Vous êtes sur la page 1sur 3

Pengobatan fraktur tertutup bisa konservatif atau operatif.

1. Terapi konservatif, terdiri dari :


a. Proteksi saja, misalnya mitela untuk fraktur collum chirugicum humeri
dengan kedudukan baik.
b. Imobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur
inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips, misalnya pada fraktur
suprakondilus, fraktur Colles, fraktur smith. Reposisi dapat dalam
anestesi umum atau lokal.
d. Traksi, untuk reposisi secara perlahan. Pada anak-anak dipakai traksi
kulit(traksi hamilton Russel, traksi Bryant). Traksi kulit terbatas untuk
4 minggu dan beban <5 kg. Untuk traksi dewasa/traksi definitif harus
traksi skletal berupa balance traction.
2. Terapi oferatif, terdiiri dari :
a. Reposisi terbuka, fiksasi interna.
b. Reposisi tertutp dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi eksterna.
Terapi operatif dengan reposisi anatomis diikuti dengan fiksasi interna
(open reduction andinternal fixation), artoplasti eksisional, eksisi
fragmen, dan pemasangan endprostesis.
Tindakan pad fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin .
penundaan waktu dapat mengakibatkan komplikasi infeksi.
Mansjoer,Arif.2000
Aesculapius FKUI

kapita

selekta

kedokteran.Jakarta

Media

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang


dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan
trauma tidak langsung. Dimana trauma langsung menyebabkan tekanan langsung
pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung,
apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur,
misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula,
pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh (Sjamsuhidajat, 2005).
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan
lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga
timbul komplikasi berupa infeksi. luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang
yang tajam keluar menembus kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya
oleh peluru atau trauma langsung (chairuddin rasjad,2008).
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan
penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. selain mencegah
infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota
gerak. beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur
terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debrideman
yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang
dini serta pemberian antibiotik yang adekuat (chairuddin rasjad,2008).
Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar (Rasjad, 2003 : 360).
Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui perbedaan tingkat kecemasan
pasien yang akan dilakukan operasi. Kecemasan pada pasien preoperatife

biasanya disebabkan karena takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang
ketidaktahuan atau takut tentang deformitas atau ancaman lain terhadap citra
tubuh. Selain itu pasien juga sering mengalami kecemasan lain seperti masalah
finansial, tanggung jawab terhadap keluarga dan kewajiban pekerjaan atau
ketakutan akan prognosa yang buruk dan probabilitas kecacatan di masa datang
(Smeltzer 2002 ).
Sedangkan kecemasan pada pasien fraktur yang tidak dilakukan operasai
berasal dari perasaan cemas terhadap kesembuhannya dan tindakan yang
dilakukan padanya seperti tindakan pemasangan gips, traksi dll.

DAFTAR PUSTAKA
Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi,cetakan ke-V. Jakarta: Yarsif
Watampone, 2008. 332-334.
Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC, 2005.
840-841.
Newton CD. Etiology, Classification, and Diagnosis of Fracture.
http://www.ivis.org [diakses 14 Mei 2011].
Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius, 2000.346-370
Brinker. Review Of Orthopaedic Trauma, Pennsylvania: Saunders Company,
2001. 127-135.
Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Jilid 2. Jakarta: EGC, 2000.284.

Vous aimerez peut-être aussi