Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I.
Tujuan
Tujuan dari praktikum uji kualitatif alkohol adalah untuk mengidentifikasi sampel yang
mengandung gugus-OH.
II.
Prinsip
Prinsip dari praktikum uji kualitatif alkohol ini adalah berdasarkan adanya perubahan
warna, terbentuk endapan, dan adanya gas. Untuk metode Ritter berdasarkan reaksi
oksidasi alkohol primer dan sekunder oleh larutan kalium permanganate dalam asam
asetat. Untuk metode Iodoform berdasarkan reaksi oksidasi alkohol (R-CHOH-CH3)
menjadi R-CO-CH3, iodinasi dan pemutusan gugus Cl3- menghasilkan endapan
iodoform kuning terang.
III.
Dasar Teori
Alkohol memiliki rumus umum R-OH dan dicirikan oleh hadirnya gugus
hidroksil (hydroksil group), -OH (Harold Hard,2003).
Alkohol mempunyai rumus umum R-OH. Strukturnya serupa dengan air, tetapi
satu hidrogennya diganti dengan satu gugus alkil. Gugus fungsi alkohol adalah gugus
hidroksil, -OH. Nama umum untuk alkohol diturunkan dari gugus alkil yang melekat
pada OH dan kemudian ditambahkan kata alkohol. Dalam sistem IUPAC, akhiran ol
menunjukkan adanya gugus hidroksil (Hart, 1983).
Alkohol adalah senyawa yang mempunyai rumus umum ROH, dimana R adalah
gugus alkil. Gugus ini dapat merupakan rantai panjang, terbuka, rantai tertutup (siklik)
dan dapat juga mempunyai ikatan rangkap atau gugus aromatik. Contoh :
CH3
CH3CH2OH
CH3CH2OH
CH3
Etanol
2-metil-1-propanol
sikloheksanol
Benzil alkohol
Semua alkohol
Golongan
senyawa ini mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan alkohol dan tersendiri
(Karyadi, 1994).
Laporan Praktikum Uji Kualitatif Alkohol | 1
Ikatan yang terjadi dalam alkohol mirip air, yaitu oksigen dalam keadaan hibrida
sp3. Dua orbital sp3 dari atom oksigen terikat pada atom lain, dan dua orbital sp 3
lainnya terisi masing-masing dengan sepasang elektron (Fessenden & Fessenden,
1986).
Sifat-sifat fisis dari alkohol, yaitu :
a. Titik didih
Karena alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya
maka titik didih alkohol lebih tinggi dari pada titik didih alkali halida atau eter
yang berat molekulnya sebanding. Titik didih semakin tinggi jika rantai karbon
semakin panjang.
b. Kelarutan dalam air
Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air, sedangkan alkali halida
padanannya tidak larut. Kelarutan dalam air ini langsung disebabkan oleh ikatan
hidrogen antara alkohol dan air.
Bagian hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob (hydrophobic); menolak
molekul-molekul air. Makin panjang bagian hidrokarbon ini akan makin rendah
kelarutan alkohol dalam air. Bagian rantai hidrokarbon cukup panjang, sifat hidrofob
ini dapat mengalahkan sifat hidrofil (menyukai air) gugus hidroksil. Percabangan
meningkatkan kelarutan dalam air. Banyaknya gugus hidroksil juga memperbesar
kelarutan dalam air (Fessenden & Fessenden, 1986).
Golongan alkohol adalah senyawa-senyawa yang dianggap turunan alkana, jika
satu atom H atau lebih diganti oleh gugus hidroksil (OH). Berdasarkan kedudukan
gugus OH dalam rantai karbon C, maka alkohol dibagi atas :
1. Alkohol primer, yaitu alkohol dimana gugus OH-nya terikat pada atom C
primer, yaitu atom C yang satu ikatannya mengikat satu atom C lain.
2. Alkohol sekunder, yaitu alkohol dimana gugus OH-nya terikat pada atom C
yang telah terikat pada dua buah atom C lain.
3. Alkohol tersier, yaitu alkohol dimana gugus OH terikat pada atom C yang telah
diikat oleh tiga atom C lain.
Alcohol adalah turunan hidroksil dari alkana R H, maupun sebagai turunan
alkil dari air. Terdapat di alam terutama dalam bentuk ester. Merupakan senyawa yang
banyak penggunaannya, terutama sebagai pelarut senyawa organik, disamping itu
pembuat senyawa-senyawa organic yang lain.
Polihidroksi alcohol, yaitu alcohol yang mengandung lebih dari satu gugus
hidroksi. (Besari, 1998) Contoh:
+ HCl
(CH3)3CCl
t-butanol
H2O
t- butil klorida
CH2=CH2 + H2O
180o
O
CH3CH2OH
CH3CO2H
Reaksi Esterifikasi
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dari senyawa alkohol.
Alkohol primer dan alkohol sekunder akan menjadi ester jika dipanaskan dengan asam
karboksilat dalam suasana asam (Keenan, 1992).
Alkohol alifatik merupakan cairan yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh ikatan
hidrogen. Dengan bertambah panjangnya rantai, pengaruh gugus hidroksil yang polar
terhadap sifat molekul menurun. Sifat molekul yang seperti air berkurang, sebaliknya
sifatnya lebih seperti hidrokarbon. Akibatnya alkohol dengan bobot molekul rendah
cenderung larut dalam air, sedangkan alkohol berbobot molekul tinggi tidak demikian.
Alkohol mendidih pada temperatur yang cukup tinggi. Sebagai suatu kelompok
senyawa, fenol memiliki titik didih dan kelarutan yang sangat bervariasi, tergantung
pada sifat subtituen yang menempel pada cincin benzena (Petrucci, 1987).
Reaksi-reaksi yang terjadi dalm alkohol antara lain reaksi substitusi, reaksi
eliminasi, reaksi oksidasi dan esterifikasi. Dalam suatu alkohol, semakin panjang rantai
hidrokarbon maka semakin rendah kelarutannya. Bahkan jika cukup panjang sifat
hidrofob ini mengalahkan sifat hidrofil dari gugus hidroksil. Banyaknya gugus hidroksil
dapat memperbesar kelarutandalam air (Hart, 1990).
Suatu alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehid atau asam karboksilat.
Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton saja. Sedangkan pada alkohol tersier
menolak oksidasi dengan larutan basa, dalam larutan asam, alkohol mengalami dehidrsi
menghasilkan alkena yang kemudian dioksidasi (Fessenden, 1997).
Beberapa oksidasi dari alkohol antara lain :
Oksidasi menjadi aldehid. Hasil oksidasi mula-mula dari alkohol primer adalah
suatu aldehid (RCH=O). Aldehid, siap dioksidasi menjadi asam karboksilat.
Oleh sebab itu, reaksi antara alkohol primer dengan zat oksidator kuat akan
menghasilkan asam karboksilat, dan bukan intermediet aldehid. Pereaksi
tertentu harus dipakai apabila intermediet aldehid merupakan hasil yang
diinginkan.
Oksidasi menjadi keton. Suatu alkohol sekunder dioksidasi oleh oksidator yang
reaktif kuat menjadi keton.
Oksidasi menjadi asam karboksilat. Suatu oksidator kuat yang umum dapat
mengoksidasi alkohol primer menjadi asam karboksilat.
Oksidator umum :
-
IV.
2. Bahan
-
Etanol 96%
Metanol
Isopropil Alkohol
Gliserol
Iodium dalam KI
NaOH 10%
FeCl3 0,1M
KMnO4 0,1M
CuSO4 1M
K2Cr2O7
Aquades
V.
Prosedur Kerja
1. Uji Kualitatif Alkohol Metode Ritter
4. Test Oksidasi
-
Menggunakan K2Cr2O7
VI.
Bahan
1.
CH3COOH
Penambahan
Hasil Percobaan
+ Etanol
+ KMnO4
2.
CH3COOH
+ Metanol
+ KMnO4
bening
berubah
menjadi
CH3COOH
+ Isopropil Alkohol
+ KMnO4
bening
berubah
menjadi
CH3COOH
+ Gliserol
+ KMnO4
Sampel
Etanol
Penambahan
Hasil Percobaan
+ NaOH
+ KI
Dipanaskan
+ I2 dan NaOH
+ Aquades
2.
Metanol
+ NaOH
+ KI
Dipanaskan
+ I2 dan NaOH
+ Aquades
3.
Isopropyl
+ NaOH
Alkohol
+ KI
Dipanaskan
+ I2 dan NaOH
+ Aquades
4.
Gliserol
+ NaOH
+ KI
Dipanaskan
+ I2 dan NaOH
+ Aquades
Sampel
Etanol
Penambahan
+ CuSO4
Hasil Percobaan
Terdapat endapan biru muda, warna
larutan bening
2.
Metanol
+ CuSO4
3.
Isopropil
+ CuSO4
Alkohol
4.
Gliserol
+ CuSO4
4. Test Oksidasi
-
Menggunakan K2CrO4
No
Bahan
1.
Air
Penambahan
Hasil Percobaan
+ H2SO4
+ K2Cr2O7
+ Etanol
Dipanaskan
2.
Air
+ H2SO4
+ K2Cr2O7
+ Metanol
Dipanaskan
3.
Air
+ H2SO4
+ K2Cr2O7
bening,
berubah
menjadi kuning
+ Isopropil Alkohol
Dipanaskan
4.
Air
+ H2SO4
+ K2Cr2O7
bening,
berubah
menjadi kuning
+ Gliserol
ungu
pudar
berubah
menjadi bening
Menggunakan KMnO4
No
Bahan
1.
Air
Penambahan
Hasil Percobaan
+ H2SO4
+ KMnO4
+ Etanol
Dipanaskan
2.
Air
+ H2SO4
+ KMnO4
+ Metanol
Dipanaskan
3.
Air
+ H2SO4
+ KMnO4
+ Isopropil Alkohol
Dipanaskan
4.
Air
+ H2SO4
+ KMnO4
+ Gliserol
Dipanaskan
Sampel
Etanol
Penambahan
+ CuSO4
Hasil Percobaan
Terdapat endapan biru, warna larutan
bening
2.
Gliserol
+ CuSO4
Terdapat
endapan
coklat,
warna
larutan bening
CH3OH + CuSO4
C3H7OH + CuSO4
C3H5(OH)3 + CuSO4
4. Tes Oksidasi
-
Menggunakan K2Cr2O7
Menggunakan KMnO4
5 R-CHO + 2 KMnO4
Etanol
Metanol
CH3OH + 2 KMnO4
Isopropil Alkohol
C3H7OH + 2 KMnO4
Gliserol
C3H5(OH)3 + 2 KMnO4
VIII. Pembahasan
1. Uji Kualitatif Alkohol Metode Ritter
Metode Ritter memiliki prinsip reaksi oksidasi alkohol primer dan sekunder oleh
larutan kalium permanganat dalam asam asetat.
Pada percobaan pertama yaitu metode Ritter sampel yang digunakan
adalah Etanol, Metanol, Isopropil Alkohol dan Gliserol. Prosedur kerja metode
Ritter yaitu dengan memasukkan asam asetat glacial kedalam 4 tabung reaksi,
kemudian ditambahkan 2 tetes sampel (etanol, methanol, isopropyl alkohol dan
gliserol, setelah itu ditambahkan 3 tetes larutan KMnO 4, kemudian di kocok dan di
amati perubahan yang terjadi.
Pada sampel etanol perubahan yang terjadi adalah dari larutan berwarna
ungu pada penambahan KMnO4 setelah dilakukan pengocokan larutan berubah
menjadi coklat muda, hal ini terjadi karena etanol termasuk alkohol primer yang
dapat mengoksidasi menjadi aldehid. Pada sampel methanol perubahan yang
terjadi yaitu larutan berwarna ungu pada penambahan KMnO 4 setelah dilakukan
pengocokan larutan berubah menjadi coklat muda, hal ini terjadi karena methanol
termasuk alkohol sekunder yang dapat mengoksidasi menjadi keton. Pada sampel
Laporan Praktikum Uji Kualitatif Alkohol | 14
isopropyl alkohol perubahan yang terjadi adalah larutan berwarna ungu pada
penambahan KMnO4 setelah dilakukan pengocokan larutan berubah menjadi
warna coklat tua, hal ini terjadi karena isopropyl alkohol termasuk alkohol
sekunder yang dapat mengoksidasi menjadi keton. Pada sampel gliserol perubahan
yang terjadi adalah larutan berwarna ungu setelah penambahan KMnO4 setelah
dilakukan pengocokan larutan berubah menjadi coklat muda, hal ini tidak sesuai
dengan teori karena gliserol termasuk alkohol tersier, seharusnya gliserol tidak
teroksidasi apabila direaksikan dengan KMnO4, hal ini terjadi karena kesalahan
praktikan yang mungkin gliserol terkontaminasi dengan sampel lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa etanol dapat dioksidasi oleh KMnO4 menjadi
aldehid karena ethanol termasuk alkohol primer, methanol dan isopropyl alkohol
dapat dioksidasi oleh KMnO4 menjadi keton karena metanol dan isopropyl alkohol
termasuk alkohol sekunder. Gliserol tidak dapat mengoksidasi karena gliserol
termasuk alkohol tersier. Adapun reaksinya yaitu sebagai berikut :
terdapat endapan, hal ini menunjukkan bahwa senyawa methanol tidak bisa di
identifikasi menggunakan metode iodoform. Pada sampel isopropyl alkohol
dicampurkan dengan NaOH tidak terjadi perubahan warna karena warna larutan
isopropyl alkohol dan NaOH sama-sama bening, kemudian setelah penambahan KI
terdapat endapan kuning dan warna larutan menjadi kuning stabil ini menunjukan
bahwa isopropyl alkohol bisa diidentifikasi melalui metode iodoform. Pada sampel
gliserol dicampurkan NaOH tidak terjadi perubahan warna, setelah ditambahkan
KI warna larutan berubah menjadi kuning keruh, setelah dipanaskan dan
ditambahkan KI serta NaOH warna larutan tidak terjadi perubahan, setelah
ditambahkan aquades warna larutan menjadi bening dan terdapat sedikit endapan,
pengaruh endapan terjadi karena faktor penambahan aquades.
Menurut literature Tes Iodoform pada alkohol hanya dapat digunakan untuk
mengidenifikasi etanol dan alkohol skunder (2 0) dengan gugus metil yang melekat secara
langsung pada karbon pembawa gugus hidroksil (-OH). Uji positif dari tes iodoform untuk
mengidentifikasi alkohol ini ditandai dengan terbentuknya endapan iodoform (CHI 3)
yang berwarna kuning dari triiodometana (iodoform), dapat diperoleh dari reaksi dengan
alkohol yang mengandung kelompok gugus-gugus seperti gambar berikut:
"R" bisa berupa sebuah atom hidrogen atau sebuah gugus hidrokarbon
(misalnya, sebuah gugus alkil).
Jika "R" adalah hidrogen, maka akan dihasilkan alkohol etanol, CH3CH2OH.
Tidak ada alkohol tersier yang bisa mengandung gugus ini karena tidak ada
alkohol tersier yang bisa memiliki sebuah atom hidrogen terikat pada
karbon yang memiliki gugus -OH. Tidak ada alkohol tersier yang dapat
menghasilkan reaksi triiodometana (iodoform).
CH3OH + CuSO4
C3H7OH + CuSO4
C3H5(OH)3 + CuSO4
4. Test Oksidasi
-
Menggunakan K2Cr2O7
Pada percobaan ini 2 ml air dan 5 tetes asam sulfat pekat, campur
dengan 1 ml kalium bikromat kemudian di masukkan kedalam tabung
reaksi, setelah itu di tambahkan sampel (etanol, methanol, isopropyl
alkohol dan gliserol, kemudian dipanaskan.
Pada sampel etanol setelah penambahan K2Cr2O7 terjadi perubahan
warna dari yang tadinya bening menjadi kuning, setelah penambahan
etanol larutan berwarna kuning keruh seperti minyak diatas air, dan
setelah dipanaskan berubah menjadi bening dengan waktu yang cepat.
Pada sampel metanol setelah penambahan K2Cr2O7 terjadi perubahan
warna dari yang tadinya bening menjadi kuning, setelah penambahan
metanol larutan berwarna kuning gelap seperti minyak didalam air, dan
setelah dipanaskan berubah menjadi bening dengan waktu yang cepat.
Pada sampel isopropyl alkohol setelah penambahan K2Cr2O7 terjadi
perubahan warna dari yang tadinya bening menjadi kuning, setelah
penambahan isopropyl alkohol larutan berwarna kuning gelap seperti
minyak didalam air, dan setelah dipanaskan berubah menjadi bening
dengan waktu yang cepat. Pada sampel gliserol setelah penambahan
K2Cr2O7 terjadi perubahan warna dari yang tadinya bening menjadi
kuning, setelah penambahan gliserol larutan berwarna coklat, dan
setelah dipanaskan berubah menjadi bening dengan waktu yang sangat
lambat.
Dapat disimpulkan bahwa sampel etanol dapat dioksidasi oleh
K2Cr2O7 karena etanol termasuk alkohol primer. Sampel methanol dan
isopropyl alkohol dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7 karena methanol dan
isopropyl alkohol termasuk alkohol sekunder. Sedangkan gliseroltidak
dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7 karena gliserol termasuk alkohol tersier.
Menggunakan KMnO4
Pada percobaan ini 2 ml air dan 5 tetes asam sulfat pekat, campur
dengan 1 ml KMnO4 kemudian di masukkan kedalam tabung reaksi,
setelah itu di tambahkan sampel (etanol, methanol, isopropyl alkohol
dan gliserol, kemudian dipanaskan.
Pada sampel etanol setelah penambahan KMnO4 terjadi perubahan
warna dari yang tadinya bening menjadi ungu, setelah penambahan
etanol larutan tetap berwarna ungu, dan setelah dipanaskan berubah
menjadi coklat, lama kelamaan bening dengan waktu yang lambat. Pada
Laporan Praktikum Uji Kualitatif Alkohol | 18
IX.
Daftar Pustaka
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Binarupa Aksara.
Jakarta.
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik. Bina
Aksara. Jakarta.
Hard, Harold. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas. Erlangga: Jakarta.
Hart. 1990. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
Karyadi, Benny. 1994. KIMIA 2. Balai Pustaka: Jakarta.
Keenan, Charles W., dkk, -Aloysius Hadyana Pudjatmaka-. 1992. Ilmu Kimia untuk
Universitas Jilid 2. Erlangga: Jakarta
Petrucci, Ralph H. 1987. alih bahasa Suminar Ahmadi. Kimia Dasar Prinsip dan
Terapan Modern. Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Tania. 2015. Petunjuk Praktikum KIMIA ORGANIK I. Cirebon : Universitas
Muhammadiyah Cirebon
https://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/alkohol/ diakses 28 Desember 2015
https://www.scribd.com/doc/134505931/Lapak-2-Alkohol diakses 28 Desember 2015
http://moslem-chemist.blogspot.co.id/2012/12/laporan-praktikum-sintesis
iodoform.html diakses 28 Desember 2015
http://airudiyat.blogspot.co.id/2013/07/identifikasi-senyawa-alkohol-dan-fenol_31.html
diakses 28 Desember 2015
http://dsikreatif.blogspot.co.id/2013/05/praktikum-kimia-alkohol.html
diakses
28
Desember 2015
Praktikan
Lampiran
1. Uji Kualitatif Alkohol Metode Ritter
4. Tes Oksidasi
-
Menggunakan K2Cr2O7
Menggunakan KMnO4