Vous êtes sur la page 1sur 6

Skenario

Ny.AB, 30 tahun, ibu rumah tangga, masuk ke UGD RSJ (RSEB) Palembang karena
mencoba bunuh diri. Ny.AB selalu sedih dan menangis tanpa sebab. Dua tahun
yang lalu terdapat perubahan perilaku yaitu adanya kegembiraan berlebihan,
banyak bicara dan beraktivitas, sering keluyuran sserta kurang tidur.
Satu tahun yang lalu ia mengeluh selalu mendengar suara seperti ada orang yang
mengobrol dan kadang menyalahkan dirinya, serta ada keyakinan yang kuat bahwa
dirinya banyak kesalahan dan dosa.
Ia mulai mengisolasi diri dan kurang berinteraksi. Kemudian kemunduran makin
hebat, kurang bisa mengurus diri, tak dapat mengerjakan pekerjaan sehai-hari,
bicara terbatas, ucapan kalimat sepatah-dua kata tetapi masih dapat dimengerti.
Selama setahun terakhir ini pasien masih cenderung normal selama beberapa
bulan.
Menurut keluarga ada stressor yang memicu perubahan perilaku ini yaitu masalah
dengan keluarga suami.
Pada autoanamnesis pasien terlihat diam tak banyak gerak, kadang menangis dan
sulit untuk menjawab pertanyaan. Jawaban hanya sepatah-dua kata saja, kadang
menolak untuk bicara sama sekali. Tanda-tanda autisme jelas ada
Informasi Tambahan:
Terdapat riwayat perkawinan yag baik, ada riwayat gangguan afektif dalam keluarga
dan premorbid terdapat gangguan kepribadian emosional tidak stabil, ada stresor
dalam 1 tahun terakhir terkait masalah keluarga yaitu bentrok dengan keluarga
suami. GAF scale sekitar 40-31 saat pemeriksaan (saat ada upaya bunuh diri
menurun sampai 10-0). Terdapat waham mengarah ke rasa bersalah dan berdosa.
Pemeriksaan fisik tak ada kelainan.

a. apa jenis gangguan jiwa yang berkaitan dengan bunuh diri? 1, 6


b. apa saja faktor resiko yang menimbulkan keinginan bunuh diri?n 2, 7
a. apa arti dari selalu sedih dan menangis tanpa sebab? 3, 8
b. mengapa terjadi perubahan perilaku seperti point A pada seorang individu? 4, 9
a. apa jenis gangguan jiwa yang dialami nyonya A berdasarkan perubahan perilaku
2

tahun lalu (kegembiraan berlebihan, banyak bicara dan beraktivitas, sering


keluyuran serta kurang tidur)? 5, 10
b. apa saja faktor penyebab dan mekanisme perubahan perilaku 2 tahun lalu? 6, 11
a. apa saja faktor penyebab dan mekanisme terjadi halusinasi auditoris pada ny. AB
1 tahun yang lalu? 7, 1
b. apa saja faktor penyebab dan mekanisme seseorang dapat berkeyakinan bahwa
ia sangat bersalah dan berdosa? 8, 2
c. apa yang menyebabkan ny. AB kurang berinteraksi dan mengisolasi diri? 9, 3
d. apa jenis gangguan jiwa yang dialami nyonya A berdasarkan perubahan perilaku
1
tahun lalu? 10, 4
a. mengapa terjadi kemunduran hebat pada kondisi pasien dan bagaimana
mekanismenya?11, 5
b. apa jenis gangguan jiwa yang dialami nyonya A berdasarkan kondisi kemunduran
yang hebat? 5, 10
a. apa kesimpuloan hasil anamnesis (progresivitas, gejala, dan sebaginya)? 1, 6
b. apa pengertian autisme dan sebutkan tanda-tanda autisme? 2, 7
hambatan dalam komunikasi
kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau objek serta kejadian di
sekitarnya
sulit menerima perubahan
gerakan tunbuh berulang berpola tertentu
c. apa faktor penyebab autisme dan bagaimana mekanisme autisme? 7, 1
a. bagaimana kaitan gangguan afektif dalam keluarga dengan gangguan perilaku
seseorang? 3, 8
b.apa itu kepribadian premorbid dan bagaimana kaitan kepribadian premorbid
gangguan emosional tidak stabildengan gangguan perilaku nyonya A? 4, 9
c. bagaimana kaitan bentrok dengan keluarga suami dengan gangguan perilaku
nyonya A?5, 10
d. apa interpretasi GAF scale dan kegunaannya? 6,11
Apa pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan dalam kasus? 7, 1
Apa saja DD kasus? 8, 2
Apa dan bagaimana cara menentukan WD kasus? 9, 3
Apa etiologi dan fakto resiko terjadinya kasus? 10, 4

Bagaimana epidemiologi kasus? 11, 5


Apa saja manifestasi klinis kasus? 1, 6
Bagaimana patofisiologi dan patogenesis kasus; kaitan stressor dangejala yang
timbul? 2, 7
Apa tatalaksana dan pencegahan pada kasus; sebagai dokter umum dan secara
keseluruhan
kepada pasien dan keluarga? 3, 8
Bagaimana komplikasi dan prognosis kasus? 4, 9
Apa KDU kasus? 5, 10
Pengertian Bunuh Diri
Rentang respon perlindungan diri ( self protective) adalah :
Adatif<>Maladaptif
Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh
stress.
Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :

Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide,

atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan klien
pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun
demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran
tentang keinginan untuk mati

Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan

perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri,

Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan

hasrat yan dalam bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .

Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang

diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya
tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan
pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil
atau menyayat pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu
memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati.
Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu
ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di namakan Crying for help
sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di selesaikan.

Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai

indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang
mematikan . walaupun demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan
kehidupannya.
Penyebab Bunuh diri
1. Faktor genetic dan teori biologi
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya.
Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang
berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.
2. Teori Sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik (orang yang
tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik (Melakukan suicide untuk
kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide karena kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain dan beradaptasi dengan stressor).
3. Teori Psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri merupakan hasil dari
marah yang diarahkan pada diri sendiri.
4. Penyebab lain

Adanya harapan untuk reuni dan fantasy.

Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan ketidakberdayaan

Tangisan untuk minta bantuan

Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari kehidupan yang

lebih baik
Pengkajian Resiko Bunuh Diri
Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien memiliki resiko apabila
menunjukkan perilaku sebagai berikut :
1.

Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri

2.

Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri.

3.

Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.

4.

Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.

5.

Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental

6.

Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alkohol

7.

Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik

8.

Menunjukkan impulsivitas dan agressif

9.

Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau kehilangan yang

bertubi-tubi dan secara bersamaan


10. Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misal pistol,
obat, racun.
11. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan
pengobatan
12. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.
Banyak instrument yang bisa dipakai untuk menentukan resiko klien melakukan
bunuh diri diantaranya dengan SAD PERSONS
NO SAD PERSONS

Sex (jenis kelamin)

Keterangan
Laki laki lebih komit melakukan suicide 3 kali
lebih tinggi dibanding wanita, meskipun wanita
lebih sering 3 kali dibanding laki laki melakukan
percobaan bunuh diri
Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun atau

Age ( umur)

Depression

lebih muda, 45 tahun atau lebih tua dan


khususnya umur 65 tahun lebih.
35 79% oran yang melakukan bunuh diri

Previous attempts

mengalami sindrome depresi.


65- 70% orang yang melakukan bunuh diri sudah

(Percobaan

pernah melakukan percobaan sebelumnya

sebelumnya)
5

ETOH ( alkohol)
Rational thinking Loss

menyalahnugunakan alkohol
Orang skizofrenia dan dementia lebih sering

( Kehilangan berpikir

melakukan bunuh diri disbanding general

rasional)

populasi
Orang yang melakukan bunuh diri biasanya

Sosial support lacking


7

65 % orang yang suicide adalah orang

( Kurang dukungan
social)

kurannya dukungan dari teman dan saudara,


pekerjaan yang bermakna serta dukungan

Organized plan

spiritual keagaamaan
Adanya perencanaan yang spesifik terhadap

(perencanaan yang

bunuh diri merupakan resiko tinggi

teroranisasi)
No spouse ( Tidak

Orang duda, janda, single adalah lebih rentang

memiliki pasangan)
10

Sickness

disbanding menikah
Orang berpenyakit kronik dan terminal beresiko
tinggi melakukan bunuh diri.

*tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan bahasa sehari-hari
*hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata
*mata yang tidak jernih atau tidak bersinar
*tidak suka atau tidak bisa atau atau tidak mau melihat mata orang lain
*hanya suka akan mainannya sendiri (kebanyakan hanya satu mainan itu saja yang
dia mainkan)
*serasa dia punya dunianya sendiri
*tidak suka berbicara dengan orang lain
*tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain

Kelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat
perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui
pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography
(PET), didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada
korteks prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen
Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada amygdala dan
hipokampus.
Korteks prefrontal, amygdala dan hipokampus merupakan bagian dari otak yang
terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).2

Vous aimerez peut-être aussi