Vous êtes sur la page 1sur 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Karsinoma paru yang sejati jarang terjadi pada anak-anak dan remaja. Penderita termuda
berumur 19 tahun pada satu seri dan berusia 20 serta 25 tahun pada seri yang lain.merokok lama
dan berat tampaknya merupakan faktor resiko paling penting, bahkan pada penderita berusia
muda sekalipun. Berbagai tumor primer telah dilaporkan, tetapi semuanya bersifat sangat jarang.
Kurang dari 250 kasus, termasuk 150 keganasan, telah dilaporkan. Adenoma bronkus dan
karsinoid adalah tumor primer yang paling lazim.lesi metastatik,seperti tumor wilms, sarkoma
osteogenik, dan hipatoblastroma adalah bentuk keganasan paru pada anak yang paling lazim
dijumpai. Tingginya insidens pseudotumor radang mengamburkan statistik.
Penderita dengan gejala-gejala atau dengan roentgenografi atau tanda laboratorium lain
yang memberi kesan keganasan paru harus dicari secara cermat untuk kemungkinan adanya
tumor ditempat lain sebelum eksisi pembedahan dilakukan. Tumor paru dapat muncul dengan
deman, hemoptisis, mengi, batuk, efusi pleura, nyeri dada, dispnea, atau pneumonia berulang
atau menetap, atau atelaktasis. Lesi primer tunggal dan lesi metatastik murni yang ditemukan
lama sesudah tumor primer diambil paling baik ditangani dengan cara eksisi. Prognosisnya
bervariasi dan tergantung pada jenis tumor yang terlibat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah definisi dari tumor paru ?
2. Bagaimana etiologi tumor paru?
3. Bagaimana patofisiologi tumor paru?
4. Bagaimana manifestasi klinis tumor paru?
5. Bagaimana penetalaksanaan tumor paru?
6. Apa saja komplikasi tumor paru?
7. Bagaimana asuhan keperawataan pada pasien tumor paru?
1.3 TUJUAN
1

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Respirasi
yang berjudul Tumor Paru. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan
yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca makalah ini
mengerti tentang konsep teori serta proses keperawatan dan pengkajiannya.

BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR TEORI
2.1 DEFINISI
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi berasal dari bahasa latin,
yang berarti bengkak. Istilah Tumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan
biologikal jaringan yang tidak normal. Menurut Brooker, 2001 pertumbuhan tumor dapat
digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign).Sel tumor pada tumor jinak bersifat
tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak
jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang
memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya
tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi (Robin dan Kumar, 1995).
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur
dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan
langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan
mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, 1991).
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas.
( Hood Al sagaff, dkk 1993 )
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru
berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena
kanker. ( Zerich 150105 Weblog, by Erich )

2.2 ETIOLOGI
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
3

1. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah
ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru
(karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih
besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah
meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar
10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang
jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang
radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan
adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi
operatif.
3.

Kanker paru akibat kerja.


Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur
nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru paru hematite) dan
orang orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami
peningkatan insiden.

4.

Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada
mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri
dan uap diesel dalam atmosfer di kota.
( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).

5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
6. Diet
Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium, dan vit. A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru.
2.3 PATOFISIOLOGI
4

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu (www mediaindonesia.co.id) :
a.
b.
c.
d.
e.

Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan


Napas pendek-pendek dan suara parau
Batuk berdarah dan berdahak
Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
Hilang nafsu makan dan berat badan

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada
bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
5

b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya
karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam macam prosedur
non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

2.5 PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN MEDIK, ( At a Glance, Medicine, Patrisk Davey, hal. 203 )
1. Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya < 25% kasus
yang bisa dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus ) yang telah hidup
setelah 5 tahun. Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada
pneumonektomi
2. Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa
dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya
menyembuhklan sedikit diantaranya.
3. Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri local
4. Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil, karena pembedahan tidak pernah
sesuai dengan histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi pada kanker bukan sel kecil
belum jelas.
5. Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat
memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang
signifikan
6. Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid
membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya
Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang sering,
sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk
7

Mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.

2.6 KOMPLIKASI

Hematorak
Pneumotorak
Empiema
Endokarditis
Abses paru
Atelektasis

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


2.7 PENGKAJIAN
a. Aktivitas/istirahat.: Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan rutin, dispnoe
karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap lanjut.
8

b. Sirkulasi Peningkaran Vena Jugulari, Bunyi jantung: gesekan perikordial ( menujukan efusi )
tachicardia?disritmia, jari tabuh.
c.

Integritas Ego. : Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat, gelisah,
insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.

d. Eliminasi ; Diare yang hilang timbul ( ketidakseimbngan hormonal,)Peningkatan


frekuesnsi/jumlah urine ( Ketidakseimbngan Hormonal ).
e.

Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan,
kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan
Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0, Edema wajah, periorbital
( ketidakseimbangan hormonal ), Glukosa dalam urine .

f.

Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan


posisi.Nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan
hormon pertumbuhan.Nyeri abdomen hilang/timbul

g.

Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan produksi
sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan
riwayat merokok.Dsipnoe, meni gfkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi
pada inspirasi atau ekspirasi ( ganguan aliran udara ). Krekels/mengi yang menetap
penyimpangan trakeal( area yang mengalami lesi ) Hemoptisis.

h.

Keamanan : Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.

i.

Seksualitas : Ginekomastia, amenorea, atau impoten.

j.

Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko keluarga, : adanya riwayat kanker paru, TBC.


Kegagalan untuk membaik.

2.8 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1)
Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan
status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis situasi atau
krisis maturasi. (232)
2)
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek samping penanganan, factor
budaya atau spiritual yang berpengaruh pada perubahan penampilan.(213)
9

3)
Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan, keluhan
terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis kanker.(405)
4)
Proses keluarga, perubahan berhubungan dengan terapi yang kompleks,
hospitalisasi/perubahan lingkungan, reaksi orang lain terhadap perubahan penampilan.
5)
Ketakutan berhubungan
ketidakberdayaan.

dengan

proses

penyakit/prognosis

(misalnya

kanker),

6)
Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak, kerusakan
saraf/otot, dan nyeri.(282)
a.

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

b.

Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.

c.

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan paru.

d. Kecemasan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk bernafas.

10

Vous aimerez peut-être aussi