Vous êtes sur la page 1sur 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dalam
kehidupan. Untuk mengatur berbagai masalah kesehatan di Indonesia,
pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan diantaranya adalah
dikeluarkannya UU tentang kesehatan yaitu UU No. 23 Tahun 1992, terutama
sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Bersamaan dengan pola hidup masyarakat yang cenderung semakin
meningkat, berbagai macam penyakit semakin dikenal pula oleh masyarakat.
Salah satu diantaranya adalah apa yang dinamakan diabetes mellitus atau yang
lebih dikenal masyarakat dengan kencing manis (Rahmatsyah Lubis, 11 Juli
2006). Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara
berkembang karena peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan,
akhir-akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan
perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan
prevalensi penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi,
diabetes mellitus dan lain-lain (Suyono, 1993: 573). Diabetes mellitus
merupakan suatu keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, yang disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (Mansjoer
Arief, 2001: 580). Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif
yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius.
Menurut

data

organisasi

kesehatan

dunia

(WHO),

Indonesia

menempati urutan keenam di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita


Diabetes mellitusnya terbanyak setelah India, Cina, Uni Soviet, Jepang, dan
Brasil. Tercatat pada tahun 1995 jumlah penderita diabetes di Indonesia
mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230.000 penderita diabetes per
tahunnya, sehingga pada tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta
1

penderita. Diabetes mellitus sebenarnya merupakan penyakit yang sudah


menyebar luas di tengah-tengah masyarakat di Indonesia terutama di kota-kota
besar. Tetapi sangat disayangkan sampai saat ini harus kita akui masih kurang
menjadi perhatian pemerintah, baik untuk pencegahannya maupun untuk
membantu masyarakat agar segera mengetahui apakah seseorang itu terkena
diabetes mellitus apa tidak (Okta, 12 juli 2006).
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh mahasiswa program studi
keperawatan Politeknik Kesehatan Semarang tanggal 31 oktober sampai 1
november 2007, diketahui bahwa jumlah penderita diabetes melitus di Desa
Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terdapat
2, 36 % dari 1.377 jiwa yang menderita diabetes melitus.
Berdasarkan tingginya angka kejadian penyakit diabetes mellitus,
maka diperlukan tindakan keperawatan secara terpadu dan menyeluruh
melalui kerjasama antara anggota keluarga dan tim keperawatan keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa
peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah memberikan
asuhan

keperawatan

pada

anggota

keluarga

yang

sakit,

sebagai

pengenal/pengamat masalah dalam kebutuhan kesehatan keluarga, sebagai


fasilitator atau menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan
perawat dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga, sebagai
pendidik kesehatan (perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah
perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat), sebagai
penyuluh dan konsultan, disini perawat juga dapat berperan dalam
memberikan petunjuk tentang asuhan perawatan dasar terhadap keluarga
disamping menjadi penasehat dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan
keluarga (Effendy, 1998: 43). Dengan peranan kita sebagai tim keperawatan
keluarga diharapkan keluarga dapat melakukan tugas-tugas kesehatan secara
mandiri dan dapat meningkatkan status kesehatan anggota keluarganya.

B. Tujuan Penyusunan
1.

Tujuan umum
Tujuan umum dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk
menggambarkan hasil asuhan keperawatan pada keluarga Tn. S dengan
diabetes mellitus pada Tn. S di dusun Ngaglik Desa Menoreh, Kecamatan
Salaman, Kabupaten Magelang.

2.

Tujuan khusus
Dalam pembuatan laporan kasus ini, penyusun mempunyai beberapa
tujuan khusus diantaranya sebagai berikut :
a.

Menggambarkan hasil asuhan keperawatan dari


pengkajian sampai dengan evaluasi pada Tn. S dengan diabetes
mellitus.

b.

Membahas

kesenjangan

yang

ada

dari

pengkajian sampai dengan evaluasi.


c.

Menggambarkan faktor pendukung dan faktor


penghambat yang muncul dalam pengelolaan asuhan keperawatan
keluarga dengan dibetes mellitus.

C. Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan:
1.

Survey
Penyusun menggunakan angket yang disediakan oleh pihak Bapelkes
dalam pengumpulan data.

2.

Wawancara
Penyusun melakukan wawancara dengan responden dalam pengumpulan
data.

3.

Observasi
Penyususun melakukan pengamatan atau observasi terutama mengenai
lingkungan tempat tinggal responden.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

Konsep Dasar Diabetes Mellitus


1.

Pengertian diabetes mellitus


Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks
yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
serta berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler serta
neurologis (Long Barbara C, 1996: 4).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Smeltzer & Bare, 2001: 1220).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diabetes
mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang ditandai dengan keadaan
hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah, yang bisa menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah.

2.

Tipe dari diabetes mellitus


Tipe dari diabetes mellitus yang utama adalah :
a.

Tipe 1 : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM),


merupakan keadaan defisiensi insulin karena tidak terdapatnya selsel langerhans.

b.

Tipe 2 : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus


(NIDDM), merupakan ketosis resisten lebih sering terjadi pada
dewasa. Tapi dapat terjadi pada semua umur, kebanyakan penderita
kelebihan berat badan dan ada kecenderungan familiar.

c.

Diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau


sindroma tertentu: hiperglikemik terjadi karena penyakit lain,
penyakit pankreas, obat-obatan, endokrinopati, kelainan reseptor,
sindroma genetik tertentu.

d.

Impaired Glucose Tolerance (gangguan toleransi


glukosa), kadar glukosa antara normal dan diabetes, dapat menjadi
diabetes atau menjadi normal.

e.

Gestational Diabetes Mellitus (GDM), intoleransi


glukosa yang terjadi selama kehamilan (Long, BC, 1996: 6).

3.

Penyebab dari diabetes mellitus


Insulin dependent diabetes mellitus atau diabetes mellitus
tergantung insulin disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans
akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi
insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti
sel beta pankreas mengalami desentisasi terhadap glukosa (Mansjoer Arief,
2001: 580).

4.

Patofisiologis dan pathways


a.

Hiperglikemia
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa yang
melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam
sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenenesis ini mencegah
hiperglikemia (kadar glukosa darah > 110 mg/ dl). Jika terdapat
defisit

insulin,

empat

perubahan

metabolik

terjadi

terjadi

menimbulkan hiperglikemia :
1) Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.
2) Gikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa
dalam darah.

3) Glikolisis meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang,


dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah secara terusmenerus melebihi kebutuhan.
4) Glukoneogenesis meningkat dan kebih banyak lagi glukosa
hati yang tercurah ke dalam darah dari hasil pemecahan asam
amino dan lemak.
b.

Starvasi seluler
Konsentrasi glukosa darah adalah tinggi pada diabetes yang tidak
terkontrol, sedangkan sel-sel menjadi sasaran terhadap keadaan
starvasi sel. Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan
glukosa bagi jaringan-jaringan peripheral yang tergantung pada
insulin (otot rangka dan jaringan lemak). Jika tidak terdapat glukosa,
sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki,
dan dalam keadaan puasa yang berkepanjangan mungkin akan
menggunakan asam lemak bebas dan keton. Demikian pula asupan
asam

amino

gagal.

Daripada

mensintesa

protein,

protein

dikatabolisme dan asam amino yang dihasilkan digunakan sebagai


substrat yang diperlukan untuk glukoneogenesis dalam hati.
Kelemahan, penurunan berat badan, dan hilangnya kekuatan dapat
terjadi, dengan hambatan pertumbuhan pada anak-anak. Defisiensi
insulin dapat mengawali peningkatan mobilisasi dan metabolisme
lemak. Lipolisis menggantikan lipogenesis bila terjadi defisiensi
insulin yang berat. Asam lemak bebas, trigliserida, dan gliserol yang
meningkat bersikulasi dan menyediakan substrat bagi hati untuk
proses ketogenesis dan glukoneogenesis. Terdapat hasil akhir berupa
keton (yang sangat asam, dan merupakan metabolit lemak). Ketosis
ialah suatu keadaan terdapatnya keton yang berlebihan dalam darah.
c.

Resistensi insulin
Resistensi insulin timbul jika terdapat ketidaksensitifan terhadap
insulin pada jaringan-jaringan perifer dan hati. Beberapa faktor yang
berperan adalah penurunan jumlah reseptor insulin seperti pada

obesitas dan hiperglikemia, penurunan ikatan insulin, dan atau


adanya defek post reseptor. Resistensi insulin merupakan komponen
utama dalam NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
dan mungkin disertai dengan kerusakan sel-sel beta.
d.

Hiperosmolaritas
Perubahan patofisiologis yang utama yang berhubungan dengan
hiperglikemia adalah hiperosmolaritas. Konsentrasi glukosa darah 60
sampai 100 mg/ dl. Hiperglikemia meningkatkan osmolalitas darah.
Peningkatan konsentrasi glukosa darah dan osmolalitas darah
menimbulkan dehidrasi dengan melalui dua mekanisme :
1) Glikosuria dan diuresis osmotic terjadi jika konsentrasi glukosa
darah melebihi ambang ginjal. Dapat terjadi kehilangan kalori
air, dan elektrolit dalam jumlah besar.
2) Perpindahan cairan dari ruang inteerstisial ke ruang ekstraseluler
yang memiliki konsentrasi lebih tinggi, mengakibatkan defisiensi
cairan intraseluler.
Diuresis osmotic menimbulkan peningkatan volume urin (poliuria).
Rasa haus terstimulasi, dan pasien akan minum air dalam jumlah
yang banyak (polidipsia). Karena adanya kehilangan kalori dan
starvasi seluler, selera makan menjadi meningkat dan orang akan
menjadi sering makan/poliphagia (Long, BC, 1996: 11).

Pathways

Genetik
Lingkungan
Imunologi

Usia
Obesitas
Kehamilan

Tipe 1

Destruksi
Sel Beta

Tipe 2

Resistensi
Insulin

Produksi Insulin
Meningkat
Melebihi
Ambang Ginjal
Glukosuria
Diuretik
Osmotik
Poliuria
Kehilangan
Cairan & Elektrolit

Hiperglikemia

Lipolisis
Meningkat

Starvasi Sel

Asam Lemak
Meningkat

Sel Kekurangan
Makan

Ketoasidosis

Metabolisme
Lemak Meningkat

Metabolisme
Turun

Rangsang
Pusat Lapar

Kelemahan

Dehidrasi
Nafsu Makan
Meningkat
Rasa Haus
Polidipsi

Shock
Hipovolemik

Hemokonsentrasi
Hipovolemik
Penurunan
Sirkulasi
Perfusi Jaringan
Menurun
Hantaran O2
Terganggu
Perubahan
Perfusi Jaringan
Kerusakan
Integritas Kulit

Poliphagia

Terjadi
Komplikasi

Komplikasi

Makroangiopati
Atherosklerosis
arteri besar
Pengiriman O2
menurun
Iskemik
Jaringan

Cerebrovaskuler
Terganggu

Kerusakan
Arteri Koroner

Stroke

PJK

Mikroangiopati

Retinopati

Neuropati

Nefropati

Retina Tidak
Mendapatkan O2

Pengiriman O2
Tidak Adekuat

Glomerulus
Rusak

Hipoksia
Jaringan

Transmisi
Impuls Lambat

Atherosklerosis
Arteri Renalis
Gagal Ginjal

Resiko Injury

Autonomi
neuropati

Pengosongan
gaster lambat
Nausea Vomiting

Kesemutan, Gatal
Pada Ekstremitas

Perifer
Neuropati

Impotensi
Orgasme Lambat
Aktivitas.Seksual
Menurun
Disfungsi
Seksual
HDR

Penurunan
Sirkulasi O2

Penurunan
Perfusi Jaringan
Penyembuhan
Luka Terhambat
Perluasan Luka
Tidak Terdeteksi
Amputasi

Sumber : Long (1996), Smeltzer & Bare (2001).

Diabetes Mellitus
Pengertian, tipe-tipe diabetes
mellitus, penyebab, tanda &
gejala, perawatan diabetes
mellitus, komplikasi DM.

Mengenal
Masalah

Dapat

Tidak
dapat.

Ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah kesehatan.

Mengambil
keputusan
yang tepat

Dapat

Tidak
dapat.

Merawat
anggota keluarga
yang sakit

Dapat

Tidak
dapat.

Ketidakmampuan
keluarga mengambil
keputusan yang tepat.

Ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga
yang sakit.
Sumber : Effendy, 1998 : 50. Perawatan Kesehatan Masyarakat

Menggunakan
fasilitas yang
ada

Dapat
Dapat

Tidak
dapat.

Ketidakmampuan
keluarga memelihara
lingkungan rumah
yang menunjang
kesehatan

Tidak
dapat.

Ketidakmampuan
keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada.

14

10

Memelihara
lingkungan rumah
yang menunjang
kesehatan

11
15
5.

Tanda gejala
Menurut Smeltzer & Bare (2001: 1223), tanda-tanda dari pasien
dengan diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
a.

Polidipsia (haus terus)

b.

Poliuria (kencing terus)

c.

Polifagia (lapar terus), tiga


tanda ini merupakan tanda klasik dari diabetes mellitus

d.

Terjadi penurunan berat badan

e.

Kelemahan

f.

Luka pada kulit yang lama


tidak sembuh-sembuh

g.

Pandangan mata kabur

h.

Nafas berbau aseton.

6.

Komplikasi dari diabetes mellitus


Komplikasi dari diabetes dapat menyerang ke semua system organ
tubuh. Komplikasi kronik yang sering terjadi atau muncul pada penderita
diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
a.

Perubahan makrovaskuler
Penderita diabetes dapat mengalami perubahan aterosklerotik
pada arteri-arteri besar. Kini telah diketahui bahwa penderita diabetes
cenderung untuk mengalami ateroskerosis pada usia yang lebih dini,
dan penyakit berjalan dengan cepat, dan hal ini terjadi lebih berat
dan lebih luas pada penderita diabet daripada nondiabet. Penderita
NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) mengalami
perubahan makrovaskuler lebih sering daripada pada penderita
IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Diabetes sering
dihubungkan dengan kelainan metabolisme lemak, perubahan adhesi
platelet, dan perubahan hormonal. Insulin memainkan peran utama
dalam metabolisme lemak- lemak dan lipida. Kelainan lipida
seringkali ditemukan pada penderita diabetes. Pengecilan lumenlumen pembuluh darah besar membahayakan pengiriman oksigen ke
jaringan-jaringan dan dapat menyebabkan iskemia jaringan dengan

12

akibat yang muncul berupa penyakit kardiovaskuler, penyakit arteri


koroner, stenosis arteri renalis, dan penyakit-penyakit vaskuler
perifer. Sekitar tigaperempat dari seluruh kejadian cerebrovaskuler
berhubungan

dengan

diabetes,

dan

penyakit

kardiovaskuler

merupakan penyebab kematian yang paling sering diantara penderita


diabetes usia lanjut.
b.

Perubahan-perubahan
mikrovaskuler
Perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan dan
kerusakan membrane basal pembuluh-pembuluh kapiler. Perubahanperubahan ini sering terjadi pada penderita IDDM (Insulin
Dependent

Diabetes

Mellitus)

dan

bertanggungjawab

dalam

terjadinya nephropati dan retinopati diabetic. Penyebab perubahanperubahan ini tidak diketahui penyebabnya namun diduga berkaitan
dengan diabetes yang tidak terkontrol.
c.

Nefropati
Salah

satu

akibat

utama

dari

perubahan-perubahan

mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal.


Perjalanan penyakit ginjal bervariasi dari orang ke orang. Tanda awal
dari suatu lesi glomerular adalah proteinuria yang meningkat secara
bertahap sesuai dengan beratnya penyakit. Bersamaan dengan
berkembangnya insufisiensi ginjal, konsentrasi kreatinin serum dan
urea meningkat serta tanda-tanda gagal ginjal lainnya muncul.
d.

Retinopati diabetic
Kebutaan pada penderita diabetes seringkali sebagai akibat
dari perubahan mikrovaskuler pada retina. Selain retinopati penderita
diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak. Katarak
mungkin

disebabkan

oleh

adanya

hiperglikemia

yang

berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan lensa dan


kerusakan lensa. Lesi retina awal berupa mikroaneurisma pembuluhpembuluh darah retina. Kemudian diikuti mikroinfarksi dan
pembentuan eksudat. Perubahan-perubahan awal pada retina dapat

13

terus berlangsung sampai pada stadium yang lebih serius, retinopati


proliferatif dimana terdapat pembentukan pembuluh-pembuluh darah
baru pada retina (neovaskularisasi). Bersamaan dengan terbentuknya
pembuluh-pembuluh

baru

ini,

pembuluh

ini

menciut

dan

menyebabkan tarikan pada retina. Terjadilah pelepasan retina dan


perdarahan ke dalam rongga vitreus.
e.

Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, system
saraf otonom, maupun system saraf saraf pusat. Perubahanperubahan

metabolic

hiperglikemia

dapat

dalam sintesa
menimbulkan

yang

dikaitkan

perubahan

kondisi

dengan
saraf.

Neuropati mungkin hanya melibatkan sebuah saraf biasanya suatu


saraf cranial. Jenis diabetic neuropati yang paling lazim adalah
polineuropati perifer simetris. Hal ini terlihat pertama kali dengan
hilangnya sensasi pada ujung ujung ekstremitas bawah. Kemudian
hilangnya kemampuan motorik dan ekstremitas atas dapat terkena
pula.

Penderita

diabetes

dapat

mengalami

neuropati

yang

mempengaruhi system saraf otonom. Pada keadaan ini dapat terjadi


perubahan

motilitas

lambung

sehingga

menyebabkan

tidak

teraturnya absorbsi makanan, inkontinensia, dan terjadi impotensi.


f.

Perubahan ekstremitas bawah


Perubahan makrovaskuler, perubahan mikrovaskuler, dan
neuropati semuanya

menyebabkan perubahan-perubahan pada

ekstremitas bawah. Perubahan yang penting yakni adanya anesthesia


yang timbul karena hilangnya fungsi saraf-saraf sensoris. Keadaan
ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya
infeksi yang menyebabkan gangrene. Infeksi dimulai pada celahcelah kulit yang mengalami hipertrofi, pada sela-sela kuku yang
tertanam di jari kaki, bagian kulit kaki yang menebal, dan kalus,
demikian juga pada daerahdaerah yang terkena trauma. Ulkus
neurotropik merupakan salah satu keadaan yang insensitif dan
biasanya timbul di bawah kulit kaki yang menebal, atau di bawah

14

kalus.

Rasa

nyeri

pada

suatu

ulkus

neuropatik

umumnya

menunjukkan adanya infeksi yang telah mencapai tulang, dan


memberikan prognosa yang kurang baik (Long, BC, 1996: 15).
7.

Pemeriksaan penunjang
a.

Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah memperlihatkan kadar glukosa darah
lebih dari 140 mg/ dl pada 2 X pengukuran.

b.

Tes toleransi glukosa


Tes toleransi glukosa oral merupakan pemeriksaan yang lebih
sensitive daripada tes toleransi glukosa intravena yang hanya
digunakan dalam situasi tertentu. Tes toleransi glukosa oral
dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat sederhana. Pasien
mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat (150 hingga 300 gram)
selama 3 hari sebelum tes dilakukan. Sesudah berpuasa pada malam
hari, keesokan harinya sample darah diambil. Kemudian karbohidrat
sebanyak 75 gram yang biasanya dalam bentuk minuman (seperti
glukosa, minuman yang mengandung gula dan soda) diberikan pada
pasien. Pasien diberitahu untuk duduk diam selama tes dilaksanakan
dan menghindari latihan, rokok, kopi, serta makanan lain kecuali air
putih. WHO merekomendasikan pengambilan sample 2 jam sesudah
konsumsi glukosa. Beberapa faktor yang mmpengaruhi tes toleransi
glukosa oral yang mencakup metode analisis, sumber specimen
(darah utuh, plasma atau serum, darah kapiler atau vena), diet,
tingkat aktivitas, lama tirah baring, adanya penyakit kronis,
pengobatan dan jumlah glukosa yang dikonsumsi. Persiapan diet
sebelum menjalani tes sangat penting karena asupan makanan dapat
mempengaruhi hasil tes (Smeltzer & Bare, 2001: 1226).

8.

Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pada diabetes mellitus mempunyai tujuan utama
untuk menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Ada
lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes yaitu diet, latihan,

15

pemantauan, terapi (jika diperlukan), pendidikan (Smeltzer & Bare, 2001:


1226).
Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes adalah :
Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati kadar
normal, Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang
optimal, Mencegah komplikasi akut maupun kronik, Meningkatkan
kualitas hidup. Diet standar untuk diabetes berdasarkan dua hal yaitu
tinggi karbohidrat, rendah lemak, dan tinggi serat dan tinggi karbohidrat,
tinggi asam lemak tak jenuh berikatan tunggal (Noer, S, 1996: 631).
Latihan pada penderita diabetes mellitus harus memenuhi kelima
komponen di bawah ini :
a.

C (continues), Latihan yang


dilakukan harus berkesinambungan, dilakukan terus-menerus tanpa
berhenti.

b.

(rhythmical),

Latihan

olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi


dan relaksasi secara teratur.
c.

I (intensity), Latihan olahraga


yang dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan gerak lambat.
Dengan kegiatan yang bergantian pengidap dapat bernafas dengan
lega tanpa menghentikan latihan sama sekali.

d.

P (progressive), Latihan yang


dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih
berat, secara bertahap.

e.

E (endurance), Latihan daya


tahan memperbaiki system kardiovaskuler. Oleh karena itu sebelum
ikut

program

latihan,

terhadap

pengidap

harus

dilakukan

pemeriksaan kardiovaskuler.
Latihan CRIPE ini minimal dilakukan selama 3 hari dalam seminggu.
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara
mandiri, penderita diabetes kini dapat mengatur terapinya untuk
mengendalikan

kadar

glukosa

darah

secara

optimal.

Cara

ini

16

memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta hiperglikemia.


Dan berperan dalam menentukan kadar glukosa darah normal yang
kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang.

B.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


1.

Keperawatan kesehatan keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang
dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran /
penyalur (Bailon & Maglaya 1978 dikutip oleh Effendy, 1998: 38).

2.

Tujuan keperawatan kesehatan keluarga


Tujuan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan
keluarga adalah (Effendy, 1998: 42):
Tujuan umum :
Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memalihara kesehatan
keluarga

mereka

sehingga

dapat

meningkatkan

status

kesehatan

keluarganya.
Tujuan khusus :
a.

Meningkatkan

kemampuan

keluarga

dalam

mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.


b.

Meningkatkan

kemampuan

keluarga

dalam

menanggulangi masalah kesehatan dasar dalam keluarga.


c.

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil


keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para
anggotanya.

d.

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan


asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.

e.

Meningkatkan

produktivitas

keluarga

meningkatkan mutu hidupnya.


3.

Tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.

dalam

17

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan


keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para
anggotanya dan saling memelihara. Freeman 1981 dikutip oleh Effendy
(1998: 42) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh
keluarga, yaitu :
a.

Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota


keluarganya.

b.

Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

c.

Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang


sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat
atau usianya yang terlalu muda.

d.

Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan


kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e.

Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan


lembaga-lembaga

kesehatan,

yang

menunjukkan

pemanfaatan

dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.


C.

Proses Keperawatan.
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga, merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan
intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah
disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan
terhadap keluarga. Proses keperawatan merupakan kerangka kerja dalam
melaksanakan tindakan yang digunakan agar proses asuhan keperawatan dan
kesehatan terhadap keluarga menjadi lebih sistematis (Effendy, 1998: 46).
1.Pengkajian keperawatan.
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien (keluarga) dengan memakai norma-norma
kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system yang
terintregasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya (Effendy,
1998: 46). Pengumpulan data difokuskan pada komponen-komponen yang
berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus. Pengumpulan data tentang

18

keluarga didapatkan dari berbagai sumber antara lain : wawancara yang


berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus baik aspek fisik, mental,
social

budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainya:

pengamatan: studi dokumentasi diantaranya melalui hail pemeriksaan


kadar glukosa darah dan pemeriksaan fisik (Effendy, 1998: 47).
a.

Identitas keluarga
1) Nama keluarga
2) Alamat atau tempat tinggal
3) Komposisi keluarga
4) Tipe keluarga
5) Latar belakang budaya
a) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan keluarga berapa kali sehari, bagaimana
dengan menu makanannya apakah menu orang dewasa dan
anak balita disamakan, bagaimana pengolahan atau cara
memasaknya, berapa banyak porsi yang dihabiskan.
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga di dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
merupakan faktor penting dalam pengelolaan diabetes
mellitus. Ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada akan menimbulkan komplikasi
lebih lanjut dari diabetes mellitus (Suprajitno, 2004: 36).
6) Status sosial ekonomi
-

Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga berpengaruh terhadap pola pikir,
kemampuan mengambil keputusan dan tindakan untuk
mengatasi masalah keluarga terutama tentang diabetes
mellitus

dengan

benar

dan

tepat

termasuk

cara

pengelolaannya.
-

Pekerjaan dan penghasilan


Penghasilan yang tidak seimbang akan mempengaruhi
keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada

19

anggota

keluarga

yang

menderita

diabetes

mellitus.

Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang


sakit salah satunya disebabkan oleh tidak seimbangnya
sumber-sumber yang ada di keluarga (Suprajitno, 2004: 34).
7)

Aktivitas
Kegiatan fisik menggunakan lebih banyak energi daripada
tetap beristirahat, sehingga derajat kegiatan fisik perlu diukur
pada saat penentuan besaran kebutuhan akan energi. Aktivitas
yang berlebihan atau tidak sesuai dengan keinginan yang
membuat seseorang kehilangan banyak kalori, jika tidak
didukung dengan asupan energi/ kalori yang seimbang akan
mengakibatkan keadaan yang lebih buruk.

b.

Tahap dan riwayat perkembangan


Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh usia anak tertua dari
keluarga inti, riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan
masing-masing

anggota

keluarga,

perhatian

terhadap

upaya

pencegahan penyakit, upaya dan pengalamnan keluarga terhadap


pelyanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan
(Suprajitno, 2004: 32).
c.

Data lingkungan
1) Karakteristik rumah, yang menjelaskan tentang hasil identifikasi
rumah yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah
ruangan,pemanfaatan

ruangan,

jumlah

ventilasi,

peletakan

perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah, dan


kebutuhan MCK, keadaan akan lebih mudah dipelajari bila
digambar dengan denah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan tentang
karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat.
3) Perkumpulan

keluarga

dan

interaksi

dengan

masyarakat

menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk

20

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang adadan sejauh mana


keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
d.

Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga menjelaskan bagaimana cara keluarga
berkomunikasi,
bagaimana

siapa

peran

pengambil

anggota

keputusan

keluarga

utama,

dalam

dan

menciptakan

komunikasi.
2) Nilai atau norma keluarga menjelaskan nilai atau norma yang
dipelajari dan dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan
kesehatan.
3) Struktur peran yang menjelaskan peran masing-masing anggota
keluarga secara formal maupun informal baik di keluarga atau di
masyarakat.
e.

Fungsi keluarga
1) Fungsi sosialisasi menjelaskan tentang hubungan anggota
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar tentang disiplin,
nilai, norma, budaya, dan perilaku yang berlaku di keluarga dan
masyarakat.
2) Fungsi afektif, hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukunngan

anggota

keluarga,

bagaimana

keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.


3) Fungsi

pemenuhan

atau

pemeliharaan

kesehatan,

tujuan

pengkajian yang berkaitan dengan tugas keluarga di bidang


kesehatan :
a) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga
mengetahui

fakta

dari

masalah

kesehatan,

meliputi

pengertian, tanda dan gejala, penyebab, faktor yang


mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga.

21

b) Mengetahui

kemampuan

keluarga

dalam

mengambil

keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal ini


merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan mempertimbangkan siapa diantara keluarga yang
mempunyai

kemampuan

untuk

memutuskan

tindakan

keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga


diharapkan

tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi

atau bahkan teratasi.


c) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan,
sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan
benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah
diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian
keluarga

yang

mengalami

gangguan

anggota

kesehatan

perlu

memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah


yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di
tempat pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga
telah memilki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.
d) Memodifikasi lingkungan rumah yang dapat menunjang
kesehatan keluarga, ketidaksanggupan dalam hal ini dapat
berpengaruh

terhadap

kesehatan

anggota

keluarga.

Ketidaksanggupan tersebut disebabkan karena ketidaktahuan


tentang usaha pencegahan penyakit.
e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada, pemanfaatan
fasilitas kesehatan yang ada secara optimal oleh keluarga
dapat membantu keluarga mengenal secara dini dan
mengatasi masalah kesehatan yang timbul pada anggota
keluarga. Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga mengetahui
keberadaan

fasilitas

kesehatan,

sejauhmana

keluarga

mengetahui keuntungan-keuntungan menggunakan fasilitas


kesehatan ( Suprajitno, 2004: 17).

22

4)

Pola istirahat dan tidur


Kebutuhan istirahat dan tidur harus dikaji berapa lamanya
tidur siang atau malam hari. Bagaimana dengan tidurnya
nyenyak atau terganggu.

5)

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan di klinik.

2.Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang faktor-faktor
yang mempertahankan respon atau tanggapan yang tidak sehat dan
menghalangi perubahan yang diharapkan (Effendy, 1998: 51).
Diagnosa yang mungkin timbul pada keluarga dengan lansia
diabetes mellitus antara lain (Doengoes, 2000: 51):
a.

Kekurangan volume cairan, kemungkinan dibuktikan


oleh peningkatan pengeluaran urine, urine encer, kelemahan, haus,
penurunan berat badan, kulit atau membran mukosa kering, turgor
kulit buruk, hipotensi, takikardia, pelambatan pengisian kapiler.

b.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,


kemungkinan dibuktikan oleh masukan makanan yang tidak adekuat,
kurang minat pada makanan, penurunan berat badan 10-20 % atau
lebih dari yang diharapkan, kelemahan, tonus otot buruk, diare.

c.

Resiko tinggi infeksi, tidak dapat diterapkan adanya


tanda-tanda dan gejala-gejala untuk membuat diagnosa aktual.

d.

Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori,


tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala untuk
membuat diagnosa aktual.

e.

Kelelahan, kemungkinan dibuktikan oleh kurang energi


yang berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas
biasanya, penurunan kinerja.

23

3.Rencana Keperawatan
a.

Menyusun prioritas
Setelah menentukan diagnosis keperawatan, selanjutnya adalah
melakukan prioritas masalah kesehatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan (Effendy, 1998: 52) :
1) Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan
dalam keluarga tidak dapat diatasi sekaligus.
2) Mempertimbangkan masalah yang dapat mengancam kesehatan.
3) Respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan.
4) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka
hadapi.
5) Sumber daya keluarga yang menunjang masalah kesehatan atau
keperawatan keluarga.
6) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
Kriteria prioritas masalah ( Effendy, 1998: 52) :
a) Sifat masalah, dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan,
keadaan sakit atau kurang sehat, dan situasi krisis. Bobot terbesar
adalah kurang sehat kemudian ancaman kesehatan dan yang
ketiga adalah krisis.
b) Kemungkinan masalah diabetes mellitus dapat diubah, hal- hal
yang harus diperhatikan :
-

Pengetahuan, teknologi, dan tindakan untuk menangani


diabetes mellitus.

Sumber daya keluarga, diantaranya keuangan, tenaga, sarana


dan prasarana.

Sumber daya keperawatan, diantaranya adalah pengetahuan


tentang diabetes mellitus, ketrampilan dalam perawatan.

Sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas,


organisasi seperti posyandu, polindes dan sebagainya.

c) Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah


yang akan timbul dan dapat dikurangi/dicegah melalui tindakan

24

keperawatan dan kesehatan misalnya dengan memberikan


informasi tentang diabetes mellitus, cara mencegah dan merawat,
serta menganjurkan keluarga untuk memeriksakan kesehatan
anggota keluarga dengan diabetes mellitus ke pelayanan
kesehatan. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam melihat

potensi pencegahan masalah diabetes mellitus :


-

Kesulitan masalah diabetes mellitus, berkaitan dengan


beratnya penyakit diabetes mellitus yang menunjukkan
kepada prognosa DM (Diabetes Mellitus).

Lamanya masalah berhubungan dengan terjadinya masalah


diabetes mellitus, dan kemungkinan masalah diabetes
mellitus dapat dicegah.

Tindakan yang sudah dan sedang dilakukan untuk


mencegah dan memperbaiki masalah diabetes mellitus
dalam rangka meningkatkan status kesehatan keluarga.

Adanya kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau


kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk
mencegah masalah.

d) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai


masalah diabetes mellitus dalam hal beratnya dan mendesak
untuk diatasi melalui intervensi keperawatan (Effendy, 1998: 49).
Untuk menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga
perlu disusun skala prioritas seperti yang tercantum dalam
lampiran.
b.

Penyusunan tujuan
Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada
klien, penyusunan tujuan bersama tersebut terdiri atas kemungkinan
sumber-sumber,

menggambarkan

pendekatan

alternatif

untuk

memenuhi tujuan, menyeleksi intervensi keperawatan yang spesifik


dan mengoperasionalkan perencanaan (menyusun prioritas dan
menulis bagaimana rencana tersebut dilaksanakan dalam fasenya).
1) Tujuan umum

25

Setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai diabetes


mellitus, maka keluarga mampu mengenal masalah diabetes
mellitus, mampu mengambil keputusan untuk mengambil
tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang mengalami
diabetes mellitus.
2) Tujuan khusus
Masalah tentang diabetes mellitus dalam keluarga dapat teratasi
atau tidak bertambah buruk keadaannya.
a) Menentukan kriteria evaluasi
Kriteria yang akan dicapai adalah :
-

Respon

verbal

kognitif,

keluarga

dapat

menyebutkan tentang masalah kesehatan diabetes


mellitus, yaitu pengertian, penyebab, tipe, tanda dan
gejala, dan perawatan diabetes mellitus.
-

Respon

afektif

dari

keluarga,

mampu

mengungkapkan secara verbal akan mengambil


tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang
menderita diabetes mellitus.
-

Respon motorik keluarga dan evaluasi perilaku


yaitu

keluarga

diabetes

mampu

mellitus

melakukan

perawatan

mencegah

terjadinya

dan

komplikasi diabetes mellitus.


b)

Menentukan standart evaluasi :


Pengertian, tipe-tipe, penyebab, tanda dan gejala,
perawatan Diabetes Mellitus.

c.

Menentukan intervensi keperawatan


Dalam melaksanakan tindakan keperawatan tergantung pada sifat
masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk pemecahan
masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tindakan
keperawatan (Effendy, 1998: 57) :
1) Menstimulasi keluarga mengenal, menerima masalah dan
kebutuhan kesehatan mereka, melalui memperluas pengetahuan

26

keluarga melalui penyuluhan kesehatan, membantu keluarga


melihat situasi dan akibat dari situasi tersebut, mengkaitkan
kebutuhan kesehatan dan sasaran keluarga, mengembangkan
sifat positif dari keluarga.
2) Menolong keluarga untuk menentukan tindakan keperawatan,
merundingkan dengan keluarga mengenai akibat-akibat bila
mereka tidak mengambil keputusan, memperkenalkan kepada
keluarga tentang alternatif yang dapat mereka pilih dan sumbersumber

yang

diperlukan

dalam

melakukan

tindakan

keperawatan.
3) Menumbuhkan

kepercayaan

keluarga

terhadap

perawat,

memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga


yang sakit, mencari cara untuk mengurangi ancaman kesehatan
dan perkembangan kepribadian para anggota keluarga.
d.

Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan
pada asuhan keperawatan yang telah disusun. Kegagalan dalam
pelaksanaan

tindakan

keperawatan

dan

kesehatan

dalam

memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak


faktor diantaranya adalah :
1) Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan
2) Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh
3) Tidak mau menghadapi situasi
4) Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan
yang melekat.
5) Kegagalan dalam mengkaitkan tindakan dengan sasaran
6) Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan.
e.

Evaluasi
Evaluasi atau penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan
tercapai. Apabila dalam penilaian tujuan tidak tercapai, maka perlu
dicari penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor :
1)

Tujuan tidak realistis

27

2)

Tindakan keperawatan yang tidak tepat

3)

Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi

BAB III
TINJAUAN KASUS
A.

Pengkajian
Pengkajian pada keluarga Tn. S dilakukan pada tanggal 31 oktober
sampai tanggal 1 November 2007. Pengkajian dilakukan di rumah Tn. S
tepatnya di dusun Ngaglik desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten
Magelang. Tn. S saat ini mempunyai satu orang istri dan dikaruniai tiga orang
anak. Istri yang sekarang adalah istri yang keenam. Semua anaknya sekarang

28

sudah berkeluarga sehingga Tn. S sekarang tinggal berdua bersama istrinya.


Tn. S saat ini berusia 71 tahun dan sudah tidak bekerja lagi, Sedangkan
istrinya Ny. T berusia 71 tahun juga sekarang sudah tidak bekerja lagi. Ketiga
anaknya sudah menikah semua, dan sudah berumah tangga sendiri-sendiri.
Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, keluarga Tn. S mendapatkan
sumber keuangan dari anak-anaknya.
Tn. S mengatakan dirinya sakit kencing manis kurang lebih 15 tahun
yang lalu dan itu diketahui dari dokter ketika Tn. S dirawat di RS Muntilan
karena luka tusukan bunga kelapa semakin parah, pecah, terus berair dan
berbau. Tn. S juga mengatakan mempunyai hipertensi sejak 5 tahun yang lalu.
Tn. S mengatakan sering buang air kecil saat malam hari sekitar 3-4 kali.Tn. S
mengatakan juga bahwa lukanya kadang-kadang tidak sakit tidak seperti luka
yang lain. Hanya saja kalau habis kerja di sawah atatu dikebun terasa pegalpegal. Tn. S mengatakan sudah 1 tahun terakhir tidak kontrol ke fasilitas
kesehatan terdekat untuk periksa kesehatan. Tn. S mengatakan tetap menjaga
dietnya untuk menjaga agar gula darahnya tetap stabil. Ny. T mengatakan
kalau menurutnya Tn. S sudah mengenal penyakit DM yang dimilikinya,
sehingga dia tidak perlu untuk membantu pengobatan suaminya tersebut.
Keluarga mengatakan bahwa kontrol ke rumah sakit/fasilitas kesehatan
terdekat merasa kerepotan karena jaraknya jauh dan transportasi sulit. Tn. S
mengatakan sudah 1 tahun terakhir tidak rutin kontrol ke fasilitas kesehatan
untuk periksa kesehatan. Tn. S mengatakan mengkonsumsi obat tanpa resep
dari dokter dan tanpa kontrol ke petugas kesehatan. Tn. S mengatakan kalau
badannya merasa tidak enak ia akan mengkonsumsi obat untuk DM dan
hipertensinya. Ny. T mengatakan bahwa fasilitas kesehatan yang terdekat
adalah Puskesmas Salaman. Keluarga Tn. S juga mempunyai fasilitas kartu
sehat/ASKIN/JPS. Walaupun Tn. S mengetahui nama penyakitnya tetapi tidak
mengetahui lebih mendalam tentang penyakit yang diderita. Tn. S mengatakan
tidak tahu menahu tentang insulin maupun nilai gula darahnya.
Tn. S mengatakan makan 3X sehari dengan porsi kurang lebih 1
centong dan untuk minum kurang lebih 5 gelas air putih / hari. Tn. S
mengatakan bahwa ia sekarang sudah menghindari makan kangkung, bayam

29

den sejenisnya serta mengindari makan yang manis atau asin-asin. Dari
pemeriksaan fisik pada Tn. S tanggal 5 November 2007 didapatkan TD
180/110 mmHg, RR 20 x/mnt, Nadi 104 x/mnt, Suhu : 36

C. Kepala

mesochepal, Rambut bersih, beruban. Telinga simetris, tidak ada serumen, Tn.
S masih bisa mendengar pertanyaan yang diajukan oleh pengkaji. Mata:
conjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek terhadap cahaya
baik. Hidung bersih, tidak ada polip. Mulut mukosa bibir kering, gigi geraham
kanan dan kiri sudah tanggal, gigi seri depan bawah tanggal 2. Leher simetris,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid. Dada simetris, fokal fremitus dada kanan = dada kiri, sonor, tidak
terdengar suara nafas tambahan. Perut simetris, bising usus 7 kali /menit, tidak
ada pembesaran hepar atau lien, tidak ada nyeri tekan, timpani. Ekstremitas
atas; tidak ada lesi / udema, ektremitas bawah; terdapat luka pada punggung
kaki kiri selebar 5 cm, jari kelingking dan jari manis kaki kiri tidak dapat
digerakkan dan tidak terasa apabila dicubit, sedangkan jari tengah pada kaki
kiri dapat digerakkan namun terbatas . Turgor

: kulit keriput, turgor kulit

elastis.
Sedangkan pemeriksaan fisik pada Ny. T didapatkan data sebagai
berikut. TD 60/100 mmHg, RR 21 x/mnt. Nadi 96 x/mnt, Suhu : 36

C.

Kepala bentuk mesochepal, tidak ada luka, tidak berbau. Rambut bersih,
beruban. Telinga bersih, simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran
sudah sedikit menurun. Mata simetris, reflek pupil terhadap cahaya baik,
sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis. Hidung bersih, fungsi
penciuman baik, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak
ada polip hidung. Mulut mukosa bibir lembab, bentuk simetris. Leher simetris,
terdapat kaku kuduk, tidak, ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid. Dada simetris, fokal fremitus dada kanan = dada
kiri, sonor, tidak terdengar suara nafas tambahan. Perut simetris, tidak ada
pembesaran hepar atau lien, tidak ada nyeri tekan, timpani. Ekstremitas atas;
tidak ada lesi , pada tangan kanan ke 4 jari kontraktur. Ektemitas bawah; tidak
terdapat lesi ataupun udema. Turgor kulit keriput, turgor kulit elastis.
B.

Analisa Data

30

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 31 Oktober


samapi dengan 1 November 2007 didapatkan analisis data. Analisis data yang
pertama adalah, data subjektif Tn. S mengatakan dirinya sakit kencing manis
kurang lebih sejak 15 tahun yang lalu, Tn. S mengatakan kaki kirinya yang
luka kadang-kadang merasa pegal-pegal. Tn. S mengatakan kalau kambuh
kadang berobat ke puskesmas / atau beli obat sendiri, Tn. S mengatakan kalau
kencing dikerumuni semut air kencingnya, Tn. S mengatakan kalau dirinya
sudah menghindari makan makanan yang manis-manis. Tn. S dan Ny. T
mengatakan tidak tahu tentang komplikasi yang muncul pada kencing manis.
Data objektif yang diperoleh TD 180/110 mmHg, RR 20
x/mnt, Suhu : 36
komplikasi

lebih

x/mnt, Nadi 104

C, Dari data tersebut masalah yang ditemukan adalah


lanjut

akibat

diabetes

mellitus

dengan

etiologi

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang terkena


diabetes mellitus.
Masalah kedua didapatkan data subjektive sebagai berikut: Tn. S
mengatakan sudah 1 tahun terakhir tidak rutin kontrol ke fasilitas kesehatan
untuk periksa kesehatan. Tn. S mengatakan mengkonsumsi obat tanpa resep
dari dokter dan tanpa kontrol ke petugas kesehatan. Tn. S mengatakan kalau
badannya merasa tidak enak ia akan mengkonsumsi obat untuk DM dan
hipertensinya. Sedangkan data objektivenya yaitu fasilitas kesehatan yang
terdekat adalah Puskesmas Sijeruk, keluarga punya fasilitas ASKIN/JPS. Tn.
S mengatakan makan 3X sehari dengan porsi 1 centong, Tn. S mengatakan
minum kurang lebih 5 gelas air putih sehari. Tn. S mengatakan kalau dirinya
sering merasa ingin kencing terus, haus terus, dan lapar terus. Tn. S
mengatakan tidak boleh makan yang manis- manis dan terlalu banyak dan
sekarang sudah menghindai makanan yang manis-manis
Masalah ketiga didapatkan data subjektive sebagai berikut: Tn. S tidak
mengetahui lebih mendalam tentang penyakit yang diderita. Data objektive
Tn. S tidak bisa menyebutkan hal-hal yang bisa dilakukan dalam
penatalaksanaan DM
C.

Prioritas Masalah

31

Setelah menentukan diagnosis keperawatan, langkah berikutnya adalah


menentukan prioritas masalah dengan memperhatikan faktor penghambat dan
faktor pendukung yang ada dalam keluarga Tn. S. Setelah dilakukan
penghitungan untuk prioritas masalah, ternyata dari ketiga masalah yang
ditemukan hasilnya adalah berbeda-beda. Masalah yang pertama terjadi
komplikasi lebih lanjut akibat diabetes mellitus berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang terkena
diabetes mellitus dengan total skor 4 1/3, dan masalah yang kedua adalah
Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan Kurangnya pemanfaatan
fasilitas kesehatan untuk konsultasi/kontrol kesehatan dengan total skore 3 .
Sedangkan masalah ketiga yaitu Kurangnya informasi tentang penyakit yang
dideritanya berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
masalah dengan total skore 3 1/6.
D.

Intervensi
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Tn. S adalah
komplikasi lebih lanjut akibat diabetes mellitus berhubungan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus.
1.

Tujuan umum yang ingin dicapai adalah tidak


terjadi komplikasi lebih lanjut setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama empat hari pada keluarga Tn. S.

2.

Tujuan khusus yang pertama setelah dilakukan


tindakan keperawatan 1 X 20 menit keluarga diharapkan mampu :
a.

Kriteria respon verbal kognitif dan afektif

b.

Standar yang ingin dicapai mampu menjelaskan tentang


pengertian diabetes mellitus, yaitu penyakit yang ditandai dengan
adanya peningkatan kadar gula darah (>110 mg/ dl). Selain itu
diharapkan keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 komplikasi
yang muncul pada diabetes mellitus yaitu penyakit jantung, mati
rasa pada kaki, penglihatan kabur bahkan sampai terjadi kebutaan,
penyakit ginjal, tekanan darah tinggi. Keluarga juga diharapkan
dapat menyebutkan 3 dari 5 perawatan pada penderita diabetes

32

mellitus, yaitu diit makanan, latihan, pemantauan gula darah,


mencegah terjadinya luka, dan terapi jika diperlukan.
c.

Rencana intervensi yaitu diskusikan dengan keluarga


sejauh mana pengetahuan keluarga tentang diabetes mellitus, buat
reinforcement positif atas jawaban yang diberikan, kaji sejauh
mana pengetahuan keluarga tentang komplikasi-komplikasi yang
mungkin muncul pada diabetes mellitus, beri reinforcement positif
atas jawaban yang diberikan, jelaskan tentang komplikasikomplikasi yang mungkin muncul pada pasien diabetes mellitus,
kaji sejauh mana pengetahuan keluarga tentang makanan yang
boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan/ dihindari, beri
reinforcement positif atas jawaban yang diberikan, kaji menu dan
porsi makanan yang dimakan anggota keluarga yang terkena
diabetes mellitus. Dan mengajarkan latihan rentang gerak.

Diagnosa keperawatan kedua yang muncul pada keluarga Tn. S adalah


Perubahan pemeliharaan kesehatan

b.d. Kurangnya pemanfaatan fasiltas

kesehatan untuk konsultasi kesehatan


1.

Tujuan umum dari diagnosis yang kedua


adalah Keluarga akan mengerti dan memanfaatkan fasilitas kesehatan
untuk periksa kesehatan setelah intervensi 2 hari pada keluarga Tn. S.

2.

Tujuan khusus yang ingin dicapai setelah


dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 mnt keluarga diharapkan :
a.

Mengenal pentingnya fasilitas kesehatan untuk kontrol


kesehatan, Keluarga mengenal fasilitas

kesehatan yang

akan

digunakan, Keluarga/pasien akan menggunakan fasilitas kesehatan


tersebut
b.

Standar yang ingin dicapai yaitu Pemeriksaan Gula


darah dan kesehatan harus dilkukan sesering mungkin untuk
memonitor kadar gula darah dan untuk mencegah resiko komplikasi
berlanjut yang akan mungkin dialami oleh penderita DM. Keluarga
dapat memanfaatakan fasilitas Puskesmas, Posyandu atau rumah sakit
untuk kontrol kesehatan dan monitor gula darah

33

c.

Rencana intevensi yang akan dilakukan adalah: Kaji


alasan pasien tidak mau kontrol ke fasilitas kesehatan terdekat. Beri
informasi pada pasien dan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang
dapat dimanfaatkan. Dukung pasien dan keluarga untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia. beri reinforecement positif atas usaha
pasien dan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
Diagnosa kepeawatan ketiga yang muncul pada keluaga Tn. S yaitu

Kurangnya informasi tentang penyakit yang dideritanya b.d ketidakmampuan


keluaga dalam mengenal masalah.
1.

Tujuan umum dari diagnosa yang ketiga


adalah Klien dan keluarga akan mengerti dan memahami tentang penyakit
yang dideritanya setelah dilakukan intevensi 1 kali petemuan pada
keluarga Tn. S

2.

Tujuan khusus yang ingin dicapai setelah


dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 mnt keluarga diharapkan :
a.

Mengerti dan memahami tentang penyakit yang


dideritanya, klient dan Keluarga mengerti dan memahami tentang
penatalaksanaan DM

b.

standar yang ingin dicapai yaitu Klien dan keluarga


dapat menyebutkan

definisi DM, Klient dan keluaga dapat

menyebutkan tanda dan gejala DM, Klein dan keluarga dapat


menyebutkan penatalaksanaan DM secara sederhana
c.

Rencana

intervensi

yang

dilakukan

adalah

kaji

pengetahuan klient dan keluarga tentang penyakitnya, berikan


pendidikan kesehatan tentang DM meliputi: pengertian, tanda gejala,
dan pengelolaan mandiri.
E.

Implementasi
Tindakan pada diagnosis pertama pada keluarga Tn. S yang dilakukan
pada hari selasa, tanggal 5 November 2007, pukul 17.00 WIB dengan
menggunakan metode ceramah dan diskusi, contoh bahan makanan pada
penderita diabetes mellitus. Implementasi yang dilakukan mengucapkan salam
pada keluarga dan mengingatkan kontrak serta menjelaskan tujuan,

34

menanyakan sejauh mana pengetahuan keluarga tentang diit pada kencing


manis, memberikan reinforcement positif atas jawaban yang diberikan,
menjelaskan pada keluarga tentang tujuan dari diit, menjelaskan pada keluarga
tentang diit pada kencing manis, menjelaskan tiga prinsip dalam pemberian
makanan, menjelaskan makanan yang boleh dimakan dan yang dibatasi,
menjelaskan contoh bahan makanan yang seimbang untuk penderita kencing
manis, memberi kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas. Tindak lanjut dari diagnosis yang pertama adalah memberikan
pendidikan kesehatan pada keluarga tentang komplikasi yang terjadi pada
penderita kencing manis. Dan mengajarkan latihan rentang gerak.
Tindakan perawatan pada diagnosa kedua yang dilakukan pada Tn. S,
pada tanggal 6 november 2007, jam 09.00 WIB yang dilakukan dengan cara
diskusi tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan. Intervensi keperawatan
yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa perubahan pemeliharaan kesehatan
b.d. kurangnya pemanfaatan fasilitas kesehatan untuk konsultasi kesehatan,
yaitu, mengkaji alasan pasien tidak mau kontrol ke fasilitas kesehatan
terdekat, memberi informasi pada pasien dan keluarga tentang fasilitas
kesehatan yang dapat dimanfaatkan, mendukung pasien dan keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia, memberi reinforecement
positif atas usaha pasien dan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada.
Tindakan keperawatan terhadap diagnosa ketiga yang dilakukan pada
Tn. S pada tanggal 7 november 2007, pukul 10.00 WIB yang dilakukan
dengan cara ceramah dan diskusi mengenai penyakit diabetes melitus.
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa kurangnya informasi
tentang penyakit yang dideritanya b.d ketidakmampuan keluaga dalam
mengenal masalah yaitu, kaji pengetahuan klient dan keluarga tentang
penyakit DM, berikan pendidikan kesehatan tentang DM meliputi: pengertian,
tanda gejala, dan pengelolaan mandiri.
F.

Evaluasi
Evaluasi terhadap keluarga Tn. S dilakukan pada tanggal 7 november
2007 dengan berpedoman pada tujuan dan standart evaluasi yang disusun pada

35

perencanaan. Pada diagnosis perawatan pertama evaluasi yang dilakukan


sebagai berikut : data subjektif, Keluarga menjawab salam, mempersilahkan
duduk, dan mengatakan keluarga sehat-sehat saja. Saya masih ingat kita janji
hari ini. Ny.P mengatakan sedikit mengerti tentang DM, pengertian DM yaitu
keadaan kelebihan gula, tanda-tandanya yaitu kalau luka tidak mudah kering
dan selalu berair terus, penyebab yaitu konsumsi gula yang berlebihan, akibat
dari luka akibat gula yaitu bisa dipotong kakinya, pasien mengerti
penatalaksanaan yaitu menghindai makanan yang manis-manis. Keluarga
mengatakan paham dengan apa yang dijelaskan perawat. Keluarga
mengatakan akan mencobanya.
Data

objektif

yang

diperoleh

Keluarga

mendengarkan

dan

memperhatikan Keluarga kooperatif. Keluarga mampu mengetahui 2 dari 3


prinsip dalam pemberian makanan pada pasien diabetes mellitus, keluarga
kelihatan mengerti dan memahami penjelasan yang kita berikan, kekuarga
tahu tentang makanan yang harus dihindari. Analisa dari diagnosa
keperawatan yang pertama adalah masalah teratasi, secara respon verbal
kognitif pasien dan keluarga sudah memahami tentang diit pada diabetes
mellitus. Rencana tindak lanjut : motivasi keluaga untuk mematuhi
penatalaksanaan DM. Tn.S mengikuti gerakan yang diajarkan dengan baik.
Pada diagnosa kedua evaluasi yang dilakukan yaitu: data subjektive
pasien mengatakan kalau dulu harus menunggu petugas untuk mengecek gula
darah dan walau Tn. S sudah menunggu petugas tidak datang ke puskesmas.
Tn. S mengatakan sebenarnya punya kartu ASKIN. Tn. S mengatakan akan
mengontrol gula darahnya. Data objektive keluarga mendengarkan dan
memperhatikan, Keluarga kooperatif, Tn. S mengecek kadar gula darah hanya
jika waktu kontrol. Analisa dari diagnosa keperawatan yang kedua adalah
masalah teratasi. Rencana tindak lanjut yaitu motivasi keluarga untuk terus
mengontrol kesehatan ke fasilitas pelayanan kesehatan
Pada diagnosa ketiga evaluasi yamg dilakukan yaitu: data subjektive
klient dan keluarga mengatakan bahwa tidak mengetahui lebih mendalam
tentang penyakitnya. Data objektive keluarga mendengarkan informasi yang
disampaikan tentang DM meliputi pengertian, tanda gejala, dan pengelolaan

36

mandiri. Analisa dari diagnosa keperawatan ketiga yaitu masalah teratasi.


Rencana tindak lanjut yaitu beri motivasi pada klient dan keluarga dalam
pengelolaan DM.

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan keluarga Tn. S
dengan diabetes mellitus pada Tn. S di . Disini akan dibahas tentang diagnosa
keperawatan yang ditemukan dalam keluarga Tn. S dan juga tentang analisa
kesenjangan yang terjadi antara praktek dan teori yang terjadi di dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.

Di sini juga akan disampaikan tentang

kekurangan penyusunan tulisan serta modifikasi atau alternatif yang dilakukan


dalam implementasi.
Pengkajian merupakan tahapan pertama dalam proses keperawatan
keluarga untuk mendapatkan data tentang keluarga dan masalah yang dialami oleh
keluarga (Friedman, 1998: 56). Sebelum melakukan pengkajian penyusun
melakukan prainteraksi terlebih dahulu dengan keluarga pada hari kamis, tanggal

37

1 November 2007 pukul 14.00 WIB. Penyusun melakukan prainteraksi terhadap


keluarga dengan cara memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dari kegiatan ini.
Penyusun melakukan prainteraksi dengan tujuan membina hubungan saling
percaya antara anggota keluarga, penyusun berharap jika trust/kepercayaan sudah
terbentuk maka proses keperawatan akan

lebih mudah dijalankan. Dari hasil

pengkajian yang dilakukan pada tanggal 5 November 2007 penyusun dapat


menyimpulkan terdapat tiga diagnosis keperawatan yaitu komplikasi lebih lanjut
akibat diabetes mellitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus, Perubahan pemeliharaan kesehatan
berhubungan dengan kurangnya pemanfaatan fasiltas kesehatan untuk konsultasi
kesehatan dan kurangnya informasi tentang penyakit yang dideritanya
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah.
Dari tiga diagnosis keperawatan yang ditemukan penyusun melakukan
skoring untuk menentukan prioritas masalah. Skoring dilakukan bila perawat
merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu (Suprajitno, 2004: 45). Setelah
penyusun melakukan skoring didapatkan total skoring pada diagnosa pertama 4
1/3, pada diagnosa kedua 3 dan pada diagnosa ketiga 3 1/6.
A.

Diagnosa keperawatan yang muncul dalam


keluarga Tn. S :
Diagnosa

keperawatan

yang

pertama:

komplikasi

lebih

lanjut

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang


sakit. Data yang penyusun dapatkan untuk menunjang diagnosis tersebut adalah
data subjektif, Tn. S mengatakan sudah 1 tahun terakhir tidak kontrol ke fasilitas
kesehatan terdekat untuk periksa kesehatan, Tn. S mengatakan tetap menjaga
dietnya untuk menjaga agar gula darahnya tetap stabil, Ny. T mengatakan kalau
menurutnya Tn. S sudah mengenal penyakit DM yang dideritanya, sehingga dia
tidak perlu untuk membantu pengobatan istrinya tersebut, keluarga mengatakan
bahwa kontrol ke rumah sakit/fasilitas kesehatan terdekat merasa kerepotan
karena jaraknya jauh dan transportasi sulit. Hal ini mengarah pada terjadinya
komplikasi

neuropati,

Menurut

Long

B.C

(1996:15),

diabetes

dapat

mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom, medula spinalis atau


sistem saraf pusat. Banyak dan berbagai macam gejala dapat timbul, tergantung

38

neuron yang terkena. Akumulasi sorbital dan perubahan-perubahan metabolik lain


dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat
menimbulkan perubahan kondisi saraf. Jenis diabetik neuropati yang paling lazim
adalah neuropati perifer simetris. Hal ini terlihat pertama kali dengan hilangnya
sensasi pada ujung-ujung ekstremitas bawah. Penderita dapat mengalami
neuropati yang mempengaruhi sistem saraf otonom. Perubahan yang penting
yakni adanya anestesia yang timbul karena hilangnya fungsi saraf sensoris. Tn. S
mengatakan badan terasa lemas dan kepalanya sering pusing, Tn. S mengatakan
matanya buram untuk melihat kalau memakai kacamata tidak, Tn. S mengatakan
kadang dadanya terasa sesak dan sakit. Sedangkan dari etiologinya ditemukan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus.
Menurut Suprajitno (2004: 35) yang perlu dikaji adalah bagaimana pengetahuan
keluarga tentang penyakit yang diderita (sifat, penyebaran, komplikasi,
kemungkinan setelah tindakan dan cara perawatan), pemahaman keluarga tentang
perawatan, cara, dan fasilitas untuk merawat anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan, pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga
(anggota keluarga yang mampu dan bertanggung jawab, sumber keuangan,
fasilitas fisik, dan dukungan psikososial), bagaimana sikap keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus.
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa Tn. S sudah mengetahui kalau
makan yang manis-manis akan memperburuk keadaan, Tn. S kalau merasa kadar
gula darahnya naik langsung mengurangi porsi makannya dan minum obat
glibencamid 2 X 5 mg sehari, keluarga belum tahu tentang makanan apa yang
boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan, keluarga juga belum mengetahui
tentang komplikasi-komplikasi yang muncul pada diabetes mellitus. Tn. S
mengatakan ketika dirinya kambuh kadang berobat ke puskesmas kadang
membeli obat sendiri di apotik. Berdasarkan lima tugas kesehatan keluarga
(Suprajitno, 2004: 17) keluarga sudah bisa mengenal apa itu kencing manis,
bagaimana tanda-tandanya ketika kadar gula darahnya naik, keluarga sudah bisa
memutuskan tindakan yang tepat untuk kesehatannya, namun keluarga belum bisa
merawat anggota keluarga yang sakit sehubungan dengan ketidaktahuan keluarga

39

tentang makanan apa yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan dan
komplikasi-komplikasi yang muncul pada kencing manis.
Implementasi pertama pada diagnosa keperawatan terjadi komplikasi
akibat diabetes mellitus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang terkena diabetes mellitus adalah melakukan pendidikan
kesehatan tentang diit makanan pada penderita diabetes mellitus. Implementasi
tentang pendidikan kesehatan bertujuan untuk memberikan informasi secara
terstruktur dan merupakan pengajaran informal yang berlangsung secara spontan
dalam suatu interaksi antara klien dan perawat (Friedman, 1998: 488). Dalam
melakukan implementasi, penyusun tidak sesuai dengan NCP (Nursing Care
Plan). Dalam NCP tertulis tindakan pertama yang dilakukan adalah memberikan
pendidikan kesehatan tentang komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes
mellitus dan rencana tindak lanjut memberikan pendidikan kesehatan tentang diit
makanan pada diabetes mellitus. Namun dalam implementasi, penyusun
melakukan pendidikan kesehatan tentang diit makanan pada diabetes mellitus
terlebih dahulu. Ini dilakukan karena diit makanan yang tepat dapat
mempertahankan

kadar

glukosa

darah

mendekati

kadar

normal

dan

mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal (Noer, S, 1996: 631).


Dengan diberikan pendidikan kesehatan tentang diit makanan, maka keluarga
diharapkan dapat segera mengubah pola makannya.
Implementasi tentang pendidikan kesehatan diit pada diabetes mellitus
dilakukan pada tanggal

5 Nopember 2007 jam 17.00 WIB. Media yang

digunakan dalam penyampaian materi adalah leaflet diabetes mellitus. Penyusun


menggunakan media dengan bahan yang nyata mempunyai tujuan agar tingkat
pemahaman dari keluarga terhadap materi yang disampaikan lebih baik
Implementasi yang dilakukan adalah mengucapkan salam pada keluarga
dan mengingatkan kontrak yang telah disepakati bersama, menanyakan sejauh
mana pengetahuan keluarga tentang diabetes mellitus (rasionalisasi memberikan
gambaran sejauh mana pengetahuan keluarga tentang diabetes mellitus),
memberikan reinforcement positif atas jawaban yang diberikan (rasionalisasi
merupakan bentuk penghargaan terhadap keluarga dan memotivasi keluarga untuk
lebih perhatian terhadap masalah yang berkaitan dengan kesehatan), menjelaskan

40

pada keluarga tentang diit pada kencing manis (memberikan gambaran tentang
apa itu diit pada penderita kencing manis), menjelaskan pada keluarga tentang tiga
prinsip dalam pemberian makanan (rasionalisasi agar keluarga mengetahui dan
memahami tiga prinsip dalam pemberian makanan), menjelaskan pada keluarga
tentang makanan yang boleh dimakan dan yang dibatasi (rasionalisasi agar
keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat tentang makanan yang boleh
dimakan dan yang dibatasi), menjelaskan tentang contoh bahan makanan yang
seimbang untuk penderita kencing manis (rasionalisasi dengan memberikan
contoh nyata pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal lebih baik), memberi
kesempatan pada keluarga untuk mengulang kembali materi yang telah
disampaikan (rasionalisasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman keluarga
tentang materi yang disampaikan), memberikan kesempatan pada keluarga untuk
menanyakan hal-hal yang belum jelas (rasionalisasi memberikan kesempatan pada
keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan masalah atau distorsi yang mungkin
timbul selama penyuluhan). Kendala yang dihadapi saat melakukan implementasi
adalah tidak dapat berkumpulnya seluruh anggota keluarga karena kesibukan kerja
masing-masing anggota keluarga. Faktor pendukung dalam implementasi ini
adalah penerimaan keluarga yang cukup baik dan adanya komunikasi yang terjalin
kooperatif. Respon verbal keluarga cukup baik dalam menjawab pertanyaan dan
saat mengajukan pertanyaan.
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya (Suprajitno, 2004: 57). Evaluasi yang dilakukan penyusun saat
melakukan pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengetahui tentang seberapa
jauh tingkat pemahaman keluarga terhadap materi yang disampaikan. Dengan
memahami tentang materi yang disampaikan penyusun berharap keluarga dapat
melakukan perawatan pada pasien diabetes mellitus dengan tepat. Evaluasi yang
dilakukan pada implementasi pertama adalah masalah teratasi sebagian dengan
dasar saat dilakukan evaluasi terhadap materi yang disampaikan keluarga dapat
menjelaskan sebagian materi yang disampaikan, dan keluarga dapat menyebutkan
contoh makanan yang boleh dimakan dan yang harus dibatasi.

41

Implementasi kedua untuk diagnosis keperawatan yang pertama adalah


melakukan pendidikan kesehatan tentang komplikasi-komplikasi yang muncul
pada diabetes mellitus dan bagaimana cara pencegahannya. Pendidikan kesehatan
ini dilakukan pada tanggal 5 Nopember 2007 jam 17.00 WIB. Media yang
digunakan dalam pendidikan kesehatan tentang komplikasi-komplikasi pada
diabetes mellitus adalah leaflet.
Implementasi yang dilakukan adalah menanyakan sejauh mana
pengetahuan keluarga tentang komplikasi-komplikasi yang muncul pada penderita
diabetes mellitus (rasionalisasi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
keluarga tentang komplikasi pada diabetes mellitus), memberikan reinforcement
positif atas jawaban yang diberikan (rasionalisasi merupakan bentuk penghargaan
terhadap keluarga dan memotivasi keluarga untuk lebih perhatian terhadap
masalah yang berhubungan dengan kesehatan), menjelaskan tentang komplikasikomplikasi yang muncul pada penderita diabetes mellitus (memberikan gambaran
pada keluarga tentang komplikasi-komplikasi yang muncul pada penderita
diabetes mellitus), menjelaskan pada keluarga tentang perawatan yang bisa
dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi (rasionalisasi agar keluarga
mampu memutuskan tindakan yang tepat dalam perawatan pasien diabetes
mellitus), menanyakan kembali pada keluarga untuk mengulang materi yang telah
disampaikan (rasionalisasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman keluarga
tentang materi yang disampaikan), memberikan kesempatan pada keluarga untuk
menanyakan tentang hal-hal yang belum jelas (untuk mengetahui sejauh mana
materi dapat dipahami atau dimengerti oleh keluarga).
Faktor pendukung dalam implementasi ini adalah adanya peran aktif
dari anggota keluarga, terbukti dengan keikutsertaannya saat dilakukan
pendidikan kesehatan. Selain itu penerimaan keluarga terhadap kedatangan kita
sangat baik, dan respon verbal keluarga cukup baik dalam menjawab pertanyaan
maupun mengajukan pertanyaan, keluarga mampu menjawab tentang komplikasi
komplikasi yang terjadi pada pasien diabetes mellitus, keluarga mampu menjawab
perawatan yang bisa dilakukan unutuk mencegah terjadinya komplikasi, respon
verbal kognitif pasien sudah cukup baik.
Diagnosa keperawatan yang kedua :

42

Perubahan pemeliharaan kesehatan

b.d. Kurangnya pemanfaatan fasiltas

kesehatan untuk konsultasi kesehatan pada Tn. S. Tn. S kurang memanfaatkan


fasilitas kesehatan yang tersedia di kecamatan Salaman, maka dari itu kita
memotivasi Tn. S agar rajin kontrol ke pelayanan kesehatan yang tersedia. Tn. S
mengatakan sudah 1 tahun terakhir tidak rutin kontrol ke fasilitas kesehatan untuk
periksa kesehatan. Data yang didapat dari pengkajian untuk mendukung diagnosa
kedua adalah keluarga mengatakan bahwa kontrol ke rumah sakit/fasilitas
kesehatan terdekat merasa kerepotan karena jaraknya jauh dan transportasi sulit,
Tn. S mengatakan mengkonsumsi obat tanpa resep dari dokter dan tanpa kontrol
ke petugas kesehatan, Tn. S mengatakan kalau badannya merasa tidak enak ia
akan mengkonsumsi obat untuk DM dan hipertensinya, fasilitas kesehatan yang
terdekat adalah Puskesmas Sijeruk dan keluarga punya fasilitas ASKIN/JPS.
Implementasi

untuk diagnosis keperawatan yang kedua dilakukan pada

tanggal 6 November 2007 pukul 09.00 WIB, implementasi yang dilakukan adalah
memberi informasi pada pasien dan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang
dapat dimanfaatkan, mendukung pasien dan keluarga untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia dan memberi reinforecement positif atas usaha
pasien dan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Faktor
pendukung dari implementasi ini adalah penerimaan keluarga yang cukup baik
dengan kehadiran kita, respon dari keluarga cukup baik dan kooperatif.
Evaluasi yang didapat pada diagnosa yang kedua adalah Tn. S mengatakan
kalau dulu harus menunggu petugas untuk mengecek gula darah dan walau Tn. K
sudah menunggu petugas tidak datang ke puskesmas, Tn. S mengatakan
sebenarnya punya kartu ASKIN, Tn. K mengatakan akan mengontrol gula
darahnya, keluarga mendengarkan dan memperhatikan.
Diagnosa keperawatan yang ketiga:
Kurangnya

informasi

tentang

penyakit

yang

dideritanya

b.d

ketidakmampuan keluaga dalam mengenal masalah. Data yang didapat untuk


mendukung diagnosa yang ketiga ini adalah Tn. S tidak mengetahui lebih
mendalam tentang penyakit yang diderita, Tn. S tidak bisa menyebutkan hal-hal
yang bisa dilakukan dalam penatalaksanaan DM. Jadi penyusun merencanakan
intervensi yang akan dilakukan untuk mengatasi diagnosa yang ketiga ini adalah

43

mengkaji pengetahuan klient dan keluarga tentang penyakitnya, memberikan


pendidikan kesehatan tentang DM meliputi: pengertian, tanda gejala, dan
pengelolaan mandiri. Dengan tujuan Klien dan keluarga memahami dan mengerti
tentang penyakit DM dengan dapat menyebutkan kembali tentang pengetian DM,
tanda dan gejala serta penatalaksanaannya. Implementasi dilakukan pada tanggal
7 November 2007 pada pukul 10.00 WIB adalah mengkaji pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya, memberikan pendidikan kesehatan tentang DM
meliputi: pengertian, tanda gejala, dan pengelolaan mandiri. Dan evaluasi dari
implementasi ini adalah Klien dan keluarga mengatakan bahwa tidak mengetahui
lebih mendalam tentang penyakitnya, dan keluarga hanya mendengarkan
informasi yang disampaikan tentang DM meliputi pengertian, tanda gejala, dan
pengelolaan mandiri. Jadi analisa dalam diagnosa ini adalah masalah belum
teratasi dan perencanaan berikutnya adalah memberi motivasi pada klien dan
keluarga dalam pengelolaan DM.
BAB V
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Asuhan keperawatan keluarga Tn. S khususnya pada Tn. S dengan
diabetes mellitus dilakukan pada tanggal 31 Oktober - 7 November 2007.
Penyusun melakukan pra interaksi terlebih dahulu sebelum melakukan
pengkajian untuk membentuk kepercayaan dengan anggota keluarga. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi
dokumentasi dan pemeriksaan fisik. Dari hasil pengkajian penyusun dapat
menyimpulkan terdapat tiga diagnosa keperawatan yaitu komplikasi lebih
lanjut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, Perubahan pemeliharaan kesehatan

b.d. Kurangnya

pemanfaatan fasiltas kesehatan untuk konsultasi kesehatan, Kurangnya


informasi tentang penyakit yang dideritanya b.d ketidakmampuan keluaga
dalam mengenal masalah.
Dari lima tugas kesehatan keluarga didapatkan data bahwa keluarga
belum bisa melakukan tugas kesehatan kedua dan ketiga, yaitu kemampuan

44

mengambil keputusan yang tepat dan kemampuan merawat anggota keluarga


yang sakit diabetes mellitus. Diagnosa keperawatan potensial terjadi
peningkatan status kesehatan yang diambil penyusun merupakan diagnosa
yang kurang tepat. Menurut Suprajitno (2004 : 43) diagnosa potensial
merupakan suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang.
Implementasi yang dilakukan penyusun untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus antara lain
memberikan pendidikan kesehatan tentang diit makanan pada diabetes
mellitus, memberikan pendidikan kesehatan tentang komplikasi yang muncul
pada diabetes mellitus dan memotivasi keluarga untuk meningkatkan
kemampuan yang dimiliki. Metode yang digunakan adalah ceramah dan
diskusi serta menggunakan media leaflet, lembar balik dan contoh bahan
makanan pada diit diabetes mellitus.
Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan diabetes
mellitus, penyusun menemukan faktor pendukung dan faktor penghambat.
Secara umum faktor penghambat yang ditemukan adalah cuaca dan kesulitan
untuk mengumpulkan seluruh anggota keluarga. Sedangkan faktor pendukung
yang ada adalah penerimaan keluarga yang baik dengan kehadiran penyusun,
keluarga cukup kooperatif saat dilakukan asuhan keperawatan.

B.

Saran
1.

Dalam asuhan keperawatan keluarga Tn. S


dengan diabetes mellitus perawat harus bisa menghitung kebutuhan kalori
yang tepat dan bisa membuat jadwal/menu makanan yang sesuai dengan
kebutuhan kalori. Untuk itu peran aktif keluarga sangat dilibatkan dalam
menyiapkan menu diit makanan pada diabetes mellitus. Diit makanan yang
tepat merupakan hal penting dalam perawatan diabetes mellitus sehingga
tidak terjadi keadaan hiperglikemia maupun hipoglikemia pada penderita
diabetes mellitus.

2.

Dalam asuhan keperawatan keluarga Tn. S


dengan diabetes mellitus perawat harus bisa membedakan tanda-tanda

45

yang merupakan proses degeneratif pada lansia dan tanda-tanda yang


mengarah ke komplikasi-komplikasi pada diabetes mellitus.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. Tanpa tahun. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Alih
Bahasa Monica Ester. 2001. Jakarta: EGC.
Doenges, M.E. 2000. Rencana asuhan keperawatan pedoman pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien (Nursing Care
Plans: Guidelines for Planning and Documenting Patient Care). Edisi 3.
Alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Jakarta: EGC.
Effendy, N. 1998. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta:
EGC.
Friedman, M.M. Keperawatan keluarga teori dan praktik (family nursing theori
and practice). Edisi 3. Alih bahasa Debora R.L. 1998. Jakarta : EGC.
Long, B. C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses
keperawatan). Volume 3. Bandung: Yayasan IAPK Padjajaran.
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani, W.I. dan Wiwiek S. 2000. Kapita selekta
kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
Price, S.A. dan Wilson, L.M. 1995. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit. Edisi 4. Volume 1. Alih bahasa : Dr. Peter Anugerah. Jakarta :
EGC.
Suprajitno. 2004. Asuhan keperawatan keluarga aplikasi dalam praktek. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, S. C. dan Bare, B. G. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2.
Alih bahasa : Agung Waluyo. 2001. Jakarta : EGC.

Vous aimerez peut-être aussi