Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok
manusia yang sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan
bagi umat manusia. Beliau mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana.
Sifat-sifat baiknya itu ditunjukkan pada semua umat manusia, baik pada
kalangan keluarga, sahabat maupun semua penduduk disekitar. Dalam
lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang diperuntukkan bagi
keluarganya.
Hidup berkeluarga, menurut islam, harus diawali dengan pernikahan.
Pernikahan itu sendiri merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh
kedua calon pengantin, harus ada penyerahan dari pihak wali pengantin putri
(Ijab), harus ada penerimaan dari pihak pengantin putra (Qabul) dan harus
disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.
Sebelum membentuk keluarga melalui upacara pernikahan, calon
suami istri hendaknya memahami hukum berkeluarga. Dengan mengetahui
dan memahami hukum berkeluarga, pasangan suami istri akan mampu
menempatkan dirinya pada hukum yang benar. Apakah dirinya sudah
diwajibkan oleh agama untuk menikah. Sehingga perhatian terhadap
kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun
seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan santun berwajah
cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar rumah namun hal yg sama
sulit ia lakukan di dalam rumah tangganya, maka dari itu akhlak mulia ini
harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar
di atas kebaikan, Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi
satu keharusan bagi seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang
ada orang yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada
orang lain di luar rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di dlm rumah
tangganya,Menyinggung akhlak Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
kepada keluarga maka hal ini tdk hanya berlaku kepada para suami sehingga

para istri merasa suami sajalah yg tertuntut utk berakhlak mulia kepada
istrinya,Karena akhlak mulia ini harus ada pada suami dan istri sehingga
bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan. Memang suamilah yg
paling utama harus menunjukkan budi pekerti yg baik dlm rumah tangga
karena dia sebagai sebagai pimpinan. Kemudian ia di haruskan utk mendidik
anak istri di atas kebaikan sebagai upaya menjaga mereka dari api neraka
sebagaimana di firmankan Allah SWT




Wahai orang orang yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga
kalian dari api neraka yg bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaga
malaikat-malaikat yg kasar, yg keras, yg tdk pernah mendurhakai Allah
terhadap apa yg diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yg diperintahkan.
Hidup berkeluarga akan mendatangkan berbagai hikmah yang dapat
dirasakan oleh para pelakunya. Hidup berkeluarga berarti mengamalkan
ajaran yang disyariatkan. Setelah berkeluarga, seseorang akan lebih serius
dalam beribadah. Fikiran tidak lagi memikirkan calon kekasih atau terganggu
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian akhlak?
2. Bagaimana pengertian keluarga?
3. Apa yang dimaksud dengan akhlak dalam keluarga?
4. Bagaimana peran akhlak dalam keluarga ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian akhlak
2. Untuk mengetahui bagaimana pengertian keluarga
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akhlak dalam keluarga
4. Untuk mengetahui bagaimana peran akhlak dalam keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
2

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong


oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang
baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa
arabyang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat1.
B. Pengertian Keluarga
Keluarga dalam bahasa arab adalah AL - Usroh yang berasal dari kata
al- asru yang secara etimologis nempunyai arti ikatan.Kata keluarga dapat
diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu
organisasibio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam
suatuikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan
ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga
keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungansilaturrahim.
Sementara satu2. Al- Razi mengatakanal-asru maknanya mengikat dengan tali,
kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian keluarga adalah proses
transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil
dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang
pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai
kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi,keluarga dan
masyarakat.
Dalam norma ajaran sosial, asal-usul keluarga terbentuk dari perkawinan
(laki-laki dan perempuan dan kelahiran manusia seperti yang ditegaskan Allah
dalm surat an-Nisa ayat satu yang berbunyi:



1 Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandatama,1994 Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern,
Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 107.
2 Ilyas, yunahar, catatan kuliah, fakultas ushuluddin universitas islam imam muhammad ibn suud
riyadh saudi arabia. 1980, hal 59

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu. (an-Nisa ayat 1)
Asal-usul ini erat kaitannya dengan aturanIslam bahwa dalam upaya
pengembangbiakan

keturunan

manusia,hendaklah

dilakukan

dengan

perkawinan. Oleh sebab itu, pembentukan keluarga di luar peraturan


perkawinan dianggap sebagai perbuatan dosa.
C. Akhlak Dalam Keluarga
1. Akhlak Istri Kepada Suami
Adapun kewajiban bagi seorang istri kepada suaminya di bagi
menjadi 53:
Pertama, alangkah mulianya seorang wanita yang berjiwa qana`ah,
cermat dalam membelanjakan harta demi mencukupi suami dan anakanaknya.Dahulu kala, para wanita kaum salaf memberi wejangan kepada
suami atau ayahnya, Berhatilah-hatilah engkau dari memperoleh harta
yang tidak halal.Kami akan sanggup menahan rasa lapar namun kami tak
akan pernah sanggup merasakan siksa api neraka.
Kedua, istri shalihah adalah istri yang berbakti kepada suaminya,
mendahulukan

hak

suami

sebelum

hak

dirinya

dan

kerabat-

kerabatnya.Termasuk dalam masalah taat kepada suami adalah berlaku


baik pada ibu mertua. bukanlah istri shalihah yg dinyatakan dlm hadits
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:

3 Drs.Nipan, Fuad Kauma.1997 Membimbing Istri Mendampingi Suami,Yogyakarta.Mitra


Pustaka. Hal; 187

Sesungguh dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia


adl wanita/istri shalihah. Dan bukan istri yg digambarkan Rasulullah
SAW kepada Umar ibnul Khaththab radhiyallahu anhuma:




Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan
seorang

lelaki

yaitu

istri

shalihah

yg

bila

dipandang

akan

menyenangkannya bila diperintah akan menaatinya dan bila ia pergi si istri


ini akan menjaga harta dan keluarganya.
Oleh karena itu wahai para istri perhatikanlah akhlak kepada suami
dan kerabatnya. Ketahuilah akhlak yg baik itu berat dlm timbangan nanti
di hari penghisaban dan akan memasukkan pemiliknya ke dlm surga.
Ketiga, istri sebagai guru pertama bagi anak-anak, hendaknya
mendidik mereka dengan pendidikan yang baik, memperdengarkan katakata yang baik, mendoakan mereka dengan doa yang baik pula. Semuanya
itu merupakan implementasi bakti istri kepada suaminya4.
Keempat, karakter istri dengan adab baik adalah tidak mengadukan
urusan rumah tangga dan mengungkit-ungkit perkara yang pernah
membuat diri si istri sakit hati dalam pelbagai forum. Hal yang sering
terjadi pada diri seorang wanita yaitu menceritakan keadaan buruk yang
pernah menimpanya kepada orang lain. Seakan dengan menceritakan
masalah yang melilit dirinya urusan akan terselesaikan. Namun yang
terjadi sebaliknya, keburukan dan aib keluarga justru menjadi konsumsi
orang banyak, nama baik suami dan keluarga terpuruk, dan jalan keluar tak
kunjung ditemukan.
kelima, tidak keluar dari rumahnya tanpa memperoleh izin terlebih
dahulu dari suami. Mengenai hal ini, Nabi telah mewanti-wanti dengan
bersabda, Hendaknya seorang wanita (istri) tidak keluar dari rumah
suaminya kecuali dengan seizin suami.Jika ia tetap melakukannya (keluar
4 Alhamdani.Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam.Jakarta:Pustaka Amani.1989, hal 139
5

tanpa izin), Allah dan malaikat-Nya melaknati sampai ia bertaubat atau


kembali pulang ke rumah. (HR. Abu Dawud, Baihaqi, dan Ibnu `Asakir
dari Abdullah bin Umar).
2. Akhlak Suami Kepada Istri
Adapun beberapa kewajiban seorang suami kepada seorang istri 5:
pertama

yang

wajib

diketahui

dalam

mempergauli

istri

adalah

mengedepankan sikap welas asih, cinta, dan kelembutan. Dalam AlQur`an, Allah berfirman;

Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut,
kemudian bila kamu tidak menyukai mereka,(maka bersabarlah) karena
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak. (Qs. An-Nisa` : 19)Rasulullah
Shallallahu alaihi Wassalam bersabda,

Mukmin yg paling sempurna iman adalah yang paling baik
akhlak dan sebaik-baik kalian

adalah yang paling baik terhadap istri-

istrinya.
Kedua, Sebagai seorang kepala keluarga, suami dianjurkan untuk
memperlakukan istri dan anak-anaknya dengan kasih sayang dan
menjauhkan diri dari sikap kasar.Adakalanya seorang suami menjadi tokoh
terpandang di tengah masyarakat, ia mampu dan pandai sekali berlemah
lembut

dalam

tutur

kata,

sopan

dalam

perbuatan

tapi

gagal

memperlakukan keluarganya sendiri dengan sikapnya saat berbicara


kepada masyarkat.
Ketiga, seorang suami sangat membutuhkan pasokan kesabaran
agar ia tangguh dalam menghadapi keadaan yang tidak mengenakkan.
Suami tangguh adalah suami yang tidak mudah terpancing untuk lekas
naik pitam saat melihat hal-hal yang kurang tepat demi cinta dan rasa
5 Alwi Maliki,Muhammad.Etika Islam Tentang Sistem Keluarga.surabaya:Mutiara Ilmu.1995, hal
68

sayangnya kepada istri.Betapa sabarnya Rasulullah sebagai seorang suami


dalam mengurusi paraistrinya. Begitu sabarnya, sampai-sampai sebagai
sahabat beliau mengatakan, Tidak pernah aku melihat seseorang yang
lebih pengasih kepada keluarganya melebihi Rasulullah Shallallahu
alaihi Wassalam.(HR. Muslim).
Keempat, seorang suami hendaknya mampu mencandainya.Adanya
canda dan tawa dalam kehidupan berumah tangga lazim selalu dilakukan.
Bayangkan apa yang terjadi jika pasangan suami-istri melalui hari-harinya
tanpa canda. Lambat laun rumah tangganya menjadi bak areal pemakaman
yang sepi, senyap, hampa.Suami yang ingin menunaikan hak-hak istrinya
akan berusaha mengundang canda, gurauan, yang mencairkan suasana
dengan senyum dan tawa; berusaha untuk bermain perlombaan dengan
istri seperti yang dilakukan Rasulullah kepada istrinya Aisyah Ra.Dalam
diri setiap manusia terdapat sifat kekanak-kanakan, khususunya pada diri
seorang wanita. Istri membutuhkan sikap manja dari suaminya dan
karenanya jangan ada yang menghalangi sikap manja seorang suami untuk
istrinya.
D. Peran akhlak dalam keluarga
1. Membentuk Anak Yang Sholeh Dan Sholehah
Setiap orang tua pasti mendambakan anak yang shalih, berakhlak
mulia, berguna bagi nusa dan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut
orang tua memiliki peran yang sangat penting, sebab keluarga merupakan
arena pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, sebab setelah
kelahirannya, ia berinteraksi dengan orang tua dan keluarganya.Anak lahir
ke dunia dalam keadaan fitrah. Ia tiada mempunyai dosa warisan dari
siapapun juga. jelaslah bahwa pendidikan yang diberikan orang tua sangat
berpengaruh bagi anak sehingga jika pendidikan tersebut tidak baik, maka
hasilnya juga tidak baik.
Demikian pula bila orang tua berusaha dan melakukan pendidikan
terhadap anaknya dengan baik, maka hasilnyapun baik pula bagi anak.[6]

Akan tetapi karena keterbatasan orang tua dalam mengajar dan mendidik
anak,

maka

untuk

kelanjutan

pendidikan

memerlukan

bantuan

orang(guru/ustadz/kyai) untuk memberi pendidikan yang intensif. Hal ini


dilakukan karena anak harus disiapkan sedini mungkin secara terarah,
teratur dan disilin agar dapat bertahan dalam kehiduan yang dinamis dan
mampu mengantisipasi dari godaan dan hal-hal yang dapat merusak
keimanan6.
Dalam era globalisasi ini, keterbukaan budaya sangat memengaruhi
terhadap prilaku, sikap dan mental anak, suasana lingkungan dan
perkembangan teknologi membawa dampak yang besar terhadak
kehidupan kerohanian dan perubahan nilai-nilai. Bertolak dariinilah orang
tua dengan mutlak harus memberi bekal kerohanian kepada anak-anaknya.
Keluarga adalah sebagai suatu masyarakat kecil, mempunyai peran
bagi pendidikan akhlak anak-anak, karena bagi anak, keluarga merupakan
lingkungan pertama dan utama dalam interaksi.
Orang tua merupakan sebutan yang ditunjukan pada ayah dan ibu
yang mempunyai anak, mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang baik, berakhlakul
karimah. Karena keduanya merupakan orang yang sering diajak
berinteraksi juga menjadi figure yang selalu ditiru oleh anak.
Pendidikan anak, terutama pendidikan akhlak bagi anak-anak
menjadi sangat penting karena mereka akan menghadapi suatu yang sama
sekali berbeda dengan yang kita hadapi sekarang. Pembekalan akhlak pada
anak-anak menjadi dominant supaya mereka mampu bertahan hidup
dengan terhindar dari semua yang akan menjerumuskan mereka kedalam
hal-hal yang. Mengingat begitu pentingnya pendidikan akhlak yang
dilakukan dari sebuah latanan yang paling kecil yaitu keluarga, maka
banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang menekankan pentingnya
pendidikan akhlak, yang salah satunya terdapat dalam surat an-Nisa ayat
6 Junaedi,Dedi.Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut Al-Quran dan AsSunnah.Jakarta:Akademika Pressindo.2002, hal 70

36. dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa akidah sangat erat kaitannya
dengan ibadah dan akhlak. Sesudahkita diperintahkan untuk menyembah
Allah dan dilarang menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apaun, baik itu waktu, jabatan, pekerjaan, kesenangan,
kedudukan, berhala ataupun yang lain.
2. Akhlak kepada orang tua {birrul walidain}
Istilah birrul walidain berasal langsung dari Nabi Muhammad saw.
Dalam sebuah riwayat disebut bahwa Abdullah ibn masud seorang
sahabat Nabi yang terkenal bertanya kepada Rasulullah saw tentang
amalan apa yang di sukai oleh ALLAH SWT, Beliau menyebutkan
pertama sholat tepat pada waktunya; kedua birrul walidain dan ketiga, aljihadu fi sabilillahi (H, mutafaqun alaihi)
Birrul walidain terdiri dari kata birru dan al- walidaini .birru atau
al- birru yang artinya kebajikan (ingat penjelasan tentang al-birru dalam
surat Al-baqarah ayat 1772), al- walidain artinya dua orang tua atau bapak
dan ibu, jadi birrul walidain artinya adalah berbuat kebajikan kepada
kedua orang tua, seperti dalam firman allah swt:
dan tuhanmu telah memerintahkanmu supaya kamu jangan
menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu (QS, Al-isra:23)
a. kedudukan birrul walidain
birrul walidain menempati kedudukan yang istimewa dalam ajaran
islam, ada beberapa alasan yang membuktikan hal tersebut, antara lain
dalam firman allah: dan ingatlah ketika kami mengambil janji dari
bani israil yaitu: janganlah kamu menyembah selain allah, dan
berbuat baiklah kepada ibu bapakmu, ( QS.Al-baqarahayat 83)
Dalam hadist rasulullah SAW menyebutkan bahwa: keridhoan
allah ada pada keridhoan orang tua dan kemarahan allah ada
terhadap kemarahan orang tua (HR. Tirmidzi)
Demikianlah allah dan rasul-nya menempatkan birrul walidain
pada posisi yang istimewa setelah ibadah kepadanya dan menjadi
sebuah landasan akan keridhoanya, sehingga berbuat baik kepada
9

orang tua menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka
kepada orang tua menempati posisi yang sangat hina,
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan
perjuangan seorang iu dalam mengandung, menyusui, merawat dan
mendidik anaknya. Dan hal itu di jelaskan dalam (surat luqman ayat
14) sebagaiman yang telah kita kutip di atas. Kemudian bapak
sekalipun tidak ikut mengandung dan menyusui, tapi dia berperan
penting

dalam

mencari

nafkah,

membimbing,

melindungi,membesarkan dan mendidik anakya sehingga ia mampu


berdiri sendiri, bahkan sampai waktu yang tak terbatas
berdasarkan hal-hal demikian, maka wajar jika seorang anak di
tuntut untuk berbuat kebaikan dengan sebaik-baikya kepada ke-2 orang
tuanya dan di larang keras untuk mendurhakai keduanya7.
b. Bentuk-bentuk birrul walidain
banyak cara bagi seorang anak untuk dapat mewujudkan birrul
walidain tersebut, antara lain sebagai berikut:
1) Mengikuti apa yang orang tua inginkan dalam berbagai aspek
kehidupan baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh maupun
masalah lainya. Dengan catatan keinginan atau saran dari orang tua
tersebut sesuai dengan ajaran islam, dan pabaila bertentangan maka
anak wajib menolaknya dengan cara yang baik, seraya dengan
meluruskan hal sedemikian sesuai dengan tuntunan al-Quran:
dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya
dengan baik...(QS, al-luqman ayat 15)
Rasulullah juga menegaskan bahwa: tidak ada ketaatan
dalam maksiat kepada Allah, ketaatan hanyalah semata dalam hal
yang maruf..(HR. Muslim)
Dalam hal ini sering terjadi sebuah problem, bagaiman
ajika orang tua dan anak berbeda pendapat dan keinginan.
7 Tim Kreatif Putra Nugraha. Aqidah Akhlak.Surakarta:Putra Nugraha.2010, hal 83
10

Misalkan dalam hal menentukan sekolah mana yang akan di


masuki, pekerjaan, atau yang sering terjadi dalam lingkup
masyarakat seperti menentukan jodoh jodoh misalnya, bahkan
tidak jarang seorang anak menikah tanpa memberitahukan kepada
kedua orang tuanya, apabila hal ini di lakukan oleh seorang
muslimah maka itu merupakan pelanggaran akhlak dan juga
pelanggaran hukum (fiqih), karna seorang wanita harus di nikahkan
oleh walinya atau petugas yang mendapatkan perwakilan dari
walinya, dan apabila hal tersebut di lakukan oleh seorang pemuda
muslim, maka jika kita melihat dari hukum (fiqih) tidak ada yang di
langgarnya (nikahnya sah) tapi bagaimana dari segi akhlak, hal ini
sering trjadi problem karna seorang anak harus patuh kepada kedua
orang tuanya, dalam hal ini biasanya sang anak seringkali beralasan karna tidak ingin memungkiri janjinya dan tidak ingin
mengecewakan calon isterinya (karena terlanjur berjanji)8.
sebenarnya hal yang harus di lakukan adalah mengajak
musyawarah kedua orang tua terlebih dahulu sebelum menikah,
jangan setelah dia terbentur baru dia mengaku dan memberi alasan
(karena tidak ingin mengecewakan calon isterinya), maka dalam
kasus yang seperti ini akhlak seorang anak di uji, apakah dia lebih
mengutamakan orang tuanya yang amat besar jasanya, atau
mengecewakan wanita yang baru saja ia kenal dalam waktu yang
relatif singkat.?
Namun bagi orang tua ini adalah sebuah catatan, bahwa
orang tua yang bijaksana tidak akan memaksakan keinginanya
kepada anakya, meskipun orang tua pazti ingin memberikan yang
terbaik untuk anaknya, maka orang tua juga harus bisa membuka
diri dan berusaha memahami pilihan anakya.

8 Junaedi,Dedi.Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut Al-Quran


dan As-Sunnah.Jakarta:Akademika Pressindo.2002, hal 70
11

2) Menghormati dan memuliakan orang tuadengan penuh rasa


terimakasih dan kasih sayang atas jasa-jasa keduanya yang tidak
mungkin bisa di nilai dengan apapun. Yang melahirkan, mendidik,
membesarkan, merawat dan melindungi anaknya. Seperti dalam
firman Allah swt: dan kami wasiatkan (wajibkan) kepada
manusia (berbuat baiklah) kepada kedua orang tuamu (ibu dan
bapaknya), ibu yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun,
bersyukurlah kepada-ku dan kedua

ibu bapakmu, hanya

kepadakulah kembalimu..(QS.luqman ayat14)


banyak cara untuk menunjuka rasa hormat kepada orang tua,
antara lain, memanggilnya dengan panggilan yang mennjukan
hormat, berbicara kepadanya dengan lemah lembut , tidak
mengucapkan kata-kata kasar (apa lagi jika mereka sudah lanjut
usia), pamit kalau meninggalkan rumah, (kalau tinggal se-rumah),
memberi kabar tentang keadaan kita dan menanyakan kabar
keduanya lewat surat atau telpon (bila tidak tinggal se-rumah)
3) Membantu orang tua baik secara fisik atau materil, mengerjakan
pekerjaan orang tua (terutama ibu) mengerjakan pekerjaan rumah
jika sebelu berkeluarga, atau secara finansial, baik untuk membeli
makanan, apalagi untu berobat. Rasulullah saw menjelaskan
bahwa, betapapun banyaknya kau mengeluarkan uang untuk
membantu orang tuamu tidak sebanding, dengan jasanya
kepadamu
4) Mendoakan ibu dan bapak semoga di beri ampunan, rahmat dan
kasih sayang oleh Allah swt, seperti yang terdapat dalam AlQuran doa Nabi nuh memintakan keampunan untuk orang tuanya
, dan perintah kepada setiap anak untuk memohonkan rahmat
Allah bagi orang tuanya
5) setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa di
teruskan dengan cara antara lain:
a) menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya

12

b) melunasi hutang-hutangnya
c) melaksanakan wasiatnya
d) meneruskan silaturrahim yang di binanya di waktu hidup
e) memuliakan sahabat-sahabatnya
f) mendoakanya
c. Uququl walidain
Seperti yang sudah di jelaskan di atas bahwa ALLAH SWT
menempatkan perintah untuk birrul walidain langsung sesudah
perintah untuk beribadah kepada-Nya, maka sebaliknya ALLAH SWT
menempatkan uququl walidain sebagai dosa-dosa besar ranking kedua
sesudah syirik9.
Uququl walidain artinya mendurhakai kedua orang tua, istilah
inipun berasal langsung dari rosulullah saw sebagaimana ddi sebutkan
dalam salah satu hadistnya
dosa-dosa besar adalah: memper sekutukan allah. Durhaka
kepada kedua orang tua, membunuh orang dan sumpah palsu.. (HR.
Bukhari)
Demikianlah pembahasan tentang birrul walidain sebagai
penutup Mari kita berdoa kepada allah
ya allah ampunilah dosa-dosaku dan dosa orang tuaku dan
kasihilah mereka seperti mereka mengasihiku di waktu kecil

9 Ilyas, yunahar, catatan kuliah, fakultas ushuluddin universitas islam imam muhammad
ibn suud riyadh saudi arabia. 1980, hal 59
13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena
merekalah anak mula-mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak
mampu menghayati suasana kehidupan religius dalam kehidupan keluarga
yang akan berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari yang merupakan hasil
dari bimbingan orang tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak mulia, budi
pekerti yang luhur yang berguna bagi dirinya demi masa depan keluarga
agama, bangsa dan negara.

14

B. Saran
Setelah memahami makalah ini, maka sebaiknya kita mempelajari
sumber-sumber hukum Islam, dalil-dalil yang shahih yang menunjukkan
kepada kita hukum Allah swt, apa syarat-syarat ijtihad, dan bagaimana metode
berijtihad yang benar sesuai batasan-batasan syariat. Kemidian
mengapllikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah
memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.

15

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak


terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu,

2015

Penyusun

DAFTAR ISI
i

HALAMAN JUDUL .......................................................................................


KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFATR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan .................................................................................................2

16

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak..................................................................................3
B. Pengertian Keluarga...............................................................................3
C. Akhlak Dalam Keluarga........................................................................4
D. Peran akhlak dalam keluarga.................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................15
B. Kritik dan Saran ...................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................iii

MAKALAH
ii
AKHLAK III

Akhlak dalam Rumah Tangga

17

Oleh :
Lisa Andayani
1316351566

Dosen Pembimbing :
Jonsi Hunandar, M. Ag

AKHLAK TASAWUF
FAKULTAS USUHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)
BENGKULU
2015
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandatama,1994 Keluarga Muslim Dalam
Masyarakat Modern, Bandung: Remaja Rosdakarya
Drs.Nipan,

Fuad

Kauma.1997

Membimbing

Suami,Yogyakarta.Mitra Pustaka.
18

Istri

Mendampingi

Ilyas, yunahar, catatan kuliah, fakultas ushuluddin universitas islam imam


muhammad ibn suud riyadh saudi arabia. 1980
Alwi Maliki,Muhammad.Etika Islam Tentang Sistem Keluarga.surabaya:Mutiara
Ilmu.1995
Alhamdani.Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam.Jakarta:Pustaka Amani.1989
Junaedi,Dedi.Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut AlQuran dan As-Sunnah.Jakarta:Akademika Pressindo.2002
Tim Kreatif Putra Nugraha. Aqidah Akhlak.Surakarta:Putra Nugraha.2010

iii

19

Vous aimerez peut-être aussi