Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
1. M. ANGGA SETIAWAN
( 6813040039)
(2013)
( 6813040046)
(2013)
( 6813040053)
(2013)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
mencurahkan rahmat dan kasih-Nya, sehingga Laporan Tugas Pengolahan
Limbah ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun dan diajukan sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan kuliah Semester 5.
Penulis merasa mendapat banyak saran, bimbingan serta bantuan
dari berbagai pihak selama menyelesaikan Laporan Tugas ini. Tak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan Laporan Tugas ini, antara lain:
1. Dosen mata kuliah Pengolahan Limbah Erlan Afiudin ST. MT.
2. Bapak dan Ibu tersayang, yang senantiasa memberikan doa dan
bantuan yang tak terhingga, baik dari segi moral maupun material.
3. Rekan-rekan Teknik Perpipaan 2013
4. Dan semua pihak yang telah memberi bantuan, saran-saran serta
kritik selama penyusunan Laporan Tugas Pengolahan Limbah.
Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga
Laporan Tugas ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya.
Surabaya, 6 Januari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1
1.2
1.3
TUJUAN .............................................................................................................. 5
1.3
MANFAAT .......................................................................................................... 5
2.2
2.3
2.4
2.5
3.2
3.3
3.4
4.2
4.4
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Industri Migas merupakan salah satu jenis industri yang hampir tidak
bisa dilepaskan dari sebuah negara. Hal ini dikarenakan hampir seluruh
kegiatan suatu negara mulai dari kegiatan ekonomi, transportasi,
komunikasi dapat dipastikan membutuhkan produk olahan migas untuk bisa
melakukan fungsinya. Selain menggunakan bahan baku migas dari dalam
negeri, pemerintah juga mengimport minyak mentah serta gas alam dari luar
negeri guna mencukupi target produksi migas yang dibutuhkan negara. Pada
dasarnya Industri Migas dibagi menjadi 3 yaitu Industri Eksplorasi Migas,
Industri Pengolahan Migas dan Industri Migas Distribusi. Ketiga bidang
Industri Migas ini memiliki peran saling terkait satu sama lain.
Untuk Industri Migas Distribusi sendiri memegang peran vital
dikarenakan Industri ini merupakan penghubung antara Perusahaan
Pengelola Migas (Pertamina) dengan konsumen. Industri Migas Distribusi
harus menjamin bahwa mereka dapat menyalurkan secara merata serta tepat
waktu Bahan Bakar yang dibutuhkan konsumen di seluruh penjuru
Indonesia. BP (Badan Pengelola) Migas merupakan badan yang diberi
tanggung jawab oleh pemerintah untuk mengatur serta mengawasi tidak
hanya Indutri Pengelolaan Migas, namun juga proses Migas Distribusi.
Terlepas dari penjelasan diatas, setiap proses Industri baik Migas
ataupun non Migas pasti menghasilkan polusi ataupun limbah dalam bentuk
padat, cair, gas ataupun B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Adapun
pengertian umum limbah adalah bahan sisa hasil proses Industri baik skala
kecil maupun besar, digolongkan sebagai B3 apabila hasil sisa tersebut
memiliki kandungan atau komposisi yang berpotensi merugikan ataupun
merusak lingkungan. Pengelolaan limbah ini merupakan suatu yang sangat
penting karena pastinya setiap Industri terikat dengan peraturan
Kementerian Lingkungan tentang Pengelolaan Limbah.. Untuk itu
perusahaan Migas sendiri biasanya melakukan alih daya (outsourcing)
kepada perusahaan sub-kontraktor pengolah limbah. Apabila suatu
perusahaan memiliki sistem pengelolaan limbah yang buruk tentunya akan
terkena sanksi dari Kementerian Lingkungan Hidup. Pemerintah sendiri
melalui Kementerian Lingkungan Hidup menerapkan pengawasan serta
pesrsyaratan yang sangat ketat dalam mengeluarkan izin lingkungan serta
operasi untuk Industri maupun Perusahaan sub-kontraktor pengolahan
limbah. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penting dilakukan kajian
mengenai identifikasi pengelolaan limbah yang ada di Perusahaan Migas
Distribusi.
INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Jenis limbah apa sajakah yang dihasilkan oleh Industri Migas Distribusi ?
2. Bagaimanakah proses pengelolaan limbah pada Industri Migas
Distribusi?
3. Apa yang akan dilakukan terhadap limbah yang tidak dapat diolah ?
1.3
TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai
sebagai berikut :
1. Identifikasi jenis-jenis limbah yang dihasilkan oleh Industri Migas
Distribusi.
2. Identifikasi proses pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh Industri
Migas Distribusi.
3. Identifikasi perlakuan terhadap limbah yang tidak dapat diolah.
1.3
MANFAAT
1. Menambah wawasan tentang pengelolaan dan pengolahan limbah secara
umum.
2. Menambah wawasan tentang pengelolaan dan pengolahan limbah
Industri Migas Distribusi.
3. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan serta pengolahan
limbah di Industri Migas Distribusi.
2.1
PENGERTIAN LIMBAH
Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari proses
kegiatan manusia (Ign Suharto, 2011). Limbah dapat berupa tumpukan
barang bekas, sisa kotoran hewan, tanaman, atau sayuran. Keseimbangan
lingkungan menjadi terganggu jika jumlah hasil buangan tersebut melebihi
ambang batas toleransi lingkungan. Apabila konsentrasi dan kuantitas
melibihi ambang batas, keberadaan limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah bergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
2.2
LIMBAH CAIR
Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada
dalam fase cair (air seni atau urine, air pencucian alat-alat). Limbah cair
merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak dipergunakan
lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan
sebagainya.Komponen utama limbah cair adalah air (99%) sedangakan
komponen lainnya bahan padat yang bergantung asal buangan
tersebut.(Rustama, 1998).
1.
4. Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas
menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang
sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi
penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi,
mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika
dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang
adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan
pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama
dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses
hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle).
2.4
2.5
LIMBAH PADAT B3
Definisi limbah atau Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berdasarkan
BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses
produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau
jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan
manusia.
INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS
Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn,
Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan
sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia tertentu
sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-alkali, industri cat, kegiatan
pertambangan, industri kertas, serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb
dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. Logam-logam berat pada
umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah.
1
Klasifikasi Limbah B3 :
3.1
SEJARAH PERUSAHAAN
10
11
12
3.2
PROSES/KEGIATAN PERUSAHAAN
Gambar 3.2
Gambar 3.3
13
3.3
14
Mengingat moda transportasi darat ini sangat tergantung pada sarana rel
kereta api, maka hingga kini hanya digunakan untuk melayani beberapa
depot di Sumatera dan Jawa, misalnya depot Siantar, Kisaran, Kertapati dan
lain-lain di Sumatera; depot Solo, Tegal, Cepu dan lain-lain di Jawa. Hingga
saat ini jalur pipa merupakan sarana transportasi bahan bakar minyak yang
paling handal dan efisien. Penyaluran bahan bakar minyak melalui pipa
15elative cepat dan jumlahnya dapat diatur secara fleksibel. Biaya
pengoperasian dan perawatan pipa 15elative rendah dan tingkat losses bahan
bakar minyak yang diangkut juga 15elative kecil.
Kelemahan sarana transportasi bahan bakar minyak ini adalah investasi
yang 15relative besar dan kadang-kadang kondisi alam tidak
memungkinkan untuk membangun jaringan pipa, misalnya daerah
pegunungan. Sehingga sarana ini hanya ada di wilayah tertentu, misalnya di
Jawa, karena Jawa Memiliki kondisi georafis yang memungkinkan dan
memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Jalur pipa transportasi bahan bakar
minyak di Jawa digunakan untuk melayani Depot Padalarang, Ujung
Berung, Tasikmalaya, Cilacap dan lain-lain.
3.4
15
16
4.1
17
4.2
18
2.
4.3
Pengomposan:
Pengomposan merupakan salah satu teknik pengolahan limbah
yang biodegradabel (dapat diuraikan oleh mikroorganisme). Fungsi
kompos adalah selain sebagai pupuk organik, akan berfungsi pula untuk
memperbaiki struktur tanah, memperbesar kemampuan tanah untuk
menyerap dan menahan air serta zat hara yang lain.
Menurut prosesnya, pengomposan dapat dibedakan atas 2 jenis,
yaitu pengomposan secara aerobik dan secara anaerobik. Pengomposan
yang sering dilakukan adalah secara aerobik (tersedia oksigen dalam
prosesnya), karena berbagai kelebihan, seperti:
tidak menimbulkan bau,
waktu lebih cepat,
temperatur tinggi, sehingga dapat membunuh bakteri patogen an
telur cacing
Kompos yang dihasilkan disebut kompos higienis.Proses
pengomposan (composting) adalah dekomposisi materi organik limbah
secara biologis dibawah kontrol kondisi proses yang berlangsung.
Dalam produk akhir, materi organik belumlah dapat dikatakan stabil,
namun dapat disebut stabil sementara secara biologis, karena disini
dibedakan dengan cara kimia-fisik seperti insinerasi dan pirolisis.
Penggunaan kata kontrol disini untuk membedakan dengan
dekomposisi yang terjadi secara alamiah, seperti dalam sebuah landfill.
19
20
21
2.
3.
Sistem Drainase
Untuk mencegah adanya tumpahan minyak ataupun bahan-bahan
lain di depot, sistem drainase yang baik diperlukan untuk
menampung tumpahan minyak pada Depot.
Pengumpulan Limbah Cair
Guna mempermudah penanganan limbah cair diperlukan
pemisahan pada saat menampung limbah cair.
Bioremediasi
Bioremediasi adalah penggunaan mikroorganisme untuk
mengurangi polutan di lingkungan. Bioremediasi menjadi salah
satu pilihan untuk mengembalikan kondisi lingkungan yang
terkontaminasi limbah hidokarbon minyak bumi. Bioremediasi
meminimalisasi kontaminan, yaitu mengubah senyawa kimia
berbahaya menjadi kurang berbahaya seperti karbondioksida atau
beberapa gas lain, senyawa organik, air dan materi yang
dibutuhkan oleh mikroba pendegradasi. Bioremediasi dilakukan
melalui dua metode yaitu biostimulasi dan bioaugmentasi.
Biostimulasi adalah proses yang dilakukan melalui penambahan zat
gizi tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme atau
menstimulasi kondisi lingkungan sedemikian rupa agar
mikroorganisme tumbuh an beraktivitas lebih baik, di mana
pertumbuhan pengurai hidrokarbon asli lingkungan tersebut
dirangsang dengan cara menambahkan nutrien dan/atau mengubah
habitat. Bioaugmentasi yaitu penambahan atau introduksi satu jenis
atau lebih mikroorganisme baik yang alami maupun yang sudah
INDUSTRI DISTRIBUSI MIGAS
22
Lumpur Minyak
Lumpur minyak merupakan salah satu bentuk hydrokarbon sludge
(limbah) yang berasal dari industri pengilangan minyak yang selama ini
merupakan salah satu masalah yang memerlukan penanganan dan
pemanfaatan. Sampai saat ini usaha pengolahan dan pemanfaatan yang
dilakukan belum memberikan hasil yang memuaskan sehingga terjadi
akumulasi lumpur minyak dalam jumlah yang cukup banyak. Lumpur
minyak yang dihasilkan akan menimbulkan pencemaran bagi
lingkungan sekitar bila penanganannya tidak tepat, seperti pencemaran
udara apabila dilakukan pembakaran langsung maupun pencemaran
tanah apabila limbah ini ditimbun tanpa pengolahan awal.
Limbah lumpur minyak merupakan suatu limbah yang dihasilkan
dari proses kegiatan dan pengilangan minyak bumi. Limbah ini
mempunyai tiga komponen utama yaitu :
1. Air : 20-95%
2. Minyak : 5-70%
3. Padatan : 5-10% ( berupa lilin, lumpur, karat besi, tar, resin, bahan
biologis, logam dan lain-lain).
Sumber-sumber penghasil limbah lumpur minyak antara lain :
1. Proses pengeboran minyak
Pada proses pengeboran minyak akan dihasilkan lumpur minyak
yang mengkontaminasi minyak mentah.
2. Proses pengangkutan minyak mentah
Lumpur minyak bisa terikut pula saat minyak mentah dimuatkan
kedalam tangker untuk keperluan transportasi. Lumpur ini akan
berada pada dasar tangker karena berat jenisnya.
3. Tangki penyimpanan minyak mentah
Minyak mentah yang disimpan pada tangki masih terdapat lumpur
minyak yang terikut, sehingga lumpur minyak akan mengendap
didasar tangki.
23
24
25
BAB 5 PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan kegiatan pengolahan limbah oleh PT. AKR
CORPORINDO dapat disimpulkan bahwa kegiatan industri pada bidang
distribusi migas (upstream & downstream) menghasilkan empat jenis
limbah yaitu :
Limbah cair berupa fluida bercampur minyak dari proses pembersihan
tanki. Penanggan limbah tersebut adalah dengan Sewage and Effluent
Water Treatment Unit.
Limbah padat non-B3 umumnya berupa limbah yang dihasilkan dari
aktivitas sehari-hari seperti kegiatan kantor ataupun karyawan disekitar
lokasi kerja. Umumnya metode yang sering digunakan untuk limbah
padat non B3 selain dibawa ke TPS adalah metode 3R
Limbah gas (partikulat) berupa gas yang berasal dari sisa pembakaran
engine sarana transportasi antara lain kapal tanker dan truk tanki.
(karbon monoksida dan karbon dioksida. Metode yang digunakan untuk
mengatasi hal ini adalah dengan melakukan inspeksi berkala dengan jasa
pihak ketiga.
Limbah B3 berupa tumpahan minyak saat transportasi dan lumpur
minyak (sludge) saat penampungan (depo). Metode yang digunakan
untuk menanggulangi limbah diatas adalah dengan bioremediasi dan
volatilisasi.
5.2
SARAN
Kedepannya, diharapkan ada penelitian penelitian baru terkait
pengembangan metode-metode dalam proses pengolahan limbah di industry
distribusi migas. Tujuannya adalah agar proses pendistribusian migas
tersebut (upstream & downstream) dapat berjalan lancar tanpa mencemari
lingkungan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Atherton, G.A., Ghazi, B., Grant, Jr., Edward, D., Process For Treating Cat
Cracker Bottoms Sludge, USA, US Patent 4,686,048, 1981.
Iwata, Y., Method of Treating Oil Sludge, Japan, US Patent 5,888,375, 1999.
Rochester, MD., Treatment of Oil Sludge, United Kingdom, US Patent
4,260,489, 1979.
Schroder, H.A., Combined Incinerator for Oil Sludge and Solid Waste,
Norway, US Patent 3,985,085, 1976.
_____, Peraturan Pemerintah RI Nomor 85 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengolahan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun, Sekretariat Negara Republik Indonesia,
Jakarta, 1999.
27