Vous êtes sur la page 1sur 5

Diskusi:

1. Mengapa auditor tetap mengirimkan surat konfirmasi ke bank walaupun akun klien
telah ditutup? Apakah konfirmasi bank merupakan jenis bukti audit yang sangat
dibutuhkan? Auditor tetap mengirimkan surat konfirmasi ke bank walaupun akun klien
telah ditutup adalah untuk memastikan apakah benar akun klien benar telah ditutup atau
tidak. Selain itu, pentingnya konfirmasi bank dalam audit lebih dari sekedar verifikasi
saldo kas aktual. Bank mengkonfirmasi informasi pinjaman dan saldo bank dalm formulir
yang sama. Informasi pada wesel bayar pada bank, hipotek, dan utang lainnya biasanya
memasukkan jumlah dan tanggal pinjaman, tanggal jatuh tempo pinjaman, tingkat bunga,
dan adanya jaminan. Setelah auditor menerima konfirmasi bank secara lengkap, saldo
dalam akun bank yang dikonfirmasi oleh bank harus ditelusuri ke saldo yang disebutkan
dalam konfirmasi bank. Sama halnya dengan informasi lain, dalam konfirmasi, juga harus
ditelusuri ke skedul audit lainnya. Jika konfirmasi bank tidak sesuai dengan skedul audit,
maka auditor harus memeriksa selisihnya.
Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mengenai asersi
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit
menyatakan bahwa, pada umumnya, dianggap bahwa "Bukti audit yang diperoleh dari
sumber independen di luar entitas memberikan keyakinan yang lebih besar atas keandalan
untuk tujuan audit independen dibandingkan dengan bukti audit yang disediakan hanya
dari dalam entitas tersebut. Konfirmasi bank merupakan jenis bukti audit yang sangat
dibutuhkan. Hal ini berdasarkan unsur Independence of Provider.
2. Dalam proses audit, seringkali dalam akun kas terjadi kejadian-kejadian setelah
tanggal neraca (subsequent event) sehingga menjadi hal yang juga perlu
diperhatikan. Sebutkan macam-macam subsequent event dan bagaimana dampaknya
pada proses audit? Subsequent events adalah suatu peristiwa atau transaksi yang terjadi
setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit. Hal ini mempunyai
akibat yang material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan dalam laporan tersebut Menurut PSA No.46 terdapat dua jenis subsequent
events, diantaranya:
Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang
ada pada tanggal neraca, dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses

penyusunan laporan keuangan.


Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang
tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca.

Subsequent Event yang harus diaudit, yaitu:

Subsequent Collection: Penagihan sesudah tanggal neraca sampai mendekati selesainya


pekerjaan lapangan (audit field work), dan dilaksanakan dalam audit piutang dan

barang dalam perjalanan.


Subsequent Payment: Pembayaran sesudah tanggal neraca sampai mendekati selesainya
audit field work, dan dilaksanakan dalam audit hutang dan biaya yang masih harus

dibayar.
Dampak subsequent events pada laporan keuangan :
1. Berpengaruh langsung dan memerlukan penyesuaian. Contoh : Pengumuman pailit
pelanggan klien, penyelesaian perkara hukum dengan jumlah yang berbeda dari
jumlah yang dicatat dalam buku, pengafkiran peralatan yang tidak digunakan dalam
operasi pada harga di bawah nilai buku saat ini, dan penjualan investasi pada harga di
bawah harga perolehan yang dicatat.
2. Tidak memerlukan penyesuaian tetapi dianjurkan untuk diungkapkan. Contoh :
Penurunan harga pasar surat berharga yang dimiliki klien sebagai investasi sementara,
penerbitan obligasi atau saham, penyelesaian perkara pengadilan yang peristiwa
penyebabnya terjadis etelah tanggal neraca, penurunan nilai pasar sediaan sebagai
akibat larangan pemerintah penjualan suatu produk, dan kerugian akibat terbakarnya
sediaan yang tidak diasuransikan.
Hal ini mungkin membutuhkan penyajian laporan proforma, biasanya hanya neraca
proforma, dalam bentuk kolom yang disajikan bersamaan dengan laporan keuangan
historis. Lihat SAT Seksi 300 [PSAT No. 03] Pelaporan Informasi Keuangan Proforma.
Sumber: PSA no. 46 (SA Seksi 560)
Prosedur Audit pada Subsequent Events, yakni:
1. Periksa pengeluaran dan penerimaan kas sesudah tanggal neraca, sampai mendekati
tanggal selesainya audit field work.
2. Periksa bukti pengeluaran dan penerimaan barang sesudah tanggal neraca, sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work.
3. Periksa cut-off pembelian dan penjualan.
4. Review laporan keuangan interim untuk periode sesudah tanggal neraca.
5. Meminta copy notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham, periksa
apakah ada commitment dari perusahaan yang baru dipenuhi pada periode sesudah
tanggal neraca.
6. Lakukan tanya jawab dengan pejabat perusahaan yang berwenang, mengenai:
Ada/tidaknya contingent liabilities.

Ada/tidaknya perubahan dalam modal saham, kewajiban jangka panjang atau

kredit modal kerja dalam periode sesudah tanggal neraca.


Ada/tidaknya kejadian penting sesudah tanggal neraca yang memerlukan

adjustment terhadap laporan keuangan atau penjelasan catatan laporan keuangan.


7. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan.
8. Analisa perkiraan profesional fees.
9. Dapatkan surat pernyataan langganan (client representation letter).
Prosedur audit untuk penelaahan peristiwa kemudian dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
1. Prosedur yang dipadukan sebagai bagian dari verifikasi saldo akun akhir tahun
Pengujian pisah batas (cut off) dan penilaian yang dilakukan sebagai bagian dari
pengujian terinci atas saldo.
Banyak pengujian peristiwa kemudian dilaksanakan sebagai bagian dari verifikasi
saldo akun.
Prosedur auditnya bersifat normal untuk membandingkan harga pembelian persediaan
periode berikutnya dengan harga perolehan yang dibukukan pengujian atas
penilaian mana yang lebih rendah antara harga perolehan atau harga pasar
2. Pengujian kedua dilaksanakan secara khusus dengan tujuan mendapatkan informasi
yang harus dimasukan ke dalam saldo akun tahun berjalan, atau diungkapkan dengan
catatan kaki.
Permintaan keterangan ke manajemen mengenai peristiwa kemudian dilakukan
oleh pegawai klien yang tepat agar didapat jawaban yang bermanfaat.
Korespondensi dengan pengacara sebagai bagian dari penelitian atas kewajiban
bersyarat.
Menelaah laporan intern yang disiapkan setelah tanggal neraca.
Menelaah catatan pembukuan yang disiapkan setelah tanggal neraca.
Memeriksa notulen yang diterbitkan setelah tanggal neraca.
Mendapatkan surat representasi.
3. Di setiap proses pengauditan, seringkali auditor menjadikan akun kas sebagai salah
satu titik tekan utama pemeriksaan. Jelaskan mengapa demikian? Kas adalah satusatunya akun yang termasuk dalam beberapa siklus. Kas merupakan bagian dari setiap
siklus kecuali persediaan dan pergudangan. Audit saldo kas merupakan bidang audit yang
terakhir dipelajari karena bukti yang diakumulasikan untuk saldo kas tergantung pada hasil
pengujian didalam siklus ini. Pada umumnya pengendalian intern yang diterapkan oleh
perusahaan terhadap kas sangat ketat, karena jenis aktiva ini mudah sekali digelapkan, dan
merupakan jenis aktiva yang umumnya menjadi incaran penyelewengan. Oleh karena itu,
kas memang sangat penting dikarenakan adanya potensi terjadinya kecurangan dan juga

terdapat kemungkinan kesalahan. Beberapa latar belakang yang mendasari diadakannya


audit terhadap kas, antara lain:
Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan

kas.
Membuktikan asersi keberadaan kas dan asersi keterjadian transaksi yang berkaitan

dengan kas.
Membuktikan asersi kelengkapan kas yang dicantumkan di neraca.
Membuktikan asersi hak kepemilikan perusahaan atas kas yang dicantumkan dineraca.
Membuktikan asersi penilaian kas yang dicantumkan di neraca.
Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan kas dineraca.

4. Jika dalam proses audit, auditor menemukan bahwa perusahaan mengalami


kesulitan dalam memberi keyakinan mengenai kelangsungan hidup perusahaannya
di masa yang akan datang (going concern), bagaimanakah sikap auditor seharusnya
dalam menghadapi kejadian ini? Dan apakah dampaknya pada proses audit hingga
laporan audit?Apabila auditor merasa kesulitan dengan pemberian opini terhadap
masalah non going concern pada perusahaan maka auditor seharusnya menyajikan
keadaan non going concern di lembar opini melalui management letter. PSA 29 paragraf
11 huruf d menyatakan bahwa keragu-raguan yang besar tentang kemampuan satuan
usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan
keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa
penjelas lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar Tanpa
Pengecualian (Unqualified Opinion), yang dinyatakan oleh auditor. PSA No. 30 dan SA
Seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor.
Auditor mempertimbangkan barang-barang seperti tren negatif dalam hasil operasi, kredit
macet, penolakan kredit perdagangan dari pemasok ekonomis komitmen jangka panjang,
dan proses hukum dalam memutuskan jika ada keraguan substansiol atas kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Jika auditor yakin ada keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan untuk
melanjutkan kelangsungan hidup untuk jangka waktu yang wajar, ia harus memperoleh
informasi tentang rencana manajemen yang dimaksudkan untuk mengurangi dampak dari
kondisi atau peristowa dan menilai kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat
dilaksanakan secara efektif. Perusahaan dikatakan memenuhi standar going concern
apabila didalam laporan keuangan untuk pencatatan aset dan kewajiban adalah tepat atas
dasar bahwa perusahaan akan dapat merealisasikan aktiva dan kewajiban dalam kegiatan

usaha

normal.

Auditor

didalam

memberikan

opini

going

concern

harus

mempertimbangkan atas kondisi / peristiwa keungan yang ada.


Apabila auditor dalam mengevaluasi ada keraguan substansial dan hal tersebut
sudah

dipertimbangkan

mempertimbangkan

dengan

menyimpulkan

rencana

manajemen,

bahwa

ketidakpastian

maka
yang

ia

harus

signifikan

mengenai kemampuan entitas untuk going concern terjadi untuk jangka waktu
yang

wajar

dari

sisa-sisa

waktu,

kecukupan

pengungkapan

tentang

ketidakmampuan kemungkina perusahaan untuk going concern. Di dalam laporan


audit

termasuk

Paragraf

Penjelasan

(setelah

paragraf

pendapat)

untuk

mencerminkan kesimpulannya.
Kesimpulan auditor tentang kemampuan entitas untuk melanjutkan kelangsungan hidup
harus diekspresikan melalui penggunaan frase "ketidakpastian yang signifikan mengenai
kemampuannya (entitas) untuk melanjutkan kelangsungan hidup" [atau kata-kata serupa
yang terdiri atas persyaratan substansial keraguan dan kekhawatiran akan] seperti yang
digambarkan dalam ayat .13. [Seperti diubah, efektif untuk laporan yang dikeluarkan
setelah tanggal 31 Desember 1990, dengan Pernyataan Standar Auditing No 64.]

Vous aimerez peut-être aussi