Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
Bernadino Oktavianus Manembu, S. Kep
NIM. I4B111209
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK PEKERJA
Oleh :
Bernadino Oktavianus Manembu, S. Kep
NIM. I4B111209
Pembimbing Akademik
Pembimbing Lahan
Laraswati, S.Kep, Ns
NIP. 19720425 199503 2 001
LAPORAN PENDAHULUAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. KONSEP TEORI
A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran
beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja beserta
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental,
maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakitpenyakit/gangguangangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Keselamatan kerja
sama dengan Hygiene Perusahaan.Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut:
Sasarannya adalah manusia dan bersifat medis (Sumakmur, 1988). Keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa
maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan
pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang
lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah,
permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur
syarat-syarat
keselamatan
kerja
dimulai
dari
perencanaan,
pembuatan,
B. Tujuan K3
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) :
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
2.
3.
4.
D. Sebab-sebab Kecelakaan
Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik
keselamatan. Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah
pencahayaan, ventilasi yang memasukkan debu dan gas, layout yang berbahaya
ditempatkan dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan
yang rusak, peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang
yang kurang baik.Tindakan yang kurang aman seperti kegagalan menggunakan
Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%
masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%
kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak
memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang
optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada
sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya
mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan
b)
kecelakaan kerja.
Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada
laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja
yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat
terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut
memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja
yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja
tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.
c)
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident),
Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational
Disease & Work Related Diseases).
Lingkungan Kerja dan Penyakit akibat Kerja yang Ditimbulkan
Penyakit akibat kerja dan/ atau berhubungan dengan pekerjaan dapat
disebabkan oleh pemajanan di lingkungan kerja. Dewasa ini terdapat
kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya
kesehatan berperan dengan usaha-usaha untuk mencegahnya. Misalnya, antara
penyakit yang sudah jelas penularannya (melalui darah dan pemakaian jarum
suntik yang berulang-ulang) atau perlindungan bagi para pekerja rumah sakit
yang belum memadai dengan kemungkinan terpajan melalui kontak langsung.
Untuk mengatasi permasalahan ini maka langkah awal yang penting adalah
pengenalan atau identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi,
kemudian dilakukan pengendalian. Untuk mengantisipasi dan mengetahui
kemungkinan bahaya di lingkungan kerja ditempuh tiga langkah utama
sebagai berikut.
Pengendalian lingkungan kerja. Pengenalan lingkungan kerja ini
biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal (walk through
inspection), dan ini merupakan langkah dasar yang pertama kali dilakukan
kepemimpinan
pembelian
dan/atau
atau
pengawasan,
pengadaan
barang,
rekayasa
perawatan
(maintenance), alat-alat, perlengkapan, dan barang-barang atau bahanbahan, standard-standar kerja, serta berbagai penyalahgunaan yang
terjadi di lingkungan kerja.
o Penyebab langsung
Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standard-unsafe condition),
yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya peralatan
pengaman, pelindung, atau rintangan yang tidak memadai atau tidak
memenuhi syarat; bahan dan peralatan yang rusak; terlalu sesak atau
sempit; system-sistem tanda peringatan yang kurang memadai;
bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan; kerapian atau tata letak (house
keeping) yang buruk; lingkungan berbahaya atau beracun (gas, debu,
asap, uap, dan lainnya); bising; paparan radiasi; serta ventilasi dan
penerangan yang kurang (B. Sugeng, 2003).
Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standard-unsafe act), yaitu
tingkah laku, tindak tanduk, atau perbuatan yang akan menyebabkan
kecelakaan misalnya mengoperasikan alat tanpa wewenang; gagal
untuk member peringatan dan pengamanan; bekerja dengan kecepatan
yang salah; menyebabkan alat-alat keselamatan tak berfungsi;
memindahkan alat-alat keselamatan; menggunakan alat yang rusak;
menggunakan alat dengan cara yang salah; serta kegagalan memakai
alat pelindung atau keselamatan diri secara benar (B. Sugeng, 2003).
Penyakit Akibat Kerja
Menurut
Peraturan
Menteri
Tenaga
Kerja
RI
nomor
PER-
atau hilang.
Perhatikan juga kemungkinan pemanjaan di luar temapt kerja.
Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari
Pemeriksaan audiometri.
Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah dan urine.
Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene
perusahaan yang memerlukan :
Kerja sama dengan tenaga ahli hygiene perusahaan.
Kemampuan mengevaluasi factor fsisik dan kimia berdasarkan
pemajanan.
Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain
Sering kali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis
klinis, kemudian dicari factor penyebabnya di tempat kerja, atau
kecelakaan kerja.
Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and
prompt treatmen ). Misalnya : diagnosis dini setiap keluhan dan
pengobatan segera serta pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
Kebijakan
sektor
kesehatan
yang
berpengaruh
terhadap
pendayagunaan tenaga kesehatan antara lain: kebijakan tentang arah dan strategi
pembangunan kesehatan, kebijakan tentang pelayanan kesehatan, kebijakan
tentang pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, dan kebijakan tentang
pembiayaan kesehatan.
Selain dari pada itu, beberapa faktor makro yang berpengaruh terhadap
pendayagunaan tenaga kesehatan, yaitu: desentralisasi, globalisasi, menguatnya
komersialisasi pelayanan kesehatan, teknologi kesehatan dan informasi. Oleh
tentu hal ini juga harus didukung dengan meluluskan spesialis kedokteran okupasi
yang lebih banyak lagi. Kelemahan dan kekurangan dalam pendirian rumah sakit
pekerja dapat diperbaiki kemudian dan jika ada penyimpangan dari misi utama
berdirinya rumah sakit tersebut harus kita kritisi bersama.
Kecelakaan kerja adalah salah satu dari sekian banyak masalah di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat menyebabkan kerugian jiwa dan
materi.
Salah
satu
upaya
dalam
perlindungan
tenaga
kerja
adalah
3.
4.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar dan buang air kecil
5.
6.
7.
8.
Bagi Masyarakat:
h. Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas
untuk mengurangi stress.
1. Diagnosa Keperawatan
komunitas.
Merumuskan diagnosa keperawatan komunitas memerlukan pemikiran yang
Proses Evaluasi:
1. Menilai respon verbal dan nonverbal
2. Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke RS
DAFTAR PUSTAKA
1. Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2000). Community as partner: Theory and
practice in nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott
2. Allender, J.A., and Spradley, B.W.(2001). Community health nursing :
Concepts and practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott
3. Clark, M.J.(1999). Nursing in the community: Dimensions of community health
nursing, Standford, Connecticut: Appleton & Lange
4. George B. Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing
Practice , 3rd ed. Norwalk, Appleton and Lange.
5. Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar.
Salemba Medika : Jakarta.
6. Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan
Komunitas 1. Cv Sagung Seto : Jakarta.