Vous êtes sur la page 1sur 17

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERKEMIHAN ISK DI
RSU ALFATAH AMBON

I.

LANDASAN TEORI MEDIS


A. Defenisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih.
(Enggram, Barbara, 1998)
B. Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic
maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi
bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni
kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
Gangguan daya tahan tubuh
Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang memproduksi
urease.
C. Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
kurang efektif
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
Adanya hambatan pada aliran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
D. Patofisiologi

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan hematogen.
Secara asending yaitu:
- Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK
lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam
traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.
- Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
Secara hematogen yaitu: Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal
akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
tidak lengkap atau kurang efektif.
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
System imunnitas yng menurun
Adanya hambatan pada saluran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi
terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya
akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen
menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK,
antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering
ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
E. Tanda dan Gejala
1. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :
Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
Hematuria
Nyeri punggung dapat terjadi
2. Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :
Demam
Menggigil
Nyeri panggul dan pinggang
Nyeri ketika berkemih
Malaise
Pusing
Mual dan Muntah
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis

Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria
positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
Mikroskopis
Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung
aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya
infeksi.
5. Metode tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal
menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organisme menular secara
seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes- tes tambahan : Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.
G. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara
efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal
dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
Terapi antibiotika dosis tunggal
Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika
kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu,
abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin,
terapi preventif dosis rendah. Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole
(gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin
atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini.
Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan
akibat infeksi. Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
Interansi obat
Efek samping obat
Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
Efek nefrotosik obat
Efek toksisitas obat

II. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe
2. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih?
3. Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial
Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ?
Imobilisasi dalam waktu yang lama ?
Apakah terjadi inkontinensia urine?
4. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK
pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
Adakah disuria?
Adakah hesitancy?
Adakah bau urine yang menyengat?
Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah ?
Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas ?
Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5. Pengkajian psikologi pasien:
Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan?
Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung
kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang / hilang saat dan sesudah berkemih
Intervensi
1. Pantau perubahan warna urin, pantau pola
berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam
dan pantau hasil urinalisis ulang
2. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10)
nyeri.

Rasional
1. untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
2. membantu mengevaluasi tempat obstruksi
dan penyebab nyeri

3. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.

3. meningkatkan relaksasi, menurunkan


tegangan otot.
4. untuk mencegah kontaminasi uretra
5. Kateter memberikan jalan bakteri untuk
memasuki kandung kemih dan naik ke
saluran perkemihan.
6. relaksasi, menghindari terlalu merasakan
nyeri.

4. Berikan perawatan perineal


5. Jika dipaang kateter, perawatan kateter 2 kali
per hari.
6. Alihkan perhatian pada hal yang
menyenangkan

2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Hasil : Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih
(urgensi, oliguri, disuria)

Intervensi
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran
karakteristi urin
2. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
3. Kaji keluhan pada kandung kemih
4. Observasi perubahan tingkat kesadaran

Kolaborasi
5. Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit,
BUN, kreatinin
6. Lakukan tindakan untuk memelihara asam
urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan
berikan obat-obat untuk meningkatkan aam
urin.

Rasional
1. memberikan informasi tentang fungsi ginjal
dan adanya komplikasi
2. peningkatan hidrasi membilas bakteri.
3. retensi urin dapat terjadi menyebabkan
distensi jaringan (kandung kemih/ginjal)
4. akumulasi sisa uremik dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi
toksik pada susunan saraf pusat
Kolaborasi
5. pengawasan terhadap disfungsi ginjal
6. asam urin menghalangi tumbuhnya kuman.
Peningkatan masukan sari buah dapt
berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran
kemih.

3. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Kriteria hasil : menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana
pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi
1. Berikan waktu kepada pasien untuk
menanyakan apa yang tidak di ketahui tentang
penyakitnya.
2. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang
akan datang
3. Berikan informasi tentang: sumber infeksi,
tindakan untuk mencegah penyebaran,
jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan
diagnostik: tujuan, gambaran singkat,
persiapan ynag dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat
yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih
delapan gelas per hari.
5. Berikan kesempatan kepada pasien untuk
mengekspresikan perasaan dan masalah
tentang rencana pengobatan.

Rasional
1. Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan
pasien tentang penyakitnya.
2. memberikan pengetahuan dasar dimana
pasien dapat membuat pilihan beradasarkan
informasi.
3. pengetahuan apa yang diharapkan dapat
mengurangi ansietas dan membantu
mengembankan kepatuhan klien terhadap
rencan terapetik.
4. Pasien sering menghentikan obat mereka, jika
tanda-tanda penyakit mereda. Cairan
menolong membilas ginjal.
5. Untuk mendeteksi isyarat indikatif
kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu
mengembangkan penerimaan rencana
terapeutik.

4. Resiko Infeksi b/d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat


Kriteria hasil: klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, dan jumlah leukosit dalam batas
normal
Intervensi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi

Rasional
1. Untuk mengetahui apakah pasien mengalami

2. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala


infeksi
3. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, dan drainase
4. Gunakan kateter intermiten
5. Kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik

infeksi atau tidak


2. Agar pasien dan keluarga mampu melakukan
pencegahan secara cepat
3. Karena dapat menyebabkan dekubitus
4. Untuk menurunkan infeksi kandung kemih
5. Agar mempercepat proses penyembuhan

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati.
Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan
Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi
clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih
Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi:
3. Jakarta: FKUI.

ALUR PENYIMPANGAN KDM ISK

Usia lanjut : pengosongan


kandung kemih tidak efektif,
imunitas dan mobilitas
menurun

Mikroorganisme patogenik: E.
Coli, Proteus, klebsiella,
pseudonomas

Sistoskopik, dekubitus
terinfeksi, kontaminasi fekal

Perawatan tidak adekuat


Berkoloni di vulva
Distensi kandung kemih
Pertumbuhan
bakteri
Resistensi
terhadap
kandung
Secara
hematogen
menyebar
meningkat
Ganguan
kemih fungsi
menurun
ke
saluran
tempatginjal
urine

Perubahan
pola
Obstruksi
Penimbunan
aliran
cairan
urine
Masuk ke V. Urinaria melalui
eliminasi
Inflamasi
Kurang
(urolitiasis,
bertekanan
hipertrofi
dalam pelvis
prostate,
dan
uretra
urine
pada
uretra
pengetahuan
Nyeri Akut ISK hospitalisasi Resiko infeksi ureter
jaringan
/ hidronetrosis
perut ginjal

Sumber : WOC ( Web Of Coution )

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN TN. L. T DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERKEMIHAN
ISK

I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien

Nama
: Tn. L. T
Umur
: 82 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam
Alamat
: Air Salobar
Tanggal masuk Rs
: 05-10-2015 pukul 15.00 wit
Tanggal pengkajian
: 09-10-2015 pukul 09.30
Rumah sakit
: RSU Al-Fatah Ambon
Ruangan
: Infeksi Laki
Diagnosa medis
: Infeksi Saluran Kemih (ISK)
No. Register
: 08-45-09
2. Identitas penanggung jawab
Nama
: Ny. N
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan klien : Anak Kandung
Alamat
: Air Salobar
II. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama masuk Rs
Keluahan saat pengkajian
Keluhan yang menyertai
Faktor pencetus
Lokasi nyeri
Penyebaran nyeri
Skala nyeri
Kualitas nyeri
Time
Hal-hal yang memberatkan
Hal-hal yang meringankan

: Pasien tidak bisa kencing


: Nyeri saat berkemih
: Demam, pusing, mual-muntah, kencing keluar tapi sedikit
: infeksi bakteri E. Coli pada saluran kemih
: Nyeri pada daerah kemaluan dan perut dekat kemaluan
: Nyeri menyebar ke paha dan pinggang
: Sedang (5)
: Seperti tertusuk-tusuk
: Nyeri hilang timbul (10-15 menit)
: saat BAK
: saat beristirahat

Catatan Kronologis
Pada tanggal 02-10-2015, kira- kira pukul 14.00 wit, pasien merasa tidak bisa kencing, urin yang
keluar sedikit dan menetes serta ada endapan berwarna merah muda, ada rasa nyeri pada perut
dekat kemaluan, perut kembung dan pasien merasa badannya panas. Keluarga pasienpun
membawanya ke puskesmas terdekat dan diberikan obat. Namun, obat tersebut membuat pasien
tak kunjung sembuh. Akhirnya pada tanggal 05-10-2015, keluarga pasien memutuskan untuk
membawa pasien ke RSU Al-fatah Ambon Tiba di RS pukul 15.00 wit. Setiba di IGD dokter dan
perawat jaga memberikan :
TTV:
Tekanan Darah
: 160/100 mmHg
Nadi
: 88 x/m
Suhu
: 37,9C
Pernapasan
: 26 x/m
Pengobatan yang diberikan:
- IVFD RL 10 tpm
- Cefotaxim 2x1 gr/12 jam/IV
- Ranitidin 1 amp/12 jam/IV

Amlodipin 10 mg 0-0-1
Tindakan yang diberikan:
- Pemasangan kateter Fooley
III.

Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Pasien mengatakan tidak pernah masuk RS sebelumnya, tidak pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya dan tidak pernah mengalami pembedahan. Pasien mempunyai riwayat hipertensi.
IV.Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada anggota keluarga yang mengalami penyakit hipertensi yaitu anak pasien
V. Genogram 3 Generasi

Keterangan:
= laki-laki

= pasien

= perempuan

= persaudaraan

= meninggal

= pernikahan

= tinggal serumah
VI.

Pemeriksaan Fisik
Pengamatan umum:
Keadaan Umum
Kesadaran
Eksprisi wajah
Tanda-tanda vital
TD

Angka

= usia

: KU lemah
: compos mentis
: tampak meringis
: 110/80 mmhg

N
R
S
BB sebelum sakit
saat sakit
BB menurun
TB
IMT
1. Kepala
a. Rambut
Warna
Tekstur
Distribusi
Penampilan
b. Mata
Pupil
Konjungtiva
Pengeluaran sekret atau air mata
Cekung
Odem
Penglihatan
Penggunaan alat bantu

c. Bibir
Membran mukosa
Tekstur
Peradangan
Lesi
d. Lidah
Warna
Tekstur
Peradangan
e. Gigi
Jumlah
Masalah gigi
struktur
Peradangan
Penampilan
Kebersihan gigi
2. Leher
a. Distensi vena
b. Pembesaran kelenjar
c. Keluhan lain
3. Dada
a. Retraksi
b. Simetris
c. Tipe pernafasan

: 88x/ menit
: 26 x/ menit
: 37,5C
: 48 kg
: 45 kg
: 3 kg
: 160 cm
: BB/TBxTB (m) = 45/(1,6x1,6) = 45/2,56 = 17,5
: hitam beruban
: halus
: merata
: raambut tampak rapi
: simetris
: pucat
: tidak ada
: ya
: tidak
: agak kabur
: tidak ada

: kering
: kasar
: tidak ada
: tidak ada
: merah muda
: halus
: tidak ada
: 10 buah
: tidak ada
: rapi
: tidak ada
: gigi tampak kotor
: kotor
: tidak teraba
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: ya
: dada

d. Taktil fremitus
e. Masa abdomen
f. Bunyi nafas tambahan
g. Bunyi nafas
4. Abdomen
a. Pembesaran abdomen
b. warna kulit abdomen
c. Tekstur abdomen
d. Distensi abdomen
e. Nyeri tekan
f. Turgor kulit
g. Bunyi abdomen
5. Kulit
a. Sianosis
b. Tanda Radang
6. Ekstremitas
a. Keluhan
b. Warna jari dan kuku
c. Pucat
d. Clubbing
e. Odem
f. Kekuatan otot ekstremitas
g. Tonus otot
h. Tidak mampu mengangkat beban
tremor
i. Tidak mampu berjalan
j. Amputasi
k. keterbatasan gerak

: ada
: tidak ada
: ronkhi
: bronkhial
: Tidak ada
: normal
: halus
: ya
: nyeri tekan pada suprapubik
: jelek
: adanya bunyi timpani
: tidak
: tidak ada
: Badan lemas
: merah muda
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: 2 lemah (dapat menggerakan otot atau bagian
yang lemah sesuai perintah tapi jika ditahan
sedikit saja sudah tak mampu untuk bergerak.
: lemah
: mampu mengangkat benda yang ringan namun
: mampu berjalan namun tremor
: tidak ada
: pasien dapat bergerak namun perlahan- lahan
Ambulasi

l.

gaya berjalan
Kepala
: normal
Pandangan
: baik
Ekstremitas atas
: tremor
Ekstremitas bawah
: termor
Langkah
: perlahan- lahan
Kekuatan
: sedang
Terpasangan IVFD RL 20 tts/m ekstermitas atas kanan
7. Urogenetal
a. apakah terpasang kateter
: ya
b. Jumlah intake dan output
: intake; 6-7 gelas/ hari, output; 1500 ml/ hari
c. apakah ada masa
: tidak ada
d. keluhan lain
: nyeri pada daerah kemaluan dan perut dekat
kemaluan
VII. Pola Aktivitas Sehari-hari
Aktivitas
1. Makan
Pagi
Siang
Sore
Malam

Sebelum sakit

Saat sakit

Roti
Nasi + ikan + sayur
Kasbi atau sagu
-

Nasi + ikan + sayur


Nasi + ikan + sayur
Nasi + ikan + sayur
-

2.

3.

4.

5.

VIII.

Frekuensi makan
Jumlah makan
Keluhan saat makan
Minum
Jenis minuman
Jumlah minuman
Keluhan saat minum
Eliminasi
Frekuensi BAB
Warna feses
Konsistensi
Keluhan BAB
Warna urin
Keluhan BAK
Istirahat dan tidur
Tidur siang
Lama tidur siang
Tidur malam
Lama tidur malam
Keluhan gangguan tidur
Personal hygieni
Frekuensi mandi
Frekuensi sikat gigi
Gantai pakaian
Masalah

3x / hari
porsi dihabiskan
Kurang nafsu makan

Teh dan air putih


8-9 gelas/hari
Tidak ada

Teh dan air putih


6-7 gelas/hari
Tidak ada

2x/hari
Kuning
Lembek
Tidak ada
Kuning
Tidak ada

1x/hari
Kuning kecoklatan
Keras
Sulit BAB
Kuning dan endapan
Terpasang kateter

14.00-15.00 wit
1 jam
22.00-05.00 wit
7 jam
Tidak ada

Tidak tidur siang


24.00-05.00 wit
5 jam
Sering terbangun karena nyeri

2x/hari
2x//hari
2x/hari
Tidak ada

2x/hari (lap badan)


Tidak ada
1 hari sekali
Sulit mandi karena terpasang
kateter serta lemas

Pemeriksaan Penunjang Laboratorium


Tanggal 08-10-2015
Pemeriksaan Diagnostik
Hb
Leukosit
LED
Trombosit
Waktu pembekuan
Waktu pendarahan
Gula darah sewaktu
SGOPT
SGPT
Ureum
Kreatinin

IX.

3x / hari
1 porsi dihabiskan
Tidak ada keluhan

Terapi/Pengobatan
IVFD RL 20 tpm
Cefotaxime 2x1 gr/12 jam/IV
Ranitidine 1 amp/12 jam/IV
Amlodipin 10 mg 0-0-1
Transamin 1 amp / 8 jam
Terpasang kateter fooley

Nilai / Hasil
12,4 g/dl
6800 mm3
60 mm/jam
260.000 mm3
9 menit
3 menit
115 mg/dl
10 ul
11,8 ul
10-19 mg/dl
0,8 mg/dl

Nilai Normal
13-16 g/dl
5000-10.000 mm3
40 mm/jam
200.000-450.000 mm3
5-14 menit
1-7 menit
< 120 mg/dl
< 26 ul
< 31 ul
20-35 g/dl
0,5-1,1 mg/dl

KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif
Pasien mengatakan

Data Objektif

Nyeri pada daerah kemaluan dan perut Skala nyeri : sedang (5)
Ku lemah
dekat kemaluan
wajah tampak meringis
Nyeri menyebar ke paha dan pinggang
Konjungtiva pucat
Nyeri hilang timbul
Kurang mampu melakukan aktivitas Tidak tidur siang
Tidur malam 5 jam
karena nyeri
Frekuensi pernafasan 26 x/ menit
Nafsu makan kurang
Tekanan darah : 110/80 mmhg
Badan lemas
Mata cekung
Nyeri saat kencing
Nyeri tekan pada suprapubik
sulit kencing
Frekuensi nadi : 88x/ menit
Sering tebangun karena nyeri
BB turun 2 kg
IMT 17,5
Mampu mengangkat benda yang ringan
namun tremor
Mampu berjalan namun tremor
Kekuatan otot 2 lemah
Tonus otot lemah
Pasien dapat bergerak namun perlahan- lahan
Ekstremitas atas dan bawah tremor
Langkah berjalan perlahan- lahan
Jumlah makanan porsi dihabiskan

ANALISA DATA
N
o
1

Data

Ds: pasien mengatakan


Nyeri Pada Daerah Kemaluan
Dan Perut Dekat Kemaluan
Nyeri Menyebar Ke Paha Dan
Pinggang
Nyeri Hilang Timbul
Nyeri Saat Kencing
Do:
Skala nyeri : sedang (5)
Ku lemah
wajah tampak meringis
nyeri tekan pada suprapubik
2 Ds: pasien mengatakan
Nafsu makan kurang
Badan lemas
Do:
KU lemah
Jumlah makanan porsi
dihabiskan
IMT 17,5
BB turun 2 kg
3 Ds: pasien mengatakan
Badan lemas
Aktivitas dilakukan dengan
bantuan

Etiologi

Masalah

Distensi kandung kemih

Nyeri

Intake makanan yang


inadekuat

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Kurang Mampu Melakukan


Aktivitas Karena Nyeri
Do:
Ku lemah
Mampu mengangkat benda
yang ringan namun tremor
Tonus otot lemah
Kekuatan otot 2 lemah
Mampu berjalan namun
tremor
Pasien dapat bergerak
namun perlahan- lahan
Ekstremitas atas dan bawah
tremor
Langkah berjalan perlahanlahan
4 Ds: pasien mengatakan
Badan lemas
Sering terbangun karena nyeri
Do:
Frekuensi nadi : 88x/ menit
Frekuensi pernafasan 26 x/
menit
Ku lemah
Konjungtiva pucat
Tidak tidur siang
Tidur malam 5 jam

Kelemahan fisik

Keterbatasan aktivitas gerak

Nyeri vesika urinaria

Perubahan pola istirahat dan


tidur

X. Rumusan Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri b/d Distensi kandung kemih, ditandai dengan:
Ds: pasien mengatakan
Nyeri Pada Daerah Kemaluan Dan Perut Dekat Kemaluan
Nyeri Menyebar Ke Paha Dan Pinggang
Nyeri Hilang Timbul
Nyeri Saat Kencing
Do:
Skala nyeri : sedang (5)
Ku lemah
wajah tampak meringis
nyeri tekan pada suprapubik
2. Nutrisi kurang dari keebutuhan tubuh b/d intake makanan yang inadekuat, ditandai dengan:
Ds: pasien mengatakan
Nafsu makan kurang
Badan lemas
Do:
KU lemah
Jumlah makanan porsi dihabiskan

IMT 17,5
BB turun 2 kg
3. Keterbatasan aktivitas gerak b/d kelemahan fisik, ditandai dengan;
Ds: pasien mengatakan
Badan lemas
Aktivitas dilakukan dengan bantuan
Kurang Mampu Melakukan Aktivitas Karena Nyeri
Do:
Ku lemah
Mampu mengangkat benda yang ringan namun tremor
Tonus otot lemah
Kekuatan otot 2 lemah
Mampu berjalan namun tremor
Pasien dapat bergerak namun perlahan- lahan
Ekstremitas atas dan bawah tremor
Langkah berjalan perlahan- lahan

4. Perubahan pola istirahat dan tidur b/d nyeri vesika urinaria, ditandai dengan:
Ds: pasien mengatakan
Badan lemas
Sering terbangun karena nyeri
Do:
Frekuensi nadi : 88x/ menit
Frekuensi pernafasan 26 x/ menit
Ku lemah
Konjungtiva pucat
Tidak tidur siang
Tidur malam 5 jam
XI.

Prioritas Masalah
1. Nyeri b/d Distensi kandung kemih
2. Nutrisi kurang dari keebutuhan tubuh b/d intake makanan yang inadekuat
3. Keterbatasan aktivitas gerak b/d kelemahan fisik
4. Perubahan pola istirahat dan tidur b/d nyeri vesika urinaria

Vous aimerez peut-être aussi