaan 5 cm, selaput ketuban (+), teraba kepala,
hodge masih tinggi, penunjuk (-), stld (-).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. USG (26 November 2014)
TBJ = 2300 gr
b. Laboratorium
AL
= 16,1.103/uL (meningkat)
Gran#
= 13,5.103/uL (meningkat)
Gran%
= 83,6 %
(meningkat)
9. Kesimpulan
G2P1A0 38 minggu tunggal hidup
10. Diagnosis
Sekundigravida Dalam Persalinan
11. Penatalaksanaan
a. Infus RL/D5
b. Pasang DC
c. Injeksi antibiotic
d. Pro observasi partus spontan
12. Observasi
a. Pasien merasa ingin mengejan jam 07.25, VT: pembukaan lengkap, kulit ketuban
(-), kepala di hodge II+, DJJ 136-140 x/menit, His+ sedang episiotomi
partus spontan pervaginam
b. Bayi lahir spontan pada tanggal 15 Desember 2014 pukul 07.50 dengan BB: 3100
gr, PB: 50 cm, jenis kelamin laki-laki, AS: 8-9. Plasenta lahir lengkap manual,
perdarahan 150 cc.
13. Follow Up
Tanggal

Keadaan Pasien

Planning

16 Desember 2014

S : nyeri luka post dijahit


Boleh Pulang
O : KU: Baik, Kes: CM
TD: 110/80, N: 88 x/menit, T:36,4C,
RR:20x/menit
K/L: CA (-/-), SI(-/-)
Tho: dbn
Abd: TFU 2 jr bawah proc. xyph.
Ext: edema (-/-)
Dx: partus spontan
RANGKUMAN PORTOFOLIO

1. Subyektif : Pasien datang dan merasa hamil 9 bulan lebih. Pasien sudah merasakan
kencang-kencang pada perutnya sejak dini hari. Pasien mengatakan belum
mengeluarkan cairan ketuban, maupun darah. Gerakan janin masih dirasakan.
2. Obyektif :
Status Generalis: dbn
Status Obstetri:
Pemeriksaan luar: leopold 1 bokong
Leopold 2 bagian kanan punggung
Leopold 3 bagian bawah kepala
Leopold 4 kepala sudah masuk PAP
TFU= 32cm, TBJ= 3255gr
His + sedang, DJJ 133-142 x/menit
Pemeriksaan dalam: v/v portio tipis lunak, pembukaan 5 cm, selaput ketuban (+),
teraba kepala, hodge masih tinggi, penunjuk (-), stld (-)
3. Assesment
Jika didasarkan pada penilaian objektif di atas, pasien sudah masuk pada kala 1
fase aktif karena sudah terdapat pembukaan > 4cm. Selanjutnya dilakukan observasi
pemantauan keadaan pasien meliputi his, pembukaan, kulit ketuban, penurunan
kepala janin, kondisi janin melalui DJJ serta tanda-tanda vital pasien.
Dari hasil observasi didapatkan perkembangan keadaan pasien sebagai berikut:
a. Pasien merasa ingin mengejan jam 07.25, VT: pembukaan lengkap, kulit
ketuban (-), kepala di hodge II+, DJJ 136-140 x/menit, His+ sedang
episiotomi partus spontan pervaginam
b. Bayi lahir spontan pada tanggal 15 Desember 2014 pukul 07.50 dengan BB:
3100 gr, PB: 50 cm, jenis kelamin laki-laki, AS: 8-9. Plasenta lahir lengkap
manual, perdarahan 150 cc.
4. Planning
Diagnosis
Pengobatan

Sekundigravida Dalam Persalinan

Infus RL/D5
Pasang DC
Injeksi antibiotic
Pro observasi partus spontan

ANTIBIOTIK DALAM KEHAMILAN


A. Definisi Antibiotik
Antibiotika dikenal sebagai agen antimikroba, adalah obat yang
melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pada tahun 1927,
Alexander Fleming menemukan antibiotika pertama yaitu penisilin.
Setelah penggunaan antibiotika pertama di tahun 1940-an, mereka
mengubah perawatan medis dan secara dramatis mengurangi
penyakit dan kematian dari penyakit menular. Istilah "antibiotik"
awalnya dikenal sebagai senyawa alami yang dihasilkan oleh jamur
atau mikroorganisme lain yang membunuh bakteri penyebab
penyakit

pada

manusia

atau

hewan.

Beberapa

antibiotika

merupakan senyawa sintetis (tidak dihasilkan oleh mikroorganisme)


yang juga dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
bakteri. Secara teknis, istilah "agen antibakteri" mengacu pada
kedua senyawa alami dan sintetis, akan tetapi banyak orang
menggunakan kata "antibiotika" untuk merujuk kepada keduanya.
Meskipun

antibiotika

memiliki

banyak

manfaat,

tetapi

penggunaannya telah berkontribusi tehadap terjadinya resistensi


(Katzung,2007).
B. Klasifikasi Antibiotik
Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan aktivitas, cara kerja
maupun struktur kimianya.
1. Berdasarkan Aktivitas
a) Antibiotika kerja luas (broad spectrum)
yaitu agen yang dapat menghambat

pertumbuhan

dan

mematikan bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif.


Golongan ini diharapkan dapat menghambat pertumbuhan dan
mematikan sebagian besar bakteri. Yang termasuk golongan
ini adalah tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol, ampisilin,
sefalosporin, carbapenem dan lain-lain.
b) Antibiotika kerja sempit (narrow spectrum)

yaitu golongan ini hanya aktif terhadap beberapa bakteri saja.


Yang termasuk golongan ini adalah penisilin, streptomisin,
neomisin, basitrasin.
2. Berdasarkan Cara Kerja
a) Menghambat sintesis dinding sel bakteri
Misalnya penisilin, sefalosporin, carbapenem, basitrasin, vankomisin,
sikloserin.
b) Mengganggu keutuhan membran sel mikroba
Yang termasuk adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai
antibakteri kemoterapetik.
c) Menghambat sintesa protein
Yang termasuk golongan ini

adalah

kloramfenikol,

eritromisin,

linkomisin, tetrasiklin dan antibiotika golongan aminoglikosida.


d) Penghambatan sintesis asam nukleat bakteri
Yang termasuk golongan ini adalah asam nalidiksat, rifampisin,
sulfonamid, trimetoprim.
e) Menghambat metabolisme sel mikroba
Yang termasuk dalam kelompok ini sulfonamid, trimetoprim, asam paminosalisilat (PAS) dan sulfon (Wibowo,_).
3. Berdasarkan Struktur Kimia
a) Senyawa Beta-laktam dan Penghambat Sintesis Dinding Sel Lainnya
Mekanisme aksi penisilin dan antibiotika yang mempunyai struktur mirip
dengan -laktam adalah menghambat pertumbuhan bakteri melalui
pengaruhnya terhadap sintesis dinding sel. Dinding sel ini tidak
ditemukan pada sel-sel tubuh manusia dan hewan, antara lain: golongan
penisilin, sefalosporin dan sefamisin serta betalaktam lainnya.
b) Kloramfenikol, Tetrasiklin, Makrolida, Clindamisin dan Streptogramin
Golongan agen ini berperan dalam penghambatan sintesis protein
bakteri dengan cara mengikat dan mengganggu ribosom, antara lain:
kloramfenikol,

tetrasiklin,

oksazolidinon.
c) Aminoglikosida
Golongan Aminoglikosida,

makrolida,

antara

klindamisin,

lain:

streptogramin,

streptomisin,

neomisin,

kanamisin, amikasin, gentamisin, tobramisin, sisomicin, etilmicin, dan


lain-lain.
d) Sulfonamida, Trimethoprim, dan Quinolones

Sulfonamida, aktivitas antibiotika secara kompetitif menghambat


sintesis dihidropteroat. Antibiotika golongan Sulfonamida, antara lain
Sulfasitin,

sulfisoksazole,

sulfamethizole,

sulfadiazine,

sulfamethoksazole, sulfapiridin, sulfadoxine dan golongan pirimidin


adalah

trimethoprim.

Trimethoprim

dan

kombinasi

trimetoprim-

sulfametoksazol menghambat bakteri melalui jalur asam dihidrofolat


reduktase dan menghambat aktivitas reduktase asam dihidrofolik
protozoa, sehingga menghasilkan efek sinergis. Fluoroquinolon adalah
quinolones yang mempunyai mekanisme menghambat sintesis DNA
bakteri pada topoisomerase II (DNA girase) dan topoisomerase IV.
Golongan obat ini adalah asam nalidiksat, asam oksolinat, sinoksasin,
siprofloksasin, levofloksasin, slinafloksasin, enoksasin, gatifloksasin,
lomefloksasin, moxifloksasin, norfloksasin, ofloksasin, sparfloksasin
dan trovafloksasin dan lain-lain (Katzung, 2007).
C. Antibiotik dalam Kehamilan
1. Farmakokinetika dan Farmakodinamika pada Kehamilan
a) Farmakokinetika
Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan fisiologi yang
mempengaruhi farmakokinetika obat. Perubahan tersebut meliputi
peningkatan cairan tubuh misalnya penambahan volume darah sampai
50% dan curah jantung sampai dengan 30%. Pada akhir semester
pertama aliran darah ginjal meningkat 50% dan pada akhir kehamilan
aliran darah ke rahim mencapai puncaknya hingga 600-700 ml/menit.
Peningkatan cairan tubuh tersebut terdistribusi 60 % di plasenta, janin
dan cairan amniotik, 40% di jaringan si ibu.
Perubahan volume cairan tubuh tersebut diatas menyebabkan
penurunan kadar puncak obat-obat di serum, terutama obat-obat yang
terdistribusi di air seperti aminoglikosida dan obat dengan volume
distribusi yang rendah. Peningkatan cairan tubuh juga menyebabkan
pengenceran albumin serum (hipoalbuminemia) yang menyebabkan
penurunan ikatan obat-albumin.

Steroid dan hormon yang dilepas plasenta serta obat-obat lain yang
ikatan protein plasmanya tinggi akan menjadi lebih banyak dalam bentuk
tidak terikat. Tetapi hal ini tidak bermakna secara klinik karena
bertambahnya kadar obat dalam bentuk bebas juga akan menyebabkan
bertambahnya kecepatan metabolisme obat tersebut.
Gerakan saluran cerna menurun pada kehamilan tetapi tidak
menimbulkan efek yang bermakna pada absorpsi obat. Aliran darah ke
hepar relatif tidak berubah. Walau demikian kenaikan kadar estrogen
dan

progesteron

akan

dapat

secara

kompetitif

menginduksi

metabolisme obat lain, misalnya fenitoin atau menginhibisi metabolisme


obat lain misalnya teofilin. Peningkatan aliran darah ke ginjal dapat
mempengaruhi bersihan (clearance) ginjal obat yang eliminasi nya
terutama lewat ginjal, contohnya penicilin.
Perpindahan obat lewat plasenta.
Perpindahan obat lewat plasenta umumnya berlangsung secara
difusi sederhana sehingga konsentrasi obat di darah ibu serta aliran
darah plasenta akan sangat menentukan perpindahan obat lewat
plasenta. Seperti juga pada membran biologis lain perpindahan obat
lewat plasentadipengaruhi oleh hal-hal dibawah ini.
1) Kelarutan dalam lemak
Obat yang larut dalam lemak akan berdifusi dengan mudah melewati
plasenta masuk ke sirkulasi janin. Contohnya , thiopental, obat yang
umum digunakan pada dapat menyebabkan apnea (henti nafas) pada
bayi yang baru dilahirkan.
2) Derajat ionisasi
Obat yang tidak terionisasi akan mudah melewati plasenta. Sebaliknya
obat yang terionisasi akan sulit melewati membran Contohnya suksinil
kholin dan tubokurarin yang juga digunakan pada seksio sesarea,
adalah obat-obat yang derajat ionisasinya tinggi, akan sulit melewati
plasenta sehingga kadarnya di di janin rendah. Contoh lain yang
memperlihatkan pengaruh kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasi
adalah salisilat, zat ini hampir semua terion pada pH tubuh akan
melewati akan tetapi dapat cepat melewati plasenta. Hal ini

disebabkan oleh tingginya kelarutan dalam lemak dari sebagian kecil


salisilat yang tidak terion. Permeabilitas membran plasenta terhadap
senyawa polar tersebut tidak absolut. Bila perbedaan konsentrasi ibujanin tinggi, senyawa polar tetap akan melewati plasenta dalam jumlah
besar.
3) Ukuran molekul
Obat dengan berat molekul sampai dengan 500 Dalton akan mudah
melewati pori membran bergantung pada kelarutan dalam lemak dan
derajat ionisasi. Obat-obat dengan berat molekul 500-1000 Dalton
akan lebih sulit melewati plasenta dan obat-obat dengan berat molekul
>1000 Dalton akan sangat sulit menembus plasenta. Sebagai contoh
adalah heparin, mempunyai berat molekul yang sangat besar ditambah
lagi adalah molekul polar, tidak dapt menembus plasenta sehingga
merupakan obat antikoagulan pilihan yang aman pada kehamilan.
4) Ikatan protein.
Hanya obat yang tidak terikat dengan protein (obat bebas) yang dapat
melewati membran. Derajat keterikatan obat dengan protein, terutama
albumin, akan mempengaruhi kecepatan melewati plasenta. Akan
tetapi bila obat sangat larut dalam lemak maka ikatan protein tidak
terlalu mempengaruhi, misalnya beberapa anastesi gas. Obat-obat
yang kelarutannya dalam lemak tinggi kecepatan melewati plasenta
lebih tergantung pada aliran darah plasenta. Bila obat sangat tidak
larut di lemak dan terionisasi maka perpindahaan nya lewat plasenta
lambat dan dihambat oleh besarnya ikatan dengan protein. Perbedaan
ikatan protein di ibu dan di janin juga penting, misalnya sulfonamid,
barbiturat dan fenitoin, ikatan protein lebih tinggi di ibu dari ikatan
protein di janin. Sebagai contoh adalah kokain yang merupakan basa
lemah, kelarutan dalam lemak tinggi, berat molekul rendah (305
Dalton) dan ikatan protein plasma rendah (8-10%) sehingga kokain
cepat terdistribusi dari darah ibu ke janin.
Metabolisme obat di plasenta dan di janin.

10

Dua mekanisme yang ikut melindungi janin dari obat disirkulasi ibu
adalah:
1) Plasenta yang berperan sebagai penghalang semipermiabel juga
sebagai tempat metabolisme beberapa obat yang melewatinya. Semua
jalur utama metabolisme obat ada di plasenta dan juga terdapat
beberapa reaksi oksidasi aromatik yang berbeda misalnya oksidasi
etanol dan fenobarbital. Sebaliknya, kapasitas metabolisme plasenta
ini akan menyebabkan terbentuknya atau meningkatkan jumlah
metabolit yang toksik, misalnya etanol dan benzopiren. Dari hasil
penelitian prednisolon, deksametason, azidotimidin yang struktur
molekulnya analog dengan zat-zat endogen di tubuh mengalami
metabolisme yang bermakna di plasenta.
2) Obat-obat yang melewati plasenta akan memasuki sirkulasi janin lewat
vena umbilikal. Sekitar 40-60% darah yang masuk tersebut akan
masuk hati janin, sisanya akan langsung masuk ke sirkulasi umum
janin. Obat yang masuk ke hati janin, mungkin sebagian akan
dimetabolisme sebelum masuk ke sirkulasi umum janin, walaupun
dapat dikatakan metabolisme obat di janin tidak berpengaruh banyak
pada metabolisme obat maternal.
Obat-obat yang bersifat teratogenik adalah asam lemah, misalnya
talidomid, asam valproat, isotretinoin, warfarin. Hal ini diduga karena
asam lemah akan mengubah pH sel embrio. Dan dari hasil penelitian
pada hewan menunjukkan bahwa pH cairan sel embrio lebih tinggi dari
pH plasma ibu, sehingga obat yang bersifat asam akan tinggi kadarnya
di sel embrio.
b) Farmakodinamika
Mekanisme kerja obat ibu hamil.
Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus dan kelenjar susu, pada
kehamilan kadang dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase
kehamilan. Efek obat pada jaringan tidak berubah bermakna karena
kehamilan tidak berubah, walau terjadi perubahan misalnya curah
jantung,

aliran

darah

ke

ginjal.
11

Perubahan

tersebut

kadang

menyebabkan wanita hamil membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan


pada saat tidak hamil. Contohnya glikosida jantung dan diuretik yang
dibutuhkan pada kehamilan karena peningkatan beban jantung pada
kehamilan. Atau insulin yang dibutuhkan untuk mengontrol glukosa
darah pada diabetes yang diinduksi oleh kehamilan.
Mekanisme kerja obat pada janin.
Beberapa penelitian untuk mengetahui kerja

obat

di

janin

berkembang dengan pesat, yang berkaitan dengan pemberian obat pada


wanita hamil yang ditujukan untuk pengobatan janin walaupun
mekanismenya masih belum diketahui jelas. Contohnya kortikosteroid
diberikan untuk merangsang matangnya paru janin bila ada prediksi
kelahiran prematur. Contoh lain adalah fenobarbital yang dapat
menginduksi enzim hati untuk metabolisme bilirubin sehingga insidens
jaundice (bayi kuning) akan berkurang. Selain itu fenobarbital juga
dapat menurunkan risiko perdarahan intrakranial bayi kurang umur. Anti
aritmia juga diberikan pada ibu hamil untuk mengobati janinnya yang
menderita aritmia jantung.
Kerja obat teratogenik
Penggunaan obat pada

saat

perkembangan

janin

dapat

mempengaruhi struktur janin pada saat terpapar. Thalidomid adalah


contoh obat yang besar pengaruhnya pada perkembangan anggota
badan (tangan, kaki) segera sesudah terjadi pemaparan. Pemaparan ini
akan berefek pada saat waktu kritis pertumbuhan anggota badan yaitu
selama minggu ke empat sampai minggu ke tujuh kehamilan.
Mekanisme berbagai obat yang menghasilkan efek teratogenik belum
diketahui dan mungkin disebabkan oleh multi faktor.
1) Obat dapat bekerja langsung pada jaringan ibu dan juga secara tidak
langsung mempengaruhi jaringan janin.
2) Obat mungkin juga menganggu aliran oksigen atau nutrisi lewat
plasenta sehingga mempengaruhi jaringan janin.
3) Obat juga dapat bekerja langsung pada proses perkembangan jaringan
janin, misalnya vitamin A (retinol) yang memperlihatkan perubahan

12

pada jaringan normal. Derivat vitamin A (isotretinoin, etretinat) adalah


teratogenik yang potensial.
4) Kekurangan substansi yang esensial diperlukan juga akan berperan
pada abnormalitas. Misalnya pemberian asam folat selama kehamilan
dapat menurunkan insiden kerusakan pada selubung saraf, yang
menyebabkan timbulnya spina bifida.
Paparan berulang zat teratogenik

dapat

menimbulkan

efek

kumulatif. Misalnya konsumsi alkohol yang tinggi dan kronik pada


kehamilan, terutama pada kehamilan trimester pertama dan kedua akan
menimbulkan fetal alcohol syndrome yang berpengaruh pada sistem
saraf pusat, pertumbuhan dan perkembangan muka (Depkes, 2006).
2. Antibiotik yang dipakai pada Kehamilan
Di bawah ini adalah beberapa jenis antibiotik dan kemungkinan
buruknya pada kehamilan dan janin menurut Depkes RI tahun 2006.

13

14

15

16

17

Di bawah ini adalah kategori antibiotik yg aman berdasarkan klasifikasi


FDA (Nahum, 2006).
Kategori A
Studi control untuk menunjukan resiko pada fetus ditrimester pertama gagal
(tidak ada bukti resiko pada trimester berikutnya) kemungkinan aman pada
fetus
Kategori B
Pada studi reproduksi hawan tidak dapat menunjukan resiko pada fetus,
pada studi control wanita hamil / studi reproduksi hewan tidak menunjukan
efek samping (selain dari penurunan fertilitas) yang tidak dikonfimasikan
pada studi control wanita hamil pada trimester pertama (tidak ada bukti
pada trimester berikutnya)
Kategori C
Studi pada hewan menunjukan efek samping pada fetus (teratogenik)/
embriosidal atau yang lainnya, tetapi belum ada studi control pada wanita
hamil, obat harus diberikan hanya jika keuntungan lebih besar dari resiko
pada fetus.
Kategori X
Studi pada hewan atau manusia telah menunjukan ketidaknormalan fetus/
terdapat bukti terhadap resiko fetus berdasarkan pengalaman manusia/
keduanya, penggunaan obat terhadap wanita hamil tidak ada
keuntungannya. Obat ini kontraindikasi dengan wanita hamil
Berikut adalah antibiotik yang aman pada kehamilan berdasarkan
golongan yaitu: (APUA, _)

18

Golongan
Antibiotik
Aminoglikosi
da

Jenis
Antibiotik
Streptomycin
Spectinomycin

Sefalosporin
Penisilin

Makrolit

Clarithromycin
Eritromisin

Kuinolon

Tetrasiklin

Antibakteri
lainnya

Kloramfenikol
Clindamycin
Cotrimoxazole

Asam Fusidat

Keterangan
Dapat menyebabkan tuli kongenital
Dosis tunggal untuk gonorhea aman
pada kehamilan
Semua golongan cephalosporin
tergolong aman.
Semua golongan penisilin aman untuk
kehamilan dan laktasi. Tetapi terdapat
keterbatasan data untuk penggunaan
inhibitor beta-lactamase, namun hal
tersebut bukan alas an bahwa jenis
tersebut tidak aman untuk kehamilan
Terdapat data banyak berhubungan
dengan fetal toxicity
Eritromisin estolate berhubungan
dengan peningkatan cholestatic
hepatisin pada wanita hamil.
Sedangkan untuk eritromisin lainnya
dapat digunakan, terutama untuk
infeksi chlamydia pada kehamilan dan
aman untuk laktasi.
Fluoroquinolon terbaru secara relative
masih dikontraindikasikan,
kemungkinan karena belum terdapat
banyak penelitian terhadapnya.
Semua golongan tetrasiklin
kontraindikasi untuk kehamilan
dikarenakan kemungkinan
menyebabkan retardasi pada
perkembangan skeletal janin dan
enamel hypoplasia dengan
discoloration teeth.
Grey-baby syndrome
Idiosyncratic aplastic anemia
Aman
Hindari penggunaan trimethoprim pada
trimester 1.
Dosis tinggi Trimethoprim
menyebabkan teratogenik
Risiko kern ikterus jika diberikan saat
persalinan

19

FDA
D

C
B

C
B
D

Lincomycin
Metronidazol

Rifampisin

Aman
Hindari pada trimester satu.
Mutagen pada bakteri dan karsinogenik
pada tikus pada pemberian jangka
panjang
Menyebabkan malformasi skeletal pada
hewan dan postnatal hemorragik pada
manusia. Jika diberikan pada kehamilan
trimester akhir berikan vitamin K pada
Ibu dan Bayi

20

C
B

DAFTAR PUSTAKA

AGN. 2013. Antibiotik pada Ibu Hamil Meningkatkan Risiko Asma pada
Anak. News. CDK-201/ vol.40 no.2. pp: 124.
APUA (Alliance for the Prudent Use of Antibiotics). __. National Antibiotic
Treatment Guidelines. Nepal.
Departemen Kesehetan RI. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu
Hamil dan Menyusui. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik,
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Katzung, Bertram G. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 5. Alih
bahasa:

Staf

Dosen

Farmakologi

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Sriwijaya. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.


Nahum, Gerard G. etc. 2006. Antibiotic Use in Pregnancy and Lactation.
American College of Obstetricians and Gynelocogists. Vol. 107, No. 5, May
2006. pp: 1120-38.
Wibowo, Marlia Singgih.

__.

Produksi

Antibiotik

(Manufacture

Antibiotics). Artikel. Sekolah Farmasi ITB. diakses 14 Desember 2014

21

of

Vous aimerez peut-être aussi