Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Ultimate
dan
Disusun oleh :
NAMA
: TIFFANI A SIMORANGKIR
NIM
: 12 306 096
TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INNSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
TA 2013/2014
Analisis
sebagainya). Fixed carbon ialah kadar karbon tetap yang terdapat dalam batubara
setelah volatile matters dipisahkan dari batubara. Kadar fixed carbon ini berbeda dengan
kadar karbon (C) hasil analisis ultimat karena sebagian karbon berikatan membentuk
senyawa hidrokarbon volatile.
Proximate : Moisture, Ash, Volatile Matter, dan Fixed
Carbon.
Total MoistureTotal Sulfur
Calori Value
Pada dasarnya semua parameter itu ditentukan pada sample setelah air drying
sehingga basisnya adalah air dried basis (adb) atau as determined basis (adb). Untuk
mengkonversi basis adb ke basis lainnya, maka digunakan nilai Moisture in the analysis
sample dengan rumus table konversi. Table konversi ini dapat mengacu ada standar
ASTM D3180 Standard Practice for Calculating Coal and Coke Analyses from AsDetermined to Different Bases. Atau dalam standar ISO 1170 Coal and coke calculation
of analysis to different bases.
Kadar air dalam batubara akan menurunkan panas per-kg batubara, dalam
batubara kandungannya antara 0,5% -10% dari beratnya. Analisa kadar air dilakukan
dengan menempatkan sampel batubara yang telah dihaluskan sampai ukuran 200
mikron dalam krus terbuka, lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 10820C dan di beri
penutup. Didinginkan pada suhu kamar dan ditimbang. Kehilangan berat adalah kadar
airnya.
Moisture in Analysis adalah moisture yang dianggap terdapat dalam ronggarongga kapiler dan pori-pori batubara yang relative kecil, yang mana pada kedalaman
aslinya secara teori bahwa kondisi tersebut adalah kondisi yang tingkat kelembaban
yang 100% serta pada suhu 30oC, karena sulitnya mengemulsi kondisi batubara pada
kedalaman aslinya, maka badan standarisasi menetapkan kondisi batubara pada
kedalaman aslinya, maka badan standarisasi menetapkan kondisi pendekatan untuk
dipergunakan pada metode standar pengujian di laboratorium.
Standar Internasional (ISO), British (BS), Australia (AS) dan Amerika
(ASTM) menetapkan bahwa kondisi pendekatan yang dipergunakan tersebut adalah
kondisi dengan tingkat kelembaban antar 96% sampai 97% dengan suhu 30 0C.
Banyaknya kandungan moisture in Analysis dikenal pula istilah lain dari
moisture in Analysis dalam suatu batubara dapat dipergunakan sebagai tolak ukur tinggi
rendahnya tingkat rank batubara tersebut.
Selain istilah moisture in Analysis dikenal pula istilah lain dari moisture in
Analysis yaitu Bed Moisture yang banyak dipakai, sedangkan Moisture Holding
Capacity (MHC) adalah istilah yang digunakan oleh International Standard
Organization (ISO), British Standard (BS) dan sedangkan American Society For
Testing and Materials (ASTM) mempergunakan istilah Equilibrium Moisture.
MHC dan Equilibrium Moisture adalah istilah yang dipergunakan untuk nama
pengujian.
yang
mudah
menguap
dari
batubara
adalah
Methana,
Hidrokarbon, Hidrogen, CO2, CO, dan NO. Kadar VM akan berbanding lurus dengan
nyala api dan membantu dalam memudahkan penyalaan batubara. Kadarnya terentang
antara 20-35% dari berat batubara. Sampel batubara ditimbang dan ditempatkan pada
krus tertutup lalu dipanaskan dlam tanur pada suhu 9000C 15. Sampel didinginkan dan
ditimbang. Kehilangan berat adalah kadar VM.
VM, kemudian krus dipanaskan di atas nyala Bunsen, hingga seluruh karbon terbakar
(uap hitamnya habis). Didinginkan lalu ditimbang untuk mendapatkan kadar abu.
Abu merupakan residu anorganik hasil pembakaran batubara , terdiri dari
oksida-oksida logam seperti Fe2O3,MgO, Na2O, K2O, dan sebagainya.Dan juga
mengandung logam oksida-oksida non logam seperti SiO2,P2O5, dan lain-lain.
Pembakaran batubara pada metode British Standar (BS), dan Australian Standar
(AS) dilakukan pada suhu 8150C dan dilakukan selama tiga jam dan dianggap konstan.
Pada metode ISO, pembakaran batubara dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama,
pembakaran dilakukan mulai suhu ruangan sampai pada suhu 500 0C selama 1 jam,
ditahan selama 30 menit (untuk brown coal dan lignite harus ditahan selama 1
jam)kemudian dilanjutkan sampai 8150C 100C.
Pada metode ASTM, umumnya dilakukan pada suhu 7500C selama 4 jam,
namun pada batubara tertentu lama pembakaran bias berkurang maupun bertambah
tergantung dari jenis batubara yang dianalisa.
Nilai kandungan abu suatu batubara selalu lebih kecil dari pada kandungan
mineral-mineralnya. Hal ini terjadi karena selama pembakaran terjadi perubahan
kimiawi pada batubara tersebut, seperti menguapnya air Kristal karbon dioksida dan
oksida sulfur.
d) Fixed Carbon
Fixed Carbon adalah karbon dalam keadaan bebas yang tidak terikat
dengan elemen lain. Kandungan fixed carbon dapat memberikan gambaran kasar atas
nilai kalor batubara. Pada prakteknya penentuan kadar FC adalah dengan rumus :
100 %-(% M+%VM+%A)
Fixed carbon tidak dapat dihitung melalui pengujian secara laboratorium,
melainkan hasilnya didapatkan dari hasil perhitungan jenis analisa proximate lainnya
adalah pengurangan dari kadar abu, kadar air dan kadar zat terbang.
Berikut adalah beberapa istilah dalam perhitungan energy dalam pertambangan:
1. BCURA Formula singkatan dari British Coal Utilization Researh Association
formula yaitu rumus untuk menghitung bahan mineral dalam batubara (MM/Mineral
Matter (%)= 1,1A (Ash) + 0,053S (sulphur) + 0,74 CO2 0,36
2. BOE = Barrel of Oil Equivalen. 1 BOE setara dengan 0,2004 Ton batubara
3. BTU=British Thermal Unit yaitu jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu 1 pon air sebanyak 10Fahrenheit untuk berat jenis maksimum (= 1) pada suhu
39,10 F. 1 BTU equivalen dengan 1054,35 Joule atau equivalen dengan 0,25199
kcal.
Contoh Perhitungan Proximate Analisis :
Proximate Analysis
unit
(ar)
(ad)
(db)
(daf)
Moisture
(wt. %)
3.3
3.3
2.7
Ash
(wt. %)
22.1
22.2
22.8
Volatile Matter
(wt. %)
27.3
27.5
28.3
36.6
Fixed Carbon
(wt. %)
47.3
47.6
48.9
63.4
(MJ/kg) 24.73
24.88
25.57
33.13
Analisa ultimat ini sepenuhnya dilakukan oleh alat yang sudah terhubung
dengan komputer. Prosedur analisis ultimat ini cukup ringkas; cukup dengan
memasukkan sampel batubara ke dalam alat dan hasil analisis akan muncul kemudian
pada layar komputer.
Salah satu metode standar yang digunakan untuk coal ultimate analysis adalah
ASTM D3176-09 Standard Practice for Ultimate Analysis of Coal and Coke. Selain itu
ada juga ASTM D5373 13 Standard Test Methods for Determination of Carbon,
Hydrogen and Nitrogen in Analysis Samples of Coal and Carbon in Analysis Samples of
Coal and Coke. Penggunaan analisis ini sebagai berikut
Nilai karbon dan hidrogen dapat digunakan untuk menentukan jumlah oksigen
(udara) yang diperlukan dalam proses
Nilai karbon dan nitrogen dapat digunakan dalam perhitungan material balance yang
digunakan untuk tujuan perhitungan emisi.
c) Klorin / Chlorine
Chlorine adalah salah satu elemen batubara yang dapat menimbulkan korosi
(pengkaratan) dan masalah fouling/slagging (pengkerakkan) pada ketel uap. Kadar
chlorine lebih kecil dari 0.2% dianggap rendah, sedangkan kadar chlorine lebih besar
dari 0.5% dianggap tinggi. Adanya elemen chlorine selalu bersama-sama dengan
adanya elemen natrium.
d) Fosfor / Phosporus
Adanya phosphorus (posfor) di dalam coking coal sangat tidak diinginkan
karena dalam peleburan baja, phosphorus akan berakumulasi dan tinggal dalam baja
yang dihasilkan. Baja yang mengandung phosphorus tinggi akan cepat rapuh.
Phosphorus juga dapat menimbulkan masalah pada pembakaran batubara di ketel
karena phosphorus dapat membentuk deposit posfat yang keras di dalam ketel.
10
11
standar, yaitu pada volume tetap dan dalam ruangan yang berisi gas oksigen dengan
tekanan 25 atm.
Selama proses pembakaran yang sebenarnya pada ketel, nilai calorivic value ini
tidak pernah tercapai karena beberapa komponen batubara, terutama air, menguap dan
menghilang bersama-sama dengan panas penguapannya. Maksimum kalori yang dapat
dicapai selama proses ini adalah nilai net calorivic value. Calorivic value dikenal juga
dengan specific energy dan satuannya adalah kcal/kg atau cal/g, MJ/kg,Btu/lb.
DULONG
C, H, O dan S : fraksi berat karbon, hydrogen, oksigen dan sulfur dalam batubara
12
W adalah berat dalam gram dari batubara lembut berukuran 200 mesh. Semakin
tinggi nilai HGI suatu batubara semakin mudah batubara tersebut digerus. Semakin
tinggi rank batubara, semakin tinggi juga nilai HGI-nya, kecuali anthracite. HGI tidak
bersifat aditif, artinya apabila kita mempunyai dua jenis batubara yang nilai HGI-nya
berbeda, kemudian dicampurkan dengan komposisi tertentu, nilai batubara tidak bisa
dihitung berdasarkan komposisi pencampuran tersebut. Nilai HGI campuran cenderung
ke arah nilai yang lebih kecil.
13
sangat
cocok
dipergunakan
pada
operasi
dengan
sistem
Roga index
05
12
5 20
2 -4
20 45
>4
> 45
14
5. Ash Analysis
Salah satu faktor penting pada pemakaian batubara dan kokas dalam industri
adalah sifat mineralnya pada proses pembakaran. Dengan mengetahui sifat-sifat
tersebut, proses pemakaian batubara dapat dirancang sedemikian rupa sehingga masalah
yang mungkin timbul dapat diantisipasi dengan baik, misalnya masalah penanganan dan
pembuangan ash (abu), fly ash (partikel abu halus yang ikut terbang bersama-sama asap
dan sisa pembakaran lainnya), clinker, dan slag (cairan kerak). Selain itu faktor ini
sering juga sering dipergunakan sebagai arahan dalam memilih bahan bakar batubara
yang cocok untuk suatu industri.
Penggambaran sifat ini, secara kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung
rasio kelompok unsur tertentu yang terkandung dalam batubara, yang mana kemudian
dikenal dengan istilah slagging dan fouling factor. Slagging adalah masalah yang timbul
pada proses pembakaran batubara dimana abunya meleleh dan membentuk kerak yang
menempel pada dinding dalam ruang pembakaran dan pada pipa-pipa superheater yang
berjarak renggang, yang sulit untuk dibersihkan sehingga mengakibatkan berkurangnya
penyaluran panas.
Fouling adalah masalah yang timbul pada proses pembakaran dimana abu halus
yang mengandung sodium menguap bersama-sama sulphur dan berakibat sama seperti
slagging. Slagging/fouling factor adalah sebuah indeks yang dihitung baik dari data ash
analysis maupun dari data ash fusion temperature yang dapat memberikan indikasi
seberapa jauh kecenderungan batubara tersebut menimbulkan masalah slagging/fouling
selama proses pembakaran.
Ash sebagian besar terdiri dari oksida silikon, aluminium, besi, kalsium,
magnesium, titan, mangan, dan logam alkali. Sebagian di antaranya terikat sebagai
silikat, sulfat, dan posfat. Komposisi ash batubara tidak sama dengan komposisi
mineralnya tetapi dapat menggambarkan komposisi mineralnya. Total hasil analisis ini
harus 100+2%. Hasil analisis seharusnya dilaporkan dalam basis Ignited at 800oC,
tetapi banyak orang yang melaporkan hasil analisis ini tanpa mencantumkan basisnya.
Di pabrik semen, yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar, data
komposisi abu batubara sangat berguna untuk menghitung kontribusi unsur-unsur yang
terdapat dalam abu batubara tersebut terhadap produk semen yang dihasilkan. Data
15
6. Abrasion Index
Abrasion index adalah indeks yang menunjukkan daya abrasi (kikis) batubara
terhadap bagian dari alat yang dipergunakan untuk menggerus batubara tersebut
(pulverizer) sebelum dipergunakan sebagai bahan bakar. Semakin tinggi nilai abrasive
index suatu batubara semakin tinggi pula biaya pemeliharaan alat penggerus batubara
tersebut. Suatu batubara disebut abrasive apabila abrasive index-nya 400-600, dan
disebut tidak abrasive apabila abrasive index-nya <10. Coke mempunyai abrasive index
2500 sedangkan sandstone mempunyai abrasive index 1200.
Batubara yang diinginkan pembeli harus mempunyai abrasive index <200. Apabila
abrasive index-nya > 200, harga batubara tersebut bisa lebih murah atau bahkan sama
sekali ditolak.
7. Trace Element
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui komposisi unsur dalam batubara yang
dianggap berbahaya terhadap lingkungan. Jumlahnya kecil, misalnya merkuri, arsen,
selenium, fluorine, cadmium dsb.
16
17
Basis Analisis
Hampir semua analisis batubara dilakukan dengan sample yang telah
dikeringkan di udara, dan hasilnya dilaporkan sebagai basis tersebut (Air Dried Basis,
ADB).
Contoh beberapa basis analisis yang digunakan untuk keperluan klasifikasi batubara
adalah :
a) Dry Basis (db) data disajikan dalam bentuk persentase setelah batubara
dikeringkan
b) Dry, ash-free (daf) basis batubara diasumsikan telah bebas air dan bebas abu
c) Dry, mineral matter-free (dmmf) basis batubara diasumsikan telah bebas air
(kering), bebas mineral. Oleh sebab itu, diangap pengujian hanya terhadap senyawa
organik batubara.
d) Moist, ash-free (maf) basis Asumsi bahwa batubara telah bebas abu dan masih
mengandung moisture
e) Moist, mineral matter-free (mmmf) basis batubara dianggap telah bebas mineral
tetapi masih mengandung air.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://majarimagazine.com/2008/06/understanding-coal-sample-analysis/
www.astm.org
http://environmentalchemistry.wordpress.com/tag/proximate-analysis/
http://adinegoromining.blogspot.com/2011/05/kualitas-batubara.html
http://www.coe.its.ac.id/index.php/servicelist/44-analisis-batubara
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35008/4/Chapter%20II.pdf
http://idhamds.wordpress.com/2008/09/12/parameter-parameter-dalam-analisabatubara/
http://tinton-norsujianto.blogspot.com/2012/11/analisa-proximate-dan-analisaultimate.html
http://setiawan015.blogspot.com/2012/04/analisis-batubara.html
http://ilmubatubara.wordpress.com/2006/09/23/kualitas-batubara/
http://rismayantianalisabatubara.blogspot.com/
http://jackyminer.blogspot.com/2012/07/deskripsi-batubara.html
http://imambudiraharjo.wordpress.com/2009/08/31/standar-astm-untuk-analisisbatubara/
http://www.BAHAN%20BAKAR%20BATUBARA%20_%20Dwika-Update.html
19