Vous êtes sur la page 1sur 31

TUGAS HASIL DISKUSIPENYAKIT TROPIS

Dosen Pengampu : Refa Teja Muti S.Kep, Ns.

Di Susun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ahmad Irfani
Dian Pratika Puji Setianingrum
Helmy Ahlussufa
Intan Dwi Rostikawaty
Karuniati Istiari Dewi
Oktaviana Nurvikasari
Suherni
Wilis Orizasativa

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


STIKES HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2014

DISKUSI

1. Buatlah fokus pengkajian pada kedua penyakit tersebut?


2. Buatlah diagnosa dan rencana intervensi yang dapat terjadi pada pasien
dengan cikungunya dan taeniasis?
3. Buatlah SAP terkait dengan penkes yang akan dilakukan?

CIKUNGUNYA

A. PENGKAJIAN
Contoh kasus :
Tuan A, umur 35 tahun, mengeluh demam dengan suhu 38,5 oC dari dua hari
yang lalu. Pasien juga mengeluhkan rasa nyeri di sendi pada lutut dan tulang
belakangnya dan nyeri seperti tertusuk-tusuk. Kadang-kadang ia merasa
pusing, tidak nafsu makan, mual dan muntah. Pada kulit pasien timbul bercak
kemerahan. Keluarga pasien mengatakan selama empat bulan terakhir ini, di
daerah tempat tinggal pasien sering turun hujan dan sanitasi lingkungan
tempat tinggal mereka kurang bagus. Keluarga pasien juga mengatakan
saluran pembuangan di lingkungan tempat tinggal mereka kurang lancar.
Fokus Pengkajian
Pengkajian

merupakan

tahap

awal

yang

dilakukan

perawat

untuk

mendapatkan data yag dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan.


Pengkajian pada pasien dengan Demam Chikungunya dapat dilakukan
dengan teknik wawancara, pengukuran dan pemeriksaan fisik. Adapun
tahapan-tahapannya meliputi:
a. Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari
berbagai sumber (pasien, keluarga, RM, dan hasil pemeriksaan penunjang)
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pasien
c. Kaji riwayat keperawatan
d. Kaji adanya peningkatan suhu, mual muntah, nyeri otot dan sendi, tandatanda syok (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan
lembab terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, dan penurunan
kesadaran).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Analisa Data

No.
1.

Data
DS :

Problem
Hipertermi

Etiologi
Penyakit (cikungunya)

Nyeri akut

Agen cedera biologis

Kekurangan volume cairan

Kegagalan mekanisme

Tn. A mengatakan
demam sejak dua hari
yang lalu
DO:
suhu 38,5 oC dan px
2.

tampak menggigil
DS :
Tn. A mengeluh nyeri
seperti tertusuk-tusuk
pada sendi lutut dan
tulang belakangnya
DO :
Px tampak meringis
saat menggerakkan
kakinya, saat duduk,

3.

dan saat bergerak


DS : DO:
a. Px tampak muntah
setelah makan
b. Turgor kulit px
menurun
c. Bibir px terlihat
pecah-pecah

Prioritas masalah

pengaturan

1. Hipertermi b.d penyakit (cikungunya)


2. Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme pengaturan
3. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
C. INTERVENSI

TGL/JAM
6/1/2015
08.00

NO.
DX
1.

NOC
NOC:
Thermoregulasi

NIC
NIC :
Monitor suhu sesering
mungkin

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 2x24 jam
pasien menunjukkan :
Suhu tubuh dalam batas
normal dengan kreiteria hasil:

Monitor warna dan suhu


kulit
Monitor tekanan darah,
nadi dan RR
Monitor

penurunan

tingkat kesadaran
Suhu 36 37C
Nadi dan RR dalam
rentang normal
Tidak ada perubahan

Monitor WBC, Hb, dan


Hct
Monitor

intake

dan

output

warna kulit dan tidak ada

Berikan anti piretik:

pusing, merasa nyaman

Kelola Antibiotik
Selimuti pasien
Berikan cairan intravena
Kompres

pasien

pada

lipat paha dan aksila


Tingkatkan
udara

sirkulasi

Tingkatkan intake cairan


dan nutrisi

Monitor TD, nadi, suhu,


dan RR

Catat adanya fluktuasi


tekanan darah

Monitor hidrasi seperti


turgor kulit, kelembaban

6/1/2015
08.00

2.

NOC:

membran mukosa)
NIC :

Fluid balance

Pertahankan

catatan

Hydration

intake dan output yang

Nutritional Status : Food

akurat

and Fluid Intake

Monitor

status

hidrasi

tindakan

( kelembaban membran

keperawatan selama.. defisit

mukosa, nadi adekuat,

volume cairan teratasi dengan

tekanan

kriteria hasil:

ortostatik

Setelah

dilakukan

Mempertahankan

osmolalitas

tubuh dalam batas normal


tanda

kulit

baik,

rasa haus yang berlebihan

urin,

Monitor vital sign setiap


15menit 1 jam

membran

mukosa lembab, tidak ada

retensi

albumin, total protein )

tanda

dehidrasi, Elastisitas turgor

dengan

cairan (BUN , Hmt ,

Tekanan darah, nadi, suhu


ada

jika

Monitor hasil lab yang


sesuai

dan BB, BJ urine normal,

Tidak

),

diperlukan

urine

output sesuai dengan usia

darah

Kolaborasi
cairan IV

pemberian

Orientasi terhadap waktu


dan tempat baik
Jumlah

dan

pernapasan

irama

dalam

Monitor status nutrisi

Berikan cairan oral

Berikan

batas

nasogatrik sesuai output

normal

(50 100cc/jam)

Elektrolit, Hb, Hmt dalam

batas normal
pH

penggantian

urin

Dorong keluarga untuk


membantu pasien makan

dalam

batas

normal

Kolaborasi dokter jika


tanda

Intake oral dan intravena

cairan

berlebih

muncul meburuk

adekuat

Atur

kemungkinan

tranfusi

6/1/2015

3.

Persiapan untuk tranfusi

Pasang kateter jika perlu

Monitor intake dan urin

output setiap 8 jam


NIC :

NOC :

Pain Level,

pain control,

secara

comfort level

termasuk

lokasi,

karakteristik,

durasi,

Setelah

dilakukan

tinfakan

Lakukan pengkajian nyeri


komprehensif

keperawatan selama . Pasien

frekuensi, kualitas dan faktor

tidak mengalami nyeri, dengan

kriteria hasil:

presipitasi

Mampu

mengontrol

(tahu

penyebab

nyeri
nyeri,

mampu menggunakan tehnik

Observasi reaksi nonverbal


dari ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga
untuk

mencari

menemukan dukungan

dan

nonfarmakologi

untuk

bantuan)

seperti

Melaporkan

bahwa

ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

dengan

Kurangi faktor presipitasi

manajemen

Mampu

suhu

nyeri

nyeri

yang

dapat mempengaruhi nyeri

menggunakan

lingkungan

mengurangi nyeri, mencari

berkurang

Kontrol

mengenali

nyeri

nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi

(skala, intensitas, frekuensi

Ajarkan tentang teknik non

dan tanda nyeri)

farmakologi:

Menyatakan

rasa

nyaman

napas

dala,

relaksasi, distraksi, kompres

setelah nyeri berkurang

hangat/ dingin

Tanda vital dalam rentang

Berikan

normal

mengurangi nyeri: ...

analgetik

untuk

Tidak mengalami gangguan

Tingkatkan istirahat

tidur

Berikan informasi tentang


nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa

lama

berkurang

nyeri

dan

akan

antisipasi

ketidaknyamanan

dari

prosedur

Monitor vital sign sebelum


dan

sesudah

pemberian

analgesik pertama kali

TAENIASIS

A. FOKUS PENGKAJIAN
Kasus :
Tuan B, umur 30 tahun, mengeluh rasa tidak enak pada lambung, mual,
muntah 3x sehari, badan lemah, berat badan menurun sebelum sakit bb 60 kg
saat sakit turun 5 kg, nafsu makan berkurang, sakit kepala, pruritus ani, diare .
Fokus Pengkajian
Pengkajian

merupakan

tahap

awal

yang

dilakukan

perawat

untuk

mendapatkan data yag dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan.


Pengkajian pada pasien dengan Demam Chikungunya dapat dilakukan
dengan teknik wawancara, pengukuran dan pemeriksaan fisik. Adapun
tahapan-tahapannya meliputi:
e. Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari
berbagai sumber (pasien, keluarga, RM, dan hasil pemeriksaan penunjang)
f. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk
memenuhi kebutuhan pasien
g. Kaji riwayat keperawatan
h. Kaji adanya peningkatan suhu, mual muntah, nyeri otot dan sendi, tandatanda syok (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan
lembab terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, dan penurunan
kesadaran).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Analisa Data
No.

Data

Problem

Etiologi

1.

DS :

Ketidakseimbangan

Ketidakmampuan

Tn. B mengatakan

nutrisi kurang dari

absorbs nutrisi

merasakan mual

kebutuhan tubuh

dan merasakan
tidak enak
dilambungnya
DO:
Muntah 3x sehari,
berat badan pasien
sebelum sakit 60
dan saat sakit bb
2.

pasien turun 5 kg
DS :

Nyeri akut

Agen cedera biologis

Tn. B mengeluh

(taeniasis yang

sakit di perutnya,

menimbulkan gejala

menurut pasien

pruritus ani)

skala nyeri
mencapai 6
DO :
P : ada luka di
usus
Q : seperti
tertusuk-tusuk
R : nyeri
dirasakan dari
perut sampai ke
punggung
S:6
T : saat

beraktifitas
Prioritas masalah
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (taeniasis yang menimbulkan
gejala pruritus ani)
2. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh b.d Ketidakmampuan
absorbs nutrisi
D. INTERVENSI

TGL/JA
M
6/1/2015
08.00

NO.

NOC

DX
1.

NIC

NOC :

NIC :

Pain Level,

Lakukan

pain

nyeri

comfort
level

karakteristik,

durasi,

frekuensi,

kualitas

keperawatan selama .
Pasien tidak mengalami

presipitasi
Observasi

reaksi

nyeri,

nonverbal

dari

dengan

kriteria

dan

faktor

ketidaknyamanan
mengontrol

Mampu
nyeri

(tahu

penyebab

nyeri,

lokasi,

Setelah dilakukan tinfakan

hasil:

secara

komprehensif termasuk

control,

pengkajian

mampu

Bantu

pasien

dan

keluarga untuk mencari


dan

menemukan

menggunakan

tehnik

dukungan

nonfarmakologi

untuk

Kontrol lingkungan yang

mengurangi

nyeri,

dapat

mencari bantuan)

nyeri

Melaporkan bahwa nyeri

ruangan,

mempengaruhi
seperti

suhu

pencahayaan

berkurang

dengan

menggunakan

faktor

presipitasi nyeri

Mampu mengenali nyeri

Kaji tipe dan sumber

(skala,

nyeri untuk menentukan

intensitas,
dan

tanda

nyeri)

Kurangi

manajemen nyeri

frekuensi

dan kebisingan

intervensi
Ajarkan tentang teknik

Menyatakan rasa nyaman

non farmakologi: napas

setelah nyeri berkurang

dala, relaksasi, distraksi,

Tanda

kompres hangat/ dingin

vital

rentang normal
Tidak

dalam

mengalami

Berikan analgetik untuk


mengurangi

nyeri:

...

gangguan tidur

Tingkatkan istirahat

Berikan
tentang

informasi
nyeri

seperti

penyebab nyeri, berapa


lama

nyeri

akan

berkurang dan antisipasi


ketidaknyamanan

dari

prosedur

Monitor

vital

sign

sebelum dan sesudah


pemberian analgesik
6/1/2015

2.

pertama kali
NOC:
Kaji
adanya
alergi
aNutritional status:
makanan
Adequacy of nutrient Kolaborasi dengan ahli
b Nutritional Status :
gizi untuk menentukan

food and Fluid Intake


jumlah kalori dan nutrisi
cWeight Control
yang dibutuhkan pasien
Setelah dilakukan tindakan Yakinkan
diet
yang
keperawatan
dimakan
mengandung
selama.nutrisi kurang
tinggi
serat
untuk
teratasi dengan indikator:
mencegah konstipasi
Albumin serum
Ajarkan
pasien
Pre albumin serum
bagaimana
membuat
catatan makanan harian.
Hematokrit
Monitor
adanya
Hemoglobin
Total
iron
binding penurunan BB dan gula
darah
capacity
Monitor
lingkungan
Jumlah limfosit
selama makan
Jadwalkan
pengobatan
dan
tindakan
tidak
selama jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor
kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor
pucat,
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter
tentang
kebutuhan
suplemen
makanan
seperti
NGT/
TPN
sehingga intake cairan
yang
adekuat
dapat

dipertahankan.
Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama
makan
Kelola pemberan anti
emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema,
hiperemik,

hipertonik

papila lidah dan cavitas


oval

C. SATUAN ACARA PENYULUHAN


SATUAN ACARA PENGAJARAN

CIKUNGUNYA
Pokok Bahasan

: Penyakit Tropis tentang cikungunya

Hari / Tanggal

: Rabu, 7 Januari 2015

Waktu

: 15 menit

Pengajar

: Mahasiswa Semester VII Prodi Keperawatan SI

Tempat

: Stikes Harapan Bangsa Purwokerto.

Sasaran

: Mahasiswa semester VII Stikes harapan bangsa Purwokerto.

A. LATAR BELAKANG
Semakin majunya kehidupan semakin banyak pula masalah yang kita hadapi
baik dari bidang pendidikan,ekonomi, politik, budaya, kesehatan dll. Akan tetapi
semua itu memiliki keuntungan dan kerugian. Setiap masalah pasti memiliki jalan
keluar walapun semua itu tidak mudah. Salah satu kesehatan yang kita hadapi
adalah penyakit chikungunya yang disebabkan oleh sejenis virus yang disebut
virus Chikungunya.
Chikungunya merupakan sejenis penyakit yang diperantarai oleh nyamuk.
Chikungunya pertama kali ditemukan berdasarkan hasil pemeriksaan darah pada
tahun 1952 di Tanzania. Di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB) Chikungunya
dilaporkan pada tahun 1982, Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan
pertama kali di Samarinda pada tahun 1973, kemudian berjangkit di Kuala
Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh dan
Bogor (2001). Sebuah wabah Chikungunya ditemukan di Port Klang di Malaysia
pada tahun 1999, selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal 2001,
kejadian luar biasa demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera
Selatan dan Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Setahun kemudian, demam

Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa
Tengah). Diperkirakan sepanjang tahun 2001-2003 jumlah kasus Chikungunya
mencapai 3.918 jiwa dan tanpa kematian yang diakibatkan penyakit ini.
Faktor penular utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti. Dalam musim hujan
nyamuk ini berkembang sangat cepat sehingga pada musim hujan penderita
penyakit chikungunya semakin banyak dan meningkat.Selain itu, lingkungan juga
bisa menjadi faktor pemicu datangnya nyamuk ini. Lingkungan yang kurang
dijaga kebersihannya dan didukung oleh sikap masyarakat yang kurang peduli
terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggalnya dapat mengundang nyamuk
penyebar penyakit chikungnunya.. Penyakit ini tidak dapat di tularkan secara
langsung oleh penderita, seperti berjabat tangan, memakai peralatan yang sama
secara bergantian. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk pembawa. Penyakit ini
seperti penyakit demam berdarah yang ditularkan oleh faktor pembawa yaitu
nyamuk. Bedanya, jika virus demam berdarah menyerang pembuluh darah,
sedangkan virus Chikungunya menyerang sendi dan tulang.
B. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penkes diharapka peserta didik mampu memahami tentang
penyakit cikungunya.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1
2
3
4
5

Mengetahui pengertian penyakit cikungunya.


Mengetahui penyebab penyakit cikungunya.
Mengetahui tanda gejala penyakit cikungunya.
Mengetahui pengobatan penyakit cikungunya.
Mengetahui pencegahan penyakit cikungunya.

C. Sasaran

Mahasiswa prodi keperawatan semester VII Stikes harapan bangsa


Purwokerto
D. Strategi Pelaksanaan
Pelaksanaan penkes akan dilaksanakan pada :
1

Tanggal

Rabu, 7 Januari 2015

Waktu

Jam 13.00 WIB

Tempat

Stikes Harapan Bangsa Purwokerto

E. Susunan Acara
No

Acara

Waktu

1.

Pembukaan

1 menit

2.

Perkenalan kelompok dan pembagian

2menit

peran
3.

Acara inti :
Role Play

10 menit

Penutup

2 menit

Total waktu

15 menit

F. Metode Pengajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
G. Media
1. LCD + Notebook
2. Power Point Chikungunya

MATERI
1. Pengertian Penyakit Chikungunya
Chikungunya merupakan penyakit yang berjangkit pada suatu kawasan atau
populasi (endemik) yang disebabkan oleh virus keluarga Togaviridae (genus
alphavirus) dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang sama juga
menularkan penyakit demam berdarah dengue. Meski masih "bersaudara" dengan
demam berdarah, penyakit chikungunya tidak mematikan.
Virus chikungunya pertama kali diidentifikasi di Tanzania, Afrika Timur tahun
1952. Tidak heran bila namanya pun berasal dari bahasa Swahili, artinya adalah
"yang berubah bentuk atau bungkuk". Postur penderita chikungunya memang
kebanyakan akan membungkuk akibat nyeri hebat pada persendian tangan dan
kaki.

2. Penyebab Penyakit Chikungunya


Demam Chikungunya disebabkan oleh infeksi virus Chikungunya. Virus ini
masih satu keluarga dengan Virus Dengue, penyebab Demam Berdarah Dengue
(DBD). Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
atau Aedes Albopictus yang juga nyamuk penular DBD.
Demam Chikungunya sering racun dengan DBD karena mempunyai gejala
yang awal yang hampir sama, tetapi gejala nyeri sendi merupakan gejala yang
penting pada demam Chikungunya. Tetapi untuk pasti membedakannya adalah
dengan pemeriksaan laboratorium darah pada demam hari ke 3. Serangan demam
Chikungunya dalam bentuk KLB (Kejadian Luar Biasa) sudah sering terjadi,
terutama pada musim penghujan.
3. Gejala Penyakit Chikungunya

Gejala Chikungunya yang sering kali kita jumpai yaitu berupa demam seperti
halnya penyakit lainnya. Demam sapat berlangsung 1 hingga 7 hari (biasanya 5
hari). Penyebab penyakit dari Chikungunya ini adalah virus dari genus Alphavirus,
Family Togaviridae.
Beberapa gejala jika terkena demam Chikungunya adalah seperti :
a. Bercak kemerahan atau ruam pada kulit. Bercak kemerahan ini terjadi pada
hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-5 demam. Lokasi
biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki. Kadang ditemukan
perdarahan pada gusi.
b. Sakit pada persendian. Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul
sebelum timbul demam dan dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang
penderita merasa lumpuh. Sendi yang sering dikeluhkan: sendi lutut,
pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang.
c. Tiba-tiba demam tinggi yang disertai dengan menggigil dan muka kemerahan.
Panas tinggi berlangsung selama 2-4 hari kemudian kembali normal.
d. Nyeri otot. Nyeri bisa terjadi pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala
dan daerah bahu. Kadang terjadi pembengkakan pada pada otot sekitar mata
kaki.
e. Nyeri kepala: nyeri kepala merupakan keluhan yang sering ditemui.
f. Kejang, biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan
secara langsung oleh penyakitnya.
g. Gejala lain. Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar
getah bening di bagian leher.
4. Cara Mengobati Penyakit Chikungunya
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk chikungunya. Cukup
mengonsumsi obat-obat simptomatik (pereda gejala) seperti obat penurun panas
atau penghilang rasa sakit. Yang penting cukup istirahat, minum, dan makanan
bergizi. Virus chikungunya ini termasuk self limiting disease alias akan hilang
dengan sendirinya. Namun, rasa nyeri akan tetap ada dalam hitungan minggu.

Bagi penderita, sangat dianjurkan untuk makan-makanan yang bergizi, cukup


karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak
mengkonsumsi buah-buahan segar. Sebaiknya minum jus buah segar. Setelah
lewat lima hari, demam akan berangsur-angsur reda, rasa ngilu maupun nyeri pada
persendian dan otot berkurang, dan penderitanya akan sembuh seperti semula.
Vitamin peningkat daya tahan tubuh juga bermanfaat untuk menghadapi penyakit
ini. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa membuat rasa ngilu
pada persendian cepat hilang. Minum banyak air putih juga disarankan untuk
menghilangkan gejala demam.
5. Cara Mencegah Penyakit Chikungunya
Pencegahan ditujukan untuk mengendalikan nyamuk dan menghindari gigitan
nyamuk. Pada saat ini belum ada vaksin di pasaran untuk mencegah Chikungunya.
Tindakan pencegahan Chikungunya di daerah dimana terdapat nyamuk Aedes
aegypti adalah menghilangkan tempat dimana nyamuk dapat meletakkan telurnya,
terutama pada tempat penyimpanan air buatan, misalnya bak mandi, kolam ikan,
ban mobil atau kaleng kosong. Tempat penyimpanan air hujan atau penyimpanan
air (kontainer plastik, drum) hendaknya tertutup rapat. Ban mobil bekas, kaleng
kosong sebaiknya dimusnahkan.
Tempat minum hewan peliharaan/burung dan vas bunga hendaknya
dikosongkan atau diganti setidaknya seminggu sekali. Semua upaya tersebut
diharapkan dapat membasmi telur nyamuk dan mengurangi jumlah nyamuk di
daerah tersebut.Pada wisatawan atau juga penduduk di daerah terjangkit
Chikungunya, resiko digigit nyamuk akan berkurang dengan pemasangan air
conditioning atau memasang kasa pada jendela atau pintu.
Pencegahan

Chikungunya

ditekankan

pada

usaha

terus-menerus,

berkesinambungan, community based, integrated mosquito control, tidak boleh


terlalu mengandalkan insektisida baik untuk jentik nyamuk maupun nyamuk

dewasa (chemical larvicide atau adulticide). Pencegahan wabah penyakit


memerlukan peran serta masyarakat yang terkoordinasi dalam usaha meningkatkan
kewaspadaan terhadap penyakit Chikungunya, serta bagaimana mengenali
penyakit

dan

bagaimana

mengendalikan

nyamuk

yang

dapat

menularkan/menyebarkan penyakit. Segera memeriksakan diri ke klinik atau


Rumah sakit terdekat apabila mengalami tanda dan gejala penyakit Chikungunya.

SATUAN ACARA PENGAJARAN


TAENIASIS
Pokok Bahasan

: Penyakit Tropis tentang taeniasis

Hari / Tanggal

: Rabu,7 Januari 2015

Waktu

: 15 menit

Pengajar

: Mahasiswa Semester VII Prodi Keperawatan SI

Tempat

: Stikes Harapan Bangsa Purwokerto.

Sasaran

: Mahasiswa semester VII Stikes harapan bangsa Purwokerto.

A. LATAR BELAKANG
Cacing pita, taenia solium kebanyakan merupakan parasit yang mana pada
tingkat dewasanya hidup dalam saluran pencernaan manusia. Spesies lain yang
hampir mirip adalah taeniarinychus (taenia) saginata yang juga merupakan parasit

pada manusia. Setiap cacing pita dewasa merupakan flatform yang terdiri dari
sebuah kepala sebagai holdfast organ. Scolex dan sebagian besar tubuhnya disusun
oleh segmen-segmen dalam garis lurus yang berentet. Hewan ini melekat pada
dinding saluran pencernaan inangnya menggunakan alat pelekat dan penghisap
yang ada pada scolexnya, bagian belakag scolex disebut leher dengan ukuran yag
pendek yang diikuti oleh sebuah benang proglotid dimana ukurannya secara
berangsur-angsur bertambah dari anterior dan berakhir pada posterior. Cacing ulat
panjangnya mungkin mencapai 1 kaki dan mengandung 800-900 segmen. Sejak itu
proglotid tumbuh dari leher posterior dan berakhir setelah sangat tua. Proglotid
yang dihasilkan mungkin sebanding dengan pembentukan ephyrae oleh
scyphistom, aurelia dan disebut dengan strobilisasi.
Anatomi dari cacing pita ini disesuaikan dengan kebiasaannya sebagai parasit,
dimana dia tidak punya saluran pencernaan sehingga makanannya akan langsung
diserap oleh dinding tubuhnya. Sistem syarafnya mirip dengan planaria dan
faciola hepatica tetapi tidak berkembang dengan baik Saluran pengeluarannya
membujur, bercabang dan berakhir didalam sel api. Ujung posteriornya terbuka
sehingga zat-zat sisa langsung di eksresikan keluar tubuh.
Setiap lembar segmen pada cacing pita dewasa hampir semua memiliki organ
reproduksi. Spermatozoa mula-mula dalam spherical testis yang mana tersebar dan
dibentuk terus pada setiap segmen yang dikumpulkan dalam sebuah tabung
kemudian di bawa ke genital pori melaui vas deferens. Telur berasal dari ovari
yang didorong masuk kedalam saluran rahim. Dimana nantinya telur tersebut
masuk pada proses pembuahan oleh spermatozoa yang mungkin datang dari
proglotid yang sama dan turun pada vagina seperti proglotid tua. Uterus menjadi di
gembungkan dengan telur dan dikirimkan pada cabang yang mati, dimana organ
reproduksinya istirahat pada saat diserap. Ketika proglotid matang maka proglotid
tersebut akan dihancurkan dan dikeluarkan bersama feces.
Telur pada taenia akan berkembang menjadi embrio dengan 6 alat pelekat
ketika ada diluar segmen. Jika mereka dimakan oleh babi mereka akan masuk

kedalam saluran pencernaannya kemudian akan berkembang biak didalam tubuh


babi tersebut, dimana larvanya akan dikeluarkan bersama dengan feces.

B. Tujuan
c. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penkes diharapka peserta didik mampu memahami tentang
penyakit taeniasis
d. Tujuan Instruksional Khusus
6
7
8
9
10

Mengetahui pengertian penyakit taeniasis


Mengetahui penyebab penyakit taeniasis
Mengetahui tanda gejala penyakit taeniasis
Mengetahui pengobatan penyakit taeniasis
Mengobati pencegahan penyakit taeniasis.

C. Sasaran
Mahasiswa prodi keperawatan semester VII Stikes harapan bangsa
Purwokerto

D. Strategi Pelaksanaan
Pelaksanaan penkes akan dilaksanakan pada :
4

Tanggal

: Rabu, 7 Januari 2015

Waktu

: Jam 14.00 WIB


6

Tempat

: Stikes Harapan Bangsa Purwokerto

E. Susunan Acara
No

Acara

Waktu

1.

Pembukaan

1 menit

2.

Perkenalan kelompok dan pembagian

2menit

peran
3.

Acara inti :
Role Play

10 menit

Penutup

2 menit

Total waktu

15 menit

F. Metode Pengajaran
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

G. Media
1. LCD + Notebook
2. Power Point Chikungunya
MATERI
1.

Pengertian
Penyakit zoonosis adalah penyakit yang dapat ditularkan dari hewan
ke manusia atau sebaliknya. Taeniasis dan cysticercosis adalah satu contoh
zoonosis berbahaya pada manusia yang disebabkan oleh infeksi cacing pita
dewasa maupun larvanya. Sistiserkosis yang disebabkan oleh larva atau
metasestoda T. solium merupakan salah satu zoonosis yang dapat memberikan

gejala-gejala berat khususnya bila larva terdapat pada otak atau mata. Jenis
cacing pita yang umum menginfeksi manusia di dunia adalah Taenia,
Echinococcus, Diphyllobothrium, Hymenolepis, dan Dipylidium (Craig et al.
1996; Raether & Hanel 2003). Namun yang bersifat obligatory-cyclozoonoses
adalah Taenia saginata, T. solium, dan T. saginata taiwanensis, karena hanya
manusia sebagai inang definitif yang dapat terinfeksi cacing dewasa.
Sedangkan cacing yang lain inang definitif utamanya adalah karnivora. Tentu
saja yang bertindak sebagai inang antara (infeksi larva) adalah hewan ternak,
kesayangan, bahkan hewan liar yang erat berhubungan dengan kehidupan
manusia baik dalam rantai makanan maupun kontak dengan lingkungan
mereka.
a. Taenia saginata (cacing pita daging sapi) : Cacing dewasa dapat ditemukan
dalam usus manusia penderita taeniasis, berbentuk pipih panjang seperti
pita dan tubuhnya beruas-ruas (segmen). Panjangnya rata-rata 5m bahkan
bisa mencapai 25m yang terdiri atas lebih dari 1000 segmen (Pawlowski &
Schultz 1972; Soulsby 1982; Smyth 2004). Cacing ini memiliki kepala
yang disebut scolex, berdiameter 2mm menempel pada permukaan selaput
lendir ususmanusia. Ketika mencapai stadium dewasa, lebih dari separuh
segmennya telah mengandung telur, namun hanya beberapa puluh segmen
yang mengandung telur matang disebut segmen gravid. Segmen gravid
kurang lebih mengandung 800.000 telur pada setiap segmen (Soulsby
1982). Berbeda dengan T. solium, segmen gravid T. saginata spontan
keluar dari anus penderita secara aktif, kadang-kadang keluar bersama tinja
ketika defekasi. Apabilatelur yang bebas dari segmen gravid tersebut
mencemari lingkungan pakan ternaksapi/kerbau, telur yang tertelan ternak
menetas dalam ususnya. Embrio (oncosphere) cacing menembus dinding
usus kemudian bermigrasi ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah
atau kelenjar getah bening. Selama migrasi oncosphere mengalami

perkembangan sampai tiba pada habitat yang cocok tumbuh menjadi larva
setelah 2-3 bulan. Larva ini juga disebut metacestoda atau lebih dikenal
sebagai cacing gelembung yang berukuran (4-5)mm x (7.5-10)mm. Larva
yang menyerupai balon kecil yang berisi cairan ini disebut Cysticercus
bovis dapat ditemukan dalam jaringan otot/organ tubuh sapi/kerbau.
Habitat utamanya adalah otot lidah, otot pengunyah, diafragma, jantung
(Urquhart et al. 1987), namun dengan infeksi percobaan (T. saginata strain
Bali) cysticercus tersebar ke seluruh otot sapi coba (Dharmawan 1995). Di
dalam tubuh sapi cysticercus dapat bertahan hidup selama beberapa tahun.
Manusia yang mengonsumsi daging sapi yang mengandung cysticercus
hidup selanjutnya berkembang menjadi T. saginata dalam ususnya.
b. Taenia solium (cacing pita daging babi) : Cacing ini disebut juga cacing
pita daging babi karena hewan babi bertindak sebagai inang antaranya yang
mengandung larvanya. Ukuran cacing dewasa relatif lebih pendek
dibandingkan dengan T. saginata yaitu antara 2-8m (Noble & Noble 1982;
Soulsby 1982). Setiap individu cacing dewasa terdiri atas 800-900 segmen
(Cheng 1986) hingga 1000 segmen (Soulsby 1982; Noble & Noble 1982).
Berbeda dengan scolex T. saginata, selain diameternya lebih kecil yaitu
1mm dilengkapi dengan 2 baris kait di sekeliling rostellumnya. Mungkin
karena ukurannya lebih kecil, setiap segmen gravidnya mengandung 4000
telur. Segmen gravid T. solium dikeluarkan bersama-sama tinja penderita
taeniasis solium. Siklus hidup T. solium secara umum memiliki pola yang
sama dengan Taenia yang lain, yang membedakan adalah inang antaranya
yaitu babi. Namun menurut beberapa penulis pernah dilaporkan bahwa
mamalia piaraan lainnya dapat juga sebagai inang antaranya (Ito et al.
2002). Babi adalah hewan omnivora termasuk makan tinja manusia, oleh
karena itu sering ditemui beberapa ekor babi menderita cysticercosis berat,
sehingga sekali menyayat sepotong daging tampak ratusan Cysticercus
cellulosae (Noble & Noble 1982). Larva ini mudah ditemukan dalam

jaringan otot melintang tubuh babi. Celakanya telur T. solium juga menetas
dalam usus manusia sehingga manusia dapat bertindak sebagai inang antara
walaupun secara kebetulan (Townes 2004; Wandra et al. 2003). Pada tubuh
manusia penderita cysticercosis, larva cacing (Cysticercus cellulosae) dapat
ditemukan dalam jaringan otak besar maupun kecil, selaput otak, jantung,
mata, dan di bawah kulit (Noble & Noble 1982; Simanjuntak et al 1997;
Wandra et al. 2003). Penularan dapat terjadi secara langsung karena
menelan telur cacing yang mengontaminasi makanan atau minuman. Tetapi
yang sering terjadi adalah autoinfeksi melalui tangan yang kurang
bersih/setelah menggaruk-garuk bagian. tubuh yang terkontaminasi telur
cacing atau secara internal yang diakibatkan oleh refleks muntah pada
c.

penderita taeniasis.
Taenia saginata taiwannesis (cacing pita daging babi) : Secara morfologis
cacing ini sangat mirip dengan T. saginata, memiliki nama lain T. asiatica (
Eom & Rim 1993 Didalam : Dharmawan 1995 ). Keberadaan cacing ini di
Indonesia relatif baru dideskripsikan dari penderita di Sumatra Utara ( Fan
et al. 1989; Dharmawan 1995 ). Pada prinsipnya siklus hidupnya tidak
berbeda dengan taenia manusia yang lain. Namun yang menjadi perhatian
adalah cysticercusnya hanya ditemukan dalam organ hati babi sebagai
inang antara, walaupun secara eksperimental juga berkembang dalam tubuh
sapi ( Dharmawan 1995 ). Pada awal studi diketahui bahwa anggota
penduduk setempat menderita taeniasis yang didiagnosis sebagai Taeniasis
saginata, padahal mereka sama sekali tidak mengonsumsi daging sapi
melainkan daging babi.

2.

Penyebab
Penyebab penyakit adalah Taenia solium biasanya terdapat pada
daging babi, dimana cacing tersebut dapat menyebabkan infeksi pada saluran

pencernaan (oleh cacing dewasa), dan bentuk larvanya dapat menyebabkan


infeksi somatik (sistisersi). Cacing Taenia saginata, pada daging sapi hanya
menyebabkan infeksi pada pencernaan manusia oleh cacing dewasa.
3.

Tanda gejala
Cacing

dewasa

taenia

saginata

(cacing

pita

sapi)

biasanya

menyebabkan gejala klinis yang ringan, seperti sakit ulu hati, perut merasa
tidak enak, mual, muntah, mencret, pusing atau gugup. Gejala-gejala tersebut
disertai dengan ditemukannya proglotid cacing yang bergerak-gerak lewat
dubur bersama dengan atau tanpa tinja. Gejala yang lebih berat dapat terjadi,
yaitu apabila proglotid menyasar masuk apendiks, atau terdapat ileus yang
disebabkan obstruksi usus oleh strobilla cacing. Berat badan tidak jelas
menurun. Eosinofilia dapat ditemukan di darah tepi.
Meskipun infeksi ini biasanya tidak menimbulkan gejala, beberapa
penderita merasakan nyeri perut bagian atas, diare dan penurunan berat badan.
Kadang-kadang penderita bisa merasakan keluarnya cacing melalui duburnya
4.

Cara pengobatan
Cara pengobatan berbagai penyakit parasit usus berbeda, harus
memakai obat cacing menurut resep dokter. Obat-obat untuk memberantas
cacing pita dapat digolongkan menjadi dua, yaitu taeniafuge dan taeniacide.
Taeniafuge ialah golongan obat yang menyebabkan relaksasi otot cacing
sehingga cacing menjadi lemas. Contohnya: kuinakrin hidroklorid (atabrin),
bitionol dan aspidium oleoresin. Pemakaian obat ini mutlak memerlukan
purgativa untuk mengeluarkan cacingnya. Sedangkan taeniacide adalah
golongan obat yang dapat membunuh cacing. Contohnya: niklosamid
(yomesan), mebendazol dan diklorofen. Pemakaian obat ini tidak mutlak
memerlukan purgativa.

Tujuan pengobatan taeniasis ialah untuk mengeluarkan semua cacing


beserta scolex-nya dan juga mencegah terjadinya sistiserkosis, terutama pada
kasus taeniasis Taenia solium. Obat-obat yang kini lazim dipakai adalah
niklosamid dan mebendazol. Sedangkan kuinakrin hidroklorid dan aspidium
oleoresin walaupun cukup efektif, tetapi karena bersifat toksik maka sekarang
jarang dipakai. Selain itu, ada beberapa obat tradisional yang cukup ampuh
buat membasmi cacing pita, yaitu biji labu merah dan getah buah manggis
muda.
Niklosamid hingga saat ini masih dianggap obat paling baik untuk
taeniasis dari segi efektivitasnya. Obat tersedia dalam bentuk tablet 500
miligram. Dosis dan cara pemberian: 2 gram dibagi dua dosis dengan interval
pemberian 1 jam. Obat harus dikunyah sebelum diminum. Dua jam setelah
pemberian obat, penderita diberi minum purgativa magnesiumsulfat 30 gram
untuk mencegah terjadinya sistiserkosis. Keuntungan dari obat ini ialah tidak
memerlukan persiapan diet ataupun puasa, dan efek sampingnya juga ringan.
Namun menurut pengalaman penulis, efektivitas obat ini akan lebih baik
apabila penderita dipuasakan sebelum meminumnya. Angka kesembuhan
tercatat 95% lebih. Kerugiannya: obat ini tidak beredar resmi di pasaran
sehingga sulit didapatkan. Di samping itu harganya pun mahal.
Agaknya mebendazol merupakah salah satu taeniacide yang
mempunyai masa depan cerah dan kini masih dalam penyelidikan.
Mebendazol adalah anthelmintik berspektrum lebar. Dosisnya 300 miligram
dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut. Dua hari setelah pengobatan,
penderita diberi minum purgativa magnesiumsulfat 30 gram, terutama pada
kasus taeniasis Taenia solium untuk mencegah terjadinya sistiserkosis.
Menurut beberapa hasil penelitian, angka kesembuhan tercatat 50 100%.
Dilaporkan pula bahwa efek samping obat ini sangat ringan. Untuk
memperoleh hasil yang lebih baik, beberapa peneliti menganjurkan dosis lebih
tinggi (sampai 1200 miligram per hari selama lima hari). Praktek pengobatan

taeniasis dengan mebendazol cukup memuaskan. Namun beberapa peneliti


masih menyangsikan keampuhan mebendazol, bahkan ada yang melaporkan
gagal sama sekali. Dengan demikian, efektivitas mebendazol pada taeniasis
masih perlu diselidiki lebih lanjut (Ketut Ngurah, 1987). Tinja diperiksa
kembali setelah 3 dan 6 bulan untuk memastikan bahwa infeksi telah terobati.
Obat alternative untuk infeksi tenia ada yang dalam bentuk obat alami.
Obat alami atau obat tradisional ini antara lain dengan mengkonsumsi biji
labu merah, biji pinang dan lain-lain.
5. Pencegahan
Cara untuk mencegah agar tidak menderita gangguan yang disebabkan oleh
Taenia saginata antara lain sebagai berikut :
a. Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan
dagiikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
b. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
c. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan
menjelang makan atau sesudah buang air besar.
d. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan
tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar
tidak mencemari sumber air.
e. Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan
pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi
parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.
f. Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat
ke rumah sakit.

Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi
mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara
sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak
ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.

Vous aimerez peut-être aussi