Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
RANCANGAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ..............................................
TENTANG
PENYELENGGARAAN FASILITAS PRAKTIK TENAGA KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
Mengingat
a.
b.
c.
d.
7.
8.
9.
1239/Menkes/SK/XI/2001
10. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1392/Menkes/SK
/XII/2001Tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 867/Menkes/Per/VIII/2004
Tentang Registrsi dan Praktik Terapis Wicara;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/MENKES/Per/XI/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/Menkes/Per/X/2007 Tentang
Izin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548/Menkes/Per/V/2007 Tentang
Registrasi Dan Izin Praktik Okupasi Terapis;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Rekam Medis;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN
TENTANG
PENYELENGGARAAN FASILITAS PRAKTIK TENAGA KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
1.
2.
3.
4.
5.
Pasal 2
Penyelenggaraan fasilitas praktik tenaga kesehatan meliputi fasilitas praktik tenaga
kesehatan yang secara langsung melakukan intervensi pada pasien selain tenaga
medis, tenaga kefarmasian, dan kesehatan masyarakat.
BAB II
BENTUK PRAKTIK TENAGA KESEHATAN
Pasal 3
(1) Bentuk praktik tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Praktik perorangan; dan
b. Praktik berkelompok.
(2) Praktik perorangan tenaga kesehatan meliputi praktik perorangan bidan, perawat,
fisioterapis, terapis wicara, okupasi terapis, dan tenaga kesehatan lainnya yang
ditetapkan oleh Menteri.
(3) Praktik berkelompok tenaga kesehatan meliputi praktik berkelompok perawat, bidan,
fisioterapis, terapis wicara, okupasi terapis, keterapian fisik, dan tenaga kesehatan
lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
BAB III
PERSYARATAN PENYELENGGARAAN FASILITAS PRAKTIK TENAGA KESEHATAN.
Bagian Kesatu
Praktik Perorangan Tenaga kesehatan
Pasal 4
Praktik perorangan tenaga Kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh seorang tenaga kesehatan dengan persyaratan sebagai berikut:
a.
mempunyai surat tanda registrasi dan izin praktik tenaga kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b.
mempunyai tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang periksa minimal 3x4
m2, ruang tunggu, dan ruangan kamar mandi / WC yang memenuhi persyaratan
kesehatan;
c.
d.
Bagian Kedua
Praktik Berkelompok Tenaga kesehatan
Pasal 5
(1)
(2)
dipimpin oleh seorang Perawat yang mempunyai Surat Izin Praktik Perawat
sebagai penanggung jawab pelayanan;
b.
dilaksanakan oleh minimal 3 (tiga) orang Perawat yang mempunyai Surat Izin
Praktik Perawat;
c.
mempunyai tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang pengkajian
keperawatan, ruang tindakan keperawatan, ruang tunggu, dan kamar mandi/wc
yang memenuhi persyaratan kesehatan;
d.
e.
b.
Pasal 6
(1) Praktik berkelompok bidan merupakan penyelenggaraan pelayanan asuhan kebidanan
yang dilaksanakan oleh seorang bidan dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Dipimpin oleh seorang bidan yang mempunyai Surat Izin Praktik Bidan sebagai
penanggung jawab pelayanan ;
b. Dilaksanakan oleh minimal 3 (tiga) orang bidan yang mempunyai Surat Izin Praktik
Bidan;
c. Mempunyai satu tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang periksa, ruang
rawat, ruang tunggu, ruang persalinan dan ruangan kamar mandi/wc yang memenuhi
persyaratan kesehatan.
d. Menyediakan tempat tidur persalinan minimal 6 (enam), maksimal 9 (sembilan)
tempat tidur pasien.
e. Mempunyai peralatan minimal standar praktik bidan sesuai dengan jenis pelayanan
yang diberikan serta peralatan darurat sederhana;
Pasal 7
(1)
b.
dilaksanakan oleh minimal 3 (tiga) orang Fisioterapis yang mempunyai Surat Izin
Praktik Fisioterapis;
c.
mempunyai satu tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang periksa
dan/atau ruang tindakan dengan ukuran minimal 3x4 m, ruang tunggu, dan
ruangan kamar mandi/WC yang memenuhi persyaratan kesehatan;
d.
(2)
(3)
Dalam pelaksanaan pelayanan fisioterapi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
(4)
Pasal 8
(1)
dipimpin oleh seorang Terapis Wicara yang mempunyai surat registrasi dan Surat
Ijin Praktik Terapis Wicara sebagai penanggung jawab pelayanan;
b.
dilaksanakan oleh minimal 3 (tiga) orang Terapi Wicara yang mempunyai surat
registrasi dan dan Surat Izin Praktik Terapis Wicara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
c.
mempunyai satu tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang periksa
dan/atau ruang tindakan dengan ukuran minimal 3x4 m, ruang tunggu, dan
ruangan kamar mandi/wc yang memenuhi persyaratan kesehatan;
d.
(2)
(3)
Dalam pelaksanaan pelayanan terapis wicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
(4)
Seorang Terapis Wicara dapat diberikan izin praktik sebanyak-banyaknya pada 3 (tiga)
tempat.
Pasal 9
(1)
dipimpin oleh seorang Okupasi Terapis yang mempunyai Surat Ijin Praktik
Okupasi Terapis sebagai Penanggung jawab pelayanan;
b.
dilaksanakan oleh minimal 3 (tiga) orang Okupasi Terapis yang mempunyai Surat
Ijin Praktik Okupasi Terapis sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
c.
mempunyai satu tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang periksa
dan/atau ruang tindakan dengan ukuran minimal 3x4 m, ruang terapi sesuai
dengan jenis pelayanan ruang tunggu, kamar mandi/wc yang memenuhi
persyaratan kesehatan;
d.
(2)
Pelayanan okupasi terapi meliputi upaya pelayanan promotif, preventif, deteksi dini,
penyembuhan dan pemulihan dalam intervensi okupasi terapis pada gangguan area
kinerja okupasional dan gangguan komponen kinerja okupasional.
(3)
Dalam pelaksanaan pelayanan okupasi terapi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dapat dibantu oleh tenaga administrasi sesuai dengan kebutuhan.
(4)
(1)
Praktik berkelompok
keterapian fisik merupakan penyelenggaraan pelayanan
gabungan dari fisioterapi, terapi wicara dan okupasi terapi bersifat rawat jalan dengan
persyaratan sebagai berikut :
a.
dipimpin oleh seorang di antara tenaga keterapian fisik yang mempunyai Surat Ijin
Praktik sebagai Penanggung jawab pelayanan;
b.
c.
mempunyai satu tempat praktik yang menetap dan terdiri dari ruang periksa
dan/atau ruang tindakan dengan ukuran minimal 3 x 4 m, 3 (tiga) ruang terapi
sesuai dengan jenis pelayanan, ruang tunggu, kamar mandi/wc yang memenuhi
persyaratan kesehatan;
d.
(2)
Pelayanan keterapian fisik meliputi upaya pelayanan promotif, preventif, deteksi dini,
penyembuhan dan pemulihan dalam intervensi fisioterapi, terapi wicara, dan okupasi
terapi. pada gangguan kemampuan fungsi fisik.
(3)
Dalam pelaksanaan pelayanan keterapian fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dapat dibantu oleh tenaga administrasi sesuai dengan kebutuhan.
BAB IV
PERIZINAN
Pasal 11
(1) Setiap penyelenggaraan fasilitas praktik
memerlukan izin penyelenggaraan fasilitas.
perorangan
tenaga
kesehatan
tidak
(2) Untuk menyelenggarakan praktik berkelompok tenaga kesehatan harus mendapat izin
penyelenggaraan fasilitas dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setelah
mendapatkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(3) Permohonan izin penyelenggaraan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diajukan dengan melampirkan:
Izin penyelenggaraan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan
perpanjangan 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlaku izinnya.
(4)
BAB V
PENYELENGGARAAN
Pasal 12
Penyelenggaraan Praktik Tenaga Kesehatan dilaksanakan sesuai kewenangan,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan berdasarkan standar profesi
dan standar pelayanan.
(1)
(2)
Pasal 13
Fasilitas Praktik berkelompok tenaga kesehatan wajib memperkerjakan tenaga
kesehatan yang telah memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Fasilitas Praktik berkelompok Tenaga Kesehatan dilarang mempekerjakan tenaga
kesehatan warga negara asing.
Pasal 14
b.
c.
d.
e.
f.
menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang-undangan;
g.
h.
Pasal 15
(1) Penyelenggaraan fasilitas Praktik Tenaga Kesehatan wajib memasang papan nama
praktik dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Warna dasar putih dan tulisan/huruf berwarna hitam;
b. Ukuran minimal 40 cm x 60 cm, maksimal 60 cm x 90 cm.
c. Memuat nama tenaga kesehatan atau penanggung jawab fasilitas praktik
berkelompok, nomor surat izin praktik dan serta hari/jam praktik.
(2) Penyelenggaraan fasilitas Praktik berkelompok Tenaga Kesehatan wajib memasang
nama-nama tenaga kesehatan yang menjalankan praktik.
Pasal 16
Dalam penyelenggaraan fasilitas Praktik Tenaga Kesehatan harus memperhatikan fungsi
sosial.
Pasal 17
(1) Penyelenggaran fasilitas Praktik Tenaga Kesehatan wajib melaksanakan pencatatan dan
pelaporan secara berjenjang kepada Menteri Kesehatan melalui Dinas Kesehatan
Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakasanakan sesuai
ketentuan perundang-undangan.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 18
(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan dengan
mengikutsertakan organisasi profesi.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi masyarakat
terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
(3) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan
lain.
Pasal 19
(1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangan masing-masing dapat mengambil tindakan administratif.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a.
teguran lisan;
b.
c.
pencabutan Izin.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 20
Pada saat berlakunya Peraturan ini, maka semua penyelenggaraan fasilitas praktik tenaga
kesehatan yang ada harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan ini dalam
jangka waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan di Bidang Medik dan dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 22
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal di tetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal ..............
MENTERI KESEHATAN,
10