Vous êtes sur la page 1sur 9

4.

ADVOKASI
A. POSYANDU LANSIA
1. Latar belakang
Seiring

dengan

semakin

meningkatnya

populasi

lansia,

pemerintah

telah

merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk


meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua
bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia
lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang.
Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan
lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah
Rumah Sakit.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lanjut usia yang
sudah disepakati, yang digerakan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan (Sulistyorini,2010). Disamping itu, di Posyandu Lansia juga
memberikan pelayanan sosial, agama, ketrampilan, olahraga dan seni budaya serta
pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat
beraktifitas dan mengembangkan potensi diri (Soeweno, 2010)
Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberikan kemudahan
bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup
masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Untuk itu seharusnya para
lansia berupaya memanfaatkan adanya posyandu tersebut. Namun fenomena di lapangan
menunjukan fakta yang berbeda, Posyandu Lansia ternyata hanya ramai pada awal pendirian
saja, selanjutnya lansia yang berkunjung mengikuti kegiatan posyandu semakin berkurang.
Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Dengan begitu manusia secara progresif
akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi

metabolik dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif yang akan menyebabkan
para lansia menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik. Lansia bukan
suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Penurunan
kemampuan berbagai organ, fungsi, dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis.
Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada
umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan
masalah pada usia sekitar 60 tahun (Pudjiastuti, 2003).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 cakupan peran
serta masyarakat yaitu sebesar 60,5%, angka ini masih dibawah target sasaran rencana kerja
pembinaan gizi masyarakat tahun 2010-2014 yaitu 85%. Rendahnya kunjungan lansia ke
posyandu dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satunya adalah faktor kurangnya
motivasi dari keluarga dan tidak ada yang mengantar lansia untuk mengikuti posyandu.
Menurut Adisasmita (2006), dengan adanya partisipasi masyarakat perencanaan
program posyandu diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau program yang
disusun sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, berarti dalam penyusunan program
ditentukan prioritas, dengan demikian pelaksanaan program tersebut akan terlaksana secara
efektif dan efisien. Salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah keaktifan
kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan kesehatan yang dalam hal ini khususnya
pemanfaatan posyandu. Kehadiran lansia di posyandu sangat mendukung tercapainya salah
satu tujuan posyandu yaitu meningkatkan kesehatan lansia.
Berdasarkan pengumpulan data yang kami lakukan selama satu minggu di Desa
Jedong Kecamatan Wagir Kabupaten Malang, lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansia
sebanyak 6,7% dan yang tidak datang sebanyak 93,3%.
Untuk dapat membentuk posyandu yang dapat bertahan kelangsungannya diperlukan
juga dukungan sosial sehingga masyarakat terutama lansia terdorong aktif ikut serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan dapat menikmati hasil dari program posyandu
tersebut.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum

Merubah fungsi dan kinerja Posyandu agar dapat memenuhi kebutuhan Lansia
agar status gizi maupun derajat kesehatan lansia dapat dipertahankan dan atau
ditingkatkan. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja kader
Posyandu balita dalam pelaksanaan Posyandu di Desa Jedong tahun 2016.
b. Tujuan Khusus :
Merubah kualitas kemampuan dan keterampilan kader posyandu
Merubah kemitraan dan pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam

kegiatan Posyandu
Mengubah pengetahuan dan sikap lansia tentang pentingnya kunjungan ke
posyandu untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia serta aktif dalam

mengikuti program posyandu.


Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga

terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia


Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara

masyarakat usia lanjut.


Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara berkelanjutan

3. Materi Kegiatan
Memperbaiki jangkauan pelayanan melalui kegiatan pelayanan pada hari buka

Posyandu dan kunjungan rumah


Merubah peran serta masyarakat dan membangun kemitraan, Memberikan
perhatian khusus pada kelompok sasaran berdasarkan azas kecukupan terutama

lansia
Mengoptimalkan kegiatan Posyandu
Memperkuat dukungan pendampingan dan pembinaan oleh tenaga profesional dan
tokoh masyarakat

4. Asumsi Perencanaan
a. Asumsi Positif
Mendapatkan dukungan dari ketua kader dan anggota kader
Terjalin hubungan yang baik antara mahasiswa dan kader
Kader mampu dan membutuhkan kegiatan tersebut
Program posyandu untuk lansia terlaksana dengan baik dan dapat dijadikan
program berkelanjutan
Ada dukungan masyarakat lintas program dan lintas sektor
b. Asumsi Negatif

Jauhnya jarak rumah dengan lokasi kegiatan posyandu lansia.


Kurangnya dukungan keluaraga lansia untuk mengingatakan untuk datang.
Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia

untuk datang ke posyandu


Terkendala oleh cuaca yang tidak menentu seperti hujan dan waktu yang tidak
sesuai dengan jadwal tokoh masyarakat dan jadwal kader.

5. Strategi Pendekatan
Pendekatan melalui pihak masyarakat khususunya lansia, kader posyandu, tenaga
kesehatan desa untuk bersedia bekerjasama dalam kegiatan revitalisasi Posyandu lansia
di Desa Jedong Kecamatan Wagir Kabupaten Malang untuk meningkatkan kunjungan
para lansia sehingga derajat kesehatan dapat dipertahankan dan atau ditingkatkan.
5. Sasaran
Sasaran kegiatan Revitalisasi Posyandu ini adalah kepala desa, bidan desa, ketua
kader lansia, kader lansia, petugas gizi puskesmas Kecamatan Wagir dan tokoh
masyarakat.
6. Tempat dan Waktu
a. Bentuk kegiatan :
Diskusi tentang program posyandu lansia
Penerapan posyandu lansia
Mengajukan rancangan program posyandu lansia kepada kepala desa di

Jedong
Melakukan negosiasi dengan kepala desa dan ketua kader posyandu untuk

menetapkan program yang direncanakan agar dapat terlaksana


Meyakinkan masyarakat dengan menggunakan pendekatan individu dan
kelompok kepada seluruh kader dan lansia agar dapat mendukung program

yang telah disepakati


Melakukan sosialisasi kepada seluruh kader posyandu mengenai pentingnya
program posyandu lansia.

b. Materi :
Materi posyandu lansia
1. Pengertian posyandu lansia
2. Tujuan posyandu lansia
3. Manfaat posyandu lansia
4. Pembentukan posyandu lansia
5. Pelaksanaan sistem 5 meja posyandu lansia

6. Pengerian kader lansia


7. Tugas kader lansia
c. Metode :
Menggunakan metode sosialisasi
d. Waktu dan tempat :
Waktu
: Maret 2016
Tempat
: Balai Desa Jedong
8. Penanggung Jawab
Ketua Pelaksana
Sie Acara
Sie Perlengkapan
Sie Dokumentasi
Sie Humas
Sie Konsumsi

: Mufidah Khairunnisa
: Ribka Dian
: Maulidia Agustina M.P
: Rizka Muthia Nuruddin
: Denny Sandria
: Ninda Anggreini Putri

9. Biaya
Kesekretariatan :
a.
b.
c.
d.

Absensi
Modul Posyandu Lansia
Manila
Spidol Hitam Besar

15 x Rp 3250
5 x Rp 2500
2 x Rp 5800

Rp 2.000
Rp 48.750
Rp 12.500
Rp 11.600

Microtoa

2 x Rp 75.550

Rp 151.100

Timbangan injak

2 x Rp 89.900

Rp 179.800

Poster

4 x Rp 3600

Rp 14.400

Sound system

Rp 120.000

Konsumsi

30 x Rp 6.500

Rp 195.000

Transportasi

2 x Rp 20.000

Rp 40.000 +

Total

Rp 775.150

10. Indikator Keberhasilan


Program yang diajukan disetujui dan disepakati oleh seluruh undangan yang

hadir
Kader lansia mampu memahami tentang materi yang disampaikan
Kader lansia mampu dan membutuhkan kegiatan tersebut
Program posyandu lansia tersebut dapat berjalan kembali sebagaimana mestinya

B. REVITALISASI UKS
1. Latar belakang
UKS merupakan wadah lintas sektor yang strategis untuk memecahkan masalah-masalah
kesehatan. Menurut Ahmad Selvia (2009:1) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) juga merupakan
upaya pendidikan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, sadar, berencana, terarah dan
bertanggung jawab dalam menanamkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan membimbing
untuk menghayati, menyenangi dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam kehidupan peserta
didik sehari-hari. Pelaksanaan UKS perlu didukung dengan sumber daya yang mencukupi baik
sumberdaya manusia maupun pembiayaan yang berasal dari semua sektor terkait baik di tingkat
Pusat maupun Daerah. Dengan telah diberlakukannya Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004,
maka berbagai program pelaksanaan UKS di setiap daerah pada dasarnya diserahkan sepenuhnya
kepada Tim Pembina UKS di daerahnya masing-masing untuk menentukan prioritas
programnya. Selain itu, peran Puskesmas dari wilayah sekolah pemenang juga sangat penting,
karena merupakan bagian dari Tim Pembina UKS tingkat Kecamatan.
Masalah kesehatan anak usia sekolah sangat kompleks dan bervariasi. Hasil Riskesdas
2013 menunjukkan bahwa 26,4% anak usia kelompok SD/SMP menderita anemia gizi yang
dapat berpengaruh pada prestasi belajar. Di samping itu Riskesdas juga melaporkan perilaku
berisiko yang dilakukan oleh kelompok usia anak sekolah, seperti merokok pada 18,3% anak
usia 15-19 tahun, kurang aktivitas fisik pada 35,4% anak usia 15-19 tahun, kurang mengonsumsi
sayuran pada 95% anak usia 13-15 tahun, tidak menggosok gigi secara benar pada 92,3% anak
usia 13-15 tahun, dan tidak mencuci tangan dengan benar pada 80% anak usia 13-15 tahun.
Kondisi ini diperparah dengan banyaknya jajanan yang tidak memenuhi syarat
lingkungan sekolah. Laporan BPOM 2013 menunjukkan bahwa sekitar 31,8% panganan dan
jajanan anak sekolah (PJAS) yang dijual di lingkungan sekolah dasar mengandung bahan
berbahaya.
Berdasarkan pengumpulan data yang kami lakukan selama satu minggu di desa Jedong
Kecamatan Wagir Kabupaten Malang, di SDN Jedong 1 sudah terdapat ruangan UKS yang
menjadi satu dengan ruangan guru. Sedangkan untuk kebiasaan cuci tangan setelah bermain

siswa SDN Jedong 1 sebesar (62,96%), sedangkan untuk tingkat pengetahuan PHBS 74,89% dan
Makanan Jajanan sebesar 34,25%.
Untuk dapat membentuk UKS yang bertahan kelangsungannya diharapkan

dukungan

seluruh sektor dalam revitalisasi UKS, baik dalam pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan,
dan pembinaan lingkungan sehat. Peran lintas sektor sangat penting karena pelaksanaan program
ini di sekolah terkait dengan kurikulum, institusi pendidikan, peserta didik, dan wilayah kerja
yang merupakan urusan, tugas, fungsi atau tanggung jawab berbagai sektor.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pemberdayaan pihak sekolah agar kegiatan UKS berjalan sesuai
dengan fungsinya, segala kegiatan UKS dapat aktif kembali.
b. Tujuan Khusus :
Meningkatkan pengelolaan dalam pelayanan UKS.
Meningkatkan pengetahuan /sikap / keterampilan untuk berprilaku hidup sehat.
Meningkatkan derajat kesehatan siswa.
Meningkatkan daya tangkal siswa terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol
dan obat berbahaya lainnya
3. Materi Kegiatan
Meningkatkan pengetahuan akan pentingnya UKS
Meningkatkan peran serta pihak sekolah dan siswa dalam kegiatan UKS
Optimalisasi Kegiatan UKS
Memperkuat dukungan pendampingan dan pembinaan oleh tenaga professional dan
Tokoh Masyarakat
4. Asumsi Perencanaan
a. Asumsi Positif
Program yang direncanakan ditanggapi, disetujui, disepakati serta mendapat bantuan dan
partisipasi dari pihak sekolah dan siswa
b. Asumsi Negatif
Terjadi hujan saat kegiatan dan waktu kegiatan yang bersamaan dengan belajar mengajar
di SDN Jedong 1
5. Strategi Pendekatan
Pendekatan melalui pihak sekolah dan siswa untuk bersedia bekerjasama dalam kegiatan
UKS

6. Sasaran
Kepala sekolah, guru (guru UKS)
7. Tempat dan Waktu
a. Bentuk kegiatan :
Diskusi tentang program UKS
Penerapan UKS
Mengajukan rancangan program UKS kepada kepsek dan guru di SDN Jedong

1
Melakukan negosiasi dengan kepala sekolah dan guru untuk menetapkan

program yang direncanakan agar dapat terlaksana


Meyakinkan warga sekolah dengan menggunakan pendekatan individu dan
kelompok kepada seluruh warga sekolah agar dapat mendukung program yang

telah disepakati
Melakukan sosialisasi kepada warga sekolah mengenai pentingnya program
posyandu UKS

b.

Materi :
Materi UKS
o Pengertian UKS
o Tujuan UKS
o Manfaat UKS
o Lambang UKS

c. Metode :
Menggunakan metode diskusi dan demonstrasi penerapan kegiatan UKS
d. Waktu dan tempat :
Waktu
: Maret 2016
Tempat
: SDN Jedong 1
8. Organisasi Tenaga Pelaksana
Ketua Pelaksana
Sekretaris
Sie Perlengkapan
Sie Dokumentasi
Sie Demonstrasi
Sie Konsumsi
9. Biaya
Kesekretariatan
Absensi

: Rizka Muthia Nuruddin


: Ribka Dian
: Ninda Anggreini Putri
: Denny Sandria
: Mufidah Khairunnisa
: Maulidia Agustina M.P

Rp

1000

Microtoa

Rp 75.550

Timbangan injak

Rp 89.900

Poster

2 x Rp 3600

Rp

7.200

Grafik IMT

2 x Rp 3600

Rp

7.200

Buku Pegangan UKS

Rp 24.300

Konsumsi
Transportasi
Total

Rp 113.400
Rp 57.100 +
Rp 307.650

27 x Rp 4200
2 x Rp 28.550

10. Indikator Keberhasilan


Revitalisasi UKS berjalan dengan lancar dan mampu meningkatkan pelayanan kesehatan
siswa untuk jangka waktu yang lama.

Vous aimerez peut-être aussi