Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Skizofrenia
Oleh:
Prya Chairullah 1102010222
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia
adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan
indsutrial suatu masyarakat, semakin besar pula stressor psikososialnya, yang pada gilirannya
menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu
adalah gangguan jiwa skizofrenia.
Gangguan jiwa merupakan gangguan pada pikiran, perasaan, atau perilaku yang
mengakibatkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Skizofrenia adalah
sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai
perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang
kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata
atau sebenarnya, dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas
intelektual biasanya tidak terganggu.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk
di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul
pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Onset pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun
dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila
dibandingkan dengan perempuan. Onset setelah umur 40 tahun jarang terjadi.1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, shizein yang berarti terpisah atau
pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau
ketidakserasian antara afeksi, kognitif, dan perilaku. Secara umum, gejala skizofrenia dapat
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu gejala positif, gejala negatif, dan gangguan dalam
hubungan interpersonal.
Skizofrenia adalah diagnosis kejiwaan yang menggambarkan gangguan mental
dengan karakter abnormalitas dalam persepsi atau gangguan mengenai realitas. Abnormalitas
persepsi dapat berupa gangguan komunikasi sosial yang nyata. Sering terjadi pada dewasa
muda, ditegakkan melalui pengalaman pasien dan dilakukan observasi tingkah laku, serta
tidak dibutuhkan adanya pemeriksaan laboratorium.
Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh
genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted), kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian.
Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik yang kronik, sering mereda, namun
hilang timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya. Menurut Eugen Bleuler,
skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau
disharmoni atara proses pikir, perasaan, dan perbuatan.
B. Etiologi
Tidak ada jalur etiologi tunggal yang telah diketahui menjadi penyebab skizofrenia.
Penyakit ini mungkin mewakili sekelompok heterogen gangguan yang mempunyai gejalagejala serupa. Secara genetik, sekurang-kurangnya beberapa individu penderita skizofrenia
mempunyai kerentanan genetik herediter. Penelitian Computed Tomography (CT) otak dan
penelitian post mortem mengungkapkan perbedaan-perbedaan otak penderita skizofrenia dari
otak normal walau pun belum ditemukan pola yang konsisten. Penelitian aliran darah,
glukografi, dan Brain Electrical Activity Mapping (BEAM) mengungkapkan turunnya
aktivitas
lobus
frontal
pada
beberapa
individu
penderita
skizofrenia.
Status
hiperdopaminergik yang khas untuk traktus mesolimbik (area tegmentalis ventralis di otak
tengah ke berbagai struktur limbic) menjadi penjelasan patofisiologis yang paling luas
diterima untuk skizofrenia.
Semua tanda dan gejala skizofrenia telah ditemukan pada orang-orang bukan penderita
skizofrenia akibat lesi system syaraf pusat atau akibat gangguan fisik lainnya. Gejala dan
tanda psikotik tidak satu pun khas pada semua penderita skizofrenia. Hal ini menyebabkan
sulitnya menegakkan diagnosis pasti untuk gangguan skizofrenia. Keputusan klinis diambil
berdasarkan sebagian pada :
1. Tanda dan gejala yang ada
2. Rriwayat psikiatri
3. Setelah menyingkirkan semua etiologi organic yang nyata seperti keracunan dan putus obat
akut.
Penyebab skizofrenia dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Model Diatesis-stres
Suatu model untuk integrasi faktor biologis dan faktor psikososial dan lingkungan
yang merupakan model diatesis. Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki
suatu kerentanan spesifik (diatesis) ada kemungkinan lingkungan akan menimbulkan stres.
Pada model diatesis-stres yang paling umum maka diatesis atau stres dapat berupa biologis
atau lingkungan atau keduanya.
Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis (sebagai
contohnya, situasi keluarga yang penuh ketegangan atau kematian orang terdekat).
Dasar biologikal dari diatesis selanjutnya dapat terbentuk oleh pengaruh epigenetik
seperti penyalahgunaan obat, stress psikososial , dan trauma.6
2. Faktor Neurobiologi
Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya kerusakan
pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum diketahui bagaimana hubungan antara
kerusakan pada bagian otak tertentu dengan munculnya simptom skizofrenia.
Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat seseorang
menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan ganglia basalis.
Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada satu area mungkin
melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal yang menjadi sasaran
penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis muncul pada otak, dan interaksi
antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan dan sosial. 11
3. Faktor Biologi
Komplikasi kelahiran
Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami
skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap skizofrenia.
Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan
pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi virus
pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia.
Hipotesis Dopamin
Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap gejala
skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal menyekat reseptor
dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem dopaminergik maka gejala
psikotik diredakan. Berdasarkan pengamatan diatas dikemukakan bahwa gejala gejala
skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem dopaminergik. 11
Hipotesis Serotonin
Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamin untuk skizofrenia
menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan karena terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik.
Teori tersebut timbul dari dua pengamatan. Pertama, Clozapine, dinyatakan mempunyai
khasiat dan potensi anti psikotik serta berhubungan dengan kemampuannya untuk bertidak
sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2 (D2). Kedua, obat-obatan yang meningkatkan
dopaminergik, yang paling jelas adalah amfetamin, yang merupakan salah satu
psikotomimetik.
Hipotesis tersebut memiliki dua masalah. Pertama, antagonis dopamin efektif dalam
mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien yang teragitasi berat, tidak tergantung
pada diagnosis. Dengan demikian tidak mungkin menyimpulkan bahwa terjadi hiperaktivitas
dopaminergik. Sebagai contohnya antagonis dopamin digunakan juga untuk mengobati mania
akut. Kedua, beberapa data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik
mungkin meningkatkan kecepatan pembakarannya sebagai respon dari pemaparan jangka
panjang dengan obat anti psikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas awal pada
pasien ini mungkin melibatkan keadaan hipodominergik. 11
Struktur Otak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan ganglia
basalis. Otak pada penderita skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang normal,
ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu abu dan beberapa area terjadi peningkatan
maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemeriksaan mikroskopis dan jaringan otak
ditemukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena
tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.
Genetika
Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari
populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat pertama
seperti orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang
mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman, bibi, kakek / nenek dan sepupu
dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum. Kembar identik 40% sampai 65%
berpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar dizigotik 12%. Anak dan kedua orang
tua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua 12%. 11
Faktor Psikososial
1 Teori Tentang Individu Pasien
- Teori Psikoanalitik
Freud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi perkembangan, yang
muncul lebih awal daripada gangguan neurosis. Jika neurosis merupakan konflik antara id
dan ego, maka psikosis merupakan konflik antara ego dan dunia luar. Menurut Freud,
kerusakan ego (ego defect) memberikan kontribusi terhadap munculnya simptom skizofrenia.
Disintegrasi ego yang terjadi pada pasien skizofrenia merepresentasikan waktu dimana ego
belum atau masih baru terbentuk. Konflik intrapsikis yang berasal dari fiksasi pada masa
awal serta kerusakan ego yang mungkin merupakan hasil dari relasi obyek yang buruk turut
memperparah symptom skizofrenia. Hal utama dari teori Freud tentang skizofrenia adalah
dekateksis obyek dan regresi sebagai respon terhadap frustasi dan konflik dengan orang lain.
Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa gangguan skizofrenia disebabkan oleh kesulitan
interpersonal yangyang terjadi sebelumnya, terutama yang berhubungan dengan apa yang
disebutnya
pengasuhan
ibu
yang
salah,
yaitu
cemas
berlebihan.
seimbang antara anak dengan salah satu orangtua yang melibatkan perebutan kekuasaan
antara kedua orangtua, dan menghasilkan dominasi dari salah satu orang tua.
- Pseudomutual and Pseudohostile Families
Dijelaskan oleh Lyman Wynne, beberapa keluarga men-suppress ekspresi emosi
dengan menggunakan komunikasi verbal yang pseudomutual atau pseudohostile secara
konsisten. Pada keluarga tersebut terdapat pola komunikasi yang unik, yang mungkin tidak
sesuai dan menimbulkan masalah jika anak berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
- Ekspresi Emosi
Orang tua atau pengasuh mungkin memperlihatkan sikap kritis, kejam dan sangat
ingin ikut campur urusan pasien skizofrenia. Banyak penelitian menunjukkan keluarga
dengan ekspresi emosi yang tinggi (dalam hal apa yang dikatakan maupun maksud perkataan)
meningkatkan tingkat relapse pada pasien skizofrenia
3. Teori Sosial
Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi banyak berpengaruh
dalam menyebabkan skizofrenia. Meskipun ada data pendukung, namun penekanan saat ini
adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya onset dan keparahan
penyakit. 7
C. GAMBARAN KLINIS
Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal,
fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik
yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik
menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi
penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan
mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan
orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal semakin buruk
prognosisnya. Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku
katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu
datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat
hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti
9
oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif /
psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas,
penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan,
mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial). 8
Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut Bleuler, yaitu primer
dan sekunder.
Gejala-gejala primer :
1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).
Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu
terutama ialah asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah timbul ide
lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya tani tetapi dikatakan
sawah.
Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan merah bila
dimaksudkan berani. Atau terdapat clang association oleh karena pikiran sering tidak
mempunyai tujuan tertentu, umpamanya piring-miring. Semua ini menyebabkan jalan pikiran
pada skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan dimengerti. Hal ini dinamakan
inkoherensi. Jalan pikiran mudah dibelokkan dan hal ini menambah inkoherensinya.
Seorang dengan skizofrenia juga kecenderungan untuk menyamakan hal-hal,
umpamanya seorang perawat dimarahi dan dipukuli, kemudian seorang lain yang ada
disampingnya juga dimarahi dan dipukuli.
Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini dinamakan
blocking, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-kadang sampai beberapa
hari.
Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain didalamnya yang
berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran atau pressure of thoughts.
Bila suatu ide berulang-ulang timbul dan diutarakan olehnya dinamakan preseverasi atau
stereotipi pikiran.
Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi. Pada inkoherensi sering
tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu ada efori. Pada
10
inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat diikuti sama sekali, pada pikiran melayang ide
timbul sangat cepat, tetapi masih dapat diikuti, masih bertujuan.
2. Gangguan afek dan emosi
Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa :
3. Gangguan kemauan
Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak
dapat mengambil keputusan., tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu
memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat, umpamanya bila ditanyai
mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau mengapa tiduran terus. Atau mereka menganggap
hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan.
11
stereotipi yang tertentu pada skizofrenia, yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada
mukanya atau keanehan berjalan dan gaya.
Gejala katalepsi ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang lama.
Fleksibilitas cerea: bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti pada lilin.
Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang disuruh.
Otomatisme komando (command automatism) sebetulnya merupakan lawan dari
negativisme : semua perintah dituruti secara otomatis, bagaimana ganjilpun.Termasuk dalam
gangguan ini adalah echolalia (penderita meniru kata-kata yang diucapkan orang lain) dan
ekophraksia (penderita meniru perbuatan atau pergerakan orang lain).
Gejala-gejala sekunder :
1. Waham
Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre. Tetapi
penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan tidak dapat
diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang bertentangan,
umpamanya penderita berwaham bahwa ia raja, tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya
dan mau disuruh melakukan pekerjaan kasar. Mayer gross membagi waham dalam dua
kelompok yaitu waham primer dan waham sekunder, waham sistematis atau tafsiran yang
bersifat waham (delutional interpretations).
Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar.
Menurur Mayer-Gross hal ini hampir patognomonis buat skizofrenia. Umpamanya istrinya
sedang berbuat serong sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau
seorang penderita berkata dunia akan kiamat sebab ia melihat seekor anjing mengangkat
kaki terhadap sebatang pohin untuk kencing.
Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan cara bagi
penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain. Waham dinamakan menurut
isinya :waham kebesaran atau ekspansif, waham nihilistik, waham kejaran, waham sindiran,
waham dosa, dan sebagainya.
13
2. Halusinasi
Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan
gejala yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain. Paling sering pada keadaan
skizofrenia ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam bentuk suara manusia, bunyi barangbarang atau siulan. Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktorik), halusinasi cita
rasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil). Umpamanya penderita mencium
kembang kemanapun ia pergi, atau ada orang yang menyinarinya dengan alat rahasia atau ia
merqasa ada racun dalammakanannya Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia
lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindroma otak organik bila terdapat
maka biasanya pada stadium permulaan misalnya penderita melihat cahaya yang berwarna
atau muka orang yang menakutkan. 10
Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita kehilangan hubungan dengan dunia luar ia
seakan-akan hidup dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan apa yang terjadi di
sekitarnya. Oleh Bleuler depersonalisasi, double personality dan otisme digolongkan sebagai
gejala primer. Tetapi ada yang mengatakan bahwa otisme terjadi karena sangat terganggunya
afek dan kemauan.
Skizofrenia dapat mempengaruhi cara berpikir, perasaan dan tingkah laku. Gejala skizofrenia
dalam tiga kategori sebagai berikut :
Gejala positif
- Delusi/waham, yaitu keyakinan yang tidak masuk akal. Contohnya berpikir bahwa dia
selalu diawasi lewat televisi, berkeyakinan bahwa dia orang terkenal, berkeyakinan bahwa
radio atau televisi memberi pesan-pesan tertentu, memiliki keyakinan agama yang berlebihan.
- Halusinasi, yaitu mendengar, melihat, merasakan, mencium sesuatu yang sebenarnya tidak
ada. Sebagian penderita, mendengar suara/ bisikan bersifat menghibur atau tidak
menakutkan. Sedangkan yanng lainnya mungkin menganggap suara/bisikan tersebut bersifat
negatif/ buruk atau memberikan perintah tertentu.
- Pikiran paranoid, yaitu kecurigaan yang berlebihan. Contohnya merasa ada seseorang yang
berkomplot melawan, mencoba mencelakai atau mengikuti, percaya ada makhluk asing yang
mengikuti dan yakin dirinya diculik/ dibawa ke planet lain.
14
Gejala negatif
- Motivasi rendah (low motivation). Penderita akan kehilangan ketertarikan pada semua
aspek kehidupan. Energinya terkuras sehingga mengalami kesulitan melakukan hal-hal biasa
dilakukan, misalnya bangun tidur dan membersihkan rumah.
- Menarik diri dari masyarakat (social withdrawal). Penderita akan kehilangan ketertarikan
untuk berteman, lebih suka menghabiskan waktu sendirian dan merasa terisolasi.
Gejala kognitif
- Mengalami problema dengan perhatian dan ingatan. Pikiran mudah kacau sehingga tidak
bisa mendengarkan musik/ menonton televisi lebih dari beberapa menit. sulit mengingat
sesuatu, seperti daftar belanjaan.
- Tidak dapat berkosentrasi, sehingga sulit membaca, menonton televisi dari awal hingga
selesai, sulit mengingat/ mempelajari sesuatu yang baru.
- Miskin perbendaharaan kata dan proses berpikir yang lambat. Misalnya saat mengatakan
sesuatu dan lupa apa yang telah diucapkan, perlu usaha keras untuk melakukannya. 7
D. Jenis Jenis Skizofrenia
a. Tipe paranoid
Skizofrenia tipe ini ditandai dengan preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau
halusinasi auditorik yang sering serta tidak adanya perilaku spesifik yang sugestif untuk
tipe hebrefrenik atau katatonik. Secara klasik, skizofrenia tipe paranoid terutama ditandai
dengan adanya waham kejar atau kebesaran. Pasien skizofrenia paranoid biasanya
mengalami episode pertama penyakit pada usia yang lebih tua dibanding pasien
skizofrenia hebefrenik dan katatonik. Pasien yang skizofrenianya terjadi pada akhir usia
20-an atau 30-an biasanya telah memiliki kehidupan sosial yang mapan yang dapat
membantu mengatasi penyakitnya, dan sumber ego pasien paranoid cenderung lebih
besar dibanding pasien skizofrenia hebefrenik atau katatonik. Pasien skizofrenia paranoid
menunjukkna regresi kemampuan mental, respons emosional, dan perilaku yang lebih
ringan dibandingkan pasien skizofrenia tipe lain. Pasien skizofrenia paranoid biasanya
tegang, mudah curiga, berjaga-jaga, berhati-hati, dan terkadang bersikap bermusuhan
atau agresif, namun mereka kadang-kadang dapat mengendalikan diri mereka secara
15
adekuat pada situasi sosial. Inteligensi mereka dalam area yang tidak dipengaruhi
psikosisnya cenderung tetap utuh.
b. Tipe disorganized
Skizofrenia tipe disorganized (sebelumnya disebut hebefrenik) ditandai dengan regresi
nyata ke perilaku primitif, tak terinhibisi, dan kacau serta dengan tidak adanya gejala
yang memenuhi kriteria tipe katatonik. Onset subtipe ini biasanya dini, sebelum usia 25
tahun. Pasien hebefrenik biasanya aktif namun dalam sikap yang nonkonstruktif dan tak
bertujuan. Gangguan pikir menonjol dan kontal dengan realitas buruk. Penampilan
pribadi dan perilaku sosial berantakan, respons emosional mereka tidak sesuai dan tawa
mereka sering meledak tanpa alasan jelas. Seringai atau meringis yang tak pantas lazim
dijumpai pada pasien inim yang perilakunya paling baik dideskripsikan sebagai konyol
atau tolol.
c. Tipe katatonik
Pasien mempunyai paling sedikit satu dari beberapa bentuk katatonia:
- Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak berespons terhadap lingkungan atau
-
E. Kriteria Diagnosis
A.
gejala urutan pertama (first rank symptoms) dan gejala urutan kedua (second rank symptoms).
1. Gejala urutan pertama:
- Audible thoughts
- Voices arguing atau voices discussing atau keduanya
- Voices commenting
- Somatic passivity experiences
- Thought withdrawal dan pengalaman lainnya yang dipengaruhi oleh
-
pikiran
Thought broadcasting
Delusional perceptions
Semua pengalaman lain
yang
melibatkan
kemauan,
afek,
dan
pengendalian impuls
2. Gejala urutan kedua:
- Gangguan persepsi lainnya
- Gagasan bersifat waham yang tiba-tiba
- Kebingungan
- Perubahan mood disforik dan euforik
- Perasaan kemiskinan emosional
- ...dan beberapa lainnya juga
C.
untuk skizofrenia. Kriteria diagnosis DSM-IV sebagian besar tidak berubah dari DSM edisi
ketiga yang direvisi (DSM-III-R), walaupun DSM-IV menawarkan lebih banyak pilihan bagi
klinisi dan lebih deskriptif terhadap situasi klinis yang aktual.
17
18
tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga
ditemukan untuk sekurangnya 1 bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil).
Klasifikasi perjalanan penyakit longitudinal (dapat diterapkan hanya setelah
sekurangnya 1 tahun lewat sejak onset awal gejala fase aktif):
-
D.
yang menonjol
Episode tunggal dalam remisi penuh
Pola lain atau tidak ditemukan
19
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
3. Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
-
pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai
(break)
atau
yang
mengalami
sisipan
20
F. Pemeriksaan Fisik
1. Status fisik
Sifat keluhan pasien penting untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya suatu
pemeriksaan fisik lengkap. Gejala fisik seperti nyeri kepala dan palpitasi memerlukan
pemeriksaan medis yang menyeluruh untuk menentukan bagian dari proses somatik. Bila
ada, yang berperan menyebabkan penderitaan tersebut. Hal yang sama dapat digunakan
pada gejala mental misalnya depresi, ansietas, halusinasi, dan waham kejar, yang bisa
jadi merupakan ekspresi dan proses somatik. Terkadang keadaan menyebabkan kita perlu
menunda pemeriksaan medis lengkap. Misalnya, pasien dengan waham atau panik dapat
menunjukkan perlawanan sikap bertahan atau keduanya. Pada keadaan ini, riwayat medis
harus diperoleh dari anggota keluarga bila memungkinkan. Namun, kecauali ada alasan
mendesak untuk melanjutkan pemeriksaan fisik, hal itu sebaiknya ditunda sampai pasien
menurut.
Pemeriksaan Neurologis
Selama proses anamnesis pada kasus tersebut, tingkat kesadaran dan atensi pasien
terhadap detil pemeriksaan, pemahaman, ekspresi wajah, cara bicara, postur, dan cara
berjalan perlu diperhatikan. Pemeriksaan neurologis dilakukan untuk dua tujuan. Tujuan
pertama dicapai melalui pemeriksaan neurologis rutin, yaitu terutama dirancang untuk
mengungkap asimetri fungsi motorik, persepsi, dan refleks pada kedua sisi tubuh yang
disebabkan oleh penyakit hemisferik fokal. Tujuan kedua tercapai dengan mencari untuk
memperoleh tanda yang selama ini dikaitkan dengan disfungsi otak difus atau penyakit
lobus frontal. Tanda ini meliputi refleks mengisap, mencucur, palmomental, dan refleks
genggam serta menetapnya respons terhadap ketukan di dahi. Sayangnya, kecuali refleks
genggam, tanda seperti itu tidak berkaitan erat dengan patologi otak yang mendasari.2
2. Status mental
Deskripsi umum
o Penampilan
Postur, pembawaan, pakaian, dan kerapihan. Penampilan pasien skizofrenia dapat
berkisar dari orang yang sangat berantakan, menjerit-jerit, dan teragitasihingga
orang yang terobsesi tampil rapi, sangat pendiam, dan imobil.
o Perilaku dan aktivitas psikomotor yang nyata
Kategori ini merujuk pada aspek kuantitatif dan kualitatif dari perilaku motorik
pasien. Termasuk diantaranya adalah manerisme, tik, gerakan tubuh, kedutan,
perilaku streotipik, ekopraksia, hiperaktivitas, agitasi, sikap melawan, fleksibilitas,
rigiditas, gaya berjalan, dan kegesitan.
o Sikap terhadap pemeriksa
21
detail yang tidak relevan dan komentar tambahan namun pada akhirnya mampu ke
ide semula. Tangensialitas merupakan suatu gangguan berupa hilangnya benang
merah pembicaraan pada seorang pasien dan kemudian ia mengikuti pikiran
tangensial yang dirangsang oleh berbagai stimulus eksternal atau internal yang
tidak relevan dan tidak pernah kembali ke ide semula. Gangguan proses pikir dapat
tercermin dari word salad (hubungan antarpemikiran yang tidak dapat dipahami
atau inkoheren), clang association (asosiasi berdasarkan rima), punning (asosiasi
berdasarkan makna ganda), dan neologisme (kata-kata baru yang diciptakan oleh
pasien melalui kombinasi atau pemadatan kata-kata lain).
o Isi pikir
Gangguan isi pikir meliputi waham, preokupasi, obsesi, kompulsi, fobia, rencana,
niat, ide berulang mengenai bunuh diri atau pembunuhan, gejala hipokondriakal,
dan kecenderungan antisosial tertentu.
Sensorium dan kognisi
Pemeriksaan ini berusaha mengkaji fungsi organik otak dan inteligensi pasien,
kemampuan berpikir abstrak, serta derajat tilikan dan daya nilai.
o Kesadaran
Gangguan kesadaran biasanya mengindikasikan adanya kerusakan organik pada
otak.
o Orientasi dan memori
Ganggaun orientasi biasanya dibagi berdasarkan waktu, tempat, dan orang.
o Konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien terganggu karena berbagai allasan. Gangguan kognitif, ansietas,
depresi, dan stimulus internal, seperti halusinasi auditorik, semuanya dapat
berperan menyebabkan gangguan konsentrasi.
o Membaca dan menulis
o Kemampuan visuospasial
Pasien diminta untuk menyalin suatu gambar, misalnya bagian depan jam dinding
atau segilima bertumpuk.
o Pikiran abstrak
Kemampuan untuk menangani konsep-konsep. Pasien mungkin memiliki gangguan
dalam membuat konsep atau menangani ide.
o Informasi dan inteligensi
Impulsivitas, Kekerasan, Bunuh diri, dan Pembunuhan
Pasien mungkin tidak dapat mengendalikan impuls akibat suatu gangguan kognitif
atau psikotik atau merupakan hasil suatu defek karakter yang kronik, seperti yang
dijumpai pada gangguan kepribadian.
23
Perilaku kekerasan lazim dijumpai di antara pasien skizofrenik yang tidak diobati.
Waham yang bersifat kejar, episode kekerasan sebelumnya, dan defisit neurologis
merupakan faktor resiko perilaku kekerasan atau impulsif.
Kurang lebih 50 persen pasien skizofrenik mencoba bunuh diri, dan 10 sampai 15
persen pasien skizofrenia meninggal akibat bunuh diri. Mungkin faktor yang paling
tidak diperhitungkan yang terlibat dalam kasus bunuh diri pasien ini adalah depresi
yang salah diagnosis sebagai afek mendatar atau efek samping obat. Faktor pemicu
lain untuk bunuh diri mencakup perasaan kehampaan absolut, kebutuhan melarikan
diri dari penyiksaan mental, atau halusinasi auditorik yang memerintahkan pasien
mebunuh diri sendiri.
Saat seorang pasien skizofrenik benar-benar melakukan pembunuhan, hal itu mungkin
dilakukan dengan alasan yang aneh atau tak disangka-sangka yang didasarkan pada
halusinasi atau waham.
Daya nilai dan tilikan
Daya nilai : aspek kemampuan pasien untuk melakukan penilaian sosial. Dapatkah
pasien meramalkan apa yang akan dilakukannya dalam situasi imajiner. Contohnya:
apa yang akan pasien lakukan ketika ia mencium asap dalam suasana gedung bioskop
yang penuh sesak?
Tilikan: tingkat kesadaran dan pemahaman pasien akan penyakitnya. Pasien dapat
menunjukkan penyangkalan total akan penyakitnya atau mungkin menunjukkan
sedikit kesadaran kalau dirinya sakit namun menyalahkan orang lain, faktor eksternal,
atau bahkan faktor organik. Mereka mungking menyadari dirinya sakit, namun
menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang asing atau misterius dalam dirinya.
Realiabilitas
Kesan psikiater tentang sejauh mana pasien dapat dipercaya dan kemampuan untuk
melaporkan keadaanya secara akurat. Contohnya, bila pasien terbuka mengenai
penyalahgunaan obat tertentu secara aktif mengenai keadaan yang menurut pasien
dapat berpengaruh buruk (mislnya, bermasalah dengan hukum), psikiater dapat
memperkirakan bahwa realiabilitas pasien adalah baik.2,3
G. Differential Diagnose
Gangguan Psikotik Lain
Gejala psikotik pada skizofrenia dapat identik dengan gangguan skizofreniform,
gangguan psikotik singkat, gangguan skizoafektif, dan gangguan waham. Gangguan
skizofreniform berbeda dari skizofrenia berupa gejala yang berdurasi setidaknya 1 bulan tapi
24
kurang dari 6 bulan. Gangguan psikotik singkat merupakan diagnosis yang sesuai bila gejala
berlangsung setidaknya 1 hari tapi kurang dari 1 bulan dan bila pasien tidak kembali ke
keadaan fungsi pramorbidnya dalam waktu tersebut. Jika suatu sindrom manik atau depresif
terjadi bersamaan dengan gejala utama skizofrenia, gangguan skizoafektif adalah diagnosis
yang tepat. Waham nonbizar yang timbul selama sekurangnya 1 bulan tanpa gejala
skizofrenia lain atau gangguan mood patut didiagnosis sebagai gangguan waham.
Gangguan Kepribadian
Berbagai gangguan kepribadian mungkin memiliki sebagian gambaran yang sama
dengan skizofrenia. Gangguan kepribadian skizotipal, skizoid, dan ambang adalah gangguan
kepribadian dengan gejala yang paling mirip. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif yang
parah dapat menyamarkan suatu proses skizofrenik yang mendasari. Tak seperti skizofrenia,
gangguan kepribadian memiliki gejala ringan dan riwayat terjadi seumur hidup pasien.
Gangguan ini juga tidak memiliki tanggal awitan yang dapat diidentifikasi.
Gangguan Waham
Konsep utama mengenai penyebab gangguan waham adalah perbedaanya dengan
skizofrenia dan gangguan mood. Gangguan waham lebih jarang daripada skizofrenia maupun
gangguan mood, onsetnya lebih lambat daripada skizofrenia dan dominasi perempuan kurang
nyata daripada gangguan mood. 3
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Waham.3
A. Waham tidak bizar ( melibatkan situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata, seperti
merasa diikuti, diracuni, terinfeksi, dicintai dari jauh, atau dikhianati pasangan atau
kekasih, atau menderita suatu penyakit) sekurang-kurangnya 1 bulan.
B. Kriteria A skizofrenia tidak terpenuhi. Catatan: halusinasi taktil dan olfaktori dapat
terjadi gangguan waham jika sesuai dengan tema waham.
C. Berbeda dengan dampak waham atau hasil akhirnya, fungsi tidak terganggu secara nyata
dan perilaku tidak secara jelas, aneh, atau bizar.
D. Jika episode mood telah terjadi bersamaan dengan waham, durasi totalnya singkat
dibandingkan durasi periode waham.
E. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis suatu zat secara langsung (c/o:
penyalahgunaan, suatu obat) atau kondisi medis umum.
25
Jenis-jenis waham.3
Waham erotomania
Waham kebesaran
Waham cemburu
Waham kejar
Waham somatik
Waham campuran
Pada tipe waham ini, orang lain, biasanya dengan status lebih
tinggi, jatuh cinta kepada dirinya.
Pada tipe waham ini, terdapat kekuatan, pengetahuan, penghargaan,
identitas yang berlebihan atau hubungan khusus terhadap orang
yang terkenal atau dewa.
Pada tipe waham ini, pasangan seksual seseorang dianggap tidak
setia.
Pada tipe waham ini, orang (atau seseorang yang dekat) dianggap
diperlakukan dengan kasar.
Pada tipe waham ini, orang mempunyai beberapa cacat fisik atau
kondisi medis umum.
Pada tipe waham ini ciri khas lebih dari satu tipe di atas tetapi tidak
ada tema yang menonjol.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama menimbulkan
kemungkinan lebih besar penderita menuju ke kemunduran mental.
Pengobatan dini pasien dengan skizofrenia mungkin sangat penting. Kursus awal penyakit ini
umumnya dianggap paling sesuai dengan intervensi, dengan gejala menjadi lebih stabil
setelah 5 tahun [Lieberman et al. 2001; McGorry dkk. 2008; Rosen dan Garety, 2005].
Memang, bila dibandingkan dengan pasien dengan penyakit kronis, proporsi yang lebih
tinggi dari pasien yang baru didiagnosis dengan skizofrenia dirawat di rumah sakit, dengan
lama tinggal menjadi lebih lama dan biaya kesehatan yang lebih tinggi [Nicholl dkk. 2010].
Menargetkan perawatan untuk 2-5 tahun pertama penyakit dapat mengoptimalkan pencapaian
hasil yang diinginkan [McGorry dkk. 2008]. Selain itu, data dari dua studi observasional
melaporkan bahwa pasien dengan yang baru didiagnosis schizophrenia (3 tahun) mungkin
lebih responsif terhadap pengobatan dibandingkan dengan lebih lama penyakit [Dubois et al.
2014].
Farmakoterapi
26
Untuk manajemen psikosis. Juga untuk saraf motor dan suara pada anak
27
(Haldol)
Risperidone
(Risperdal)
pada
psikosis
dan
menurunkan
kejadian
pada
efek
Olanzapine
ekstrpiramidal.
Antipsikotik atipikal dengan profil farmakologis yang melintasi sistem
(Zyprexa)
Clozapine
gangguan bipolar.
Reseptor D2 dan reseptor D1 memblokir aktifitas, tetapi nonadrenolitik,
(Clozaril)
Quetiapine
tidak bertoleransi.
Antipsikotik terbaru untuk penyembuhan jangka panjang. Mampu
(Seroquel)
Aripiprazole
(Abilify)
Nama Obat
Haloperidol (Haldol)
Risperidone
(Risperdal)
Olanzapine (Zyprexa)
Clozapine (Clozaril)
Sediaan
Tab. 2 5 mg
Dosis Anjuran
5 15 mg/hari
Tab. 1 2 3 mg
2 6 mg/hari
Tab. 5 10 mg
Tab. 25 100 mg
10 20 mg/hari
25 100 mg/hari
28
Quetiapine (Seroquel)
Tab. 25 100 mg
Aripiprazole (Abilify)
200 mg
Tab. 10 15 mg
50 400 mg/hari
10 15 mg/hari
irama jantung).
Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut,akathisia, sindrom parkinson: tremor,
bradikinesia, rigiditas).
Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolik (jaundice), hematologik
(agranulocytosis), biasanya pada pemakaian panjang.
Efek samping ini ada yang dapat di tolerir pasien, ada yang lambat, ada yang sampai
membutuhkan obat simptomatik untuk meringankan penderitaan pasien.
Efek samping dapat juga irreversible : Tardive dyskinesia (gerakan berulang involunter
pada: lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur gejala
tersebut menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang (terapi pemeliharaan)
dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat anti-psikosis.
Sementara kedua olanzapine dan risperidone sama-sama efektif untuk pengobatan
pasien dengan skizofrenia, olanzapine menunjukkan efikasi superior terhadap gejala negatif,
bersama dengan efek samping yang lebih rendah ekstrapiramidal, dibandingkan dengan
risperidone.6
Interaksi Obat
29
Terapi Psikososial
-
Terapi kelompok
Terapi kelompok untuk oragn dengan skizofrenia umumnya berfokus pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok dapat berorientasi perilaku,
psikodinamis atau berorientasi tilikan, atau suportif.
Psikoterapi individual
Pada psikoterapi pada pasien skizofrenia, amat penting untuk membangun
hubungan terapeutik sehingga pasien merasa aman. Reliabilitas terapis, jarak emosional
antaraterapis dengan pasien, serta ketulusan terapis sebagaimana yang diartikan oleh
pasien, semuanya mempengaruhi pengalaman terapeutik. Psikoterapi untuk pasien
skizofrenia sebaiknya dipertimbangkan untuk dilakukan dalamm jangka waktu dekade,
30
dan bukannya beberapa sesi, bulan, atau bahakan tahun. Beberapa klinisi dan peneliti
menekankan bahwa kemampuan pasien skizofrenia utnuk membentuk aliansi terapeutik
dengan terapis dapat meramalkan hasil akhir. Pasien skizofrenia yang mampu
membentuk aliansi terapeutik yang baik cenderung bertahan dalam psikoterapi, terapi
patuh pada pengobatan, serta memiliki hasil akhir yang baik pada evaluasi tindak lanjut 2
tahun. Tipe psikoterapi fleksibel yang disebut terapi personal merupakan bentuk
penanganan individual untuk pasien skizofrenia yang baru-baru ini terbentuk. Tujuannya
adalah meningkatkan penyesuaian personal dan sosial serta mencegah terjadinya relaps.
Terapi ini merupakan metode pilihan menggunakan keterampilan sosial dan latihan
relaksasi, psikoedukasi, refleksi diri, kesadaran diri, serta eksplorasi kerentanan individu
terhadap stress. 2,3
J. Komplikasi
Beberapa individu yang mengalami skizofrenia dapat terkena stroke dan mengalami
kerusakan otak, yang tidak disadarinya. Kurangnya kesadaran tentang skizofrenia dan
penyakit
manik-depresi
merupakan
keadaan
biasa dialami
penderita
yang
tidak
32
Pada gangguan kepribadian ini, orang yang mempunyai tipe introvert lebih susah dideteksi
apakah ia mempunyai gejala skizofrenia karena orang tersebut cenderung menutup diri.
Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit disembuhkan.
Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar terhadap kesembuhan.
8.Onset
Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan akut,
sedangkan
onset
yang
tidak
jelas
memiliki
prognosis
yang
lebih
baik.
9.Proporsi
Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai prognosis yang
lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak proporsional.
10.Perjalanan penyakit
Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih baik dari
pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.
11.Kesadaran
Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah yang
menunjukkan prognosisnya baik nantinya. 7
Prognosis Baik
10
Prognosis Buruk
10
Onset lambat
Onset muda
Onset akut
Riwayat
seksual
pekerjaan
premorbid
baik
sosial,
dan
yang
Gejala
gangguan
mood
(terutama
gangguan depresif)
Menikah
Riwayat
keluarga
gangguan mood
Sistem
pendukung
yang baik
Gejala positif
pekerjaan
33
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Skizofrenia adalah diagnosis kejiwaan yang menggambarkan gangguan mental dengan
karakter abnormalitas dalam persepsi atau gangguan mengenai realitas. Adapun beberapa
faktor etiologi yang mendasari terjadinya skizofrenia, antara lain genetik, metabolisme,
neurokimia. Pada Skizofrenia terdapat gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif
mencakup waham dan halusinasi. Gejala negatif meliputi afek mendatar atu menumpul,
miskin bicara (alogia) atau isi bicara, bloking, kurang merawat diri, kurang motivasi,
anhedonia, dan penarikan diri secara sosial. Indikasi pemberian obat antipsikotik pada
skizofrenia adalah untuk mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Obat
antipsikotik mencakup dua kelas utama: antagonis reseptor dopamin, dan antagonis
serotonin-dopamin. Mengingat belum bisa diketahui penyebab pastinya, jadi skizofrenia tidak
bisa dicegah. Lantaran pencegahannya sulit, maka deteksi dan pengendalian dini penting,
terutama bila sudah ditemukan adanya gejala. Dengan pengobatan dini, bila telah didiagnosis
dapat membuat penderita normal kembali, serta mencegah terjadinya gejala skizofrenia
berkelanjutan.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
10. Safitri A, penyunting. Obat antipsikosis. Dalam: Neal MJ. Medical pharmacology at a
glance. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.h.60-1.
11. Skizofrenia
dan
gangguan
psikotik
lainnya.
Diunduh
dari
36