Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I.
2.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Ny. R
Usia
32 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Alamat
Pendidikan
SMA
Pekerjaan
Agama
Islam
Suku
Melayu
Bangsa
Indonesia
Status Perkawinan
Kawin
RMK
1061405
3 September 2013
RIWAYAT PSIKIATRIK
Diperoleh dari alloanamnesa dengan suami pasien dan autoanamnesa pada
tanggal 3 September 2013, pukul 11.00 WITA dan pada tanggal 4 September
2013 saat kunjungan ke rumah pasien.
1.
KELUHAN UTAMA
Kel utama pasien
: Sedih
KELUHAN TAMBAHAN
Pendiam, murung, mudah marah, putus asa.
B.
kedinding. Suami sudah tiga kali mendapati istrinya membenturbenturkan kepalanya kedinding. pada saat malam suami baru
pulang bekerja. Sebelumnya suami tidak pernah melihat os seperti
ini.
Os juga sering Suami mengaku yang lalu pasien mengeluh
dada berdebar. Keluhan disertai dengan keringat dingin, sesak
nafas. Pasien diakui tidak pernah mengalami hal seperti ini
sebelumnya. Pasien menjadi tidak bisa tidur semalaman, gelisah
Juli 2013 : keluhan os semakin lama semakin meningkat, os
mulai sering membentur-bentur kepala kedinding, dan mencekik
dirinya sendiri, kata os dia melakukan hal tersebut dengan tidak
sadarkan diri. Os merasa dirasuki oleh orang halus yang melakukan
hal tersebut kepadanya, os juga pernah mengatakan bahwa setiap
malam ada bisikan yang meminta os untuk mati saja. Suami os
merasakan binggung dengan sikap istrinya.
Keluhan-keluhan os semakin hari semakin besar, os
semakin hari semakin murung, tidak mau terbuka dengan suaminya
bahkan meminta suami os untuk berpisah sementara, os sempat
pulang saat bulan ramadhan, di kampung halamannya os kemudian
muntah darah dan masuk rumah sakit, os sembuh.
11 Agustus 2013 : 3 hari setelah hari raya idulfitri os
ditemukan dalam keadaan pingsan, dibawa RSUD, dirawat 8 hari,
dilakukan berbagai macam pemeriksaan dari USG,OMD dan
pemeriksaan lab lainnya, tetap tidak didapatkan adanya kelainan.
Sehinga dr ahli penyakit dalam merujuk ke Poli Kejiwaan RSUD
Autoanamnesa
Pada tahun 1986 (os lupa tanggal dan bulan) : os pernah
mengalami pelecehan seksual oleh kakak ke 4 dan ke 5 yang
berumurkan SMP dan SMA, kata os, os hanya ditelanjangi dan
sempat digesek-gesek kemaluannya dengan kemaluan kakanya.
Awalnya os hanya diajakin main dengan melepaskan semua
pakaian bawah. Os tidak mengerti apa yang dilakukan tapi setelah
itu os menolaknya lagi. Os tidak merasakan ada ketakutan, os tidak
memikirkannya, dan os merasa seperti kebanyakan anak lainnya.
Pada tahun 1990 (os lupa tanggal dan bulan) : pada saat os
SD kelas 3 ayah os pernah melakukan pelecehan seksual dengan
menelanjanginya pada saat os tidur tapi os sempat kabur dan
melapor ke ibunya, akan tetapi ayah os mengelak, sejak kejadian
itu os sangat menjaga jarak dengan ayah dan kedua kakaknya,
perasaan benci tidak ada hanya ada perasaan jengkel tetapi tidak
berlebihan. Ayah os mantan pejuang, dan bersifat keras dalam
mendidik, sampai-sampai didikannya berupa cambukan. Ibu os
sering bercerita kalau ibunya sangat kecewa terhadap suaminya,
akan tetapi mau bagaimana lagi, dia adalah suami dari ibu os.
Terkadang ayah os melakukan tindakan memalukan, seperti
keluyuran tanpa baju dan memakai tongkat yang dianggapnya
sebagai alat perang, hal ini terjadi dan kambuh setiap tahunnnya.
Didalam keluarga os sering dijadikan kambing hitam dan sering
ditegur-tegur pada saat melakukan sesuatu.
Pada tahun 1998 (os lupa tanggal dan bulan) : pada waktu
SMA os pernah kesurupan 2 kali disekolahan.
C.
Tahun 1998 : os
pernah
kesurupan di
sekolah
Stressor : pasien
tidak tau
2005 2011
Pernikahan
pertama os
kurang baik,
terjadi
kekerasan
rumah tangga
dan perceraian
Keadaan os
baik, namun ada
rasa kecewa dan
arah dengan
keadaannya
tersebut
2012-sekarang
Os menjadi pemurung,
mudah marah, sering
kesurupan, sakitsakitan, putus asa dan
ingin bunuh diri.
Stressor : pernikahan
kedua yang tak direstui
dan trauma dengan
pernihan dahulu
D.
RIWAYAT KELUARGA
Genogram:
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan :
Pasien
Meninggal :
H.
DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pada 3 September 2013 datang seorang perempuan ke Poli
Jiwa RSUD Ulin Banjarmasin, berperawakan agak gemuk,
berpakaian cukup rapi mengenakan baju terusan warna merah
hitamm dan kerudug berwarna abu-abu. Pasien tampak cukup
bersih dan terawat, diantar oleh suaminya. Pasien duduk dengan
tenang selama dilakukan wawancara.
Saat diajak berkenalan (pemeriksa menyalami pasien)
tampak pasien menerima perkenalan dengan baik dan menyambut
tangan pemeriksa tersebut. Saat ditanyai, pasien dapat menjawab
pertanyaan dengan baik, spontan, dan sesuai. Saat ditanyai
mengenai diri dan penyakitnya, pasien mengungkapkan dengan
jelas keluhannya, dan menyampaikan secara kronologis perjalanan
penyakitnya.
Saat ditanya tentang hari, tanggal, bulan dan tahun berapa
saat ini, pagi/ siang/ malam, pasien menjawab benar; tempat apa
ini, kota dan propinsi apa pasien menjawab dengan benar; siapa
dirinya, orang-orang di sampingnya dan apa hubungannya dengan
pasien, pasien menjawab benar; siapa penanya ini serta siapa diri
pasien dan hubungan antara penanya dan pasien sebagai dokter
pasien yang berobat, pasien menjawab benar. Saat ditanya
mengenai hitung-hitungan 100-7 sebanyak lima kali, pasien tidak
dapat menjawab dengan tepat. Saat ditanya berapa bulan dalam
setahun, sebutkan, lalu menyebutkan dari kebalikannya, pasien
tidak dapat menjawabnya dengan tepat.
Saat ditanya nama pemeriksa siapa, pasien menyebutkan
dengan benar; sewaktu ke poli Jiwa dengan siapa, naik apa, pasien
menjawab benar; saat sekolah SD dulu kepala sekolahnya, pasien
dapat menjawab; saat disuruh untuk menghapal 12 angka nomor
10
pertanyaan.
5. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif
6. Kontak Psikis
Kontak ada, wajar, dapat dipertahankan.
B.
KEADAAN
AFEKTIF,
PERASAAN
EKSPRESI
AFEKTIF
Hipothym
2. Ekspresi afektif
Agak lesu
11
3. Keserasian
Appopriate
4. Hidup emosi
7.
Pengendalian
: Terkendali
Stabilitas : Stabil
Echt- Unecht
: Echt (sungguh-sungguh)
Empati
: Dapat dirabarasakan
Dalam-dangkal : Normal
Skala diferensiasi : Luas
Arus emosi
: perlahan
FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran
Komposmentis
2. Orientasi
-
Waktu
Baik
Tempat
Baik
Orang
Baik
Situasi
Baik
terganggu
3. Konsentrasi
4. Daya Ingat
-
Segera
Baik
Jangka pendek
Baik
Jangka panjang
Baik
Baik
GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi :
-
(+/+)
Ilusi
(-)
12
9.
PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktivitas
b. Kontinuitas
Relevan
c.Hendaya berbahasa
(-)
2. Isi Pikir
10.
a. Preocupasi
(-)
b. Gangguan pikiran
Waham (+)
PENGENDALIAN IMPULS
Terkendali
11.
DAYA NILAI
Baik
Baik
3. Penilaian realita
Baik
12.
TILIKAN
Dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
1.
STATUS INTERNUS
Keadaan umum
Tampak sehat
Kesadaran
Komposmentis
Gizi
Normal
Tanda vital :
TD = 110/70 mmHg
13
= 92 x/menit
RR = 22 x/menit
T
= 36,1 oC
Kepala :
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher :
Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak meningkat,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Thoraks :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Pulmo
Sonor/Sonor
Cor
Auskultasi:
-
Pulmo
Cor
Inspeksi
Palpasi
Abdomen :
Timpani
14
Auskultasi
Ekstemitas
Pergerakan
normal,
motorik
V.
Nervus I-XII
Tidak ada
Refleks fisiologis
Normal
Refleks patologis
Tidak ada
mendengarkan
Halusinasi auditorik (+) visual (+)
Melihat dirinya sendiri melakukan sesuatu (membenturkan kepala)
Kepribadian histerik
paranoid
2. Aksis II
3. Aksis III :
4. Aksis IV :
15
5. Aksis V
ORGANOBIOLOGIK
Tidak ada
2.
PSIKOLOGIK
Perilaku dan aktivitas psikomotor aktif terkoordinasi, afek hipothym
ekspresi sedikit lesu, hidup emosi stabil, kontak ada, wajar, dan dapat
dipertahankan, empati dapat dirabarasakan, taraf dapat dipercaya,
penilaian realitas baik dan tilikan derajat 1.
3.
SOSIAL/KELUARGA
Pasien takut perkawinannya akan gagal sama seperti pernikahannya
yang terdahulu, kehidupan keluarga yang tidak harmonis.
VIII. PROGNOSIS
Diagnosa penyakit
ad bonam
Perjalanan penyakit
ad bonam
Ciri kepribadian
ad bonam
Stressor psikososial
ad bonam
Riwayat Herediter
ad malam
ad bonam
Pola keluarga
ad malam
Pendidikan
ad bonam
Aktivitas pekerjaan
ad bonam
Ekonomi
dubia ad bonam
Lingkungan sosial
dubia ad malam
Organobiologik
ad bonam
Kesimpulan
ad bonam
16
Psikoterapi:
Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur dan jangan
bosanuntuk minum obat karna obat yang diberikan merupakan pengontrol
agar tidak timbulnya gejala atau bisa mengurangi gejala yang dirasakan
pasien.
Sosioterapi:
17
X.
DISKUSI
Seperti yang diartikan oleh istilahnya, gangguan skizoafektif memiliki cirri
baik skizofrenia dan gangguan afektif (sekarang disebut gangguan mood). Kriteria
diagnostic untuk gangguan skizoafektif telah berubah seiring dengan berjalannya
waktu, sebagian besar karena perubahan kriteria untuk skizofrenia dan gangguan
mood. Terlepas dari sifat diagnosis yang dapat berubah, diagnosis ini tetap
merupakan diagnosis yang terbaik bagi pasien yang sindroma klinisnya akan
terdistorsi jika hanya dianggap skizofrenia atau hanya suatu gangguan mood saja.
Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1
persen, kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Tetapi angka tersebut
adalah angka pekiraan, karena berbagai penelitian terhadap gangguan skizoafektif
telah menggunakan kriteria diagnostic yang bervariasi. Prevalensi gangguan telah
dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan wanita, khususnya wanita
yang menikah. Usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk
laki-laki. Laki-laki dengan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku
antisocial dan memiliki pendataran atau ketidaksesuaian afek yang nyata.
ETIOLOGI
Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat
model konseptual telah diajukan :
1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau
suatu tipe gangguan mood
18
gangguan yang
heterogen
yang
meliputi
semua
tiga
keluarga
pada
pasien
dengan
gangguan
skizoafektif
dapat
19
Banyak peneliti dan klinisi berspekulais tentang cirri psikotik yang tidak
sesuai dengan mood (mood-incongruent); isi psikotik (yaitu halusinasi atau
waham) adalah tidak konsisten dengan mood yang lebih kuat. Pada umumnya
adanya cirri psikotik yang tidak sesuai dengan mood pada suatu gangguan mood
kemungkinan merupakan indicator dari prognosis yang buruk. Hubungan tersebut
kemungkinan berlaku untuk gangguan skizoafektif, walaupun data-datanya
terbatas.
KRITERIA DIAGNOSIS
F25 Gangguan Skizoafektif
Pedoman Diagnostik
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitive adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari
yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan
bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi
kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia
dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif
berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupundepresif (F25.1) atau
campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua
episode skizoafektif terselip diantara episode manic dan depresif (F30F33)
F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manic
Pedoman Diagnostik
20
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manic yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik
lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia, F20.-pedoman diagnostic (a) sampai (d).
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20.-) berada secara bersamasama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran (F31.6)
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya : Jakarta
2. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatri. 9th
ed. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins. 2003
23