Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Asma bronkhiale adalah suatu kelainan inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas
yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagairangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa
mengi, batuk, sesak nafas, dan rasa berat di dada terutama pada malam hari danatau
dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.
Penyakit asma berasal dari kata asthma yang diambil dari bahasa Yunani
yang berarti sukar bernapas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak
napas, batuk dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas.Banyak
kasus-kasus penyakit asma di masyarakat yang tidak terdiagnosis, yangsudah
terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan pengobatan secara baik.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang didunia
mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada
tahun 2005 lalu. Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies
inChildhood pada tahun yang sama menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi
gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2% menjadi 5,4 %.Penyakit asma tidak
dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saat ini
hanya berfungsi menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma, pe
nderita penyakit asma bisa bebas dari gejala penyakit asma yang
mengganggusehingga dapat menjalani aktivitas hidup seharihari.Mengingat banyaknya faktor risiko yang berperan, maka prioritas
pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Kontrol yang
baik inidiharapkan dapat mencegah terjadinya eksaserbasi (kumatnya gejala penyakit
asma),menormalkan fungsi paru, memperoleh aktivitas sosial yang baik dan
meningkatkankualitas hidup pasien.Anda bisa mengenal penyakit asma lebih lanjut
dalam halaman detail ini
meliputigejala asma, diagnosa asma, penyebab asma, faktor pencetus asma, pengobata
n, pengcegahan dan hidup bersama asma.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pemahaman klinis asma bronkial
khususnya dari segi diagnosis, pengenalanetiologi, faktor risiko, patofisiologi, dan
penatalaksanaan terkait kasus
1.Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronchial
2.Tujuan Khusus
a.Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengna asma bronchial.
b.Mampu menentukan masalah atau diagnosa keperawatan pada pasien dengan asma
bronchial.
c.Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.
ii
iii
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Definisi
Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit
obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme,
inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan.
Biasanya terdapat pada anak umur 3 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi
virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 4 kali dalam 1 tahun. Lamanya
serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari 34 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 14 hari. Manifestasi alergi lainya
misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak biasanya baik,
diluar serang tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu sampai berbulanbulan. Golongan ini merupakan 70 75 % dari populasi asma anak.
iv
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada permulaan,
serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 6 tahun dapat terjadi
serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan
udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress. Banyak yang tidak jelas pencetusya.
Frekwensi serangan 3 4 kali dalam 1 tahun, tiap serangan beberapa hari sampai beberapa
minggu. Frekwensi serangan paling tinggi pada umur 8 13 tahun. Pad golongan lanjut
kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya
gejala paling jelek terjadi pada malam hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu
tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung frekwensi serangan. Jika waktu
serangan lebih dari 1 2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat
ditemukan pada golongan asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi .
Golongan ini merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 % sebelum
umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua tahun pertama,
dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 6 tahun akan lebih jelas terjadinya
obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap hari; malam
hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering menyebabkan mengi. Dari waktui
ke waktu terjadiserangan yang berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan
mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua baru
menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai
puncakya pada umur 8 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan, biasanya perbaikan.
Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap menderita asma persisten atau sering.
Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda. Pada pemeriksaan fisik jarang
yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks seperti dada burung (Pigeon Chest),
Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada golongan ini dapat terjadi gangguan
pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak
dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya. Juga sering tidak masuk sekolah hingga
prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada mengalami gangguan psiko sosial.
2.2 Etiologi
Faktor ekstrinsik : reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbukserbuk, bulu-bulu binatang).
Faktor intrinsik;
infeksi : para influenza virus, pneumonia,Mycoplasma..
Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur.
Iritan; kimia.Polusi udara (CO, asap rokok, parfum).
Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat
menjadi faktor pencetus.
vi
vii
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Pencetus:
-Alergen.
faktor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebagian besar anak dengan asma.
Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila
tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit
dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk
menimbulkan serangan asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan
dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya
tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya
umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada
bayi dan anak kecil.
-Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan ialah
respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena bakteri
misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.
-Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2 dan polutan
udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri dapat
menimbulkan refleks bronkokonstriksi.
-Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara berhubungan
dengan percepatan dan terjadinya serangan asma.
viii
-Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma.
Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal
paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
-Infeksi saluran nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan terjadinya sma
pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.
-Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks. Tidak
adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang berhubungan dengan asma
oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu
takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya pada anak
dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan
memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus
memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan dapat terjadi pada
seorang anak setelah mendapat infrksi virus pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari
pada udara dingin.
2.3 Manifestasi klinis
Auskultasi :
-
ix
pernafasan, cuping
hidung, retraksi dada,dan stridor.Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan
lumen jalan nafas sempit.
Tachypnea, orthopnea.
Diaphoresis
Fatigue.
Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.Kecemasan, labil
dan perubahan tingkat kesadaran.
Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi yang sulit
karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.Serangan yang tiba-tiba atau
berangsur.Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.X foto dada
: atelektasis tersebar, Hyperserated
2.4 Tanda dan gejala
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,gelisah,
duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasanbekerja
dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi
( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala
tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala
yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,
hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi
pada malam hari.
1.Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol:
a.Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b.Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c.Whezing belum ada
d.Belum ada kelainan bentuk thorak
e.Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
f.BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
a.Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b.Whezing
c.Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d.Penurunan tekanan parsial O2
2.Stadium lanjut/kronik
a.Batuk, ronchi
b.Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan
c.Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
xi
xii
2.5 patofisiologi
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon
terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi
tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di muculkan pada
reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan
zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6
jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan
hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dingin.
Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus.
Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi
jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan
Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema
pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan pertukaran
gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02,
sehingga terjadi penurunan P02 (hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO2 tertahan dengan
meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory
dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan
meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan
dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).
xiii
xiv
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari
SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi
peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
o Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
o Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
o Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
o Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
xv
xvi
- Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
Memberikan penyuluhan
xvii
Pengobatan farmakologik
Salbutamol
Terbutalin
xviii
xix
tepat untuk mencegah munculnya gejala asma. Selain itu, menghilangkan gejala
dengan cepat dan menghentikan serangan asma yangsedang terjadi.
xx
xxi
xxii
xxiii
Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang dan
lainnya.
Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping,
waktu pemberian.
2.10 Komplikasi
Bronchiolitis
Pneumonia
Emphysema.
xxiv
adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadiberat dan tidak
memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikandapat
digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi
yangintensif.
2. Atelektasis
adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibatpenyumbatan saluran udara
(bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasanyang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks
adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkankolapsnya paru.
5. Emfisema
adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)saluran nafas
karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan danmengalami
kerusakan yang luas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya oleh
infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering terjadi,
xxv
biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut.
Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma
tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau persisten
terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi
obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk
jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak perempuan dan laki-laki.
Keluhan utama
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih
atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat
semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan
kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma
Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan umur
1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg,
pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata rata
pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti
xxvi
meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada ratarata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm.
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik
cenderung bertambah tinggi.
Tahap perkembangan.
xxvii
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir umur 5
tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang
familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima atau
memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih banyak
bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari
bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai permainan
yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu
melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
Riwayat imunisasi
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG, POLIO
I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun
900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % <80 %
Gizi baik 80 % 110 %
Obesitas lebih dari 120 %
xxviii
Dampak Hospitalisasi
Aktivitas
Pernapasan
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi
- Adanya batuk berulang
xxix
Sirkulasi
Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
Asupan nutrisi
Hubungan sosial
xxx
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
seranganmenunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen
yangbertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun.Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagaiberikut:- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
xxxi
xxxii
xxxiii
xxxiv
2. intervensi
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan
kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas
xxxv
xxxvi
R/ bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang.
Distensi abdomen terjadi akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin
pada saluran gastrointestinal.
c. Evaluasi status nutrisi umum. Timbang berat badan dasar.
R/ adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons terhadap terapi.
d.Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
R/ menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini
e. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan porsi kecil dan sering dan atau
makanan yang disukai pasien
R/ tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat
untuk kembali
f. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diet yang diberikan
R/ menghindari adanya makanan pantangan pada pasien
3.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuaidengan rencana yang
telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatandapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
melaksanakan kegiatanperlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa.
NI,1989;162 ).
3.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulandata subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuanpelayanan keperawatan sudah dicapai atau
belum. Bila perlu langkahevaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan
analisamasalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
BAB IV
xxxvii
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asma adalah suatu keadaan di manasaluran nafasmengalami penyempitan karena
Hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan
ini bersifat sementara.Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnyaserangan asma .Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnoe,
dan wheezing. Padasebagian penderita disertai dengan rasanyeri dada, pada penderita yang
sedang bebasserangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan
sertatampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.Asma dibagi atas dua kategori,
yaitu ekstrinsik atau alergi yang disebabkan olehalergi seperti debu, binatang, makanan, asap
(rokok) dan obat-obatan. Klien denganasma alergi biasanya mempunyai riwayat keluarga
dengan alergi dan riwayat alergirhinitis, sedangkan non alergi tidak berhubungan secara
spesifik dengan alergen.Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan pada
pemahamanmengenai pathogenesis penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi menjadi dua,
yaitu: penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di luar serang
an (controller).Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah
pneumotoraks,atelektasis, gagal nafas, bronkhitis dan fraktur iga.
1.Dalam melakanakan asuhan keperawatan penulismenggunakan pendekatan
proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajiansampai evaluasi. Datadata tersebut digunakan untuk menyusun diagnosakeperawatan.
2.Dalam menentukan diagnosa keperawatan penulis berfokus pada data-data sebagai hasil
pengkajian berdasarkan masalah aktual,
masalahrisiko tinggi yang penulisannya berdasarkan prioritas kebutuhan dasar manusia
menurut Maslow.
3.Dengan melaksanakan asuhan keperawatan secarakomprehensif maka seluruh
permasalahan yagn dihadapi klien dapat teratasi.
xxxviii
4.Ternyata pada klien asma penyembuhannya sangat berpengaruh pada sikap perawat yang
empati danmenerapkan komunikasitheraphy, di samping pemberian obat-obatan.
5.Dengan adanya seminar ini, para perawat dapat mengambilmanfaat yaitu menambah penget
ahuan tentang proses asuhan keperawatanklien asma.
4.2 Saran
Marilah kita sama-sama mempelajari makalah ini dengan sebaik mungkin
danmengambil manfaat dan ilmu yang terkandung di dalam makalah ini guna pengembangan
yang ada pada diri kita masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
xxxix
Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya
Soetjiningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan
Infomedika Jakarta.
Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit CV Sagung
Seto Jakarta.
xl