Vous êtes sur la page 1sur 10

Terlampir Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang

Penyelenggaraan Praktik Fisioterapi, rancangan ini sudah


diajukan ke Birohukor Kemenkes RI oleh Pustanser.
Draft ini adalah draft terakhir sebelum pembahasan di
birohukor pada tanggal 27 Desember 2013.
(Sekretariat IFI belum menerima draft hasil pembahasan
tanggal 27 Desember 2013)

Biro Hukum Depkes, Draft Final 280410

RANCANGAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..............................................
TENTANG
PENYELENGGARAAN FASILITAS PRAKTIK TENAGA KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

Mengingat

a.

bahwa penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan semakin


kompleks baik dari segi jumlah, jenis maupun bentuk pelayanannya;

b.

bahwa Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/Menkes/Per/XII/


1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta Dibidang Medik
tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran serta otonomi daerah;

c.

bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dipandang perlu


adanya penyesuaian peraturan-peraturan teknis di bidang pelayanan
kesehatan sesuai ketentuan yang berlaku;

d.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a, b dan c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Penyelenggaraan Praktik dan Klinik Pelayanan Kesehatan;

:1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 114,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor
49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

Biro Hukum Depkes, Draft Final 280410

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian


Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 8737);

8.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


Tentang Registrasi dan Praktik Perawat;

9.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1363/Menkes/ SK/XII/ 2001


Tentang Registrasi dan Ijin Praktik Fisioterapis;

1239/Menkes/SK/XI/2001

10. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1392/Menkes/SK
/XII/2001Tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 867/Menkes/Per/VIII/2004
Tentang Registrsi dan Praktik Terapis Wicara;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/MENKES/Per/XI/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/Menkes/Per/X/2007 Tentang
Izin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 Tentang
Registrasi Dan Izin Praktik Okupasi Terapis;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Rekam Medis;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan

PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN
TENTANG
PENYELENGGARAAN FASILITAS PRAKTIK TENAGA KESEHATAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
1.

2.

3.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk


menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan/atau
rehabilitatif.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan formal di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
Praktik Perorangan Tenaga Kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan secara perorangan oleh tenaga kesehatan.

Biro Hukum Depkes, Draft Final 280410

4.

Praktik Berkelompok Tenaga Kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan


kesehatan yang diselenggarakan secara berkelompok oleh tenaga kesehatan sejenis
dan/atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.

5.

Klinik Pelayanan Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan


untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan oleh lebih dari satu orang dokter
dan/atu dokter gigi serta tenaga kesehatan lainnya.

Pasal 2
Penyelenggaraan fasilitas praktik tenaga kesehatan meliputi fasilitas praktik tenaga
kesehatan yang secara langsung melakukan intervensi pada pasien selain tenaga
medis, tenaga kefarmasian, dan kesehatan masyarakat.

BAB II
BENTUK PRAKTIK TENAGA KESEHATAN
Pasal 3
(1) Bentuk praktik tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Praktik perorangan; dan
b. Praktik berkelompok.
(2) Praktik perorangan tenaga kesehatan meliputi praktik perorangan bidan, perawat,
fisioterapis, terapis wicara, okupasi terapis, dan tenaga kesehatan lainnya yang
ditetapkan oleh Menteri.
(3) Praktik berkelompok tenaga kesehatan meliputi praktik berkelompok perawat, bidan,
fisioterapis, terapis wicara, okupasi terapis, keterapian fisik, dan tenaga kesehatan
lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.

BAB III
PERSYARATAN PENYELENGGARAAN FASILITAS PRAKTIK TENAGA KESEHATAN.
Bagian Kesatu
Praktik Perorangan Tenaga kesehatan
Pasal 4
Praktik perorangan tenaga Kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh seorang tenaga kesehatan dengan persyaratan sebagai berikut:
a.

mempunyai surat tanda registrasi dan izin praktik tenaga kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;

b.

mempunyai tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang periksa minimal 3x4
m2, ruang tunggu, dan ruangan kamar mandi / WC yang memenuhi persyaratan
kesehatan;

c.

memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi;

d.

mempunyai peralatan dan/atau perbekalan kesehatan sesuai standar profesi dan


standar pelayanan;

Biro Hukum Depkes, Draft Final 280410

Bagian Kedua
Praktik Berkelompok Tenaga kesehatan
Pasal 5
(1)

(2)

Praktik berkelompok perawat merupakan penyelenggaraan praktik keperawatan


komprehensif bersifat pelayanan rawat jalan, maupun pelayanan keperawatan
berkelanjutan yang diselenggarakan oleh lebih dari satu perawat dengan persyaratan
sebagai berikut :
a.

dipimpin oleh seorang Perawat yang mempunyai Surat Izin Praktik Perawat
sebagai penanggung jawab pelayanan;

b.

dilaksanakan oleh minimal 3 (tiga) orang Perawat yang mempunyai Surat Izin
Praktik Perawat;

c.

mempunyai tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang pengkajian
keperawatan, ruang tindakan keperawatan, ruang tunggu, dan kamar mandi/wc
yang memenuhi persyaratan kesehatan;

d.

memiliki peralatan kesehatan maupun keperawatan sesuai dengan kegiatan


pelayanan keperawatan yang diberikan;

e.

menyediakan peralatan untuk melaksanakan intervensi keperawatan maupun


tindakan pelayanan gawat darurat sederhana;

Pelayanan yang diberikan di Praktik Berkelompok Perawat terdiri dari :


a.

pelayanan rawat jalan mencakup pelayanan keperawatan dasar atau pelayanan


keperawatan gawat darurat, perawatan sehari.

b.

pelayanan keperawatan berkelanjutan dilakukan melalui pelayanan keperawatan


di rumah atau pelayanan follow up bagi pasien dengan kasus resiko tinggi,
penyakit kronik, penyakit degeneratif, maupun penyakit terminal, yang
memerlukan pelayanan long term care.

Pasal 6
(1) Praktik berkelompok bidan merupakan penyelenggaraan pelayanan asuhan kebidanan
yang dilaksanakan oleh seorang bidan dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Dipimpin oleh seorang bidan yang mempunyai Surat Izin Praktik Bidan sebagai
penanggung jawab pelayanan ;
b. Dilaksanakan oleh minimal 3 (tiga) orang bidan yang mempunyai Surat Izin Praktik
Bidan;
c. Mempunyai satu tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang periksa, ruang
rawat, ruang tunggu, ruang persalinan dan ruangan kamar mandi/wc yang memenuhi
persyaratan kesehatan.
d. Menyediakan tempat tidur persalinan minimal 6 (enam), maksimal 9 (sembilan)
tempat tidur pasien.
e. Mempunyai peralatan minimal standar praktik bidan sesuai dengan jenis pelayanan
yang diberikan serta peralatan darurat sederhana;

Pasal 7
(1)

Praktik berkelompok fisioterapi merupakan penyelenggaraan pelayanan fisioterapi


umum dan/atau pelayanan fisioterapi khusus yang bersifat rawat jalan dengan
persyaratan sebagai berikut:
a.

dipimpin oleh seorang Fisioterapis/Fisioterapis dengan keahlian khusus yang


mempunyai Surat Izin Praktik Fisioterapis sebagai penanggungjawab pelayanan;

Biro Hukum Depkes, Draft Final 280410

b.

dilaksanakan oleh minimal 3 (tiga) orang Fisioterapis yang mempunyai Surat Izin
Praktik Fisioterapis;

c.

mempunyai satu tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang periksa
dan/atau ruang tindakan dengan ukuran minimal 3x4 m, ruang tunggu, dan
ruangan kamar mandi/WC yang memenuhi persyaratan kesehatan;

d.

mempunyai perlengkapan/peralatan standar praktik fisioterapis sesuai dengan


jenis pelayanan yang diberikan;

(2)

Pelayanan fisioterapi meliputi upaya deteksi dini, peningkatan kesehatan, pencegahan


penyakit, penyembuhan dan pemulihan gangguan sistem gerak dan fungsi.

(3)

Dalam pelaksanaan pelayanan fisioterapi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

(4)

Seorang Fisioterapis dapat diberikan izin praktik sebanyak-banyaknya pada 3 (tiga)


tempat.

Pasal 8
(1)

Praktik berkelompok terapi wicara merupakan penyelenggaraan pelayanan terapi


wicara bersifat rawat jalan dengan persyaratan sebagai berikut :
a.

dipimpin oleh seorang Terapis Wicara yang mempunyai surat registrasi dan Surat
Ijin Praktik Terapis Wicara sebagai penanggung jawab pelayanan;

b.

dilaksanakan oleh minimal 3 (tiga) orang Terapi Wicara yang mempunyai surat
registrasi dan dan Surat Izin Praktik Terapis Wicara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;

c.

mempunyai satu tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang periksa
dan/atau ruang tindakan dengan ukuran minimal 3x4 m, ruang tunggu, dan
ruangan kamar mandi/wc yang memenuhi persyaratan kesehatan;

d.

mempunyai perlengkapan/peralatan sesuai standar pelayanan terapi wicara


berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan;

(2)

Pelayanan terapi wicara meliputi upaya pelayanan kesehatan profesional berdasarkan


ilmu pengetahuan, teknologi dalam bidang perilaku komunikasi untuk deteksi dini,
meningkatkan dan memulihkan kemampuan perilaku komunikasi, yang berhubungan
dengan kemampuan-kemampuan bahasa, wicara, suara, irama/kelancaran dan
problem menelan, yang diakibatkan oleh adanya gangguan/kelainan anatomis,
fisiologis, psikologis dan sosiologis.

(3)

Dalam pelaksanaan pelayanan terapis wicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

(4)

Seorang Terapis Wicara dapat diberikan izin praktik sebanyak-banyaknya pada 3 (tiga)
tempat.

Pasal 9
(1)

Praktik berkelompok okupasi terapi merupakan penyelenggaraan pelayanan okupasi


terapi bersifat rawat jalan dengan persyaratan sebagai berikut :
a.

dipimpin oleh seorang Okupasi Terapis yang mempunyai Surat Ijin Praktik
Okupasi Terapis sebagai Penanggung jawab pelayanan;

b.

dilaksanakan oleh minimal 3 (tiga) orang Okupasi Terapis yang mempunyai Surat
Ijin Praktik Okupasi Terapis sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

Biro Hukum Depkes, Draft Final 280410

c.

mempunyai satu tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang periksa
dan/atau ruang tindakan dengan ukuran minimal 3x4 m, ruang terapi sesuai
dengan jenis pelayanan ruang tunggu, kamar mandi/wc yang memenuhi
persyaratan kesehatan;

d.

mempunyai perlengkapan/peralatan minimal standar pelayanan okupasi terapi


berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan.

(2)

Pelayanan okupasi terapi meliputi upaya pelayanan promotif, preventif, deteksi dini,
penyembuhan dan pemulihan dalam intervensi okupasi terapis pada gangguan area
kinerja okupasional dan gangguan komponen kinerja okupasional.

(3)

Dalam pelaksanaan pelayanan okupasi terapi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dapat dibantu oleh tenaga administrasi sesuai dengan kebutuhan.

(4)

Seorang Okupasi Terapis dapat diberikan izin praktik sebanyak-banyaknya pada 3


(tiga) tempat.
Pasal 10

(1)

Praktik berkelompok
keterapian fisik merupakan penyelenggaraan pelayanan
gabungan dari fisioterapi, terapi wicara dan okupasi terapi bersifat rawat jalan dengan
persyaratan sebagai berikut :
a.

dipimpin oleh seorang di antara tenaga keterapian fisik yang mempunyai Surat Ijin
Praktik sebagai Penanggung jawab pelayanan;

b.

dilaksanakan oleh minimal masing-masing 1 (satu) orang fisioterapis, terapis


wicara dan okupasi terapis, yang mempunyai Surat Ijin Praktik tenaga kesehatan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

c.

mempunyai satu tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang periksa
dan/atau ruang tindakan dengan ukuran minimal 3 x 4 m, 3 (tiga) ruang terapi
sesuai dengan jenis pelayanan, ruang tunggu, kamar mandi/wc yang memenuhi
persyaratan kesehatan;

d.

mempunyai perlengkapan/peralatan minimal standar praktik fisioterapi, terapis


wicara, dan okupasi terapi, dengan jenis pelayanan yang diberikan;

(2)

Pelayanan keterapian fisik meliputi upaya pelayanan promotif, preventif, deteksi dini,
penyembuhan dan pemulihan dalam intervensi fisioterapi, terapi wicara, dan okupasi
terapi. pada gangguan kemampuan fungsi fisik.

(3)

Dalam pelaksanaan pelayanan keterapian fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dapat dibantu oleh tenaga administrasi sesuai dengan kebutuhan.

BAB IV
PERIZINAN

Pasal 11
(1) Setiap penyelenggaraan fasilitas praktik
memerlukan izin penyelenggaraan fasilitas.

perorangan

tenaga

kesehatan

tidak

(2) Untuk menyelenggarakan praktik berkelompok tenaga kesehatan harus mendapat izin
penyelenggaraan fasilitas dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setelah
mendapatkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(3) Permohonan izin penyelenggaraan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diajukan dengan melampirkan:

Biro Hukum Depkes, Draft Final 280410

a. identitas lengkap pemohon yang memiliki Surat Izin Praktik;


b. surat keterangan persetujuan lokasi dari Pemerintah setempat;
c. bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin penggunaan bangunan
untuk penyelenggaraan kegiatan;
d. profil fasilitas kesehatan yang akan didirikan meliputi tenaga kesehatan, sarana dan
prasarana serta pelayanan yang diberikan;
e. persyaratan lain yang ditentukan sesuai dengan bentuk fasilitas pelayanan kesehatan
yang akan diselenggarakan.
(3)

Izin penyelenggaraan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan
perpanjangan 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlaku izinnya.

(4)

Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara perizinan dilaksanakan sesuai ketentuan


peraturan perundang-undangan.

BAB V
PENYELENGGARAAN
Pasal 12
Penyelenggaraan Praktik Tenaga Kesehatan dilaksanakan sesuai kewenangan,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan berdasarkan standar profesi
dan standar pelayanan.

(1)

(2)

Pasal 13
Fasilitas Praktik berkelompok tenaga kesehatan wajib memperkerjakan tenaga
kesehatan yang telah memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Fasilitas Praktik berkelompok Tenaga Kesehatan dilarang mempekerjakan tenaga
kesehatan warga negara asing.
Pasal 14

Dalam memberikan pelayanan, Praktik Tenaga Kesehatan berkewajiban:


a.

melaksanakan praktik dan memberikan pelayanan yang aman, bermutu dengan


mengutamakan kepentingan terbaik pasien;

b.

memberikan pelayanan gawat darurat di luar kewenangan kepada pasien khusus


untuk praktik tenaga bidan dan perawat;

c.

memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan (informed consent);

d.

menyelenggarakan pencatatan dalam dokumen sesuai standar profesi masing-masing;

e.

melaksanakan sistem rujukan;

f.

menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang-undangan;

g.

menghormati hak-hak pasien;

h.

melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan sesuai kualifikasi tenaga


kesehatan yang bersangkutan.

Biro Hukum Depkes, Draft Final 280410

Pasal 15
(1) Penyelenggaraan fasilitas Praktik Tenaga Kesehatan wajib memasang papan nama
praktik dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Warna dasar putih dan tulisan/huruf berwarna hitam;
b. Ukuran minimal 40 cm x 60 cm, maksimal 60 cm x 90 cm.
c. Memuat nama tenaga kesehatan atau penanggung jawab fasilitas praktik
berkelompok, nomor surat izin praktik dan serta hari/jam praktik.
(2) Penyelenggaraan fasilitas Praktik berkelompok Tenaga Kesehatan wajib memasang
nama-nama tenaga kesehatan yang menjalankan praktik.

Pasal 16
Dalam penyelenggaraan fasilitas Praktik Tenaga Kesehatan harus memperhatikan fungsi
sosial.

Pasal 17
(1) Penyelenggaran fasilitas Praktik Tenaga Kesehatan wajib melaksanakan pencatatan dan
pelaporan secara berjenjang kepada Menteri Kesehatan melalui Dinas Kesehatan
Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakasanakan sesuai
ketentuan perundang-undangan.

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 18
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan dengan
mengikutsertakan organisasi profesi.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi masyarakat
terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
(3) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan
lain.
Pasal 19
(1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangan masing-masing dapat mengambil tindakan administratif.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a.

teguran lisan;

b.

teguran tertulis; atau

c.

pencabutan Izin.

Biro Hukum Depkes, Draft Final 280410

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 20
Pada saat berlakunya Peraturan ini, maka semua penyelenggaraan fasilitas praktik tenaga
kesehatan yang ada harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan ini dalam
jangka waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21
Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan di Bidang Medik dan dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 22
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal di tetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal ..............
MENTERI KESEHATAN,

Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH

Biro Hukum Depkes, Draft Final 280410

10

Vous aimerez peut-être aussi