Vous êtes sur la page 1sur 3

Interaksi Obat

1. Metronidazole
Antikoagulan kumarin
Metronidazole oral atau IV memperkuat efek antikoagulan oral sehingga
memperpanjang waktu protrombin. Karena itu pemakaian metronidazole
bersama antikoagulan sebaiknya dihindari sebisa mungkin.

Jika

metronidazole digunakan pada pasien yang menerima antikoagulan oral


waktu protrombin harus dimonitor dan dosis antikoagulan harus
disesuaikan dengan dosis metronidazole.
Alkohol
Metronidazole dapat menghambat alkohol dehidrogenase dan enzim
oksidator alkohol lainnya. Reaksi-reaksi seperti muka kemerahan, sakit
kepala, mual, muntah, kejang abdominal dan berkeringat telah ditemukan
pada sejumlah pasien yang mengkonsumsi alkohol saat menerima
metronidazole oral ataupun IV. Sebaiknya hindari konsumsi alkohol
selama pemakaian metronidazole atau paling tidak 1 hari (atau 3 hari
dengan tablet expended reliase atau kapsul metronidazole) setelah terapi
metronidazole selesai.
Disulfiram
Pemakaian disulfiram dengan metronidazole dapat menyebabkan
psikosis akut dan konfusi pada beberapa pasien. Karena itu, kedua obat
jangan digunakan bersamaan sampai 2 minggu setelah pemakaian
disulfiram berakhir.
Fenobarbital
Penggunaan metronidazole bersamaan dengan fenobarbital menurunkan
waktu paruh metronidazole dalam serum. Ini dapat disebabkan oleh
peningkatan
metronidazole

metabolisme
menurun

dari
dan

antiinfeksi.
konsentrasi

Konsentrasi
serum

serum

2-hidroksi-metil

metronidazole meningkat pada pasien yang menerima fenobarbital.


Lithium
Dimulainya terapi metronidazole jangka pendek pada pasien yang
distabilkan menggunakan lithium dengan dosis relatif tinggi dilaporkan

meningkatkan konsentrasi lithium dalam serum, menyebabkan tandatanda toksisitas pada beberapa pasien.

Pada beberapa kasus, gejala

kerusakan renal (sebagai contoh, peningkatan tetap pada konsentrasi


kreatinin serum yang persisten, hipernatremia, urine yang mengalami
dilusi secara abnormal).
Terfenadin dan Astemizol
Metronidazole dapat berinteraksi dengan astemizol dan terfenadin
menyebabkan peningkatan efek samping jantung yang serius.
2. Cefotaxime
- Penggunaan bersamaan dengan diuretik kuat misalnya Furosemid dapat
-

menyebabkan gangguan fungsi ginjal.


Melalui penghambatan ekskresi ginjal, pemberian bersama Probenesid

meningkatkan dan memperpanjang lamanya kadar Cefotaxime di serum.


Pasien yang mendapatkan obat-obat yang berpotensi nefrotoksik
(misalnya Aminoglikosid) secara berbarengan atau berikutnya, harus

dipantau ketat fungsi ginjalnya.


Efek pada parameter laboratorium.
Walaupun jarang, hasil test Coombst positif palsu dapat dihasilkan pada

pasien yang diberi Cefotaxime.


Hasil positif palsu mungkin diperoleh dari glukosa urine, bila itu
ditentukan dengan metode reduksi.

Hal ini dapat dihindari dengan

menggunakan metode enzimatik selama terapi dengan Cefotaxime.


3. Ceftriaxone
Kombinasi dengan aminoglikosid dapat menghasilkan efek aditif atau
sinergis, khususnya pada infeksi berat yang disebabkan oleh P. aeruginosa
dan Streptococcus faecalis.
4. Transamin
- Meningkatkan resiko penggumpalan darah dengan pemakaian oral
-

kontrasepsi yang mengandung Estrogen.


Jangan ditambahkan pada transfusi darah atau injeksi yang mengandung

Penisilin.
5. Asam Mefenamat
Penggunaan bersamaan dengan antikoagulan oral dapat memperpanjang
waktu prothrombin.
6. Ondansetron

Karena ondansetron dimetabolisme oleh enzim metabolik sitokrom P-450,


perangsangan atau penghambatan terhadap enzim ini dapat mengubah

klirens dan waktu paruh Ondansetron.


Pada pasien yang sedang diberikan obat-obatan yang secara kuat
merangsang enzim metabolik CYP3A4 (seperti fenitoin, karbamazepin
dan rifampisin), klirens Ondansetron meningkat secara signifikan dan

konsentrasi dalam darah menurun.


7. Ranitidin
- Ranitidin tidak menghambat kerja dari sitokrom P-450 dalam hati
- Pemberian bersama warfarin dapat meningkatkan atau menurunkan waktu
8

protrombin.
Ketorolak
- Penggunaan bersan NSAID dengan warfarin dihubungkan dengan
-

pendarahan yang kadang-kadang fatal.


Ketorolak dapat meningkatkan resiko gangguan ginjal yang dihubungkan
dengan penggunaan ACE Inhibitor terutama pasien yang mengalami

deplesi volume.
Ketorolak mengurangi respon diuretic terhadap furosemid kira-kira 20%

pada orang sehat normovolemik.


Penggunaan obat dengan aktivitas nefrotoksik harus dihindari bila sedang

memakai ketorolak, misalnya antibiotic aminoglikosida.


Ketorolak dapat menyebabkan kejang sporadic selama penggunaan
bersama obat antiepilepsi.

Vous aimerez peut-être aussi