Vous êtes sur la page 1sur 12

PEDOMAN MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Koma
Miksedema)

2012

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM

Definisi Koma Miksedema


Miksedema adalah keadaan lebih lanjut yang diakibatkan oleh karena kadar
hormon tiroid dalam darah berkurang. Hormon tiroid dalam darah berkurang
karena kurang aktifnya kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroid atau
hormon tiroid yang dihasilkan terlalu sedikit (Hipotiroidisme) pada orang dewasa.
Krisis miksedema berarti kekurangan/kekrisisan hormon tiroid dalam darah.
Koma Miksedema adalah keadaan yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme.
Etiologi Koma Miksedema
Banyak kasus koma miksidema dilatarbelakangi karena Hipotiroidisme berat,
pembedahan kelenjar tiroid, atau karena pengaruh radioaktif yodium pada
pengobatan gangguan tiroid.
Koma miksidema diakibatkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi Kelenjar Tiroid, maka kadar
HormonTiroid (HT) yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar Tiroid
Stimulating Hormon (TSH) dan Tiroid Releaxing Hormon (TRH) karena tidak
adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang
rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi
karena tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT.
Hipotiroidisme

yang

disebabkan

oleh

malfungsi

hipotalamus

akan

menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH. Penurunan Hormon Tiroid
dalam darah menyebabkan laju metabolism basal turun, yang mempengaruhi
semua sistem tubuh.
Beberapa faktor yang memicu terjadinya koma miksidema secara tiba-tiba
terutama pada penderita hipotiroidisme, antara lain :
1.

Obat-obatan (sedative, narkotika, dan obat anesthesi).

2.

Faktor infeksi.

3.

Stroke.

4.

Trauma.

5.

Gagal Jantung.

6.

Perdarahan saluran pencernaan.

7.

Hypotermia

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 2

8.

Kegagalan pengobatan gangguan kelenjar tiroid.

Patofisiologi Koma Miksedema


Kebanyakan

pasien

dengan

koma

myxedema

memiliki

riwayat

hipotiroidisme.Sangat jarang, masalah tidak disebabkan oleh ketidakmampuan


kelenjar tiroid untuk membuat hormon tiroid, tetapi lebih disebabkan oleh
kegagalan kelenjar hipofisis atau hipotalamus memberiakn sinyal kepada kelenjar
tiroid untuk melakukan fungsi normal. Dalam situasi ini, kelenjar tiroid normal,
tetapi tidak menerima sinyal dari kelenjar pituitari atau hipothalamus untuk
membuat hormon tiroid yang mampu memproduksi.
Manifestasi Koma Miksedema
Ketika pasien mengalami koma miksedema berikut adalah tanda-tanda yang
diperlihatkan:
1. Suhu tubuh biasanya rendah (hipotermi), suhu inti mungkin serendah 26,6o C
2. Gangguan mental yang parah termasuk halusinasi, disorientasi, kejang, dan
akhirnya koma.
3. Pembengkakan yang signifikan (edema) diseluruh tubuh dengan mata bengkak
dan penebalan lidah
4. Rambut jarang, kering, dan hilangnya pertiga bagian luar alis
5. Kesulitan bernafas
6. Penumpukan cairan di sekitar paru-paru dan jantung (efusi pleura dan efusi
pericardium)
7. Kerja jantung melambat dan terjadi gangguan pemompaan darah..
8. Saluran pencernaan tidak berfungsi dengan baik dan kadang-kadang menjadi
lumpuh, sehingga mengharuskan operasi.
9. Peningkatan cairan dalam tubuh sebgai contoh penurunan kadar natrium
karena pengenceran yang disebabkan oleh tubuh mempertahankan air ekstra.

Penatalakasanaan Koma Miksedema

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 3

Perawatan mungkin termasuk dapat membantu pasien untuk bernapas dan


pemanasan mereka untuk menaikkan suhu tubuh normal. Sering kali, antibiotik
dimulai sampai dapat dipastikan bahwa infeksi tidak terjadi lagi.
Metode penggantian hormon tiroid pada pasien dengan koma miksedema
adalah kontroversial. Banyak pendekatan yang berbeda digunakan. Secara umum,
penggantian awal dilakukan dengan infus intravena, karena sistem usus mungkin
tidak menyerap baik.
Sementara hipotiroidisme umum tanpa miksedema biasanya dirawat dengan
penggantian T4 (hormon yang dihasilkan dalam jumlah besar oleh kelenjar tiroid),
dalam kasus miksedema koma, manajemen berbeda. Kelenjar tiroid juga
memproduksi sejumlah kecil hormon lain, T3. Ini adalah metabolisme lebih aktif
dari dua hormon. Pada pasien yang baik, T4 diubah menjadi T3 di aliran darah.
Namun, pasien dengan koma miksedema sering merasakan sakit sehingga
konversi ini terganggu. Akibatnya, banyak dokter memilih untuk mengobati
pasien dengan T3 awalnya dan mulai terapi T4 juga. Karena terapi T4 dapat
mengambil satu bulan atau lebih untuk bekerja, biasanya ada tumpang tindih dari
dua hormon. Perawatan diambil untuk menghindari kelainan irama jantung
(aritmia) dan stres pada jantung, yang dapat disebabkan oleh mengganti hormon
tiroid terlalu cepat, terutama pada pasien usia lanjut.
Sementara gangguan tiroid ringan dapat dikelola oleh dokter perawatan
primer, miksedema koma umumnya dikelola oleh seorang spesialis tiroid
(endokrinologi) karena pengobatan dapat rumit dan kritis.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 4

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan pada Koma Miksedema


Pengkajian
A. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
B. Riwayat Sakit dan Kesehatan
1.

Keluhan utama
Sesak napas dan menggigil.

2.

Riwayat penyakit saat ini


Pasien dengan koma myxedema memiliki riwayat hipotiroidisme, operasi
tiroid, yodium radioaktif atau pengobatan untuk penyakit tiroid.

3.

Riwayat penyakit dahulu


Pasien pernah terkena hipotiroidisme.

4.

Riwayat penyakit keluarga

C. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )


1. B1 (Breathing)
RR : dipsnea
Sesak nafas saat melakukan aktifitas
2. B2 (Blood)
Nadi : bradikardia
Irama : regular
Tekanan darah : hipotensi
Pembesaran jantung, cardiac output menurun
3. B3 (Brain)
Penurunan kesadaran sampai koma
4. B4 (Bladder)
Oliguria
5. B5 (Bowel)
Konstipasi
6. B6 (Bone)
Parastesia, reflek tendon menurun
D.
Data Laboratorium
Pemeriksaan menunjukkan :
1. Kadar T4 serum rendah, TSH tinggi.
2. Respon TSH ke TRH meningkat.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 5

3. Kadar koleserol meningkat.


4. Hiponatremia, hipoksia.

Analisa data
No.
Data
1.
DS : pasien
mengeluh sesak
DO : RR =30 x/menit
Adanya otot bantu
nafas, cuping hidung
2.
DS : pasien
mengatakan mengigil
DO : suhu = 34oc

3.

DS : DO : peristaltic usus
= 1x/menit

Etiologi
Penurunan ADP dan ATP

Masalah
Pola nafas tidak efektif

Otot pernafasan inadekuat


Dypsnea
Metabolism tubuh menurun Hipotermia
Penurunan ADP dan ATP
Produksi kalor tubuh
menurun
Metabolism turun

Konstipasi

GI aktifitas menurun
Peristaltic usus menurun

4.

5.

DS :keluarga
mengatakan pasien
selalu dibantu dlm
pemenuhan KDM
DO :

DS : pasien lama
untuk menjawab
ketika bertanya
DO :status kesadaran
Eyes = 1
Motorik = 1
Verbal = 1

Penyerapan air meningkat


Metabolisme menurun

Intoleransi aktifitas

Penurunan ADP dan ATP


metabolism anaerob
Lelah
Hipometabolisme

Perubahan perfusi
jaringan serebral

Produksi ADP dan ATP


Otot pernafasan inadekuat
Suplay O2 otak menurun
Gangguan neurologis

Diagnose keperawatan
1.

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan kerja otot pernafasan.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 6

2.
3.
4.
5.

Hipotermia berhubungan dengan penurunan produksi kalor tubuh.


Konstipasi berhubungan dengan penurunan kerja peristaltik usus.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan energi.
Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplay oksigen.

Intervensi keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan kerja otot pernafasan.
Tujuan : setelah 1x24 jam pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil : RR= 24x/menit, tidak sesak nafas
Intervensi :
a. Berikan oksigen
Rasional : oksigen membantu untuk pemenuhan kebutuhan oksigen.
b. Berikan posisi semi fowler.
Rasional : posisi semifowler membantu dalam pengaliran oksigen.
c. Anjurkan pasien untuk bedrest.
Rasional : bedrest dianjurkan untuk meminimalkan penggunaan oksigen dalam
tubuh.
d. Pantau RR klien.
Rasional : pemantauan bertujuan untuk mengetahui perkembanagan nafas klien.
2. Hipotermia berhubungan dengan penurunan produksi kalor tubuh.
Tujuan : setelah 1x24 jam suhu meningkat.
Kriteria hasil : suhu 37oc, akral HKM
Intervensi :
a. Anjurkan pasien untuk menggunakan selimut atau baju tebal.
Rasional : selimut atau baju tebal bertujuan untuk mengurangi penguapan suhu
tubuh.
b. Anjurkan pasien untuk menghindari pendingin.
Rasional : menghindari pendingin agar pasien lebih nyaman dan suhu tidak
menurun.
c. Berikan suhu ruang yang hangat.
Rasional : agar pasien nyaman dan suhu ruangan tidak mempengaruhi suhu
tubuh pasien.
d. Pantau suhu tubuh pasien.
Rasional : pemantauan suhu tubuh untuk meminimalkan suhu pasien agar tidak
turun.
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan aktifitas GI.
Tujuan : setelah 2x24 jam pasien tidak mengalami konstipasi.
Kriteria hasil : BAB lancar , konsistensi lunak.
Intervensi :
a. Kolaborasi pemberian obat laksatif.
Rasional : laksatif mempermudah BAB.
b. Berikan health education untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung air
dan lunak.
Rasional : menjaga pola diet pasien

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 7

c.

Pantau gerakan peristaltic usus dan GI.


Rasional : mengetahui perkembangan GI pasien
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan energi.
Tujuan : setelah 2x24 jam partisipasi pasien meningkat untuk memenuhi
kebutuhannya.
Kriteria hasil : pasien dapat melakukan aktifitas secara mandiri
Intervensi :
a. Jadwalkan pasien untuk istirahat dan mobilisasi sesuai dengan kondisi.
Rasional : istirahat untuk menurunkan penggunaan energi
b. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan ketika pasien sedang lemah dan lelah.
Rasional : meringankan tingkat aktifitas pasien
5. Perubahan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplay oksigen.
Tujuan : setelah 2x24 jam kebutuhan oksigen serebral terpenuhi.
Kriteria hasil : peningkatan GCS.
Intervensi :
a. Berikan oksigen.
Rasional : membantu pasien untuk mendapatkan kebutuhan oksigen.
b. Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang, tidak bersifat
mengancam.
Rasional : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap
stres.
c. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan
mental merupakan akibat dan proses penyakit.
Rasional : Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan
kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi
yang tepat.
d. Evaluasi status kesadaran.
Rasional : untuk memantau tingkat kesadaran pasien.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 8

PENUTUP
KESIMPULAN
Gawat darurat endokrin adalah keadaan gawat darurat yang diakibatkan
gangguan dari sistem endokrin, sehingga terjadi kondisi mengancam jiwa seseorang
yang memerlukan pertolongan segera agar tidak terjadi kematian.
Keadaan gawat darurat endokrin bisa diakibatkan oleh karena terganggunya
produksi horman baik kelebihan maupun kekurangan produksi hormon oleh suatu
kelenjar endokrin.
Diperlukan penatalksanaan sesegera mungkin agar tidak berlanjut ke keadaan
yang lebih fatal yaitu penurunan kesadaran bahkan sampai dengan kematian.
Sebagai perawat kita harus mengetahui konsep dan penanganan koma miksedema
dan krisis tiroid secara cepat dan tepat agar pasien tidak berlanjut ke keadaan yang
lebih buruk.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 9

DAFTAR PUSTAKA

(Anonim)
http://vitriexbont.blogspot.com/2011/02/asuhan-keperawatan-pasiendengan.html disitasi pada tanggal 20 September 2011pukul 19.05 WIB
Bakta, Made. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : ECG
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Edisi 1. Jakarta : EGC
Brunner & Suddent. Textbook of Medical-Surgical Nursing 3th Edition
Juall, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 10

WOC KOMA MIKSEDEMA


Koma Miksedema

Hipotiroidisme

Obat-obatan

(sedative,

narkotika,

dan

obat

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

Metabolisme tubuh

Produksi ATP dan ADP

anesthesi), faktor infeksi, Stroke, Trauma, Gagal


Jantung,

perdarahan

saluran

pencernaan,
Energy otot

hypothermia, kegagalan pengobatan gangguan

Pembentukan kalor tubuh

kelenjar tiroid.
Hipotermi

Metabolism anaerob

Tidak adekuatnya
kerja otot pernafasan

Kekuatan kontraksi
otot jantung

kelelahan

Penurunan fungsi
pernafasan

bradikardia

Intoleransi aktifitas

hipotensi
Depresi ventilasi

Supply O2 ke
otak

Aktivitas GI

CO

Gerak peristaltic
usus

Suplay darah ke tubuh


menurun

Konstipasi

Dyspnea
Gangguan neurologis
Pola nafas inefektif
Penurunan kesadaran

koma

Perubahan perfusi
jar.serebral

Gangguan perfusi
jaringan perifer

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 12

Vous aimerez peut-être aussi