Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar CH3COOH.
titrimetrik lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh
titrasi.
Rekasi-reaksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik
asam-basa adalah sebagai berikut :
Jika HA merupakan asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa,
maka reksinya adalah : HA + OH- A- + H2O
Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka
reaksinya adalah : BOH + H+ B+ + H2O
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam
basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH- H2O dan terdiri dari beberapa
kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat
dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah.
Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam
analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis
kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan
bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan
HCl. (Underwood, 1986)
Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi pentralan, menggunakan
dua macam cara, yaitu :
1. Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekivalen
(grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa.
Diketahui : grek (garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N),
Maka pada titik ekivalen : V asam x N asam = V basa x N basa; atau
V1 x N1 = V2 x N 2
Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama
dengan molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan tetapi untuk asam
berbasa dua dan basa berasam dua 1 M = 1 N.
2. Berdasarkan koefisein reaksi atau penyetaraan jumlah mol Misalnya
untuk reaksi : 2 NaOH + (COOH)2(COONa) + H2O(COOH)2 = 2
NaOH Jika M1 adalah molaritas NaOH dan V1 adalah volume NaOH,
sedangkan M2 adalah molaritas (COOH)2 dan V2 adalah volume
(COOH)2, maka :
V1 M1 x 1 = V2 M 2 x 2V2 M 2
Oleh sebab itu : V NaOH x M NaOH x 1 = V (COOH)2 x M
(COOH)2x
larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung
ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang
terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan
(sebaiknya pada suhu 110-1200C).
2. Zat
harus mempunyai
ekuivalen
proton
ditransfer
dari
satu
molekul
ke
molekul
yang
lain.
Dalam aside-alkalimetri, 1 ekivalen asam atau basa ialah sebanyak senyawa ini
yang dapat melepaskan 1 mol ion H+. Proses untuk menentukan banyaknya
ekivalen asam dibutuhkan untuk menetralkan sevolume larutan basa atau
sebaliknya disebut titrasi, sehingga :
Jumlah ekivalen asam = jumlah ekivalen basa.
Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut
titrasi. Titik (saat) dimana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekivalen (setara)
atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu
perubahan, yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan
standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih
lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai
indikator.
Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya
mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Keenan, 2002).
Fenophtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak
terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa
fenophtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena
anionnya (Day, 1981).
Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonic di mana di dalam
suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya
memberikan warna kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat
sebagai basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan
memberikan warna merah dari ion-ionnya (Day, 1981).
Suatu indikator dapat berubah warnanya pada daerah pH tertentu, misalnya:
Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa diperlukan suatu
larutan baku. Larutan baku yang dibuat dengan menimbang zatnya lalu
melarutkan sampai volume tertentu, secara langsung konsentrasinya diketahui.
Larutan semacam ini disebut larutan baku primer, contohnya larutan asam oksalat.
Larutan baku yang konsentrasinya ditentukan melalu titrasi dengan larutan baku
primer dinamakan larutan baku sekunder. Contohnya NaOH yang konsentrasinya
didapatkan dengan mentitrasinya dengan larutan baku primer.(Team teaching,
2005)
Titran ditambahkan melalui buret. Dalam volumetrik, penentuan zat dilakukan
dengan cara titrasi yaitu suatu proses dimana larutan baku atau titran (dalam
bentuk larutan yang diketahui konsentrasinya) ditambahkan sedikit demi sedikit
sampai bereaksi sempurna dengan larutan yang akan ditentukan konsentrasinya
dan mencapai jumlah ekivalen secara kimia. Pada kondisi tersebut mol ekivalen
larutan yang dititrasi dan titik akhir titrasi ini dinamakan titik ekivalen atau titik
akhir teoritis. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara
stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik
ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian
dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu
senyawa.Untuk mengetahui kesempurnaan berlansungnya reaksi maka digunakan
suatu zat yang disebut indicator. Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk
menunjukkan titik akhir titrasi telah dicapai. Umumnya indikator yang digunakan
adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.
Indicator tersebut akan menyebabkan perubahan warna larutan.
3.4. Pembakuan
II
III
Titik Akhir
11,1 mL
22,1 mL
10,75 mL
Titik Awal
0 mL
11,1 mL
0 mL
Selisih
11,1 mL
11 mL
10,75 mL
10,95 mL
Rata-rata
Rata-rata
II
III
Titik Akhir
15,35 mL
16,60 mL
15,60 mL
Titik Awal
0 mL
0 mL
Selisih
15,35 mL
16,60
15,60 mL
15,85 mL
= 500 mL
Massa NaOH
= 2 gram
Volume larutan
= 500 mL
Laporan Praktikum Alkalimetri | 7
= mol H2C2O4.H2O / V
= 0,025 mol / 0,5 L
= 0.05 M
N H2C2O4.H2O = M x n
= 0.05 M x 4
= 0,02 N
H2C2O4.H2O(S) + 2NaOH(aq) Na2C2O4 (aq) + 3H2O(l)
2 x N1 x V1 = N2 x V2
2 x (0,02N) x 10 mL = N2 x Vtitrasi/3
0.44
= N2 x 32,85 Ml / 3
0,44
= N2 x 10,95 mL
N2
= 0,04 N
4.3. Pembahasan
Pada praktikum alkalimetri ini, sampel yang akan ditentukan
konsentrasi atau kadarnya adalah senyawa asam lemah yaitu asam asetat
(CH3COOH). Pada saat pembuatan sample dilakukan di dalam lemari asam,
hal ini bertujuan agar CH3COOH tidak terkontaminasi dengan udara atau
bahan-bahan yang lainnya. Pada saat pengambilan asam asetat di lakukan
dengan menggunakan pipet, sebanyak 10 mL. Pada saat memasukkan asam
asetat kedalam labu ukur, sebaiknya gelas ukur di cuci dengan aquades agar
kandungan asam asetat yang masih menempel ikut serta masuk kedalam
labu ukur, kemudian hasil bilasannya di masukkan kedalam labu ukur.
Larutan NaOH yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam
buret (pipa panjang berskala) melalui corong terlebih dahulu, hal ini
bertujuan agar pertumpahan larutan baku dapat lebih diminimalisir dan
jumlah titran yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah
titrasi. Larutan asam oksalat yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia
(erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai
pipet. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya
disekitar titik ekivalen.
Pada praktikum kemarin kami menggunkan indicator Fenophtalein
yang akan berubah warna menjadi pink pada saat telah tercapainya titik
ekivalen, namun pada saat praktikum, perubahan warna yang terjadi adalah
pink keunguan karena titik ekivalennya telah terlampaui.
Data titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen
Seperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik
ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam oksalat
dan natrium hidroksida keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada
yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal
asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes
indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat
didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup
banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen.
Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator
phenolptalein . Titik pada titrasi dimana phenolptalein warnanya berubah
menjadi warna merah jambu, karena indikator ini dapat berubah warna
dalam keadaan basa, yaitu diantara PH 8-10 , fenomena ini disebut dengan
disebut titik akhir titrasi. Volume NaOH yang terpakai dicatat dan
percobaan ini dilakukan dua kali lagi, data yang telah terkumpul digunakan
untuk menentukan kadar NaOH dalam satuan Normalitas.
Laporan Praktikum Alkalimetri | 9
Na+ + OH-
=1M
Laporan Praktikum Alkalimetri | 11
pOH
= -log OH-
pOH
= -log 1
=0
pH = 14 pOH
= 14 0
= 14
Hasil perhitungan pH larutan NaOH 2 M dan 4 M secara teoritis
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. pH larutan NaOH 1M, 2M dan 4M
Konsentrasi
pH
NaOH
1M
14
2M
14,3
4M
14,6
V. Kesimpulan
Titrasi alkalimetri pada percobaan ini adalah untuk mengukur kadar
konsentrasi CH3COOH (asam lemah) dengan NaOH sebagai basa kuat. Reaksi
netralisasi dapat diamati dengan baik ketika terjadi perubahan warna dari bening
Laporan Praktikum Alkalimetri | 12
menjadi
pink
dengan
menggunakan
indikator
phenophtalein
sebagai
Praktikan