Vous êtes sur la page 1sur 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah
perdarahan. Perdarahan post partum dapat terjadi salah satunya karena atonia
uteri. Atonia uteri adalah sebab penting kematian ibu. Selain itu pada keadaan
dimana

atonia

uteri

tidak

mempengaruhi morbiditas

mengakibatkan

kematian,

kejadian

ini

sangat

pada ibu masa nifas. (Anonim, 2009, online diakses

tanggal 20 Juni 2010)


Perdarahan yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara
mendadak, bertanggung jawab atas 28% kematian ibu. Sebagian besar kasus
perdarahan dalam masa nifas terjadi karena atonia uteri. Hal ini mengindikasikan
kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan
emergency obstetri dan perawatan neonatal yang tepat guna. (Anonim, 2009, online
diakses 20 Juni 2010)
World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2007 paling
sedikit 585.000 meninggal, penyebabnya adalah atonia uteri 18%, rest plasenta
10%, eklampsi 12%, abortus 13%, sepsis 15%, partus lama 8%, dan lain-lain 24%.
(Anonim, 2009, online diakses tanggal 23 Juni 2010 )
Dari laporan-laporan baik di negara maju maupun di negara berkembang
angka kejadian perdarahan berkisar antara 5% sampai 15%. Dari angka tersebut
diperoleh sebaran etiologi antara lain: atonia uteri (50-60%), sisa plasenta (23-24%),
retensio plasenta (16-17%), laserasi jalan lahir (4-5%), kelainan darah (0,5-0,8%).
Sedangkan di ASEAN angka kejadian perdarahan berkisar 30%, komplikasi masa
nifas 8%, dan lain-lain 12%. (Anonim, 2009, online diakses tanggal 23 Juni 2010)

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Kesehatan, kematian ibu
pada tahun 2008 berjumlah 116 orang, dimana penyebab tertinggi adalah
perdarahan yang terjadi pada periode post partum dimana rata-ratanya adalah 72
orang (62,1%), infeksi 5 orang (4,3%), eklampsia 19 orang (16,4%) dan lain-lain 20
orang (17,21%).
Data yang diperoleh dari RSUD Syekh Yusuf Gowa jumlah ibu yang
melahirkan periode Januari sampai Desember 2009 sebanyak 997 orang dengan
perdarahan post partum 89 orang dimana jumlah atonia uteri 20 orang (22,4%),
retensio plasenta 18 orang (20,2%), laserasi jalan lahir 27 orang (30,3%) dan
kelainan pembekuan darah 6 orang (6,7%).
Perdarahan pasca partus lebih banyak dibandingkan dengan perdarahan
antepartum yang merupakan penyebab kematian ibu.. Perdarahan pasca persalinan
masih merupakan ancaman yang tidak terduga walaupun dengan pengawasan yang
sebaik-baiknya, perdarahan pasca persalinan masih merupakan salah satu
penyebab kematian ibu yang penting. (Anonim, 2009, online diakses pada tanggal
24 Juni 2010)
Dalam rangka menurunkan angka kejadian perdarahan pasca persalinan serta
mengurangi resiko kematian ibu, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan
adalah memberikan pelayanan kesehatan yang efektif pada pemeriksaan kehamilan
(antenatal care), persalinan, dan nifas dengan komplikasi.
Oleh karena perdarahan post partum utamanya karena atonia uteri
merupakan masalah penting yang erat hubungannya dengan masalah mortalitas
maternal, maka penulis termotivasi untuk mengambil kasus perdarahan post partum
karena atonia uteri di RSUD Syekh Yusuf Gowa sebagai karya tulis ilmiah.
B. Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan karya tulis ilmiah ini adalah penerapan asuhan
kebidanan pada Ny. S dengan perdarahan post partum karena atonia uteri di
RSUD Syekh Yusuf Gowa tanggal 17 s/d 19 Juni 2010.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan perdarahan post
partum karena atonia uteri dan pendekatan asuhan kebidanan sesuai
kompetensi dan wewenang bidan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi data dasar pada Ny. S dengan perdarahan post partum
karena atonia uteri di RSUD Syekh Yusuf Gowa tanggal 17 s/d 19 Juni 2010.
b. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah aktual pada Ny. S dengan
perdarahan post partum karena atonia uteri di RSUD Syekh Yusuf Gowa
c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada Ny. S dengan
perdarahan post partum karena atonia uteri di RSUD Syekh Yusuf Gowa
d. Melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi untuk Ny. S
e. Merencanakan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan perdarahan post
partum karena atonia uteri
f. Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan pada Ny. Sdengan perdarahan post partum karena atonia uteri di RSUD Syekh Yusuf
Gowa
D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan dan penerapan ilmu
yang didapatkan pada Program Diploma III Kebidanan Universitas Indonesia
Timur Makassar.
2. Sebagai bahan masukan / informasi bagi tenaga bidan di RSUD Syekh Yusuf
Gowa dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan dengan atonia uteri
3. Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam penerapan proses
asuhan kebidanan pada atonia uteri
4. Dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta tambahan pengalaman
yang sangat berharga dalam penerapan asuhan kebidanan pada atonia uteri.

E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan untuk menulis karya tulis ilmiah ini :
1. Studi Kepustakaan
Mempelajari atau membaca berbagai literatur yang berhubungan dengan kasus
ini termasuk data dari internet.
2. Studi Kasus
Dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam asuhan
kebidanan yang meliputi pengumpulan data dan merumuskan diagnosa/masalah
aktual, antisipasi diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera,
perencanaan tindakan segera, implementasi dan evaluasi serta dokumentasi
asuhan kebidanan untuk menghimpun data/informasi dalam pengkajian dengan
menggunakan teknik.
a. Anamnese
Yaitu penulis mengadakan tanya jawab dengan klien, suami, dan keluarga
yang terlibat guna mendapatkan data yang diperlukan untuk memberikan
asuhan kebidanan.
b. Pemeriksaan Fisik
Penulis memperoleh data dengan melakukan pemeriksaan fisik secara
sistematis mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki (Head To Too) melalui
inspeksi.
c. Pengkajian Psikososial Dan Spritual
Mengkaji tingkat emosi klien serta hubungan dengan masyarakat sekitarnya
dan menanyakan klien tentang ibadahnya.
3. Studi Dokumentasi
Membaca dan mempelajari status kesehatan yang berhubungan dengan klien
yang bersumber dari catatan dokter, bidan maupun dari sumber lain.
4. Diskusi
Diskusi dengan tenaga kesehatan yaitu dokter dan bidan maupun pembimbing
demi kelancaran penulisan karya tulis ini.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan untuk penulisan karya tulis ini terdiri
dari :

BAB I
A.
B.
C.
D.
E.
F.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ruang Lingkup
Tujuan Penulisan
Manfaat Penulisan
Metode Penulisan
Sistematika Penulisan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Perdarahan Post Partum
1. Pengertian Perdarahan Post Partum
2. Penyebab Perdarahan Post Partum
3. Diagnosa Perdarahan Post Partum
4. Penanganan Perdarahan Post Partum
B. Tinjauan Tentang Atonia Uteri
1. Pengertian Atonia Uteri
2. Etiologi Faktor Predisposisi Atonia Uteri
3. Gejala Atonia Uteri
4. Pencegahan Atonia Uteri
5. Penanganan Atonia Uteri
C. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
2. Tahapan Dalam Asuhan Kebidanan
D. Pendokumentasian Dalam Asuhan Kebidanan
BAB III STUDI KASUS
A. Identifikasi Data Dasar
B. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
C. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
D. Tindakan Segera / Kolaborasi
E. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
G. Evaluasi Asuhan Kebidanan
H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bagian ini membahas kesenjangan antara teori dan keadaan nyata
BAB V

di praktek klinik dibahas secara sistematis.


KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas (Puerperium)
a. Masa Nifas (puerperium) adalah mulai partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali
seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Wiknjosastro H, 2005 hal
241)
b. Masa nifas (puerperium) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan yang
normal. (Manuaba IBG, 1998 hal 195)
c. Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. (Saifudin AB, 2000 hal N-23)
d. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil dan
lama masa nifas 6-8 minggu. (Mochtar R, 1998 hal 118)
Masa nifas terdiri dari 3 periode, yaitu :

1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu sudah diperbolehkan berdiri


dan berjalan.
2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu. Dalam agama islam, dianggap telah bersih
dan boleh bekerja setelah 40 hari.
3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Ini membutuhkan waktu bisa berminggu-minggu, bulanan
atau tahunan untuk sehat sempurna. (Mochtar R, 1998 hal 115)
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas (Saifuddin AB, 2000 hal N-24)
a. Memberikan pendidikan kesehatan terhadap perawatan kesehatan diri,
nutrisi, menyusui, perawatan bayi, pemberian imunisasi kepada bayi, serta
keluarga berencana.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik secara fisik maupun psikologik
c. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana
3. Perubahan Yang Terjadi Dalam Masa Nifas
a. Perubahan Fisiologi
1) Sistem Reproduksi (Mochtar R, 1998 hal 115-116)
a) Uterus
Pada akhir kala tiga persalinan, fundus uteri kira-kira setinggi
umbilicus dan berat uterus 100 gram, uterus hari pertama dan
selanjutnya terjadi proses involusi secara berangsur-angsur.
Setelah masa nifas 122 hari uterus biasanya sudah tidak
teraba lagi melalui abdomen, setelah 6 minggu ukurannya sudah
kembali pada ukuran seperti sebelum hamil, yaitu tingginya 8 cm
dengan berat 50 gram.
Involusio disebabkan oleh :
(1) Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam
jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi

terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai


pelepasan plasenta.
(2) Kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi
mengakibatkan kompresi pembuluh darah setempat terusmenerus.
b) Serviks dan Segmen Bawah Rahim
Selesainya kala tiga persalinan, serviks dan segmen bawah
uterus menjadi struktur yang tipis, kolaps, dan kendor. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua jari tangan.
Setelah 6 minggu post natal serviks menutup.
Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilokasi, serviks
tidak lemah kembali keadaan seperti sebelum hamil yang berupa
lubang kecil seperti mata jarum, serviks hanya kembali pada ke
keadaan tidak hamil yang berupa tulang yang sudah sembuh tertutup
tapi berbentuk celah. Dengan demikian, os serviks wanita yang
sudah pernah melahirkan merupakan salah satu tanda yang
menunjukkan riwayat kelahiran bayi lewat vagina. (Departemen
Kesehatan, RI tahun 1999)
c) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses kelahiran bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendor. Setelah 3 minggu, vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina

secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia


menjadi lebih menonjol.
Himen mengalami

rupture

pada

saat

melahirkan

bayi

pervaginam dan yang tersisa hanya sisa-sisa kulit orifisum vagina


biasanya tetap sedikit membuka setelah wanita tersebut melahirkan
anak.
d) Traktus Urinarius
Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan
terdapat spasme sfingter sesudah bagian ini mengalami kompresi
antara kepala janin dan tulang.
Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36
jam sesudah melahirkan. Batas normal urine 30 menit/jam. Setelah
plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan
air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan dieresis urectur yang berdilatasi akan kembali normal
dalam waktu 6 minggu.
e) Lokhia
Lokhia yaitu cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.
(1) Lokhia rubra (cruenta) yang berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
(2) Lokhia sangguilenta yang berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir pada hari ketiga sampai ketujuh pasca persalinan.
(3) Lokhia serosa yang berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi
pada hari ke-7 sampai ke-14 pasca persalinan.
(4) Lokhia alba berupa cairan putih, selama 2 minggu

(5) Lokhia purulenta apabila terjadi infeksi, keluar cairan seperti


nanah berbau busuk
(6) Lokhia statis adalah lokhia yang tidak lancar keluar
2) Laktasi
Pada masa kehamilan karena pengaruh hormon estrogen

dan

progesteron yang dihasilkan oleh plasenta akan mempengaruhi kelenjar


mammae antara lain :
a) Proliferasi jaringan terutama sel-sel acini bertambah dan terbentuk
lemak alveoli.
b) Pelebaran pada duktus laktiferus dan pada duktus ini terdapat cairan
yang kadang-kadang dapat dikeluarkan berwarna kekuning-kuningan
yang dinamakan colostrum.
c) Hipervaskulalarisasi pada permukaan bagian dalam mammae.
Hormon progesteron dan estrogen ini menghambat pengeluaran
prolaktin, dengan lahirnya plasenta kadar estrogen dan progesteron
menurun sehingga penekanan prolaktin hilang dan prolaktin
meningkat dalam darah yang merangsang sel-sel acini untuk
produksi air susu.
3) Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi durasi yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel
darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat
besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi
daripada normal, plasma tidak begitu mengandung cairan dan dengan
demikian daya koagulasi meningkat, pembekuan darah harus dicegah
dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
4) Tanda-tanda Vital
a) Suhu Badan

Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit sebagai
akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan dan kembali normal setelah melahirkan. Namun bisanya
pada hari ketiga suhu badan akan naik.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali/menit, habis
melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
c) Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
d) Pernapasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan yang
akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran
pernafasan.
b. Perubahan Psikologis
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal
menyebabkan ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitf terhadap
faktor-faktor yang dalam keadaan normal dapat diatasinya, disamping
perubahan hormonal, cadangan fisiknya sudah kering terkuras oleh tuntutan
kehamilan serta persalinan, keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing
baginya dan oleh kecemasannya akan bayi, suami dan anak-anaknya yang
lain.
Perubahan psikologis dibagi dalam 3 fase yaitu (Suharti, 2007 hal 66-67)
1) Fase taking-in, terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu umumnya
menjadi pasif dan sangat tergantung pada orang lain.
2) Fase taking-hold, periode ini berlangsung pada hari ke-3 sampai ke-4
setelah

persalinan,

ibu

menjadi

lebih

berkonsentrasi

pada

kemampuannya sebagai ibu yang sukses, dan menerima tanggung


jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayinya.
3) Fase letting-go, periode ini umumnya dialami setelah ibu tiba di rumah
dan secara penuh merupakan pengaturan bersama keluarga.
4. Gambaran Klinis Tentang Masa Nifas
Masa nifas adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil lama nifas yaitu 6-8
minggu.
Dalam masa nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat
genetalia ini dalam keseluruhannya disebut involusio.
Disamping involusio ini terjadi juga perubahan penting lain yakni
hemokosentrasi dan timbulnya laktasi.
Pada masa hamil, didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai
penghubung sbunt antara sirkulasi darah ibu dengan plasenta. Setelah
melahirkan sbunt akan hilang dengan tiba-tiba dan volume darah ibu relative
akan bertambah, keadaan ini menimbulkan beban pada jantung sehingga dapat
dekompensasi kordis pada penderita vitium kordis. Ini dapat diatasi dengan
mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume
darah kembali seperti sediakala, ini terjadi pada hari ke-3 sampai ke-15 hari
postpartum.
Perubahan yang terdapat pada serviks yaitu bentuk serviks akan
menganga seperti corong yang disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan konsentrasi, sedangkan serviks tidak berkonsentrasi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri, berbentuk
semacam cincin dan warna serviks merah kehitaman-hitaman karena penuh
dengan pembuluh darah yang konsistensinya lunak.

Perubahan yang terjadi pada endometrium ialah timbulnya thrombosis,


degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin dan setelah 3 hari permukaan
endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami
degenerasi pelepasan jaringan, degenerasi ini berlangsung lengkap dan tidak
ada pembentukan jaringan parut pada bekas tempat implantasi plasenta
sehingga dapat menimbulkan pada kehamilan berikutnya.
5. Perawatan Masa Nifas (Mochtar R, 1998 hal 115-116)
a. Mobilisasi : Ibu harus istirahat yang cukup dan tidur terlentang selama 8 jam
pasca persalinan kemudian boleh miring kekanan dan kiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan tromboemboli. Dan pada hari kedua diperbolehkan
duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari ke-4 sampai ke-5 sudah
diperbolehkan untuk pulang.
b. Perawatan payudara : perawatan ini sangat penting dimulai sejak wanita
hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan tidak kering sebagai
persiapan untuk menyusui bayinya.
c. Diet : makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan
makanan yang mengandung protein, sayur-sayuran dan buah-buahan.
d. Miksi : hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secapatnya agar kandung
kemih tidak penuh dan apabila kandung kemih penuh maka dilakukan
katerisasi.
e. Defekasi : BAB harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan dan apabila sulit
untuk BAB dapat dilakukan klisma.
B. Tinjauan Umum Tentang Perdarahan Post Partum
1. Beberapa pengertian yang dikemukakan, yaitu :

a. Perdarahan post partum adalah perdarahan pervaginam yang jumlahnya


melebihi 500 cc yang terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah janin
lahir. (Wiknjosastro H, 1999 hal 653)
b. Perdarahan post partum adalah perdarahan yang lebih dari 500 cc, yang
terjadi dua hingga empat jam pertama setelah anak lahir. (Anonim, 2009,
online diakses tanggal 22 Juni 2010)
c. Perdarahan post partum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi dalam
24 jam pertama setelah persalinan berlangsung. (Sastrawan, 2004 hal 171)
d. Perdarahan post partum adalah perdarahan 500 cc atau lebih setelah kala
III selesai setelah plasenta lahir. (Mochtar R, 1998 hal 298)
e. Perdarahan post partum adalah perdarahan setelah bayi lahir yang
volumenya melebihi 400-500 cc. (Manuaba IBG,2002, hal 294)
Menurut jenisnya perdarahan post partum dibagi atas dua bagian yaitu :
1) Perdarahan post partum primer (early post partum hemorhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama atonia uteri,
retensio plasenta, sisa plasenta terbanyak dalam 24 jam pertama.
(Manuaba IBG, 1999 hal 295)
2) Perdarahan post partum sekunder (late post partum hemorhage) yang
terjadi dalam 24 jam, biasanya antara hari ke-5 sampai ke-7 post
partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta
atau membran. (Manuaba IBG, 1999 hal 295)
2. Penyebab (Manuaba, 2004 hal 106)
a. Perdarahan post partum primer
1) Atonia uteri
2) Laserasi jalan lahir
3) Retensio plasenta
4) Gangguan pembekuan darah
b. Perdarahan post partum sekunder
1) Rest plasenta
2) Sub involusio didaerah insersi plasenta
3) Kelainan perdarahan
4) Tumor/mioma uteri

5) Hematoma jalan lahir


6) Infeksi
3. Diagnosa perdarahan post partum (Mochtar R, 1998 hal 301)
Diagnosa perdarahan post partum ditegakkan berdasarkan :
a. Anamnesis : faktor-faktor predisposisi, keadaan penderita selama hamil
b. Palpasi untuk mengetahui adanya atonia uteri
c. Pemeriksaan plasenta selaput ketuban untuk mengetahui kemungkinan
tertinggalnya jaringan plasenta atau selaput ketuban.
d. Inspekulo : untuk mengetahui adanya robekan pada perineum, vagina dan
serviks.
e. Pemeriksaan dalam eksplorasi vagina, serviks dan kavum uteri untuk
mencari robekan pada vagina, serviks uteri, serta kemungkinan plasenta
suksenturiata.
4. Penanganan perdarahan post partum secara umum (FK UNHAS, 1999, hal
247)
a. Penderita pada awal persalinan sebaiknya pada persalinan petugas sudah
melakukan pencegahan dengan memasang infus larutan Ringer Laktat dan
persiapan transfusi darah.
b. Transfusi darah minimal 500 cc untuk menggantikan darah yang hilang
diberikan dengan cepat.
c. Pemberian plasma ekspender (Larutan Dekstran L)
d. Drips Oxytosin 20 IU dala 500 cc Ringer Laktat atau NaCl 0,9%
e. Vaksin serat tetanus cc

C. Tinjauan Tentang Perdarahan Atonia Uteri


1. Pengertian
a) Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (JNPK-KR, 2007 hal 131)

b) Atonia uteri adalah kegagalan uterus untuk berkontraksi sebagaimana


mestinya setelah melahirkan. (Anonim, 2009, online diakses tanggal 21
Juni 2010)
2. Etiologi Atonia Uteri (Mochtar R, 1998 hal 300)
a) Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri
1) Umur terlalu muda atau terlalu tua
2) Paritas sering dijumpai pada multipara atau grandmultipara
3) Partus lama dan partus terlantar
4) Uterus terlalu tegang dan besar, gemelli, hidraamnion, janin besar
5) Kelainan pada uterus : Mioma uteri
6) Faktor sosial ekonomi : malnutrisi
b) Gejala perdarahan atonia uteri
1) Perdarahan pervaginam
2) Konsistensi rahim lembek/lunak
3) Adanya tanda-tanda syok, yaitu :
(a) Syok awal
(1) Pasien sadar, tampak ketakutan
(2) Nadi cepat, 110x/menit atau lebih
(3) Pucat, berkeringat dingin
(4) Tekanan darah turun, sistolik < 90 mmHg
(5) Hematokrit 26% atau lebih
(6) Produksi urine < 30 cc/jam
(7) Bibir kebiru-biruan (sianosis)
(b) Syok lanjut
(1) Pasien tampak kebingungan, atau tidak sadar
(2) Nadi sangat cepat dan lemah
(3) Pernafasan cepat dan dangkal
(4) Tekanan darah sangat rendah
(5) Produksi urine tidak ada
(c) Fundus uteri naik (kalau pengaliran darah keluar terhalang oleh
bekuan darah atau selaput janin)
(d) Darah berwarna merah tua karena berasal dari vena
c) Diagnosa atonia uteri
Diagnosa atonia uteri dapat ditegakkan berdasarkan :
(1) Melakukan pemeriksaan fundus
(2) Inspeksi traktus genitalis bawah
(3) Eksplorasi uterus
(a) Sisa plasenta
(b) Inversi uteri
(c) Ruptur uteri

d) Pencegahan
Pencegahan atau sekurang-kurangnya besiap siaga pada kasus
yang disangka akan terjadi perdarahan sangatlah penting, tindakan
pencegahan ini tidak saja dilakukan sewaktu bersalin namun sudah dimulai
saat ibu hamil dengan melakukan antenatal yang baik pada ibu yang
mempunyai faktor predisposisi atau riwayat perdarahan post partum
sangatlah dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit.
Pada penatalaksanaan kasus perdarahan post partum ini paradigma
pencegahan sudah harus dimulai saat melakukan asuhan persalinan
normal, bukan apabila sudah terjadi perdarahan adapun tindakan antisipasi
yang dapat dilakukan pada asuhan persalinan normal yaitu saat kala ini
dengan melakukan asuhan aktif kala III, antara lain menyuntikkan oksitosin
serta melakukan peregangan tali pusat terkendali.
Pada paradigma pencegahan segera sesudah plasenta dilahirkan
penolong persalinan melakukan pemeriksaan fundus uteri, melakukan
masasse fundus uteri sampai fundus berkontraksi dengan baik, dan teknik
melakukan pengawasan pada ibu untuk mendeteksi sedini mungkin
terjadinya perdarahan atau atonia uteri.
e) Penatalaksanaan (Depkes RI, 1999)
Bila terlihat tanda awal atonia uteri, ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut :
(1) Lakukan masasse uterus sampai timbul kontraksi dan keluarkan
bekuan darah
(2) Nilai keadaan pasien (nadi, tekanan darah, warna kulit, kesadaran,
kontraksi uterus) dan perkirakan jumlah darah yang keluar. Bila ibu
dalam keadaan syok, pastikan jalan nafasnya bebas, beri oksigen, bila

tersedia dengan kecepatan 6-8 liter/menit melalui masker atau selang


hidung.
(3) Berikan oksitosika (oksitosin 10 IU atau 0,2 mg ergometrin secara
intravena, bila tidak mungkin dapat diberikan secara intramusculer)
(4) Apabila darah untuk pengukuran Hb dan tes kecocokan golongan darah
(cari calon donor bila tidak ada bank darah) dan pasang.
(5) Mengalami syok, alirkan cairan dengan cepat (1 liter dalam 15 menit)
sampai tercapai stabilisasi (mungkin diperlukan cairan 3 liter untuk
mengatasi syok)
(6) Kosongkan kandung kencing dan pertahankan tetap kosong pasang
kateter bila ibu tidak dapat kencing
(7) Periksa bahwa plasenta dan selaput lengkap
(8) Pertahankan kontraksi uterus dengan baik. Masukkan 20 unit oksitosin
kedalam 1 liter cairan dan berikan 40 tetes/menit (mungkin perlu
dipasang infus yang kedua). Berikan bayi pada ibu untuk disusukan
atau lakukan rangsangan pada puting susu apabila bayi tidak mau
mengisap.
(9) Bila semua tindakan diatas telah dilakukan tetapi masih terjadi
perdarahan lakukan tindakan spesifik sebagai berikut :

(a) Kompresi Bimanual Interna


Cuci dan sikat tangan
Gunakan sarung tangan steril
Pada prosedur ini tangan kiri diletakkan pada fundus seperti
pada kompresi bimanual eksterna. Bila penekanan kurang
baik dan vagina longgar, dapat dimasukkan seluruh kepalan
tangan kedalam vagina.
(b) Kompresi Bimanual Eksterna (Saifuddin AB, 2002, hal P-59)

Tempatkan tangan kiri pada fundus dan susuri sejauh mungkin

sampai kebelakang uterus.


Tempatkan tangan kanan mendatar diatas perut antar pusat

dan simfisis pubis


Tekan kedua tangan menuju satu sama lain untuk menekan

pembuluh-pembuluh darah pada tempat implantasi plasenta.


(c) Kompresi pada Aorta
Kompresi manual aorta hanya dilakukan pada perdarahan post
partum hebat bila kompresi bimanual eksterna dan interna tidak
efektif. Kompresi aorta hanya dilakukan pada keadaan gawat
darurat selama penyebab perdarahan dicari. Kedua tangan
digunakan, satu tangan meraba denyut arteri femoralis dilipatan
paha sedangkan tinju tangan yang lain diletakkan diatas pusat
badan secara pelan-pelan denyutan arteri femoralis menghilang,
kompresi aorta telah memadai dan perdarahan akan terhenti.
Penderita dengan kecenderungan perdarahan post partum,
sebaiknya pada awal persalinan sudah diberikan infus larutan
Ringer Laktat atau Glukosa 5% dan persiapan transfusi darah.
Pada keadaan akut, tindakan penting adalah :
Transfusi darah, minimal 500 cc untuk menggantikan darah

yang hilang
Drips oksitosin 20 unit dalam 500 cc larutan Ringer Laktat
atau NaCl 0,9%.

D. Manajemen Asuhan Kebidanan


Manajemen asuhan kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan
yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
1. Langkah I : Identifikasi Data Dasar

Identifikasi dan analisa data (pengkajian) pengumpulan data untuk menilai


kondisi klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,
pemeriksaan panggul, pemeriksaan fisik, serta catatan tentang kesehatan lalu
dan sekarang dan hasil pemeriksaan laboratorium.
Semua data diatas harus memberikan informasi yang saling berhubungan
(relevan) dan menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya.
2. Langkah II : Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Menginterpretasikan data secara spesifik ke dalam suatu rumusan
diagnosa kebidanan dan masalah. Kata diagnosa dan masalah digunakan
kedua-duanya dan mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Problem tidak
dapat

didefenisikan

sebagai

suatu

diagnosa

tetapi

memerlukan

suatu

pengembangan rencana keperawatan secara menyeluruh pada klien. Masalah


lebih sering berhubungan dengan bagaimana klien menguraikan keadaan yang
ia rasakan, sedangkan diagnosa lebih sering diidentifikasikan oleh bidan yang
difokuskan pada apa yang dialami oleh klien.
3. Langkah III : Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifikasi faktor-faktor potensial
yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika memungkinkan
atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala
sesuatu yang mungkin terjadi.
4. Langkah IV : Evaluasi Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi
Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama
klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru
segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan darurat
dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.
5. Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan
Dikembangkan berdasarkan intervensi saat sekarang dan antisipasi
diagnosa dan problem serta meliputi data-data tambahan setelah data dasar.

Rencana tindakan komprehensif bukan hanya meliputi kondisi klien akan tetapi
meliputi antisipasi serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan
tetapi meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila
perlu mengenai ekonomi, agama, budaya, ataupun masalah psikologis. Rencana
tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan klien.
Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan
diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa secara
teoritis.
6. Langkah VI : Implementasi Asuhan Kebidanan
Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman
klien.

Implementasi

dapat

dikerjakan

keseluruhan

oleh

bidan

ataupun

bekerjasama dengan tim kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi


yang efisien dan akan mengurangi waktu perawatan dan biaya perawatan serta
akan meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan terhadap klien.
7. Langkah VII : Evaluasi asuhan kebidanan
Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan
kepada klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan
observasi terhadap masalah yang dihadapi klien, apakah masalah diatasi
seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau mungkin timbul masalah baru.
Selain terhadap permasalahan klien, bidan juga harus mengenal apakah
rencana yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan baik, apakah perlu
disusun kembali rencana intervensi yang lain sehingga masalah dapat
dipecahkan dengan tepat.
Pada prinsipnya tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap
klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tercapainya rencana yang
dilakukan.

E. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


Dari tujuh manajemen asuhan kebidanan yang telah dibuat dalam 7 (tujuh)
langkah tersebut kemudian dilakukan pendokumentasian hasil asuhan klien dalam
rekam medik sebagai catatan dan perkembangan/kemajuan yang disebut SOAP.
Metode 4 langkah pendokumentasian yang disebut SOAP ini yaitu sebagai
berikut :
1. Subyektif (S)
Menggambarkan pendokumentasian hasil asuhan pengumpulan data klien
melalui anamnese sebagai langkah I Varney.
2. Obyektif (O)
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan tes diagnostik lain yang merumuskan data fokus untuk
mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
3. Assesment (A)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
a.
b.

subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi.


Diagnosa/masalah aktual
Antisipasi diagnosa/masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan
atau rujukan sebagai langkah II, III, IV Varney.
4. Planning (P)
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, implementasi, dan
evaluasi berdasarkan assesment sebagai langkah V, VI, VII Varney.
Untuk menggambarkan keterkaitan antara manajemen kebidanan sebagai
pola

pikir

dengan

pendokumentasian

sebagai

pola

pikir

dengan

pendokumentasian sebagai catatan dari asuhan dengan manajemen kebidanan,


dijelaskan dalam table berikut :
Table : Proses Manajemen Kebidanan Kompetensi Bidan Dokumentasi SOAP
Alur pikir bidan
Proses manajemen kebidanan

Pencatatan dari asuhan kebidanan


Pendokumentasian asuhan kebidanan

7 Langkah Varney

5 langkah

Sumber : Simatupang E.J 2006. Hal 62


Data
Masalah / diagnosa
Antisipasi
masalah
potensial / dignosa lain
Menetapkan kebutuhan

(Kompetensi Bidan)
Data

Soap / Notes
Subyektif
Obyektif
Assesment /
Diagnosa
Plan :

Assesment / diagnosa

Konsul
Tes lab
Rujukan
Pendidikan
/konseling
e. Follow up
a.
b.
c.
d.

segera untuk konsultasi,

BAB III
STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY S DENGAN
ATONIA UTERI
DI RSUD SYEKH YUSUF GOWA
TANGGAL 17 - 19 JUNI 2010

No. Registrasi

: 204637

Tanggal masuk rumah sakit

: 17 Juni 2010, jam 07.00 wita

Tanggal pengkajian.

: 17 Juni 2010, jam 07.00 wita

Langkah I : Pengkajian / Identifikasi Data Dasar


A. Identitas Istri /Suami
Nama
: Ny. S
/ Tn. S
Umur
: 22 tahun
/ 24 tahun
Suku
: Makassar
/ Makassar
Agama
: Islam
/ Islam
Pendidikan
: SD
/ SMA
Pekerjaan
: IRT
/ Buruh Harian
Nikah / lamanya : 1x / ( 1 tahun)
Alamat
: Jl. Tamarunang
B. Riwayat persalinan sekarang
Kala I
a. GI P0 A0

b. Ibu masuk kamar bersalin tanggal 17 Juni 2010, jam 07.00 wita. Ibu mengeluh
sakit perut tembus kebelakang yang dirasakan sejak jam 03.00 wita yang
c.

d.

e.

f.

disertai dengan pelepasan lendir dan darah.


Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 36,60C
Pernafasan
: 24x/menit
Palpasi Leopold
Leopold I : 3 jari bawah pusat
Leopold II : punggung kanan
Leopold III : presentase kepala
Leopold IV : BDP
VT I pada jam 07.00 wita oleh bidan M
Keadaan vagina
: normal
Keadaan serviks
: lunak/tipis
Dilatasi serviks
: 8 cm
Ketuban
: positif
Presentase/posisi
: kepala dengan posisi uuk kanan lintang
Penurunan
: H III
Moulage
: tidak ada
Penumbungan
: tidak ada
Kesan panggul
: normal
Pelepasan
: lendir dan darah
VT II pada jam 08.30 wita oleh bidan M
Keadaan vagina
: normal
Keadaan serviks
: melesap
Dilatasi serviks
: 10 cm
Ketuban
: negatif
Presentase/posisi
: kepala dengan posisi uuk kanan lintang
Penurunan
: H IV
Moulage
: tidak ada
Penumbungan
: tidak ada
Kesan panggul
: normal
Pelepasan
: lendir dan darah

Kala II
a. Ibu melahirkan tanggal 17 Juni 2010, jam 08.50 wita. Jenis kelamin
perempuan, BB : 3000 gram, PB : 50 cm, A/S : 8/10.
b. Jenis persalinan spontan, PBK
c. Pengeluaran darah 200 cc
d. Lama kala II 20 menit

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Kala III
Plasenta lahir lengkap jam 09.10 wita, tali pusat berpilin
Kontraksi uterus baik
TFU 1 jari bawah pusat
Pengeluaran darah 100 cc
Lamanya kala III 10 menit
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Suhu
: 36,60C
Pernafasan
: 24x/menit
Tiba-tiba pada jam 11.25 wita, ibu mengeluh pusing, lemah dan merasakan
keluar darah yang banyak dari jalan lahir. Hasil observasi didapatkan :
pengeluaran darah 500 cc, konsistensi uterus teraba lembek.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 90/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Suhu
: 360C
Pernapasan
: 26x/menit

C. Data Psikologis, Spritual dan Ekonomi


1. Suami dan keluarga sangat senang dan bahagia atas kelahiran bayinya
2. Ibu pernah menggunakan suntikan 3 bulan sebagai alat kontrasepsi
3. Hubungan dengan suami dan orang lain baik
4. Pasien dan keluarga menganggap kelahiran bayinya merupakan anugrah dari
Tuhan
5. Ibu merasa cemas dengan keadaannya sekarang
6. Ibu dan keluarga selalu berdoa agar diberi keselamatan
D. Pemeriksaan Fisik
1.
Keadaan umum
: Ibu nampak lemah
2.
Kesadaran
: Composmentis
3.
Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan darah : 90/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Suhu
: 360C
Pernapasan
: 26x/menit
4.
Wajah
: tampak pucat
5.Abdomen
:
kontraksi uterus lemah, TFU tidak teraba dan
konsistensi teraba lunak
6.Genitalia : tampak pengeluaran darah dari jalan lahir
Pemeriksaan laboratorium ;

Darah : Hb 10,4 gr%

Langkah II : Identifikasi Diagnosa / Masalah aktual


Diagnosa : GI P0 A0, perdarahan post partum dengan atonia uteri

1. Atonia uteri
Data Subyektif
Ibu merasakan adanya pengeluaran darah secara tiba-tiba dan banyak 2 jam
setelah melahirkan bayinya dan ibu merasa pusing serta kelelahan setelah
menjalani proses kelahiran.
Data Obyektif
a. Ibu melahirkan tanggal 17 Juni 2010, jam 08.50 wita. Jenis kelamin
perempuan, BB : 3000 gram, PB: 50 cm, A/S : 8/10.
b. Keadaan ibu tampak lemah
c. Konsistensi uterus lembek
d. Tampak pengeluaran darah dari jalan lahir lebih dari 500 cc
e. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah
: 90/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Suhu
: 360C
Pernafasan
: 26x/menit
Analisa dan interpretasi data
a. Perdarahan post partum adalah perdarahan yang lebih dari 500-600 ml
dalam masa waktu 24 jam setelah anak lahir dengan salah satu
penyebabnya adalah atonia uteri, dimana uterus mengalami kegagalan
dalam berkontraksi setelah persalinan. (Saifuddin AB, 2006, hal 26)
b. Keadaan ibu tampak lemah, umumnya wanita sangat lelah setelah
melahirkan lebih-lebih bila terjadi perdarahan post partum. (Trijatmo, 2005,
hal 242)

c. Konsistensi uterus lembek disebabkan karena miometrium tidak berkontraksi


dan pembuluh darah pada daerah bekas perlekatan plasenta terbuka lebar.
(Anonim, 2009, online diakses tanggal 20 Juni 2010)
d. Turunnya tekanan darah, nadi agak cepat, suhu meningkat merupakan tanda
dan gejala awal terjadinya syok. (Wiknjosastro, 2005, hal 681)
2. Anemia ringan
Data subyektif
a. Ibu merasakan pengeluaran darah dari jalan lahir
b. Ibu mengeluh pusing dan lemah
Data obyektif
a. Keadaan umum ibu tampak lemah dan pucat
b. Konjungtiva pucat
c. Pengeluaran darah dari jalan lahir 500 cc
d. Hb : 10,4 gr%
Analisa dan interpretasi data
a. Dengan adanya pengeluaran darah yang banyak, menyebabkan volume
darah menurun dimana jumlah efektif sel darah merah berkurang dan
kuantitas hemoglobin berkurang sehingga terjadi anemia. (Wiknojosastro H.
2002, hal 653)
b. Keadaan ibu tampak lemah, umumnya wanita sangat lelah setelah
melahirkan lebih-lebih bila terjadi perdarahan post partum.
c. Ekspresi wajah tampak pucat, dalam persalinan kebutuhan meningkat
sementara viskositas darah menurun sehingga kerja jantung meningkat yang
menyebabkan sel darah merah dalam perifer berkurang sehingga nampak
pucat pada konjungtiva. (Wiknojosastro H, 2002, hal 448)
Langkah III : Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
1. Potensial terjadi syok hopovolemik
Data subyektif
a. Ibu merasakan adanya perdarahan secara tiba-tiba dan banyak kira-kira 2 jam
setelah kelahiran bayinya saat akan dipindahkan keruang perawatan nifas.
b. Ibu merasa pusing dan kelelahan setelah menjalani proses persalinan
Data obyektif

a. Keadaan ibu tampak lemah


b. Konjungtiva pucat
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 90/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Suhu
: 360C
Pernafasan
: 26x/menit
d. Tinggi fundus uteri 1 jari bawah pusat
e. Kontraksi uterus lemah
f. Pengeluaran darah dari jalan lahir 500 cc
Analisa dan interpretasi data
Setelah terjadi perdarahan yang hebat, volume darah yang beredar menjadi
sangat berkurang, hipovolumenya mengakibatkan hipotensi, sehingga penderita
jatuh dalam keadaan syok. Dimana terjadi peningkatan kadar catecholamine dalam
darah yang disertai vasokontriksi pada pembuluh-pembuluh darah seolah terperas.
Akibat dari kejadian-kejadian ini adalah mengurangnya aliran darah dalam daerah
splangnikus, uterus, ginjal, otot-otot dan kulit, sedangkan aliran darah dalam
jantung dan otak tetap. Vasokontriksi arteriola-arteriola dan venula-venula dalam
sirkulasi mikro menyebabkan tekanan hidrostatik dalam kapiler-kapiler menurun.
(Wiknojosastro H, 2007, hal 677-678)
Langkah IV : Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi
1. Massase fundus uteri
Rasional : Dengan massase akan merangsang uterus berkontraksi sehingga
mengurangi perdarahan
2. Pasang infus RL + oksitosin 20 IU 40 tetes/menit
Rasional : Cairan yang diberikan melalui vena dapat membantu menciptakan
volume darah sirkulasi dan menggantikan kehilangan darah.
Uterotonika akan merangsang reseptor dalam miometrium untuk
berkontraksi sehingga mengendalikan perdarahan.
3. Kosongkan kandung kemih

Rasional : Kandung kemih yang penuh akan menganggu kontraksi uterus dan
menyebabkan relaksasi fundus.
4. Bersihkan bekuan darah dan sisa jaringan didalam uterus
Rasional : Bekuan darah dan sisa jaringan harus dibersihkan karena dapat
menyebabkan

uterus

tidak

berkontraksi

sehingga

terjadi

perdarahan.
5. Lakukan kompresi bimanual interna
Rasional : Kompresi bimanual interna dilakukan untuk menekan forniks
anterior agar pengeluaran darah dari arteri uterine
6. Berikan ergometrin 0,2 mg IM
Rasional : Ergometrin diberikan untuk menghentikan perdarahan
7. Ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna
Rasional : Kompresi bimanual eksterna dilakukan untuk mengurangi
perdarahan
8. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik dan vitamin penambah darah
(Amoxicilin 3 x 500 mg, metronidazole 3 x 500 mg, inbion 1x 500 mg)
Rasional : Amoxicilin meningkatkan daya tahan tubuh, metronidazole
mencegah terjadinya infeksi dan inbion sebagai penambah darah.
Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Diagnosa aktual

: Perdarahan post partum karena atonia uteri

Masalah aktual

: Anemia ringan

Masalah potensial : Antisipasi terjadinya syok hipovolemik

Tujuan :
a. Perdarahan post partum karena atonia uteri teratasi
b. Syok hipovolemik tidak terjadi
Kriteria :

a.
b.
c.
d.

Kesadaran komposmentis
Ibu tidak lemah
Kontraksi uterus baik yaitu teraba keras dan bundar
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tekanan darah : Sistole
: 100 - 130 mmHg
Diastole
: 60 - 90 mmHg
Nadi
: 60 - 90 x/menit
Suhu
: 36,50C - 37,50C
Pernapasan
: 16 - 24x/menit
e. Hb 12-14 mg%
f. Ibu dapat beristirahat dengan tenang
Rencana Tindakan :
a. Ajarkan pada ibu tentang massase fundus uteri
Rasional : Dengan massase akan merangsang uterus berkontraksi sehingga
mengurangi perdarahan.
b. Observasi TFU dan kontraksi uterus
Rasional : Kontraksi uterus diamati untuk memudahkan tindakan selanjutnya
c. Beri intake yang adekuat
Rasional : Dengan pemberian intake yang adekuat dapat membantu
memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi serta dapat mencegah
terjadinya dehidrasi.
d. Observasi cairan infus yang terpasang
Rasional : Dengan mengobservasi cairan infus dapat ditentukan banyaknya
asupan cairan yang sudah masuk sehingga membantu intervensi
selanjutnya.
e. Observasi jumlah perdarahan
Rasional : Dengan mengetahui jumlah perdarahan dapat membantu dalam
mengambil tindakan.
f. Anjurkan ibu istirahat yang cukup dan ciptakan suasana yang tenang
Rasional : Memberi kesempatan pada otot dan otak untuk memberi relaksasi
g. Observasi tanda-tanda vital tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada
1 jam kedua
Rasional : Merupakan tindakan indikator untuk mengetahui terjadinya syok
secara dini.
Langkah VI : Implementasi

Tanggal 17 Juni 2010, jam 11.35 wita


1. Mengajarkan ibu massase fundus uteri
2. Mengobservasi involusio uterus; kontraksi uterus baik dengan TFU 1 jari bawah
pusat, tampak pengeluaran lokhia rubra
3. Member intake yang adekuat; klien makan nasi dan minum air putih 2 gelas,
ditambah dengan 2 gelas susu.
4. Mengobservasi cairan infus yang terpasang; RL 28x/menit, botol kedua
5. Mengobservasi jumlah perdarahan; darah yang keluar 100 cc
6. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup dan menciptakan suasana yang tenang
diruangan dengan mengurangi jumlah pembesuk.
7. Mengobservasi tanda-tanda vital ibu setelah 15 menit pada 1 jam pertama dan
setiap 30 menit pada 1 jam kedua :
Jam

Waktu

Ke

TD

Nadi

Suhu

TFU

Kontraks

Kandun

Perdarahan

(mmHg)

(x/menit

( C)

09.30
09.45
10.00
10.15

110/70
110/70
110/70
110/70

)
80
80
80
80

36,5
36,5
36,5
36,5

1 jbpst
1 jbpst
1 jbpst
1 jbpst

Uterus
Baik
Baik
Baik
Baik

Kemih
Kosong
Kosong
Kosong
Kosong

15 cc
15 cc
15 cc
15 cc

10.45

110/60

82

37

1 jbpst

Baik

Kosong

20 cc

11.15

110/60

82

37

1 jbpst

Baik

Kosong

20 cc

I
II

8. Memberikan Amoxicilin 3 x 500 mg, metronidazole 3 x 500 mg, dan inbion 1 x 500
mg.
Langkah VII : Evaluasi Asuhan Kebidanan
Tanggal 17 Juni 2010, jam 12.00 wita
1. Kesadaran ibu komposmentis
2. Perdarahan post partum karena atonia uteri teratasi ditandai dengan TFU 1 jari
bawah pusat dan kontraksi uterus membaik yaitu teraba keras dan bundar.
3. Ibu dapat beristirahat dengan tenang

4. Kebutuhan cairan dan nutrisi terpenuhi


5. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 360C
Pernafasan
: 24x/menit
6. Anemia belum teratasi, Hb 10,4 gr%

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY S


POST PARTUM HARI PERTAMA
TANGGAL 17 JUNI 2010

No. Register

: 204637

Tanggal masuk rumah sakit : 17 Juni 2010, jam 07.00 wita


Tanggal Pengkajian
A.

: 17 Juni 2010, jam 07.00 wita

Data Subyektif
1. Identitas Istri /Suami
Nama
: Ny. S
/ Tn. S
Umur
: 22 tahun
/ 24 tahun
Suku
: Makassar
/ Makassar
Agama
: Islam
/ Islam
Pendidikan
: SD
/ SMA
Pekerjaan
: IRT
/ Buruh Harian
Nikah / lamanya : 1x
/ ( 1 tahun)
Alamat
: Jl. Tamarunang
2. Ibu melahirkan di RSUD Syekh Yusuf Gowa pada tanggal 17 Juni 2010, pukul
08.50 wita
3. Ibu mengatakan banyak keluar darah dari jalan lahir 2 jam setelah kelahiran
bayinya saat akan dipindahkan ke ruang nifas jam 11.15 wita.
4. Ibu merasa pusing dan kelelahan setelah menjalani proses persalinan

B.

Data Obyektif (O)


1. GI P0 A0
2. Keadaan umum ibu tampak lemah, keadaan komposmentis
3. Konjungtiva pucat
4. Pengeluaran darah dari jalan lahir 500 cc
5. TFU 1 jari bawah pusat
6. Kontraksi uterus lemah, teraba lembek
7. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 90/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Suhu
: 360C
Pernafasan
: 26x/menit
8. Pemeriksaan laboratorium : Hb 10,4 gr%

C.

Assesment (A)
Perdarahan post partum karena atonia uteri

D.

Planning (P)
Tanggal 17 Juni 2010, jam 11.35 wita

1. Melakukan massase fundus uteri pada ibu secara sirkuler menggunakan 4 jari
tangan
2. Mengobservasi kontraksi uterus; TFU 1 jari bawah pusat tampak pengeluaran
lokhia rubra
3. Memberikan intake yang adekuat; klien makan nasi dan minum air putih 2 gelas,
ditambah dengan susu 2 gelas.
4. Mengobservasi cairan infus yang terpasang; infus RL terpasang drips oksitosin
20 IU 28 tetes/menit
5. Mengobservasi jumlah perdarahan 100 cc
6. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup dan menciptakan suasana yang tenang;
ibu bersedia.
7. Mengobservasi tanda-tanda vital tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit
pada 1 jam kedua.
Jam

Waktu

TD

Nadi

Suhu

(mmHg)

(x/menit

( 0C )

09.30
09.45
10.00
10.15

110/70
110/70
110/70
110/70

)
80
80
80
80

36,5
36,5
36,5
36,5

10.45

110/60

82

11.15

110/60

82

Ke

I
II

TFU

Kontraks

Kandun

Perdarahan

1 jbpst
1 jbpst
1 jbpst
1 jbpst

Uterus
Baik
Baik
Baik
Baik

Kemih
Kosong
Kosong
Kosong
Kosong

15 cc
15 cc
15 cc
15 cc

37

1 jbpst

Baik

Kosong

20 cc

37

1 jbpst

Baik

Kosong

20 cc

8. Memberikan antibiotik (Amoxicilin 3 x 500 mg, metronidazole 3 x 500 mg, dan


inbion 1 x 500 mg).

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY S


POST PARTUM HARI KEDUA
TANGGAL 18 JUNI 2010

A. Data Subyektif (S)


1. Ibu mengatakan ada keluar darah sedikit
2. Ibu sudah menyusui bayinya
3. Ibu sudah BAK dan belum BAB
B. Data Obyektif (O)
1.
PI A0
2.
Keadaan umum ibu baik
3.
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Suhu
: 360C
Pernapasan
: 26x/menit
4.
Pengeluaran ASI lancar
5.
Bayi dapat menyusui dengan baik
6.
Hb 10,4 gr%
7.
TFU 1 jari bawah pusat
8.
Pengeluaran lokhia rubra
C. Assesment (A)
Post partum hari kedua
D. Planning (P)
Tanggal 18 Juni 2010, jam 10.00 wita
1.
Keadaan umum baik
2.
Mengobservasi TTV
3.
Mengukur TFU; 2 jari bawah pusat
4. Mengobservasi ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan minum susu; ibu
bersedia melakukan anjuran yang diberikan
5. Mengajarkan ibu cara merawat payudara dan ibu mengerti
6. Memeriksa kadar hemoglobin, Hb 10,4 gr%

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY S


POST PARTUM HARI KETIGA
TANGGAL 19 JUNI 2010

A.

Data Subyektif (S)


1. Ibu mengatakan ada keluar darah sedikit
2. Ibu rajin menyusui bayinya
3. Ibu sudah BAK dan BAB
4. Ibu mengatakan infusnya dilepas tanggal 18 Juni 2010

B.

Data Obyektif (O)


1. Keadaan umum ibu baik
2. Pengeluaran ASI lancar, bayi menyusu dengan baik
3. TFU 3 jari bawah pusat
4. Pengeluaran lokhia rubra
5. Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 86x/menit
Suhu
: 360C
Pernapasan
: 24x/menit
Assesment (A)
Post partum hari ketiga

C.

D.

Planning (P)
Tanggal 19 Juni 2010, jam 10.00 wita
1. Memotivasi pemberian ASI ekslusif
2. Mengukur TFU yaitu 3 jari bawah pusat dan kontraksi uterus teraba keras dan
bundar
3. Mengobservasi lokhia; pengeluaran lokhia rubra
4. Mengajarkan ibu cara merawat tali pusat
5. Memberikan penyuluhan tentang keluarga berencana; ibu mengerti dan mau
menjadi akseptor KB
6. Menganjurkan pada ibu untuk imunisasi bayinya; ibu bersedia
7. Mengingatkan ibu kembali control satu minggu kedepan; ibu bersedia datang
control sesuai tanggal yang ditentukan
8. Pada tanggal 19 Juni, jam 15.00 wita ibu sudah pulang

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil kasus
pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan perdarahan post partum karena
atonia uteri, yang dirawat di RSUD Syekh Yusuf Gowa selama 3 hari mulai tanggal 17
s/d 19 Juni 2010. Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis akan membahas
berdasarkan pendekatan asuhan kebidanan dengan tujuh langkah varney dengan
uraian sebagai berikut :
A.

Langkah I. Identifikasi Data Dasar


Pengkajian pada praktek telah penulis laksanakan sesuai kebutuhan mulai
dari riwayat kesehatan dan penyakit yang lalu dan sekarang, riwayat psikososial
dan spiritual, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber yaitu klien dan keluarga serta
catatan perawatan serta hasil laboratorium tanpa menemukan suatu hambatan
yang berarti, hal ini disebabkan karena respon dan kooperatif ibu dalam
memberikan informasi begitu pula dengan keluarga, bidan dan dokter yang
merawat sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang diinginkan. Hal ini
menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan penerapan asuhan

B.

kebidanan.
Langkah II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
Pada tinjauan pustaka dikatakan bahwa perdarahan post partum karena
atonia uteri dimana uterus tidak berkontraksi sehingga uterus teraba lembek, pada
palpasi fundus uteri masih tinggi, perdarahan terjadi setelah plasenta lahir, kontraksi
tetap lembek setelah massase.
Dengan demikian penerapan tinjauan pustaka dan tinjauan studi kasus pada
Ny. S secara garis besar tampak ada persamaan dalam diagnosa aktual yang
ditegakkan sehingga tidak memperlihatkan adanya kesenjangan antara teori dan
praktek.

C.

Langkah III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial


Pada tinjauan pustaka asuhan kebidanan adalah mengidentifikasikan adanya
masalah

potensial

selain

dari

diagnosa

atau

masalah

sekarang,

yaitu

mengantisipasi dan mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi.


Pernyataan diatas sesuai dengan tinjauan bahwa keadaan perdarahan post
partum karena atonia uteri dapat terjadi syok hipovolemik dengan demikian
penerapan tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus di
lahan praktek nampak ada persamaan sehingga tidak ditemukan adanya
D.

kesenjangan.
Langkah IV. Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi
Adanya data yang memberikan indikasi adanya situasi segera dimana bidan
harus bertindak segera untuk menyelamatkan jiwa ibu dan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan yang lebih professional sesuai dengan keadaan yang dialami
oleh klien, adapun tindakan yang dilakukan untuk menangani perdarahan karena
atonia uteri adalah massase fundus uteri, pemberian cairan intravena, pemberian
uterotonika, kosongkan kandung kemih, membersihkan bekuan darah, bila belum
teratasi melakukan kompresi bimanual eksterna, kompresi bimanual interna dan
kompresi aorta abdominalis. Kolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan
pemberian obat. Ini semua menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan

E.

praktek.
Langkah V. Rencana Asuhan Tindakan
Rencana asuhan adalah proses penyusunan suatu tindakan berdasarkan
identifikasi masalah yang dialami serta antisipasi diagnosa atau masalah yang
mungkin terjadi. Rencana tindakan harus disetujui klien, semua tindakan diambil
berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya. Suatu situasi dan
kondisi tindakan harus dianalisa secara teoritis.

Pada studi kasus Ny. S penulis merencanakan asuhan kebidanan


berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan potensial sebagai berikut :
1. Ajarkan ibu untuk massase fundus uteri
2. Observasi tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus
3. Beri intake makanan dan minuman
4. Observasi cairan infus yang terpasang
5. Observasi jumlah perdarahan
6. Anjurkan ibu istirahat yang cukup
7. Observasi tanda-tanda vital
Rencana tindakan sudah disusun berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan
potensial, hal ini menunjukkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan manajemen
kebidanan pada penerapan studi kasus pada lahan praktek tidak ada kesenjangan
.
Langkah VI. Implementasi
Sesuai tinjauan manajemen kebidanan bahwa melaksanakan rencana

F.

tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman klien, implementasi dapat
dikerjakan oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan oleh ibu serta bekerjasama
dengan tim lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan.
Pada studi kasus Ny. S dengan perdarahan post partum karena atonia
uteri, semua tindakan yang telah direncanakan telah dilaksanakan seluruhnya
dengan baik, tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik
dari klien serta dukungan dan kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien serta
dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan.
G. Langkah VII. Evaluasi
Pada tinjauan manajenen kebidanan, evaluasi merupakan tingkat akhir dari
proses

manajemen

asuhan

kebidanan.

Mengevaluasi

pencapaian

tujuan

membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasikan,


memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau belum tercapai.
Pada tinjauan pustaka evaluasi yang perlu dilakukan adalah pemantauan
1.

keadaan ibu meliputi :


Kesadaran komposmentis

2. Tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
3.
4.
5.
6.
7.
8.

tubuh.
Perdarahan berhenti dimana uterus teraba bundar dan keras
Tinggi fundus uteri turun 1 cm/hari
Tidak terjadi syok hipovolemik
Pengeluaran lokhia sesuai dengan waktunya
Kebutuhan cairan dan nutrisi terpenuhi
Pemeriksaan kadar hemoglobin
Berdasarkan studi kasus Ny. S dengan perdarahan post partum karena
atonia uteri tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan
pustaka. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi
kasus Ny. S secara garis besar tidak ditemukan adanya kesenjangan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Selain penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktek
melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny. S dengan
perdarahan post partum karena atonia uteri di RSUD Syekh Yusuf Gowa maka penulis
dapat menarik kesimpulan. Adapun kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan
1. Ny. S mengalami atonia uteri dengan keluhan adanya pengeluaran darah
secara tiba-tiba dan banyak dalam 2 jam setelah melahirkan bayinya dan ibu
merasa

pusing

serta

kelelahan

setelah

menjalani

proses

kelahiran.

Perdarahan post partum yang terjadi disebabkan karena atonia uteri dimana
pembuluh darah tidak tertekan oleh otot-otot uterus, sehingga terjadi
kegagalan kontraksi otot rahim menyebabkan uterus teraba lembek.
2. Penanganan yang dilakukan pada Ny. S dengan atonia uteri di RSUD Syekh
Yusuf Gowa adalah massase fundus uteri, pasang infus, kosongkan kandung
kemih, bersihkan bekuan darah, kompresi bimanual interna, memberikan
ergometrin, kompresi bimanual eksterna. Setelah dilakukan penanganan
keadaan ibu mulai membaik dan tidak mengalami syok.
3. Pendokumentasian yang digunakan pada studi kasus pada Ny. S berbentuk
SOAP yang merupakan bukti pertanggungjawaban bidan terhadap asuhan
kebidanan yang telah diberikan kepada klien.
B. Saran
1. Setiap ibu diharapkan segera memeriksakan diri ke sarana kesehatan saat
mengetahui dirinya hamil untuk memeriksakan kehamilannya mengenal
secara dini komplikasi yang mungkin terjadi dan petugas kesehatan
memberikan informasi tentang keadaan kehamilan dan persalinan dapat
berlangsung normal.
2. Dalam hal pendidikan kesehatan perlu ditingkatkan kepada ibu maupun
keluarganya agar mau mengerti dan mau bekerjasama untuk mengatasi
masalah serta partisipasi aktif keluarga sangat diperlukan dalam penanganan
atonia uteri.

3. Mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan sebagai pertanggung


jawaban petugas kesehatan terhadap asuhan yang diberikan.

Vous aimerez peut-être aussi