Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BUILDING
BLOCKS OF
AUDITING
ASERSI MANAJEMEN, TANGGUNG JAWAB AUDITOR,
TUJUAN AUDIT, BUKTI AUDIT, RESIKO, MATERIALITAS
DAN PROGRAM AUDIT
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah auditing berasal dari kata audire (Bahasa Latin)
yang berarti mendengar.
eksternal
auditor
dan
internal
auditor.
Tujuan
yang
akan
dijalankan.
Rencana
audit
tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Teori Auditing
Untuk dapat memahami dan lebih memperjelas pengertian
auditing
secara
baik,
berikut
ini
pendapat
beberapa
ahli
akuntansi:
Menurut Mulyadi (2002:9) secara umum auditing adalah
sebagai berikut: Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi
bukti
secara
objektif
mengenai
pernyataan-
penyampaian
hasil-hasilnya
kepada
pemakai
yang
berkepentingan.
Agoes (2004:1) memberikan definisi dari auditing sebagai
berikut: Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis,
independen,
terhadap laporan
keuangan yang disusun oleh manajemen, beserta catatancatatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan
tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut.
Arens (2003:1) mengatakan auditing sebagai berikut:
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengawasan bahan
bukti tentang informasi yang dapat di ukur mengenai suatu
entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan
independent
untuk
dapat
menentukan
dan
melaporkan
yaitu:
proses
pemeriksaan,
kritis
dan
sistematis,
merupakan
pernyataan
manajemen
yang
(completeness):
seluruh
transaksi
dan
batas
(cut-off):
transaksi
dan
peristiwa
telah
b. Hak
dan
kewajiban
(rights
and
obligations):
entitas
tepat
penilaian
yang
atau
pengalokasian
dan penyesuaian
terjadi
dibukukan
dengan tepat.
3. Asersi tentang Asersi tentang penyajian dan pengungkapan:
a. Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and
rights and obligations): peristiwa, transaksi, dan hal-hal
lainnya yang diungkapkan, telah terjadi dan berkaitan
dengan entitas.
b. Kelengkapan (completeness): seluruh pengungkapan yang
seharusnya tercantum dalam laporan keuangan telah
disajikan.
c. Klasifikasi
dan
understandability):
keterpahaman
informasi
(classification
keuangan
disajikan
and
dan
dan
penilaian
(accuracy
and
valuation):
Tabel
Hubungan Asersi Manajemen dan Tujuan Umum Audit
Asersi Manajemen
Keberadaan
keterjadian
Kelengkapan
telah
disajikan
dalam
laporan
keuangan
Hak dan kewajiban
Penilaian
alokasi
Penyajian
pengungkapan
digolongkan,
digambarkan,
dan
atau Penjualan
yang
dicatat
adalah
untuk
Kelengkapan
Penilaian
alokasi
atau Penjualan
yang
dicatat
adalah
sejumlah
dengan benar.
Hak dan Kewajiban
Penyajian
dan Transaksi
Pengungkapan
penjualan
dicatat
dalam
buku
keuangan
merupakan
tanggung
jawab
atas
laporan keuangan.
Manajemen bertanggung
diantaranya
mencatat,
mengolah,
meringkas,
dan
langsung
manajemen.
Pengetahuan
auditor
atas
laporan
keuangan
terbatas
pada
pernyataan
bertanggungjawab
untuk
merencanakan
dan
keuangan
didasarkan
pada
konsep
perolehan
kompleks,
ketidakpastian
yang
serta
dapat
mengandung
sejumlah
mempengaruhi
berbagai
dalam
akuntansi
yang
pengumpulan
menjadi
atau
sumber
pengolahan
penyusunan
data
laporan
jumlah,
klasifikasi,
cara
penyajian,
atau
pengungkapan.
Kecurangan merupakan kesalahan penyajian yang disengaja
(intentionally), yaitu:
a. Penggelapan aset (misappropriation of assets).
b. Kecurangan
pelaporan
keuangan
(fraudulent
financial
reporting).
4. Skeptism Profesional
Merupakan sikap dimana auditor tidak boleh mengasumsikan
bahwa manajemen bersikap tidak jujur, tetapi kemungkinan
bahwa
mereka telah
bersikap
tidak
jujur
harus
tetap
dipertimbangkan.
Tanggung jawab auditor dalam mendeteksi pelanggaran
hukum:
a. Menentukan apakah suatu tindakan klien itu dipandang
sebagai pelanggaran hukum, biasanya hal tersebut berada
diluar kompetensi profesional auditor.
b. Auditor harus mendeteksi dan melaporkan salah saji akibat
tindakan melanggar hukum yang berdampak langsung dan
material terhadap jumlah dan kecukupan pengungkapan
dalam laporan keuangan.
2.4. Bukti Audit
Menurut Arrens dan Loebbecke (2003), bukti audit adalah
setiap informasi yang digunakan oleh auditor dalam menentukan
kesesuian informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang
ditetapkan.
Bukti audit merupakan semua media informasi yang
digunakan
oleh
auditor
untuk
mendukung
argumentasi,
untuk
memenuhi
keyakinan
bahwa
komponen
transaksi,
saldo
akun,
dan
pengungkapan
yang
berkaitan. Jika suatu bukti dianggap sangat tepat, hal itu akan
sangat membantu dalam meyankinkan auditor bahwa laporan
keuangan telah disajikan secara wajar.
a. Relevansi Bukti
Bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit yang akan
diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dianggap tepat.
Sebagai contoh, anggaplah auditor prihatin bahwa klien
belum menagih pelanggan atas barang yang dikirim (tujuan
menentukan
apakah
setiap
pengiriman
barang
bukti
dimana bukti
lebih
dapat
diandalkan
daripada
jika
bank
umumnya
lebih
bernilai
daripada
memerlukan
pertimbangan
tertentu
untuk
Contoh-
serta
perhitungan
saldo
utang
usaha
untuk
akun-akun
neraca
apabila
diperoleh
sedekat
rugi,
bukti
yang
diperoleh
akan
lebih
dapat
ini
berkaitan
dikumpulkan
oleh
dengan
kuantitas
auditor.
Faktor
bukti
yang
yang
harus
mempengaruhi
dan
karakteristik
populasi.
Ukuran
populasi
semakin
banyak
bukti
yang
diperlukan.
fisik
adalah
inspeksi
atau
perhitungan
yang
dan
berbagai
dokumen
penjualan,
sangatlah
inheren,
maka
bukti
audit
itu
disebut
sebagai
dokumentasi.
2. Konfirmasi (Confirmation)
Konfirmasi
secara
menggambarkan
tertulis
independen
maupun
yang
sebagaimana yang
penerimaan
lisan
dari
memverifikasikan
tanggapan
pihak
ketiga
keakuratan
baik
yang
informasi
Permintaan ini
paling
sering
mengidentifikasikan
digunakan.
dua
jenis
SAS
67
permintaan
(AU
330)
konfirmasi-
kompeten
daripada
konfirmasi
positif.
Selain
informasi
yang
dibutuhkan
auditor
dan
memperoleh
informasi-informasi
lain
yang
tidak
persediaan.
Dokumentasi
eksternal
adalah
berbagai
pertanyaan
yang
diajukan
oleh
auditor.
yang
independen
dan
barangkali
cenderung
mendukung
pihak
klien.
Oleh
karena
itu,
saat
auditor
audit
penelusuran
nilai-nilai
untuk
memperoleh
lebih
dari
satu
tempat,
maka
informasi
tersebut
kesempatan bagi
auditor
untuk
mempergunakan
catatan
utama
tentang
prosedur
auditing
yang
Dokumentasi audit
memadai
dan
untuk
mendukung
laporan
audit.
semakin
banyak
dokumentasi
audit
yang
audit
mengeluarkan
catatan
audit
dan
aturan
final
review
yang
tentang
penyimpanan
mewajibakan
auditor
File
atas
tahun-tahun
sebelumnya
yang
terus
file),
mencakup
semua
atau
daftar,
rekonsiliasi
jumlah,
pengujian
dokumentasi
audit
harus
memiliki
karakteristik
sebagai berikut:
1) Setiap file audit harus diidentifikasi secara wajar dengan
informasi, seperti nama klien, periode yang dicakup,
gambaran
tentang
isi,
tanda
tangan
orang
yang
memorandum,
dengan menandatangani
mendasari
penerapan
standar
auditing,
Accounting
materialitas
Standard
sebagai
Board
(FASB)
Besarnya
suatu
oleh
orang
yang
mengandalkan
pada
informasi
Definisi
diatas
mengharuskan
auditor
untuk
individual
atau
keseluruhan,
adalah
penting
bagi
strategi
tersebut
pendahuluan
tentang
audit
disebut
secara
sebagai
materialitas.
keseluruhan.
pertimbangan
Karena,
meskipun
selama
penugasan.
Pertimbangan
ini
harus
materialitas
adalah
pendahuluan
tentang
para
pemakai
yang
bijaksana.
Auditor
audit,
auditor
sering
kali
mengubah
faktor
akan
mempengaruhi
pertimbangan
menentukan
berapa
jumlah
material
bagi
kualitatif
yang
juga
mempengaruhi
materialitas, contoh:
1) Jumlah karena ketidakberesan lebih penting daripada
kekeliruan yang tidak disengaja karena ketidakberesan
mencerminkan kejujuran dan keandalan dari pihak
manajemen atau pihak yang terlibat.
2) Kekeliruan
yang
kecil
dianggap
material
jika
mencakup
laporan
keuangan
sebagai
keseluruhan.
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo
akun
dalam
mencapai
kesimpulan
menyeluruh
atas
yang
harus
dipertimbangkan
dalam
melakukan
menggunakan
dua
cara
dalam
menerapkan
karena
terdapat
hubungan
yang
terbalik
untuk
menyatakan
kewajaran
laporan
menentukan
jumlah
rupiah
materialitas
terlalu
tinggi
ia
memberikan
pendapat
wajar
tanpa
berisi
dampaknya,
kekeliruan
secara
atau
indifidual
atau
kecurangan
secara
yang
gabungan.
keuangan
dapat
memiliki
lebih
dari
satu
materialitas.
b. Materialitas pada Tingkat Saldo Akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji
minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang
dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas
pada tingkat saldo akun tidakboleh dicampur adukan
dengan saldo akun material. Karena saldo akun material
adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan
konsep materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji
yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi
keungangan. Saldo suatu akun yang tercatat umumnya
mencerminkan batas atas lebih saji dalam akun tersebut.
Dalam
mempertimbangakan
materialitas
pada
tingkat
pertimbangan
laporan
keuangan
awal
di
auditor
tentang
klasifikasikan,
materialitas
penaksiran
awal
hampir
semua
salah
saji
laporan
laba
rugi
melakukan
alokasi,
auditor
harus
Alokasi
pertimbangan
pendahuluan
untuk
laporan
keuangan
secara
keseluruhan.
audit
relatif
dari
prosedur
audit
yang
salah
saji
yang
ditemukan.
Salah
saji
yang
5,
Membandingkan
salah
saji
gabungan
secara
individual
atau
keseluruhan,
cukup
saji
dapat
terjadi
sebagai
akibat
dari
dalam
penerapan
prinsip
akuntansi
yang
laporan
keuangan
yang
lain,
bahwa
laporan
jaminan
bagi
klien
atau
pemakai
laporan
dapat
dapat
memberikan
keyakinan,
dalam
bentuk
bahwa
laporan
keuangan
sebagai
perencanaan
audit,
auditor
harus
keuangan
yang
mengandung
salah
saji
material.
risiko
audit
yang
auditor
bersedia
untuk
menanggungnya.
Auditor
merumuskan
suatu
pendapat
atas
laporan
auditor
disajikan
dalam
menyatakan
secara
wajar,
bahwa
padahal
laporan
keuangan
kenyataannya,
laporan
sangat
penting
karena
besar
saldonya
atau
PDR
Risiko
penemuan
yang
direncanakan
(Planned
Detection Risk)
AAR = Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit
Risk)
IR = Risiko bawaan (Inherent Risk)
CR = Risiko pengendalian (Control Risk)
a. Risiko penemuan yang direncanakan (Planned Detection
Risk)Yaitu bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam
segmen gagal menemukan salah saji yang melewati
jumlah yang dapat ditoleransi, kalau salah saji semacam
itu timbul.
b. Risiko Bawaan (Inherent Risk), Penetapan auditor akan
kemungkinan adanya salah saji dalam segmen audit yang
melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor
efektifitas pengendalian intern.
c. Risiko pengendalian (Control Risk), Yaitu ukuran penetapan
auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji)
dituntut
di
pengadilan.
Jika
auditor
merasa ada
konsumen,
dan
aparat
negara
sehingga
akan
terhadap
keuangan
laporan,
setelah
audit
kemungkinan
selesai,
dan
kegagalan
integritas
manajemen.
b. Auditor menetapkan tingkat risiko sementara yang
bersifat subyektif bahwa L/K berisi salah saji material
setelah audit selesai.
c. Kemungkinan
memperoleh
informasi
tambahan
mungkin
terjadi
dan
dimana
yang
mengalokasikannya
pada
segmen-segmen
audit.
f. Risiko bawaan dapat relatif rendah pada kasus tertentu
dan cukup tinggi pada kasus lain.
Faktor-faktor yang harus ditelaah dalam menetapkan
risiko bawaan:
a. Sifat bidang usaha klien.
b. Hubungan istimewa.
c. Integritas manajemen.
d. Transaksi tidak rutin.
e. Motivasi klien.
f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat.
audit,
mengalokasikan
tetapi
tidak
materialitas
pada
lazim
tujuan
untuk
audit
pengukuran
mengenai kombinasi
subyektif
untuk
kuantitatif
yang
tepat
mengevaluasi
kecukupan
bahan
pertimbangan
yang
mempengaruhi
faktor-faktor
lain
harus
dipertimbangkan
dalam
laporan
keuangan.
Auditor
harus
Strategi
audit
awal
dibagi
menjadi
dua
macam
tingkat
materialiras,
sementara
itu
jumlah
bukti
audit
yang
dikumpulkan,
menyiapkan
rencana
kerja
audit
(audit
program)
Audit
Program:
membantu
Auditor
dalam
bagaimana
harus
menyelesaikan
suatu
pemeriksaan.
b. Sebagai
dasar
untuk
koordinasi, pengawasan,
dan
pengendalian pemeriksaan.
c. Sebagai dasar penilaian kerja yang dilakukan klien.
Tahap penilaian yang dilakukan oleh auditor dalam
audit ialah:
a. Penelaahan awal.
controls)
terhadap
general
controls,
serta
test).
f. Tahap pelaporan hasil audit.
DAFTAR PUSTAKA
Elder, R. J., Beasley, M. A, & Arens, A. A. (2010). Auditing and
Assurance Services: An Integrated Approach (13th Ed.). New
Jersey: Preston Prentice Hall.
Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Profesional Akuntan Publik.
(2001). Salemba Empat