Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dalam
kehidupan. Untuk mengatur berbagai masalah kesehatan di Indonesia,
pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan diantaranya adalah
dikeluarkannya UU tentang kesehatan yaitu UU No. 23 Tahun 1992, terutama
sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Bersamaan dengan pola hidup masyarakat yang cenderung semakin
meningkat, berbagai macam penyakit semakin dikenal pula oleh masyarakat.
Salah satu diantaranya adalah apa yang dinamakan diabetes mellitus atau yang
lebih dikenal masyarakat dengan kencing manis (Rahmatsyah Lubis, 11 Juli
2006). Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara
berkembang karena peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan,
akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan
perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan
prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi,
diabetes mellitus dan lain-lain (Suyono, 1993: 573). Diabetes mellitus
merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, yang disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (Mansjoer
Arief, 2001: 580). Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif
yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius.
Menurut
data
organisasi
kesehatan
dunia
(WHO),
Indonesia
keperawatan
pada
anggota
keluarga
yang
sakit,
sebagai
B. Tujuan Penyusunan
1.
Tujuan umum
Tujuan umum dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk
menggambarkan hasil asuhan keperawatan pada keluarga Tn. S dengan
diabetes mellitus pada Tn. S di dusun Ngaglik Desa Menoreh, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang.
2.
Tujuan khusus
Dalam pembuatan laporan kasus ini, penyusun mempunyai beberapa
tujuan khusus diantaranya sebagai berikut :
a.
b.
Membahas
kesenjangan
yang
ada
dari
Survey
Penyusun menggunakan angket yang disediakan oleh pihak Bapelkes
dalam pengumpulan data.
2.
Wawancara
Penyusun melakukan wawancara dengan responden dalam pengumpulan
data.
3.
Observasi
Penyususun melakukan pengamatan atau observasi terutama mengenai
lingkungan tempat tinggal responden.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
2.
b.
c.
d.
e.
3.
4.
Hiperglikemia
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa yang
melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam
sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenenesis ini mencegah
hiperglikemia (kadar glukosa darah > 110 mg/ dl). Jika terdapat
defisit
insulin,
empat
perubahan
metabolik
terjadi
terjadi
menimbulkan hiperglikemia :
1) Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.
2) Gikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa
dalam darah.
Starvasi seluler
Konsentrasi glukosa darah adalah tinggi pada diabetes yang tidak
terkontrol, sedangkan sel-sel menjadi sasaran terhadap keadaan
starvasi sel. Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan
glukosa bagi jaringan-jaringan peripheral yang tergantung pada
insulin (otot rangka dan jaringan lemak). Jika tidak terdapat glukosa,
sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki,
dan dalam keadaan puasa yang berkepanjangan mungkin akan
menggunakan asam lemak bebas dan keton. Demikian pula asupan
asam
amino
gagal.
Daripada
mensintesa
protein,
protein
Resistensi insulin
Resistensi insulin timbul jika terdapat ketidaksensitifan terhadap
insulin pada jaringan-jaringan perifer dan hati. Beberapa faktor yang
berperan adalah penurunan jumlah reseptor insulin seperti pada
Hiperosmolaritas
Perubahan patofisiologis yang utama yang berhubungan dengan
hiperglikemia adalah hiperosmolaritas. Konsentrasi glukosa darah 60
sampai 100 mg/ dl. Hiperglikemia meningkatkan osmolalitas darah.
Peningkatan konsentrasi glukosa darah dan osmolalitas darah
menimbulkan dehidrasi dengan melalui dua mekanisme :
1) Glikosuria dan diuresis osmotic terjadi jika konsentrasi glukosa
darah melebihi ambang ginjal. Dapat terjadi kehilangan kalori
air, dan elektrolit dalam jumlah besar.
2) Perpindahan cairan dari ruang inteerstisial ke ruang ekstraseluler
yang memiliki konsentrasi lebih tinggi, mengakibatkan defisiensi
cairan intraseluler.
Diuresis osmotic menimbulkan peningkatan volume urin (poliuria).
Rasa haus terstimulasi, dan pasien akan minum air dalam jumlah
yang banyak (polidipsia). Karena adanya kehilangan kalori dan
starvasi seluler, selera makan menjadi meningkat dan orang akan
menjadi sering makan/poliphagia (Long, BC, 1996: 11).
Pathways
Genetik
Lingkungan
Imunologi
Usia
Obesitas
Kehamilan
Tipe 1
Destruksi
Sel Beta
Tipe 2
Resistensi
Insulin
Produksi Insulin
Meningkat
Melebihi
Ambang Ginjal
Glukosuria
Diuretik
Osmotik
Poliuria
Kehilangan
Cairan & Elektrolit
Hiperglikemia
Lipolisis
Meningkat
Starvasi Sel
Asam Lemak
Meningkat
Sel Kekurangan
Makan
Ketoasidosis
Metabolisme
Lemak Meningkat
Metabolisme
Turun
Rangsang
Pusat Lapar
Kelemahan
Dehidrasi
Nafsu Makan
Meningkat
Rasa Haus
Polidipsi
Shock
Hipovolemik
Hemokonsentrasi
Hipovolemik
Penurunan
Sirkulasi
Perfusi Jaringan
Menurun
Hantaran O2
Terganggu
Perubahan
Perfusi Jaringan
Kerusakan
Integritas Kulit
Poliphagia
Terjadi
Komplikasi
Komplikasi
Makroangiopati
Atherosklerosis
arteri besar
Pengiriman O2
menurun
Iskemik
Jaringan
Cerebrovaskuler
Terganggu
Kerusakan
Arteri Koroner
Stroke
PJK
Mikroangiopati
Retinopati
Neuropati
Nefropati
Retina Tidak
Mendapatkan O2
Pengiriman O2
Tidak Adekuat
Glomerulus
Rusak
Hipoksia
Jaringan
Transmisi
Impuls Lambat
Atherosklerosis
Arteri Renalis
Gagal Ginjal
Resiko Injury
Autonomi
neuropati
Pengosongan
gaster lambat
Nausea Vomiting
Kesemutan, Gatal
Pada Ekstremitas
Perifer
Neuropati
Impotensi
Orgasme Lambat
Aktivitas.Seksual
Menurun
Disfungsi
Seksual
HDR
Penurunan
Sirkulasi O2
Penurunan
Perfusi Jaringan
Penyembuhan
Luka Terhambat
Perluasan Luka
Tidak Terdeteksi
Amputasi
Diabetes Mellitus
Pengertian, tipe-tipe diabetes
mellitus, penyebab, tanda &
gejala, perawatan diabetes
mellitus, komplikasi DM.
Mengenal
Masalah
Dapat
Tidak
dapat.
Ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah kesehatan.
Mengambil
keputusan
yang tepat
Dapat
Tidak
dapat.
Merawat
anggota keluarga
yang sakit
Dapat
Tidak
dapat.
Ketidakmampuan
keluarga mengambil
keputusan yang tepat.
Ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga
yang sakit.
Sumber : Effendy, 1998 : 50. Perawatan Kesehatan Masyarakat
Menggunakan
fasilitas yang
ada
Dapat
Dapat
Tidak
dapat.
Ketidakmampuan
keluarga memelihara
lingkungan rumah
yang menunjang
kesehatan
Tidak
dapat.
Ketidakmampuan
keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada.
14
10
Memelihara
lingkungan rumah
yang menunjang
kesehatan
11
15
5.
Tanda gejala
Menurut Smeltzer & Bare (2001: 1223), tanda-tanda dari pasien
dengan diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
Kelemahan
f.
g.
h.
6.
Perubahan makrovaskuler
Penderita diabetes dapat mengalami perubahan aterosklerotik
pada arteri-arteri besar. Kini telah diketahui bahwa penderita diabetes
cenderung untuk mengalami ateroskerosis pada usia yang lebih dini,
dan penyakit berjalan dengan cepat, dan hal ini terjadi lebih berat
dan lebih luas pada penderita diabet daripada nondiabet. Penderita
NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) mengalami
perubahan makrovaskuler lebih sering daripada pada penderita
IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Diabetes sering
dihubungkan dengan kelainan metabolisme lemak, perubahan adhesi
platelet, dan perubahan hormonal. Insulin memainkan peran utama
dalam metabolisme lemak- lemak dan lipida. Kelainan lipida
seringkali ditemukan pada penderita diabetes. Pengecilan lumenlumen pembuluh darah besar membahayakan pengiriman oksigen ke
jaringan-jaringan dan dapat menyebabkan iskemia jaringan dengan
12
dengan
diabetes,
dan
penyakit
kardiovaskuler
Perubahan-perubahan
mikrovaskuler
Perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan dan
kerusakan membrane basal pembuluh-pembuluh kapiler. Perubahanperubahan ini sering terjadi pada penderita IDDM (Insulin
Dependent
Diabetes
Mellitus)
dan
bertanggungjawab
dalam
terjadinya nephropati dan retinopati diabetic. Penyebab perubahanperubahan ini tidak diketahui penyebabnya namun diduga berkaitan
dengan diabetes yang tidak terkontrol.
c.
Nefropati
Salah
satu
akibat
utama
dari
perubahan-perubahan
Retinopati diabetic
Kebutaan pada penderita diabetes seringkali sebagai akibat
dari perubahan mikrovaskuler pada retina. Selain retinopati penderita
diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak. Katarak
mungkin
disebabkan
oleh
adanya
hiperglikemia
yang
13
baru
ini,
pembuluh
ini
menciut
dan
Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, system
saraf otonom, maupun system saraf saraf pusat. Perubahanperubahan
metabolic
hiperglikemia
dapat
dalam sintesa
menimbulkan
yang
dikaitkan
perubahan
kondisi
dengan
saraf.
Penderita
diabetes
dapat
mengalami
neuropati
yang
motilitas
lambung
sehingga
menyebabkan
tidak
14
kalus.
Rasa
nyeri
pada
suatu
ulkus
neuropatik
umumnya
Pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah memperlihatkan kadar glukosa darah
lebih dari 140 mg/ dl pada 2 X pengukuran.
b.
8.
Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pada diabetes mellitus mempunyai tujuan utama
untuk menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Ada
lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes yaitu diet, latihan,
15
b.
(rhythmical),
Latihan
d.
e.
program
latihan,
terhadap
pengidap
harus
dilakukan
pemeriksaan kardiovaskuler.
Latihan CRIPE ini minimal dilakukan selama 3 hari dalam seminggu.
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara
mandiri, penderita diabetes kini dapat mengatur terapinya untuk
mengendalikan
kadar
glukosa
darah
secara
optimal.
Cara
ini
16
B.
2.
mereka
sehingga
dapat
meningkatkan
status
kesehatan
keluarganya.
Tujuan khusus :
a.
Meningkatkan
kemampuan
keluarga
dalam
Meningkatkan
kemampuan
keluarga
dalam
d.
e.
Meningkatkan
produktivitas
keluarga
dalam
17
b.
c.
d.
e.
kesehatan,
yang
menunjukkan
pemanfaatan
Proses Keperawatan.
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan
intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah
disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan
terhadap keluarga. Proses keperawatan merupakan kerangka kerja dalam
melaksanakan tindakan yang digunakan agar proses asuhan keperawatan dan
kesehatan terhadap keluarga menjadi lebih sistematis (Effendy, 1998: 46).
1.Pengkajian keperawatan.
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien (keluarga) dengan memakai norma-norma
kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system yang
terintregasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya (Effendy,
1998: 46). Pengumpulan data difokuskan pada komponen-komponen yang
berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus. Pengumpulan data tentang
18
Identitas keluarga
1) Nama keluarga
2) Alamat atau tempat tinggal
3) Komposisi keluarga
4) Tipe keluarga
5) Latar belakang budaya
a) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan keluarga berapa kali sehari, bagaimana
dengan menu makanannya apakah menu orang dewasa dan
anak balita disamakan, bagaimana pengolahan atau cara
memasaknya, berapa banyak porsi yang dihabiskan.
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga di dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
merupakan faktor penting dalam pengelolaan diabetes
mellitus. Ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada akan menimbulkan komplikasi
lebih lanjut dari diabetes mellitus (Suprajitno, 2004: 36).
6) Status sosial ekonomi
-
Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga berpengaruh terhadap pola pikir,
kemampuan mengambil keputusan dan tindakan untuk
mengatasi masalah keluarga terutama tentang diabetes
mellitus
dengan
benar
dan
tepat
termasuk
cara
pengelolaannya.
-
19
anggota
keluarga
yang
menderita
diabetes
mellitus.
Aktivitas
Kegiatan fisik menggunakan lebih banyak energi daripada
tetap beristirahat, sehingga derajat kegiatan fisik perlu diukur
pada saat penentuan besaran kebutuhan akan energi. Aktivitas
yang berlebihan atau tidak sesuai dengan keinginan yang
membuat seseorang kehilangan banyak kalori, jika tidak
didukung dengan asupan energi/ kalori yang seimbang akan
mengakibatkan keadaan yang lebih buruk.
b.
anggota
keluarga,
perhatian
terhadap
upaya
Data lingkungan
1) Karakteristik rumah, yang menjelaskan tentang hasil identifikasi
rumah yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah
ruangan,pemanfaatan
ruangan,
jumlah
ventilasi,
peletakan
keluarga
dan
interaksi
dengan
masyarakat
20
Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga menjelaskan bagaimana cara keluarga
berkomunikasi,
bagaimana
siapa
peran
pengambil
anggota
keputusan
keluarga
utama,
dalam
dan
menciptakan
komunikasi.
2) Nilai atau norma keluarga menjelaskan nilai atau norma yang
dipelajari dan dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan
kesehatan.
3) Struktur peran yang menjelaskan peran masing-masing anggota
keluarga secara formal maupun informal baik di keluarga atau di
masyarakat.
e.
Fungsi keluarga
1) Fungsi sosialisasi menjelaskan tentang hubungan anggota
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar tentang disiplin,
nilai, norma, budaya, dan perilaku yang berlaku di keluarga dan
masyarakat.
2) Fungsi afektif, hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukunngan
anggota
keluarga,
bagaimana
keluarga
pemenuhan
atau
pemeliharaan
kesehatan,
tujuan
fakta
dari
masalah
kesehatan,
meliputi
21
b) Mengetahui
kemampuan
keluarga
dalam
mengambil
kemampuan
untuk
memutuskan
tindakan
yang
mengalami
gangguan
anggota
kesehatan
perlu
terhadap
kesehatan
anggota
keluarga.
fasilitas
kesehatan,
sejauhmana
keluarga
22
4)
5)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan di klinik.
2.Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang faktor-faktor
yang mempertahankan respon atau tanggapan yang tidak sehat dan
menghalangi perubahan yang diharapkan (Effendy, 1998: 51).
Diagnosa yang mungkin timbul pada keluarga dengan lansia
diabetes mellitus antara lain (Doengoes, 2000: 51):
a.
b.
c.
d.
e.
23
3.Rencana Keperawatan
a.
Menyusun prioritas
Setelah menentukan diagnosis keperawatan, selanjutnya adalah
melakukan prioritas masalah kesehatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan (Effendy, 1998: 52) :
1) Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan
dalam keluarga tidak dapat diatasi sekaligus.
2) Mempertimbangkan masalah yang dapat mengancam kesehatan.
3) Respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan.
4) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka
hadapi.
5) Sumber daya keluarga yang menunjang masalah kesehatan atau
keperawatan keluarga.
6) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
Kriteria prioritas masalah ( Effendy, 1998: 52) :
a) Sifat masalah, dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan,
keadaan sakit atau kurang sehat, dan situasi krisis. Bobot terbesar
adalah kurang sehat kemudian ancaman kesehatan dan yang
ketiga adalah krisis.
b) Kemungkinan masalah diabetes mellitus dapat diubah, hal- hal
yang harus diperhatikan :
-
24
Penyusunan tujuan
Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada
klien, penyusunan tujuan bersama tersebut terdiri atas kemungkinan
sumber-sumber,
menggambarkan
pendekatan
alternatif
untuk
25
Respon
verbal
kognitif,
keluarga
dapat
Respon
afektif
dari
keluarga,
mampu
keluarga
diabetes
mampu
mellitus
melakukan
perawatan
mencegah
terjadinya
dan
c.
26
yang
diperlukan
dalam
melakukan
tindakan
keperawatan.
3) Menumbuhkan
kepercayaan
keluarga
terhadap
perawat,
Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan
pada asuhan keperawatan yang telah disusun. Kegagalan dalam
pelaksanaan
tindakan
keperawatan
dan
kesehatan
dalam
Evaluasi
Evaluasi atau penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan
tercapai. Apabila dalam penilaian tujuan tidak tercapai, maka perlu
dicari penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor :
1)
27
2)
3)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
Pengkajian
Pengkajian pada keluarga Tn. S dilakukan pada tanggal 31 oktober
sampai tanggal 1 November 2007. Pengkajian dilakukan di rumah Tn. S
tepatnya di dusun Ngaglik desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang. Tn. S saat ini mempunyai satu orang istri dan dikaruniai tiga orang
anak. Istri yang sekarang adalah istri yang keenam. Semua anaknya sekarang
28
29
den sejenisnya serta mengindari makan yang manis atau asin-asin. Dari
pemeriksaan fisik pada Tn. S tanggal 5 November 2007 didapatkan TD
180/110 mmHg, RR 20 x/mnt, Nadi 104 x/mnt, Suhu : 36
C. Kepala
mesochepal, Rambut bersih, beruban. Telinga simetris, tidak ada serumen, Tn.
S masih bisa mendengar pertanyaan yang diajukan oleh pengkaji. Mata:
conjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek terhadap cahaya
baik. Hidung bersih, tidak ada polip. Mulut mukosa bibir kering, gigi geraham
kanan dan kiri sudah tanggal, gigi seri depan bawah tanggal 2. Leher simetris,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid. Dada simetris, fokal fremitus dada kanan = dada kiri, sonor, tidak
terdengar suara nafas tambahan. Perut simetris, bising usus 7 kali /menit, tidak
ada pembesaran hepar atau lien, tidak ada nyeri tekan, timpani. Ekstremitas
atas; tidak ada lesi / udema, ektremitas bawah; terdapat luka pada punggung
kaki kiri selebar 5 cm, jari kelingking dan jari manis kaki kiri tidak dapat
digerakkan dan tidak terasa apabila dicubit, sedangkan jari tengah pada kaki
kiri dapat digerakkan namun terbatas . Turgor
elastis.
Sedangkan pemeriksaan fisik pada Ny. T didapatkan data sebagai
berikut. TD 60/100 mmHg, RR 21 x/mnt. Nadi 96 x/mnt, Suhu : 36
C.
Kepala bentuk mesochepal, tidak ada luka, tidak berbau. Rambut bersih,
beruban. Telinga bersih, simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran
sudah sedikit menurun. Mata simetris, reflek pupil terhadap cahaya baik,
sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis. Hidung bersih, fungsi
penciuman baik, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak
ada polip hidung. Mulut mukosa bibir lembab, bentuk simetris. Leher simetris,
terdapat kaku kuduk, tidak, ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid. Dada simetris, fokal fremitus dada kanan = dada
kiri, sonor, tidak terdengar suara nafas tambahan. Perut simetris, tidak ada
pembesaran hepar atau lien, tidak ada nyeri tekan, timpani. Ekstremitas atas;
tidak ada lesi , pada tangan kanan ke 4 jari kontraktur. Ektemitas bawah; tidak
terdapat lesi ataupun udema. Turgor kulit keriput, turgor kulit elastis.
B.
Analisa Data
30
lebih
akibat
diabetes
mellitus
dengan
etiologi
Prioritas Masalah
31
Intervensi
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Tn. S adalah
komplikasi lebih lanjut akibat diabetes mellitus berhubungan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus.
1.
2.
b.
32
2.
kesehatan yang
akan
33
c.
2.
b.
Rencana
intervensi
yang
dilakukan
adalah
kaji
Implementasi
Tindakan pada diagnosis pertama pada keluarga Tn. S yang dilakukan
pada hari selasa, tanggal 5 November 2007, pukul 17.00 WIB dengan
menggunakan metode ceramah dan diskusi, contoh bahan makanan pada
penderita diabetes mellitus. Implementasi yang dilakukan mengucapkan salam
pada keluarga dan mengingatkan kontrak serta menjelaskan tujuan,
34
Evaluasi
Evaluasi terhadap keluarga Tn. S dilakukan pada tanggal 7 november
2007 dengan berpedoman pada tujuan dan standart evaluasi yang disusun pada
35
objektif
yang
diperoleh
Keluarga
mendengarkan
dan
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan keluarga Tn. S
dengan diabetes mellitus pada Tn. S di . Disini akan dibahas tentang diagnosa
keperawatan yang ditemukan dalam keluarga Tn. S dan juga tentang analisa
kesenjangan yang terjadi antara praktek dan teori yang terjadi di dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
37
keperawatan
yang
pertama:
komplikasi
lebih
lanjut
neuropati,
Menurut
Long
B.C
(1996:15),
diabetes
dapat
38
39
tentang makanan apa yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan dan
komplikasi-komplikasi yang muncul pada kencing manis.
Implementasi pertama pada diagnosa keperawatan terjadi komplikasi
akibat diabetes mellitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus adalah melakukan pendidikan
kesehatan tentang diit makanan pada penderita diabetes mellitus. Implementasi
tentang pendidikan kesehatan bertujuan untuk memberikan informasi secara
terstruktur dan merupakan pengajaran informal yang berlangsung secara spontan
dalam suatu interaksi antara klien dan perawat (Friedman, 1998: 488). Dalam
melakukan implementasi, penyusun tidak sesuai dengan NCP (Nursing Care
Plan). Dalam NCP tertulis tindakan pertama yang dilakukan adalah memberikan
pendidikan kesehatan tentang komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes
mellitus dan rencana tindak lanjut memberikan pendidikan kesehatan tentang diit
makanan pada diabetes mellitus. Namun dalam implementasi, penyusun
melakukan pendidikan kesehatan tentang diit makanan pada diabetes mellitus
terlebih dahulu. Ini dilakukan karena diit makanan yang tepat dapat
mempertahankan
kadar
glukosa
darah
mendekati
kadar
normal
dan
40
pada keluarga tentang diit pada kencing manis (memberikan gambaran tentang
apa itu diit pada penderita kencing manis), menjelaskan pada keluarga tentang tiga
prinsip dalam pemberian makanan (rasionalisasi agar keluarga mengetahui dan
memahami tiga prinsip dalam pemberian makanan), menjelaskan pada keluarga
tentang makanan yang boleh dimakan dan yang dibatasi (rasionalisasi agar
keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat tentang makanan yang boleh
dimakan dan yang dibatasi), menjelaskan tentang contoh bahan makanan yang
seimbang untuk penderita kencing manis (rasionalisasi dengan memberikan
contoh nyata pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal lebih baik), memberi
kesempatan pada keluarga untuk mengulang kembali materi yang telah
disampaikan (rasionalisasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman keluarga
tentang materi yang disampaikan), memberikan kesempatan pada keluarga untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas (rasionalisasi memberikan kesempatan pada
keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan masalah atau distorsi yang mungkin
timbul selama penyuluhan). Kendala yang dihadapi saat melakukan implementasi
adalah tidak dapat berkumpulnya seluruh anggota keluarga karena kesibukan kerja
masing-masing anggota keluarga. Faktor pendukung dalam implementasi ini
adalah penerimaan keluarga yang cukup baik dan adanya komunikasi yang terjalin
kooperatif. Respon verbal keluarga cukup baik dalam menjawab pertanyaan dan
saat mengajukan pertanyaan.
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya (Suprajitno, 2004: 57). Evaluasi yang dilakukan penyusun saat
melakukan pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengetahui tentang seberapa
jauh tingkat pemahaman keluarga terhadap materi yang disampaikan. Dengan
memahami tentang materi yang disampaikan penyusun berharap keluarga dapat
melakukan perawatan pada pasien diabetes mellitus dengan tepat. Evaluasi yang
dilakukan pada implementasi pertama adalah masalah teratasi sebagian dengan
dasar saat dilakukan evaluasi terhadap materi yang disampaikan keluarga dapat
menjelaskan sebagian materi yang disampaikan, dan keluarga dapat menyebutkan
contoh makanan yang boleh dimakan dan yang harus dibatasi.
41
42
tanggal 6 November 2007 pukul 09.00 WIB, implementasi yang dilakukan adalah
memberi informasi pada pasien dan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang
dapat dimanfaatkan, mendukung pasien dan keluarga untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia dan memberi reinforecement positif atas usaha
pasien dan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Faktor
pendukung dari implementasi ini adalah penerimaan keluarga yang cukup baik
dengan kehadiran kita, respon dari keluarga cukup baik dan kooperatif.
Evaluasi yang didapat pada diagnosa yang kedua adalah Tn. S mengatakan
kalau dulu harus menunggu petugas untuk mengecek gula darah dan walau Tn. K
sudah menunggu petugas tidak datang ke puskesmas, Tn. S mengatakan
sebenarnya punya kartu ASKIN, Tn. K mengatakan akan mengontrol gula
darahnya, keluarga mendengarkan dan memperhatikan.
Diagnosa keperawatan yang ketiga:
Kurangnya
informasi
tentang
penyakit
yang
dideritanya
b.d
43
A.
Kesimpulan
Asuhan keperawatan keluarga Tn. S khususnya pada Tn. S dengan
diabetes mellitus dilakukan pada tanggal 31 Oktober - 7 November 2007.
Penyusun melakukan pra interaksi terlebih dahulu sebelum melakukan
pengkajian untuk membentuk kepercayaan dengan anggota keluarga. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi
dokumentasi dan pemeriksaan fisik. Dari hasil pengkajian penyusun dapat
menyimpulkan terdapat tiga diagnosa keperawatan yaitu komplikasi lebih
lanjut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, Perubahan pemeliharaan kesehatan
b.d. Kurangnya
44
B.
Saran
1.
2.
45
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. Tanpa tahun. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Alih
Bahasa Monica Ester. 2001. Jakarta: EGC.
Doenges, M.E. 2000. Rencana asuhan keperawatan pedoman pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien (Nursing Care
Plans: Guidelines for Planning and Documenting Patient Care). Edisi 3.
Alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta: EGC.
Effendy, N. 1998. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta:
EGC.
Friedman, M.M. Keperawatan keluarga teori dan praktik (family nursing theori
and practice). Edisi 3. Alih bahasa Debora R.L. 1998. Jakarta : EGC.
Long, B. C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses
keperawatan). Volume 3. Bandung: Yayasan IAPK Padjajaran.
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani, W.I. dan Wiwiek S. 2000. Kapita selekta
kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
Price, S.A. dan Wilson, L.M. 1995. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 4. Volume 1. Alih bahasa : Dr. Peter Anugerah. Jakarta :
EGC.
Suprajitno. 2004. Asuhan keperawatan keluarga aplikasi dalam praktek. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, S. C. dan Bare, B. G. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2.
Alih bahasa : Agung Waluyo. 2001. Jakarta : EGC.