Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
source) adalah air, air merupakan sumber energi yang murah dan relatif mudah didapat,
karena pada air tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik (pada air
mengalir). Tenaga air (Hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir.
Energi yang dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam wujud energi mekanis
maupun energi listrik.
Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang di Propinsi Jawa Barat dan merupakan
adalah satu yang terpanjang di pulau Jawa (nomor tiga terpanjang di Pulau Jawa). Sumber
air sungai Citarurn berasal dan mata air Gunung Wayang dan beberapa anak sungai
Citarum yang tersebar di beberapa tempat. Daerah tangkapan hujan dan daerah hulu
Sungai Citarum meliputi area kurang lebih seluas 4500 km2. Area tersebut setidaknya
meliputi 4 (empat) wilayah kabupaten dan kotamadya di Propinsi Jawa Barat, yaitu
meliputi sebagian kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur, serta
seluruh daerah Kotamadya Bandung. Keberadaan sungai citaru yang besar dapat
dimanfaatkan untuk membuat waduk yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai PLTA.
PLTA memanfaatkan sumber daya air dalam proses penjanaan tenaganya. Aliran
sungai dengan sejumlah anak sungainya dibendung dengan sebuah Dam. Airnya
ditampung dalam waduk yang kemudian dialirkan melaui Pintu Pengambilan Air (Intake
Gate) yang selanjutnya masuk ke dalam Terowongan Tekan (Headrace Tunnel). Sebelum
memasuki Pipa Pesat (Penstock), air harus melewati Tangki Pendatar (Surge Tank) yang
berfungsi untuk mengamankan pipa pesat apabila terjadi tekanan kejut atau tekanan
mendadak yang biasa disebut sebagai pukulan air (water hammer) saat Katup Utama (Inlet
Valve) ditutup seketika. Setelah Katup Utama dibuka, aliran air memasuki Rumah Keong
(Spiral Case). Aliran air yang bergerak memutar Turbin dan dari turbin, air mengalir
keluar melalui Pipa Lepas (Draft Tube) dan selanjutnya dibuang ke Saluran Pembuangan
(Tail Race).
Saluran pembuangan ini masih mengeluarkan kapasitas debit air yang cukup besar,
jika aliran sungai dari saluran pembuangan(tail race) ini dibiarkan akan menjadi kurang
efektif, oleh karena itu diperlukan pemanfaatan aliran sungai dari tail race ini dengan cara
system kaskade.
Sungai citarum sebagai sumber utama waduk Saguling sebenarnya mempunyai tiga
buah waduk yang beroperasi secara Kaskade. Dari hulu ke hilir terdiri dari waduk
Saguling yang terletak pada ketinggian +643 m dari permukaan air laut (dpal), Waduk
Cirata terletak pada ketinggian +220 m dpal dan waduk Jatiluhur pada ketinggian +107 m
dpal. Ketiga waduk tersebut terikat pada sistem waduk Kaskade Citarum yang saling
mempengaruhi.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini disusun berdasarkan rumusan masalah berikut :
1. Apakah system kaskade dalam PLTA?
2. Bagaimana cara kerja system kaskade pada PLTA pada sungai citarum?
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui system kaskade dalam PLTA
2. Untuk mengetahui cara cara kerja system kaskade bendungan PLTA pada sungai
citarum.
1.4 Batasan masalah
Batasan masalah dalam makalah ini adalah proses kaskade dari bendungan saguling,
waduk cirata hingga waduk jatiluhur pada sungai citarum dan manfaat serta kekurangan
dari system kaskade sungai citarum dalam kaitanya terhadap produksi energy listrik
dalam PLTA
BAB II
PEMBAHASAN
persyaratan
khusus,
sepanjang
secara
teknis
dan
ekonomis
Citarum.
PLTA Plengan, PLTA Lamajan dan PLTA Cikalong, yang memanfaatkan aliran
Sungai Cisangkuy.
PLTA Silorejo, PLTA Sutami, PLTA Wlingi dan PLTA Lodoyo yang memanfaatkan
Perlu diingat bahwa apabila terjadi perubahan besrnya pemakaian air pada salah satu
PLTA, hal ini baru akan mempengaruhi inflow (air masuk) ke PLTA yang ada di
bawahnya, setelah waktu tertentu yang tergantung kepada jarak hidrolis antara PLTAPLTA yang bersangkutan.
2.3 Sungai Citarum
Sungai citarum merupakan sungai terpanjang di Propinsi Jawa Barat dan merupakan
Sungai nomor tiga terpanjang di Pulau Jawa. Sumber air Sungai Citarum berasal dari
mata air Gunung Wayang dan beberapa anak Sungai Citarum yang tersebar di beberapa
tempat. Daerah tangkapan hujan dan daerah hulu Sungai Citarum meliputi area kurang
lebih seluas 4500 km2. Area tersebut setidaknya meliputi empat wilayah kabupaten di
Jawa Barat meliputi Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur,
serta seluruh daerah Kotamadya Bandung.
milyar m3 per-tahun). Pada system waduk kaskade Citarum, waduk Saguling berada di
daerah paling hulu dibandingkan kedua waduk lainnya.
48,695 ha.
Spillway
Spilway waduk Saguling berupa pelimpah samping yang dilengkapi dengan saluran
peluncur (chute type with side flow entrance). Pelimpah samping tersebut terdiri dan 2
(dua) bagian yaitu bagian yang berpintu (gate spiliway) dan bagian yang tidak berpintu
(free spillway). Gate spiliway pada waduk Saguling memiliki 3 (tiga) buah pintu yang
masing-masing memiliki lebar 10 m dan tinggi 8,3 m. Sedangkan bagian yang tak
berpintu (free spillway) dibuat dengan lebar 62 m. Seluruh bagian pelimpah tersebut
terbuat dan beton. Elevasi mulut gate spiliway ialah +634,7 m sedangkan elevasi puncak
dan bagian free spiliway ialah +643 m. Apabila terjadi banjir, aliran air yang masuk
spillway akan dibawa ke hilir melalui sebuah saluran peluncur (chute). Peluncur tersebut
dilengkapi dengan peredam energi (energy disipator) jenis stilling basin with baffle
pierre. Kapasitas debit maksimum yang dapat mengalir melalui bangunan pelimpah
waduk Saguling ini adalah sebesar 2400 m3/s.
Intake
Intake pada waduk Saguling terpisah dan bangunan spillway. Intake yang digunakan pada
waduk Saguling adalah tipe tower yang berjumlah 2 (dua) buah dengan dimensi
bangunan intake tersebut secara keseluruhan ialah panjang 29 m dan lebar 50 m. Tiap
tower intake pada waduk Saguling dilengkapi pintu air yang masing-masing memiliki
lebar 5,8 m dan tinggi 5,8 m. Kapasitas debit maksimum aliran air yang dapat melalui
intake pada waduk Saguling adalah 224 m3Is.
Headrace Tunnel
Pada waduk Saguling, jenis headrace tunnel yang digunakan adalah pressure tunnel with
circular section. Saluran headrace tunnel ini berjumlah 2 (dua) buah dan terbuat dari
beton. Diameter saluran tersebut masing-masing adalah 5,8 m dengan panjang 4689,182
m dan 4689,743 m.
Surge Tank
Pada waduk Saguling, tipe surge tank yang digunakan adalah differential with circular
section. Tanki pendatar air yang dibangun pada waduk Saguling berjumlah 2 (dua) buah
dan akan melayani penstock yang berjumlah 2 (dua) buah juga. Kedua surge tank tersebut
memiliki diameter masing-masing 12 rn serta tinggi 103,6 m dan 98,6 m.
Jumlah
: 2 (dua) buah
: Toshiba
Tipe
: Francis Vertical
Jumlah
: 4 (empat)
Kapasitas
: 4x 178,8 MW
Putaran
: 333 rpm
: 4x 54,8 m3/s
: Mitsubishi
Tipe
Jumlah
: 4 (empat)
Kapasitas
: 4x 206,1 MW
Putaran
: 333 rpm
Tegangan
: 16,5 kV
Arus
:72l2Ampere
Frekuensi
: 50 Hz
9
Energi listrik yang dihasilkan oleh generator akan dinaikkan tegangannya melalui trafo
utama (main transformer) dengan karakteristik sebagai berikut:
Merk dan tipe
Kapasitas
: 2x 4 12,2 MVA
Rasio tegangan
: 16,5 kV/500 kV
Selanjutnya energi atau arus listrik tersebut akan dialirkan menuju pelataran/serandang
hubung (switch yard), untuk Iebih lanjut diinterkoneksikan dengan system kelistrikan
Jawa-Bali. Switch yard yang terdapat di PLTA Saguling memiliki tegangan 500 kV.
10
11
up operasi/ sinkron ke jaringan 500 KV yang relatif cepat yaitu kurang lebih lima
menit.
Data Teknis PLTA Cirata :
1. Kapasitas terpasang : 8 x 126 MW = 1.008 MW.
2. Energi per tahun : 1.428 GWH
3. LuasDaerah Aliran Sungai (DAS) : 4.119 km2
4. Luas Waduk : 6.200 Ha.
5. Bendungan : tinggi 135 m, panjang puncak 453 m, isi bendungan 3,9 juta m3.
6. Terowongan tekan : jumlah 4 buah, diameter 10m, panjang 640 m.
7. Pipa pesat : jumlah 8 buah, diameter 5,2 m, panjang 202 m.
8. Turbin : jumlah 8 unit, kapasitas 129.000 kW/unit, putaran 187,5 rpm, head 112,5,
debit maksimum tiap unit 135 m3/detik.
9. Generator : jumlah 8 unit, kapasitas 140.000 kVA / unit.
10. Trafo
12
13
Pasir Gombong Barat. Bendungan ini merupakan jenis bendungan dengan tipe
pembangunan yaitu homogenous earth fill dam dengan penutup menggunakan batu
andesit. Spillway ini memiliki puncak 1.950 m, dengan elevasi +114,4 m.
Pasir Gombong Barat. Bendungan ini merupakan jenis bendungan dengan tipe
pembangunan adalah homogenous earth fill dam dengan penutup menggunakan batu
andesit. Panjang puncak spillway yaitu 400 m, dengan elevasi puncak +114,5 m.
Ubrug. Bendungan ini merupakan jenis bendungan yang memiliki tipe homogenous
earth fill dam dengan penutup menggunakan batu andesit. Panjang puncak
bendungan ini adalah 550 m dengan elevasi puncak +114,5 m. Bendungan Ubrug
memiliki pelimpah yang bersifat sementara (auxiliary spillway) dengan kapasitas
2.000 m3/s.
Ubrug Spillway memiliki elevasi +102 m, dengan jumlah pintu 4 buah. Elevasi
puncak spillway yaitu +114,5 m dengan kapasitas 2.000 m 3/s pada tinggi muka air
+111,6 m. Spillway ini terdiri dari beton lunak, yang akan diledakkan apabila dalam
kondisi darurat dengan menggunakan dinamit.
Bendungan Ciganea memiliki tipe homogenous earth fill dam dengan penutup
menggunakan batu andesit. Adapun panjang puncak adalah 330 m dengan elevasu
+114,5 m.
14
Akan lebih baik lagi apabila metode proportional sharing dapat dikombinasikan
dengan modifikasi transfer air dan pemanfaatannya pada lahan kering dan lahan
sawah.
Untuk itu, selain ada proportional sharing, maka perlu dikembangkan konsep
pengelolaan waduk tunggal yang mengintegrasikan daerah tangkapan dan pola operasi
waduk dalam kaskade.
2.7.2 Waduk tunggal
Prinsip pengelolaan waduk secara tunggal, diupayakan dengan menahan air pada saat
musim hujan dan mengalirkannya pada saat musim hujan
Pengoperasian waduk harus mempertimbangkan kemungkinan tidak terpenuhi air pada
saat kebutuhan puncak dengan cara menampung air sebanyak- banyaknya pada saat
musim penghujan, dengan mempertimbangkan ruang untuk pengendalian banjir.
Nilai manfaat lain konsep ini adalah terkendalinya sedimen di waduk utama, sehingga
umur waduknya (life time) dapat dipertahankan.
Berdasarkan data historis volume air yang masuk ke Waduk Jatiluhur, diketahui bahwa
rata-rata aliran Sungai Citarum adalah sebesar 5,77 miliar m per tahun. Dibandingkan
dengan volume efektif ketiga waduk, yaitu Waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur,
yang masing-masing sebesar 607 juta, 1,2 Miliar, dan 2,4 miliar m dengan total
sebesar 4,2 miliar, maka secara teoretis matematis, seluruh aliran dapat dikendalikan.
Tetapi hal ini tidak sepenuhnya benar karena faktanya setidaknya ada beberapa periode
yang kondisi alirannya terjadi kering atau kondisi aliran basah. Artinya, diperlukan
metode pengelolaan air waduk saat maupun pascakering.
2.7.3 Pola operasi kering
Pada kondisi air yang terbatas, maka implementasi metode pemberian air irigasi gilir
-giring yang merotasi air sampai ke lahan sangat direkomendasikan.
Mekanisme ini menuntut kepiawaian juru pengairan dan adanya kerja sama yang baik
antara petugas dengan petani.
2.8
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Setelah kami menyusun makalah ini kami dapat mengambil kesimpulan :
3.2 SARAN
Setelah kami menyusun makalah ini kami berharap :
16