Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PSIKOSOSIAL (KECEMASAN)
Asuhan keperawatan
Oleh :
OLEH
NI KADEK YULLY LEONI
P0712001345
3.2 REGULER
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2015
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Menurut frued dalam Vedebeck, (2008), ansietas alamiah seseorang sebagai
stimulus untuk perilaku. Ia menjelaskan mekanisme pertahanan sebagai upaya manusia
untuk mengendalikan kesadaran terhadap ansietas. Misalnya, jika seseorang memiliki
pikiran dan perasaan yang tidak tepat sehingga meningkatkan ansietas, ia merepresikan
pikiran dan perasaan tersebutKata ansietas berasal dari bahasa latin, angere yang berarti
tercekik atau tercekat. Gangguan ansietas adalah keadaan tegang yang berlebihan atau
tidak pada tempatnya yang ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu atau takut
(Maramis, 2009).
Menurut Lynn S.Bickley (2009) kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi
pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi
sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi
sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul
karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian
besar tidak diketahui dan berasal dari intra psikis (DepKes RI, 2005).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual
yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 2006).
Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan adalah
perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dan gelisah. Keadaan emosi ini
tanpa objek yang spesifik, dialami secara subjektif dipacu oleh ketidaktahuan yang
didahului oleh pengalaman baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap individu,
tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara luas. Respon
masing-masing
individu
memiliki
kecemasan
berbeda.
Tepi
emosional
yang
a.
Teori Psikoanalitik
Menurut frued dalam Vedebeck, (2008), ansietas alamiah seseorang sebagai
stimulus untuk perilaku. Ia menjelaskan mekanisme pertahanan sebagai upaya
manusia untuk mengendalikan kesadaran terhadap ansietas. Misalnya, jika
seseorang memiliki pikiran dan perasaan yang tidak tepat sehingga meningkatkan
ansietas, ia merepresikan pikiran dan perasaan tersebut. Represi adalah proses
penyimpanan impuls yang tidak tepat kedalam bawah sadar sehingga impuls
tersebut tidak dapat diingat kembali. Bayangkan seseorang menempatkan suatu
masalah kedalam kotak, mengikat tutupnya dengan tali menyimpan kotak tersebut
dibelakang kloset, simpul tali pada kotak represi ini dapat terlepas pada suatu
waktu kemudian masalah muncul kembali sehingga mengganggu perilaku, pikiran,
mimpi, perasaan, dan kebutuhan orang tersebut. Karena perilaku memiliki makna,
gejala-gejala ansietas menandakan represi yang tidak lengkap. Individu yang
mengalami gangguan ansietas diyakini menggunakan secara berlebihan salah satu
atau pola tertentu dari beberapa mekanisme pertahanan, yang menempatkan
individu tersebut pada salah satu tahap perkembangan psikoseksual freud.
Menurut freud dalam Sulistiawati, (2005), kecemasan timbul akibat reaksi
psikologis individu terahadap ketidakmampuan mencapai orgasme dalam hubungan
seksual. Energi seksual yang tidak terekspresikan akan mengakibatkan rasa cemas,
kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus interna dan eksterna
yang berlebihan. Akibat dari stimulus interna dan eksterna yang berlebihan sehingga
melampaui kemampuan individu untuk menanganinya. Ada 2 tipe kecemasan yaitu
kecemasan primer dan kecemasan sekunder:
1) Kecemasan Primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulasi tibatiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut dengan
kemungkinan
tidak
tercapainya
rasa
puas
akibat
kelaparan
atau
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. (Stuart & Sundeen, 1998)
Teori Interpersonal
Menurut Vedebeck,(2008) berpendapat bahwa ansietas timbul dari masalahmasalah
dalam
hubungan
interpersonal.
Pemberi
keperawatan
dapat
(2005),mengemukakan bahwa
perkembangan
trauma,
seperti
perpisahan
dan
kehilangan
yang
menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah
c.
perilaku
maladaptif
tanpa
memahami
penyebab
perilaku
e.
Teori Biologik
Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin, reseptor tersebut
berfungsi membantu regulasi kecemasan. Regulasi tersebut berhubungan dengan
aktivitas neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas
neuron
dibagian
otak
yang
bertanggung
jawab
menghasilkan
2.
3.
4.
5.
6.
tidur terganggu;
7.
dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta
kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya
biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih
ringan gejalanya dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas
berkaitan erat dengan stres kehidupan.
Tingkat kecemasan.
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan,
yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik
individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut Peplau (Videbeck, 2008) ada
empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan
perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri.
1) Respons fisik
a)
b)
c)
d)
e)
2) Respon kognitif
a)
b)
c)
d)
e)
f)
3) Respons emosional
a) Perilaku otomatis
b) Sedikit tidak sadar
c) Aktivitas menyendiri
d) Terstimulasi
e) Tenang
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benarbenar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008), respons
dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
1) Respon fisik :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
3) Respons emosional
a) Tidak nyaman
b) Mudah tersinggung
c) Kepercayaan diri goyah
d) Tidak sabar
e) Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas berat adalah
sebagai berikut :
1) Respons fisik
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
2) Respons kognitif
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
3) Respons emosional
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Sangat cemas
Agitasi
Takut
Bingung
Merasa tidak adekuat
Menarik diri
Penyangkalan
h) Ingin bebas
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut
Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
2) Respons kognitif
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
3) Respon emosional
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Merasa terbebani
Merasa tidak mampu, tidak berdaya
Lepas kendali
Mengamuk, putus asa
Marah, sangat takut
Mengharapkan hasil yang buruk
Kaget, takut
Lelah
3. Kecemasan berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal
lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari kecemasan.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak
sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat
terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak
dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah
diberi pengarahan.
Respon Adaptif
Antisipasi
Ringan
Respon Maladaptif
Sedang
Berat
Panik
individu.
f.
Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami
karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung
benzodizepin,
karena
benzodiazepine
dapat
menekan
pada kulit
2. Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus
pada apa yang menjadi perhatiannya
3. Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidakaman
4. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed,
khawatir, prihatin
E. PENATALAKSANAAN KECEMASAN
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a.
b.
c.
d.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic),
yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhankeluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada
organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
a. Psikoterapi suportif
b. Psikoterapi re-edukatif
c. Psikoterapi re-konstruktif
d. Psikoterapi kognitif
e. Psikoterapi psikodinamik
f. Psikoterapi keluarga
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial.
II.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar
tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam
kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan
antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan
peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum
seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas
b.
3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
Respons
Palpitasi.
Jantung berdebar.
Pernapasan dangkal.
Rasa tercekik.
Terengah-engah.
Peningkatan reflek.
Reaksi kejutan.
Insomnia.
Ketakutan.
Gelisah.
Wajah tegang.
Gerakan lambat.
Menolak makan.
Perasaan dangkal.
Nausea.
Perkemihan
Diare.
Tidak dapat menahan kencing.
Kulit
Sering kencing.
Rasa terbakar pada mukosa.
Gatal-gatal.
Pernafasan
Neuromuskular
Gastrointestinal
Kognitif
Afektif
Respons
Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Gugup.
Bicara cepat.
Menarik diri.
Menghindar.
Konsentrasi hilang.
Pelupa.
Salah tafsir.
Bingung.
Tidak sabar.
Gelisah.
Tegang.
Nerveus.
Ketakutan.
Alarm.
Tremor.
Gugup.
Gelisah.
Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.
4. Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber
koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal
ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan
budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas
secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis.
Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan
situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat
merupakan respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang
dikategorikan untuk mengatasi ansietas :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk
menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :
1) Perilaku menyerang (agresif).
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar
memenuhi kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara
fisik maupun secara psikologis.
3) Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan
atau mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai
tujuan.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan
yang seolah-olah rasional, sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan
dengan keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang
primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah,
merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan
yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego
yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang
lainnya.
14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam
penyalurannya secara normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan
tetapi
sebetulnya
merupakan
analog
represi
yang
Penyelesaian kerusakan.
2.
Kecemasan.
3.
4.
5.
Diam.
6.
7.
Ketakutan.
8.
Inkontinensial.
9.
Stres.
10.
11.
Perubahan nutrisi.
12.
13.
Ketidakberdayaan.
14.
15.
16.
Isolasi sosial.
17.
18.
Dx
Hari /
Perencanaan
Kriteria Evaluasi
Kep
Ansi
Tanggal
Kamis,
10
TUM :
etas
September
(Kec
2015
cemas lagi .
emas
Pk.
an)
WITA
Tujuan
Setelah 1 X 15 menit
13.00
TUK 1 :
Klien
dapat
percaya
saling percaya
dengan menerapkan
tanda
prinsip komunikasi
percaya
1) Wajah
cerah,
tersenyum
saling
1. Bina hubungan
membina
hubungan
klien
Intervensi
2) Mau berkenalan
3) Ada kontak mata
terapeutik.
2. Sapa klien dengan
ramah baik verbal
maupun nonverbal
3. Perkenalkan diri
secara sopan
4. Tanyakan nama
lengkap klien dan
nama panggilan
yang di sukai klien
5. Jelaskan tujuan
pertemuan
1. Bina
TUK 2 : klien Setelah
1 X 15
dapat
menit
interaksi,
mempertahankan
klien
dapat
dapat rasa
cemasnya
mengenal
dengan cara :
ansietasnya
1)
Melakukan
kontak mata
2) Bersedia
menceritakan
perasaannya
secara jujur
3) Wajah tenang
4) Bersedia
menceritakan
perasaan
5) Bersedia
mengungkapkan
masalahnya
hubungan
saling
percaya
salam
terapeutik,
perkenalan
jelaskan
diri,
tujuan,
lingkungan
yang
terapeutik, kontrak
yang jelas.
2. Dorong
dan
beri
kesempatan
klien
untuk
mengungkapkan
perasaannya.
3. Dengarkan
ungkapan
klien
dengan empati.
4. Beri reinforcement
yang
positif
kemampuan
atas
klien
mengungkapkan
perasannya.
5. Beri
pengetahuan
terhadap
mengenai
penyakitnya
pasien
1. Bina
TUK
3:
klien
hubungan
Setelah
1 X 15
saling
dapat
menit
pasien
salam
mengurangi rasa
mampu
cemas
mengurangi
rasa
jelaskan
mengetahui cara-
cemasnya
dan
lingkungan
cara mengurangi
mengetahui cara-
cemasnya.
cara
dan
dengan criteria :
tetap
kontak mata
2) Pasien
mampu
mengatakan
kecemasannya
3) Bisa
mempraktekkan
cara
nya.
diri,
tujuan,
yang
terapeutik, kontrak
yang jelas.
2. Dorong
klien
mengungkapkan
apa yang dilakukan
jika cemas terjadi
3. Dorong
pasien
mengungkapkan
caranya
untuk
mengurangi
kecemasannya
4. Dengarkan
ungkapan
menanggulangi
terapeutik,
perkenalan
menguranginya
1) pasien
percaya
klien
dengan empati.
5. Motivasi klien agar
mempertahankan
kontak mata saat
berbicara
1. Bina
saling
salam
diberikan
hubungan
percaya
terapeutik,
perkenalan
diri,
jelaskan
teknik relaksasi
selama 1 x 15 menit
lingkungan
dalam 1 x pertemuan
terapeutik, kontrak
diharapkan
relaksasi
digunakan
kriteria :
teknik
dapat
dengan
yang jelas.
2. Ajarkan
teknik
untuk
tujuan,
yang
klien
relaksasi
1. Cemas
dapat
berkurang
2. Pasien
dapat
melakukan
meningkatkan
control
dan
rasa
percaya diri
3. Dorong klien untuk
teknik relaksasi
menggunakan
dengan benar.
relaksasi
dalam
menurunkan tingkat
ansietas
1. Bina
saling
TUK 5 : Klien
mendapat
dukungan keluarga
mengontrol tingkat
kecemasan
Setelah
diberikan
hubungan
percaya
salam
terapeutik,
asuhan keperawatan
perkenalan
selama 1 x 15 menit
jelaskan
dalam 1x pertemuan
lingkungan
diharapkan
terapeutik, kontrak
dapat
klien
dukungan
keluarga
dalam
mengontrol perilaku
kekerasan
dengan
apa
Keluarga klien
dapat menyebutkan :
yang
kepada
yang
dilakukan
keluarganya
kriteria hasil:
1.
tujuan,
yang jelas.
2. Tanyakan
klien
diri,
pasien
saat
mengalami
kecemasan.
mengalami
kecemasan
dan
mengungkapkan
rasa
puas
dalam
merawat klien
1. Bina
saling
TUK 6 : Klien
dapat menggunakan
obat dengan benar (
sesuai dengan
Setelah
diberikan
asuhan keperawatan
selama 1 x 15 menit
dalam 1x pertemuan
salam
hubungan
percaya
terapeutik,
perkenalan
jelaskan
lingkungan
diri,
tujuan,
yang
program )
diharapkan
penggunaan
dilakukan
benar
terapeutik, kontrak
obat
dengan
sesuai
programnya dengan
Klien
dapat
kepada
obat
yang di minumnya.
3. Tanyakan kepada
kriteria hasil:
1.
yang jelas.
2. Tanyakan
dan
kegunaanya
klien
apa
yang
waktunya
minum obat
4. Berikan pujian jika
(jenis
,waktu,dosis,dan
pasien mengetahui
efek.
dengan
2.
Klien
dapat
benar
pemberian obat
Klien meminta
D. IMPLEMENTASI
Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam pelaksanaan
disesuaikan dengan rencana keperawatan dan kondisi pasien.
E. EVALUASI
Merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang dilakukan
secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah hasil yang dilihat dan
perkembangan persepsi pasien pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan
kepribadian yang sehat.
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
S: respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
Bickley, Lynn S. 2009. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta:
EGC
Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Bangli,
September 2015
Mahasiswa
Mengetahui
Pembimbing Praktek
Mengetahui
Pembimbing Akademik
Bangli,
September 2015
Mahasiswa
Mengetahui
Pembimbing Praktek
Mengetahui
Pembimbing Akademik