Vous êtes sur la page 1sur 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

Disusun Oleh:
Rika Nanda D.J
H3113079

DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

ACARA 1
GLOBAL MIGRASI, GRAMATUR, DENSITAS, dan KETAHANAN
JATUH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kemasan merupakan salah satu cara atau metode untuk
memberikan perlindungan pada pangan yang telah dihasilkan baik dalam

bentuk bungkusan maupun menempatkan produk dalam suatu wadah. Hal


ini dimaksudkan agar produk dapat terhindar dari pencemaran (senyawa
kimia dan mikroba), kerusakan akibat fisik (gesekan, getaran, dan
benturan), senyawa lingkungan (oksigen, uap air), dan gangguan binatang
(serangga), sehingga mutu dan keamanan produk tetap terjaga serta dapat
disimpan dalam kurun waktu yang lebih lama. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, budaya dan teknologi, kemasan pangan
tidak hanya dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk melindungi
produk pangan, tetapi juga sarana promosi, informasi, dan estetika. Agar
berfungsi dengan benar sebagai pengemas idealnya pengemas harus
memenuhi beberapa persyaratan diantaranya seperti : tidak beracun, dapat
melindungi bahan pangan dari kotaminasi biologi, mikroorganisme, dan
debu.
Konsep edible film dan coating merupakan inovasi untuk membuat
kemasan baru dari bahan alami. Hal ini karena edible film dan coating
tersedia dengan berbagai sifat yang dapat membantu untuk meringankan
banyak masalah yang dihadapi dengan makanan. Edible film dapat
diproduksi dari bahan dengan film membentuk kemampuan. Komponen
digunakan untuk pembuatan edible film dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kategori: hidrokoloid, lipid dan komposit. Film hidrokoloid memiliki baik
sifat penghalang terhadap oksigen, karbon dioksida, dan lipid tetapi tidak
untuk uap air. kebanyakan hidrokoloid film juga memiliki sifat mekanik
yang luar biasa, yang cukup berguna untuk produk makanan tidak tahan
lama. Namun, potensi fungsi dan aplikasi dari film dan coating menjamin
peningkatan pertimbangan. Penelitian yang luas masih diperlukan pada
metode pembentukan film dan metode untuk meningkatkan Film sifat dan
potensi aplikasi.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara 1 yaitu:
1.
Menentukan global migrasi, gramatur dan densitas kemasan
2.
Menentukan ketahanan jatuh dari kemasan gelas plastik
B. Tinjauan Pustaka

Pengemasan adalah kegiatan menempatkan pangan dalam wadah


tertentu untuk diangkut ke tempat tujuan. Pengemasan harus dilakukan sebaik
mungkin agar pangan yang diangkut tetap dalam keadaan baik. Pengemas
bisa dari plastik, kaleng dan juga aluminium (Nasrudin, 2014).
Plastik sebagai wadah makanan dan minuman memang sudah biasa
digunakan. Namun sebaiknya kita tidak sembarang memilih plastik sebagai
wadah makanan. Jika tidak berhati-hati, jenis material yang digunakan akan
berdampak buruk bagi kesehatan. Plastik terdiri atas berbagai polimer atau
monomer-monomer. Pada kondisi tertentu, kontak antara plastik dan makanan
bisa menyebabkan migrasi (perpindahan) bahan-bahan kimia dari wadah ke
makanan. Migrasi terjadi akibat pengaruh suhu panas makanan, waktu
penyimpanan, dan proses pengolahannya. Semakin tinggi suhu maka semakin
tinggi kemungkinan terjadi migrasi. Lamanya waktu penyimpanan makanan
juga berpengaruh terhadap perpindahan materi berbahan kimia ini. Semakin
lama kontak antara makanan dengan kemasan plastik, semakin tinggi jumlah
bahan kimia yang bermigrasi ke makanan. Jika hal ini terjadi terus-menerus
akan mengganggu kesehatan dan akan meningkatkan resiko kanker serta
beberapa penyakit berbahaya lainnya (Irawan, 2013).
Salah satu jenis kemasan plastik yang banyak digunakan di Indonesia
adalah polistiren. Polistiren merupakan senyawa polimer dengan bahan dasar
stiren sebagai monomernya. Kemasan polistiren mempunyai keuntungan
dapat berbentuk kaku, film dan busa. Polistiren dalam aplikasinya digunakan
antara lain sebagai kemasan pelindung untuk telur, wadah, tutup gelas,
cangkir, piring, botol, dan nampan makanan. Dalam penelitian, stiren dan
senyawa aromatik lainnya ditemukan pada air panas dalam kemasan
polistiren busa dan polistiren gelas. Selain faktor suhu, peningkatan migrasi
bahan kemasan pangan ke dalam pangan juga dipengaruhi oleh lamanya
kontak dengan pangan selama penyimpanan. Migrasi stiren juga dipengaruhi
oleh jenis pangan yang kontak langsung dengan wadah polistiren, sehingga
dalam menentukan kajian paparan stiren dalam suatu kelompok masyarakat,

diperlukan data jenis pangan yang dikemas dalam kemasan polistiren tersebut
(Mariana, 2013).
Kemasan makanan dan peralatan rumah tangga pada saat ini sangat
beragam. Masyarakat dihadapkan pada banyak pilihan, namun diindikasikan
adanya bahaya migrasi dibalik penggunaan produk tersebut. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian tentang karakterisasi migrasi kemasan dan
peralatan rumah t angga berbasis polimer. Penelitian telah dilaksanakan di
Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) (Sugiantoro, 2013).
Sifat kelenturan hanya salah satu sifat kemasan bisa dimakan yang perlu
diperhatikan.

Pemilihan

penggunaan

kemasan

bisa

dimakan

perlu

meperhatikan sifat-sifat lain yang digolongkan menjadi sifat pemagar, sifat


mekanik dan sifat kelarutan. Sifat pemagar adalah kemampuan sifat tersebut
dalm memagari uap air dan atau oksigen yang ada di udara untuk masuk dan
bersentuhan dengan makanan dan memagari bahan penyebab aroma dan rasa
makanan untuk keluar dari kemasan udara (Brojonegoro, 2007).
Fungsi utama kemasan adalah melindungi produk. Fungsi kedua
kemasan adalah untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi
konsumen. Sebab dengan adanya kemasan, ukuran dan desain produk dapat
dirancang (Simamora, 2003).
Fungsi pengemasan makan adalah mencegah perubahan suhu terhadap
lingkungan luar. Sebagai contoh pembungkus makanan kering atau makanan
beku dapat mencegah pengaruh perubahan suhu dari luar. Kemasan makanan
kering dapat mencegah kekeringan akibat kontak langsung suhu beku dan
makanan (Yuyun, 2011).
Kemasan adalah paket keseluruhan yang menjadi selling utama
proposisi,

yang

merangsang

perilaku

pembelian

impuls.

Kemasan

meningkatkan penjualan dan pasar berbagi dan mengurangi pasar dan biaya
promosi. paket banding perhatian konsumen terhadap merek tertentu,
meningkatkan citra, dan merangsang konsumen persepsi tentang produk.
Selanjutnya, kemasan menyampaikan nilai khas untuk produk, kemasan
bekerja sebagai instrumen untuk diferensiasi, dan membantu konsumen untuk

memutuskan produk dari berbagai macam produk paralel, kemasan juga


merangsang perilaku pembelian pelanggan (Ahmed, 2014).
Komponen kemasan produk mengacu pada kontainer setiap di mana
itu ditawarkan untuk dijual dan di mana informasi dikomunikasikan.
Kemasan produk konsumen sangat penting pada titik penjualan. Hal ini
memainkan peran utama ketika produk yang dibeli. Setelah semua, itu adalah
hal pertama yang dilihat sebelum membuat pilihan pembelian dan secara luas
diakui bahwa lebih dari 50% dari pembelian keputusan dibuat di rak, atau
tempat pembelian. Kemasan yang inovatif dapat memberikan perusahaan
keuntungan lebih dari pesaing. Kemasan harus konsisten dengan produk
iklan, harga dan distribusi (Abdalkrim, 2013).
Kemasan tampaknya menjadi salah satu faktor penting dalam keputusan
pembelian yang dibuat pada titik penjualan di mana ia menjadi bagian
penting dari proses penjualan. Dalam lingkungan ritel yang kompetitif saat
ini, konsumen yang terkena kebanyakan pesan pada kemasan dan
merchandising. Ketika konsumen dimanjakan untuk pilihan dalam hal
berbagai produk yang tersedia, mereka bergantung pada eksternalitas produk,
seperti kemasan, sebagai sinyal dari kualitas yang dirasakan. Ini menyajikan
pemasaran dengan tantangan untuk sangat bergantung pada komunikasi
visual kemasan untuk menginformasikan dan membujuk konsumen, baik di
titik pembelian dan pada titik konsumsi (Dhurup, 2013).
Masalah-masalah ini menyebabkan para peneliti untuk meneliti
penggunaan sistem kemasan yang berbeda untuk menurunkan tingkat
kerusakan. Penerapan penyerap oksigen, pengering dan antimikroba dengan
plastik fleksibel kemasan, seperti aluminium foil tas dan kantong plastik
logam, untuk makanan ringan. Tujuan khusus dari penelitian kami adalah
untuk menentukan kimia dan fisika sifat gaya Thai goreng kerupuk nasi
dikemas dalam dua jenis bahan kemasan. Ini adalah putih polypropylene
berorientasi co-ekstrusi dan kepadatan linear rendah polyethylene (OPP /
LLDPE) kantong plastik dan multilayer dilaminasi metalized (MET) kantong
plastik. Kedua jenis tas yang bekerja dengan empat kondisi; tidak ada,

oksigen penyerap, pengering dan kombinasi absorber oksigen dan pengering


(Namsai, 2008).
C. Metode Praktikum
1. Alat
a. Beker glass
b. Jangka sorong
c. Neraca analitik
d. Oven
e. Penangas air
f. Penangas listrik
2. Bahan
a. Air minum kemasan (cokro, total, club, utra)
b. Aquadest
c. Asam asetat 4%
d. Kemasan kertas (richees, top, gery, momogi, coki-coki)
e. Kemasan plastic
f. Simulan
3 bungkus kemasan plastik

Ditimbang
3. Cara Kerja
1. Global
Migrasi
Dimasukkan
120 ml
simulan ke gelas beker yang telah ditimbang sebelumnya

Dipanaskan dalam penangas air sampai suhu 60oC

Dimasukkan 3 bungkus kemasan plastik ke dalam beker glass dan didiamkan 30 menit

Sampel dikeluarkan, beker glass dipanaskan di atas penangas listrik

Setelah diuapkan, dimasukkan beker glass ke dalam oven 105oC selama 2 jam

Beker glass didinginkan dalam desikator dan ditimbang beratnya

Ditentukan global migrasinya

2. Gramatur dan Densitas


Kemasan karton

Dipotong 5x5cm sebanyak 3 buah

Ditimbang masing-masing potongan

Diukur ketebalan tiap-tiap potongan pada 5 tempat dengan jangka sorong, kemudian dirata-ra

Ditentukan gramatur dan densitas kemasan

3. Ketahanan Jatuh
8 gelas air minum dalam
kemasan
Dijatuhkan satu persatu dari ketinggian minimal 75 cm dari lantai
Diamati hasil jatuhan secara visual

Bila semua sampel pada pengujian hasilnya bagus maka dianggap


memenuhi syarat lulus uji

D. Hasil dan Pembahasan


Tabel 1.1 Penentuan Global Migrasi Kemasan Kembang Gula
Kel.

kemasan

Relaxa

Relaxa

Mints

Mentos

Mentos

Relaxa

Relaxa

Mints

Mentos

10

Mentos

simulan
Aquade
s
Alkoho
l 70%
As.
Asetat
4%
Aquade
s
Alkoho
l 70%
Aquade
s
Alkoho
l 70%
As.
Asetat
4%
Aquade
s
Alkoho
l 70%

Berat
Sampel
(W) (gram)

Berat
Berat
Global
Beker glass Beker glass
Migrasi (ppm)
awal (A)
akhir (B)

0,4

124,838

124,856

5,75 x 104

0,4

126,685

126,705

5 x 104

0,5

103,780

103,810

7,5

0,4

127,175

127,203

7 x 104

0,3

125,221

125,241

0,396

103,782

103,806

60606

0,403

126,688

126,695

17370

0,455

124,831

124,893

136246

0,321

127,181

127,207

80997

0,330

125,206

125,198

-24242

Sumber: Laporan Sementara

Menurut Irawan (2013), global migrasi merupakan perpindahan


yang terdapat dalam kemasan ke dalam bahan makanan. Global migrasi
juga berarti interaksi antara kemasan dan pangan yang berpotensi baik

menguntungkan maupun merugikan. Global migrasi menyatakan jumlah


senyawa dalam kemasan yang termigrasi (terlarut) dalam produk yang
dikemas. Pengujian global migrasi pada kemasan pangan adalah untuk
mengetahui seberapa banyak atau seberapa besar senyawa dalam kemasan
yang termigrasi dalam produk yang dikemas dengan cara mencelupkan
kemasan ke dalam beberapa simulan.
Menurut Irawan (2013), faktor dominan yang memicu ada 3 yaitu
migrasi, yaitu panas, minyak, dan waktu. Semakin tinggi suhu, proses
migrasi semakin cepat dan semakin banyak. Minyak termasuk bahan yang
cepat melarutkan komponen-komponen plastik, oleh karena itu berhatihati bila menyimpan makanan yang mengandung minyak dalam kemasan
plastik apalagi dalam waktu lama. Semakin lama kontak antara makanan
dan kemasan, maka semakin banyak komponen yang bermigrasi. Pada
makanan yang dikemas dalam kemasan plastik, adanya migrasi ini tidak
mungkin dapat dicegah. Migrasi monomer terjadi karena dipengaruhi oleh
suhu makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya. Semakin
lama kontak antara makanan tersebut dengan kemasan plastik, maka
jumlah monomer yang bermigrasi dapat semakin tinggi jumlahnya.
Pada praktikum didapatkan hasil yaitu pada kelompok 1 dan 6
kemasan relaxa dengan simulan aquadest sebesar 0,057 x 106 ppm dan
0,060 x 106 ppm. Pada kelompok 2 dan 7 besar migrasi kemasan relaxa
dengan menggunakan simulan alkohol 70% yaitu 0,050 x 10 6 ppm dan
0,017 x 106 ppm. Besar migrasi kemasan Mintz dengan simulan asam
asetat 4% pada kelompok 3 dan 8 yaitu 0,075 x 10 6 ppm dan 0,136 x 106
ppm. Pada kemasan Mentos dengan simulan aquadest besar migrasi pada
kelompok 4 dan 9 sebesar 0,070 x 10 6 ppm

dan 0,080 x 106 ppm.

Sedangkan besar migrasi kemasan Mentos dengan simulan alkohol 70%


pada kelompok 5 dan 10 yaitu 0,060 x 106 ppm dan -0,027 x 106 ppm. Dari
hasil data pengamatan global migrasi sudah sesuai dengan teori. hasil
global migrasi tersebut diatas standart mutu yang ditentukan. Batas
migrasi global dengan menggunakan simulan aquadest, asam asetat dan
alkohol maksimal 60 ppm. Besar kecilnya global migrasi kemasan ini

dipengaruhi oleh panas, minyak, dan waktu. Semakin tinggi suhu, proses
migrasi semakin cepat dan semakin banyak. Semakin lama kontak antara
makanan dan kemasan, maka semakin banyak komponen yang bermigrasi.
Hasil global migrasi paling besar ada pada kemasan mintz dengan simulan
asam asetat 4% sebesar 0,136 x 10 6 ppm. Dan global migrasi paling kecil
pada kemasan mentos sebesar -0,027 x 106 ppm (Irawan, 2013).
Menurut Irawan (2013), syarat kemasan yang baik adalah jenis
bahan yang digunakan dan yang dilarang untuk kemasan pangan, bahan
tambahan yang diizinkan dan yang dilarang untuk kemasan pangan, dan
cemaran. Prinsipnya, gunakan produk plastik yang terdaftar sesuai
peruntukkannya. Perhatikan suhu dan lemak atau minyak ketika
menggunakan plastik. Hindari memasukkan makanan panas (> 80C)
dalam plastik atau styrofoam. Karakteristik kemasan yang baik yaitu :
1. Jenis dan karakteristik produk pangan meliputi :
a. Segar, terolah minimal atau produk olahan
b. Produk tertentu yang berpotensi terjadinya perubahan
2. Jenis dan karakteristik bahan kemasan
3. Kondisi lingkungan baik di dalam kemasan (oksidasi dan hidrolisis
lemak, oksidasi pigmen, rekasi pencoklatan, denaturasi protein, staling
pada produk bakery, kristalisasi cairan kental, penggumpalan bubuk
pada caking, menurunnya nilai gizi, mengkristal, dsb) maupun diluar
kemasan itu sendiri (sinar, uap air, oksigen, aroma, serangga, binatang
mengerat, mikroba, stress mekanik)
Global migrasi dipengaruhi oleh faktor suhu, lama kontak, luas
permukaan yang kontak dengan makanan, kecepatan migrasi, jenis bahan
plastik dan tipe pangan. Jika semakin besar global migrasi, maka semakin
besar pula senyawa dalam kemasan termigrasi ke produk pangan.
Sebaliknya, semakin kecil global migrasi, maka semakin kecil pula
senyawa dalam kemasan yang termigrasi ke produk pangan.

Kel

3
4
5
6

Tabel 1.2 Penetuan Gramatur dan Densitas Kemasan Plastik


Berat
Rerata
Gram Rerata
Luas
Sampel Ul kemas kemasan
atur
gramat
(m2)
2
an (g)
(m)
(g/m )
ur
1
0,8
4 x 10-4 25 x 10-4
320
Reeches
2
0,8
4 x 10-4 25 x 10-4
320
300
e
3
0,8
4 x 10-4 25 x 10-4
320
Gery
1
1
4 x 10-4 25 x 10-4
400
-4
-4
2
1
4
x
10
25
x
10
400
chocolat
320
-4
-4
3
1
4
x
10
25
x
10
400
e
1
0,8
4 x 10-4 25 x 10-4
320
-4
-4
Top
2
0,8
4 x 10
25 x 10
320
320
-4
-4
3
0,8
4 x 10
25 x 10
320
1
0,7
4 x 10-4 25 x 10-4
180
-4
-4
Momogi 2
0,8
4 x 10
25 x 10
320
320
3
0,9
4 x 10-4 25 x 10-4
360
1
0,8
4 x 10-4 25 x 10-4
300
Coki2
0,8
4 x 10-4 25 x 10-4
300
300
coki
-4
-4
3
0,8
4 x 10
25 x 10
300
-4
-4
1
0,841
4 x 10
25 x 10
336,4
Reeches
2
0,833
4 x 10-4 25 x 10-4 333,2
330,4
e
-4
-4
3
0,804
4 x 10
25 x 10
321,6

Top

Gery
chocolat
e
Momogi

0,826

4 x 10-4

25 x 10-4

330,4

0,871

4 x 10-4

25 x 10-4

348,4

0,840

4 x 10-4

25 x 10-4

336,0

0,941

5 x 10-4

25 x 10-4

373,2

0,954

5 x 10-4

25 x 10-4

376,4

0,802

5 x 10-4

25 x 10-4

381,6

0,802

5 x 10-4

25 x 10-4

328,0

2
3

0,820
0,816

5 x 10-4
5 x 10-4

25 x 10-4
25 x 10-4

326,4
362,4

338,3

3770,7

3250,7

Densitas
(g/m3)
8 x 105
8 x 105
8 x 105
1 x 105
1 x 105
1 x 105
8 x 105
8 x 105
8 x 105
7 x 105
8 x 105
9 x 105
8 x 105
8 x 105
8 x 105
841 x 104
833 x 104
804 x 104
8,260 x
104
8,710 x
104
8,400 x
104
7464 x
104
742,8 x
104
763,2 x
104
6466 x
104
656 x 104
638,8 x

Rerata
densit
as
8x
105

1x
101

8x
105

8x
105

8x
105
826 x
104

8457
x 104

754,1
x 104

650,1
x 104

104

0,906

5 x 10-4

25 x 10-4

365,2

0,913

5 x 10-4

25 x 10-4

351,2

3
0,878
Sumber : Laporan Sementara

-4

-4

351,2

10

Cokicoki

5 x 10

25 x 10

724,8 x
104

359,6

730,4 x
104
707 x 104

Menurut Namsei (2013), gramatur adalah satuan ukuran massa


lembaran kertas atau lembaran karton dalam gram dibagi dengan satuan
luasnya dalam meter persegi, diukur pada kondisi standar. Gramatur nilai
yang menunjukkan bobot bahan per satuan luas bahan (g/m2). Gramatur
kertas mempengaruhi semua sifat-sifat kertas. Densitas adalah nilai yang
menunjukkan bobot bahan per satuan volume (g/m3). Densitas kertas
diperoleh dengan membagi gramatur contoh bahan dengan tebal bahan.
Nilai densitas kertas dipengaruhi oleh nilai gramatur dan tebal kertas.
Pada praktikum gramatur dan densitas didapatkan hasil pada
kelompok 7 dengan sampel kemasan Top diperoleh hasil yang berbeda
yaitu gramatur pada ulangan pertama sebesar 330,4, ulangan kedua sebesar
348,4, dan ulangan ketiga sebesar 336,0 sehingga diperoleh rata- rata
gramatur yaitu sebesar 338,3 gr/m2 sedangkan densitas pada ulangan
pertama sebesar 8,710 x 104, ulangan kedua 8,400 x 104, ulangan ketiga
7464 x 104 sehingga diperoleh rata-rata densitas yaitu sebesar 8,457 x 104
gr/m3. Secara keseluruhan data dari masing-masing kelompok dari
kelompok, mendapatkan hasil gramatur dan densitas sampel yang berbedabeda. Hal ini dikarenakan berat kemasan, dalam setiap ulangan sampel
berbeda-beda. Dari hasil tersebut sudah sesuai dengan teori. Menurut
Namsei (2013), gramatur nilai yang menunjukkan bobot bahan per satuan
luas bahan (g/m2). Pada pengukuran gramatur kertas pengaruh yang
mungkin disebabkan oleh kadar air sangat kecil karena kertas telah
dikondisikan dengan kelembaban tertentu sehingga kandungan air dalam
kertas homogen. Nilai densitas kertas dipengaruhi oleh nilai gramatur dan
tebal kertas. Manfaat mengetahui nilai gramatur dan densitas pada
kemasan yaitu berguna untuk mengetahui efisiensi proses pengemasan.

719,2
x 104

Dengan mengetahui gramatur dan densitas memilih kemasan yang paling


tepat dan efisien untuk mengemas produk.
Menurut

Simamora

(2003),

faktor-faktor

yang

perlu

dipertimbangkan dalam mendesain kemasan bahan pangan :


a. Faktor pengamanan
Kemasan harus melindungi produk dari penyebab kerusakan barang.
b. Faktor ekonomi
Perhitungan biaya produksi yang efektif.
c. Faktor pendistribusian
Kemasan harus mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau
pengecer sampai ke tangan konsumen.
d. Faktor komunikasi
Sebagai media komunikasi kemasan menerangkan dan mencerminkan
produk, citra merek, dan juga bagian dari produksi dengan
pertimbangan mudah dilihat, dipahami dan diingat.
e. Faktor ergonomi
Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka dan
mudah diambil sangatlah penting.
f. Faktor estetika
Keindahan pada kemasan merupakan daya tarik visual yang mencakup
pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi,
huruf, tata letak, dan maskot .
g. Faktor identitas
Secara keseluruhan kemasan harus berbeda dengan kemasan lain,
memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan
produk-produk yang lain.
h. Faktor promosi
Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam
hal ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person.
i. Faktor lingkungan
Sekarang ini banyak perusahaan yang menggunakan kemasan-kemasan
yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang.
Tabel 1.3 Penentuan Ketahanan Jatuh Kemasan Gelas Plastik untuk
Minuman
Jumlah
Ketinggia Keteranga
Kelompok Sample Percobaan
Rusak
n
n
1
A Cokro
1
0
75 cm
Lulus uji
2
0

Total

Utra

A Cokro

A Cokro

A Cokro

Total

Utra

Club

10

A Cokro

1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2

1
3
2
3
0
0
3
0
1
1
1
0
1
0
1
1
2
1

Tidak lulus
uji
Tidak lulus
uji
Lulus uji
Tidak lulus
uji
Lulus uji
Lulus uji
Lulus uji
Lulus uji
Lulus uji

Sumber : Laporan Sementara

Menurut

Sugiantoro

(2013),

ketahanan

jatuh

menyatakan

ketahanan kemasan untuk tidak rusak (bocor, pecah, maupun retak) setelah
dijatuhkan dari ketinggian minimal 75 cm. Salah satu syarat kemasan yang
digunakan untuk mengemas produk makanan dan minuman adalah dapat
melindungi produk dari kerusakan baik itu kerusakan kimiawi, biologis,
maupun fisik (mekanik). Contoh pengujian kemasan terhadap kerusakan
fisik yang mungkin terjadi adalah pengujian Ketahanan Jatuh.
Menurut Sugiantoro (2013), manfaat dilakukan

pengujian

ketahanan jatuh adalah mengetahui tingkat ketahanan pada kemasan air


minum, dapat mengetahui kualitas kemasan, dan menjaga selama
distribusi yang memungkinkan kemasan mengalami benturan saat
distribusi. Jika kemasan tidak memiliki ketahanan jatuh maka tingkat
kerusakan selama distribusi akan sangat besar dan hal ini akan sangat
merugikan pihak produsen maupun konsumen.
Ketahanan jatuh menyatakan ketahanan kemasan untuk tidak rusak
(bocor, pecah, maupun retak) setelah dijatuhkan dari ketinggian minimal
75 cm. Mekanisme pengjuan ketahanan jatuh ialah setiap kemasan
diperlukan 8 buah gelas air minum kemudian dijatuhkan satu persatu dari

ketinggian 75 cm. Pengamatan hasil jatuh dilakukan secara visual ada


tidaknya kerusakan, apabila akhir pengujian sampel masih bagus
dinyatakan memenuhi syarat lulus uji namun sebaliknya apabila pengujian
sampel rusak dinyatakan memenuhi syarat lulus uji. Syarat lulus uji
ketahanan jatuh dilihat dari 8 buah sampel tersebut terdapat 3 buah atau
lebih yang rusak maka tidak memenuhi syarat lulus uji (tidak layak).
Apabila kerusakan tidak lebih dari 3 kemasan dinyatakan lulus syarat uji
(layak) (Dharup, 2013).
Syarat mutu botol plastik untuk air minum dalam kemasan
No Jenis uji
1
Visual dan tampak

Satuan
-

Bau dan rasa

Kapasitas penuh (terhadap


kapasitas nominal)
Kompresi (top load)
Kebocoran (Leak test)
Jatuh (drop test)

4
5
6

kgf
-

Persyaratan
Bersih tidak ada benda asing
yang menempel, tidak ada
kerusakan berupa penyok,
goresan dan retak
Tidak boleh menyebabkan
perubahan terhadap bau dan
rasa pada air minum
Min 101
Min 6
Tidak boleh ada bocor
Tidak bolej ada bocor, pecah
maupun retak

Sumber : SNI 19-4370-2004

Hasil pada praktikum didapatkan pada kelompok 1 dan 4


menggunakan sampel kemasan air minum cokro. Percobaan dilakukan
selama 8 kali dengan perlakuan yang sama dari ketinggian 90 cm. Dari
hasil pengamatan secara visual mengalami kerusakan sebanyak 0 kemasan.
Dengan demikian kemasan yang digunakan layak. Percobaan dilakukan
selama 8 kali dengan perlakuan yang sama. Dari hasil pengamatan secara
visual tidak mengalami kerusakan. Dengan demikian kemasan yang
digunakan layak. Kemudian pada kelompok 2 menggunakan merk total.
Dari pengamatan hasil visual pada percobaan satu jumlah kerusakan 1 dan
percobaan kedua jumlah kerusakan 3 sehingga tidak lulus uji, hal ini sama
dengan kelompok 3 dan 5. Pada kelompok 3 menggunakan merk utra pada

percobaan satu jumlah kerusakan 2 dan pada percobaan kedua jumlah


kerusakan 3 sehingga tidak lulus uji. Pada kelopok 5 menggunakan merk
cokro pada percobaak pertama jumlah kerusakan 3, sehingga tidak lulus
ujia karena jumlah kerusakan 3. Pada kelompok 6 dan 9 menggunakan
merk cokro dan club, jumlah kerusakan pada percobaan satu dan dua sama
yaitu 1, sehingga lulus uji. Pada kelompok 7 dan 8 menggunakan merk
total dan ultra pada percobaan pertama dan kedua sama yaitu jumlah
kerusakan pertama 1 dan kedua adalah 0, sehingga lulus uji. Kemudian
yang terakhir pada kelompok 10 menggunakan merk cokro, jumlah
kerusakan percobaan pertama 2 dan kedua adalah 1, sehingga lulus uji.
Dengan

penggunaan

kemasan

air

minum

yang

berbeda

juga

mempengaruhi hasil akhir yang berbeda pula, hal tersebut dipengaruhi


oleh faktor bahan kemasan yang digunakan dan kecepatan ketahanan
jatuh. Urutan sampel dari kualitas terbaik hingga terburuk yaitu air minum
kemasan merk cokro, club, total dan ultra.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada acara 1 yaitu:
1. Global migrasi menyatakan jumlah senyawa dalam kemasan yang
termigrasi (terlarut) dalam produk yang dikemas.
2. Global migrasi dipengaruhi oleh suhu, lama kontak, luas permukaan yang
kontak dengan makanan, kecepatan migrasi, jenis bahan plastik dan tipe
pangan.
3. Penentuan gramatur dan densitas kemasan berguna untuk mengetahui
efisiensi proses pengemasan.
4. Ketahanan jatuh menyatakan ketahanan kemasan untuk tidak rusak
(bocor, pecah, maupun retak) setelah dijatuhkan dari ketinggian minimal
75 cm.
5. Urutan sampel dari kualitas terbaik hingga terburuk yaitu air minum
kemasan merk cokro, club, total dan ultra.

DAFTAR PUSTAKA
Abdalkrim, Gaafar Mohammed. 2013. The Role Of Packaging In Consumers
Perception Of Product Quality At The Point Of Purchase. Vol. 5. No. 4.
Ahmed, Rizwan Raheem, 2014. Impact Of Product Packaging On Costumers
Buying Behavior. Vol. 12. No. 2.
Brojonegoro, Argo. 2007. Energi Alternatif Bikin Irit. Lipi. Jakarta.
Dhurup, Manialli. 2013. The Impact Of Packaging, Price And Brand Awareness
On Brand Loyality. Vol. 2. No. 3.
Irawan, Suryo. 2013. Karakteristik Migrasi Kemasan dan Peralatan Rumah
Tangga Berbasis Polimer. Jurnal kimia Kemasan. Vol. 35. No. 2.
Mariana, Dina, dkk. 2013. Validasi Metode Analisis Kandungan Spesifik Residu
Total Monomer Stiren Pada Kemasan Polistiren. Jurnal Kimia Kemasan.
Vol. 35. No. 2.
Namsai, Sripak. 2013. Effect Of Packaging System On Shelf-Life Stability Of
Thai-Style Fried Rice Crackers. Vol. 1. No. 2.
Nasrudin. 2014. Jurus Sukses Beternak Lele. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Simamora, Bilson. 2003. Memenangkan Pasar Dengan Pemasaran Efektif dan
Profitable. Penebar Swadaya. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2004. SNI No.19-4370-2004. Syarat Mutu
Botol Plastik Kemasan Air Minum. Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Jakarta.
Sugiantoro, Sugik, dkk. 2013. Lembar Abstrak. Jurnal Kimia dan Kemasan. Vol.
35. No. 2.
Yuyun dan Delli Gunarsa. 2011. Cerdas Mengemas Produk Makanan dan
Minuman. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta.

LAMPIRAN
Perhitungan kelompok 7:

1. Penentuan Global Migrasi Kemasan Kembang Gula


Global Migrasi Relaxa dengan alkohol 70% =

BA
x
106
W
126,695126,688
x
106
0,403

= 0,017 x 106 ppm


2. Penentuan Gramatur dan Densitas Kemasan Karton
berat kemasan( g)
a. Gramatur ulangan 1 =
Luas
=

0,826
0,0025

= 330,4 g/m2
berat kemasan( g)
Gramatur ulangan 2 =
Luas
=

0,871
0,0025

= 348,4 g/m2
berat kemasan( g)
Gramatur ulangan 3 =
Luas
=

0,840
0,0025

= 336,0 g/m2
jumlah gramatur
b. Rerata Gramatur =
3
=

c. Densitas =
=

330,4 +348,4+336,0
3

= 338,3 g/m2
gramatur
tebal kemasan
330,4
0,0004

= 8,26 x 105 g/m3


Densitas =
=

gramatur
tebal kemasan
304,4
0,0004

= 8,71 x 105 g/m3


Densitas =
=

gramatur
tebal kemasan
336,0
0,0004

= 8,4 x 105 g/m3


d. Rerata Densitas =
=

jumlah densitas
3
8,26 x 10 5+8,71 x 10 5+8,4 x 10 5
3

= 8,457 x 105 g/m3

Vous aimerez peut-être aussi