Vous êtes sur la page 1sur 7

BAB 2

ANATOMI DAN FISIOLOGI


2.1 Anatomi Paru
Sistem respirasi terdiri dari paru-paru, saluran napas, bagian dari sistem saraf
pusat yang berkaitan dengan kontrol otot-otot pernapasan, dan dinding dada. Dinding
dada terdiri dari otot pernapasan, seperti diafragma, muskulus intercostalis, dan
muskulus abdominal, dan tulang rusuk (Levitzky, 2007).
Gambar 2.1 Struktur Anatomi Thoraks

Paru kanan terdiri dari tiga lobus, yaitu lobus superior, medial, dan inferior.
Fissura oblique memisahkan lobus inferior dari dua lobus lainnya. Fissura horizontal
memisahkan lobus superior dengan lobus medial. Ukuran paru kanan sedikit lebih
besar dari paru kiri. Paru kiri terdiri dari dua lobus, yaitu lobus superior dan inferior,
yang dipisahkan oleh fissure oblique.
Gambar 2.2 Lobus Paru

Setelah melewati hidung atau mulut, faring, laring dan (saluran napas atas),
udara masuk melalui trakea ke cabang trakeobronkial. Dimulai dari trakea, udara
dapat melewati sedikitnya 10 hingga 23 cabang saluran pernapasan, dalam perjalanan
ke alveoli (Levitzky, 2007).
Salah satu masalah terpenting pada seluruh bagian saluran pernapasan bawah
adalah menjaga saluran tetap terbuka agar udara dapat keluar dan masuk alveoli
dengan mudah. Untuk mempertahankan trakea agar tidak kolaps, terdapat cincin
kartilago multipel yang mengelilingi trakea pada kira-kira lima perenam panjang
trakea. Pada dinding bronkus, terdapat lempeng kartilago yang kecil dan melengkung,
yang mempertahankan rigiditas namun memungkinkan pergerakan yang cukup agar
paru dapat mengembang dan mengempis. Kartilago ini secara progresif menjadi
semakin kecil pada generasi akhir bronkus dan tidak dijumpai lagi dalam bronkiolus,
yang biasanya memiliki diameter kurang dari 1,5 milimeter. Bronkiolus dicegah agar
tidak kolaps bukan melalui rigiditas dindingnya. Namun, bronkiolus dilebarkan oleh

tekanan transpulmonal yang sama yang mengembangkan alveoli. Dengan demikian,


bila alveoli melebar, bronkiolus juga melebar, tetapi tidak selebar alveoli (Guyton.
2007).
Di semua bagian trakea dan bronkus yang tidak terdapat tulang rawan
(kartilago), dindingnya terutama terbentuk oleh otot polos. Dinding bronkiolus juga
hampir seluruhnya merupakan otot polos, kecuali bronkiolus terminalis, yang disebut
bronkiolus respiratorius, yang terutama terdiri dari epitel paru, jaringan fibrosa, dan
beberapa serabut otot polos (Guyton, 2007).
Unit alveolus-kapiler merupakan tempat pertukaran gas di dalam paru.
Alveolus diperkirakan berjumlah sekitar 300 juta pada orang dewasa, dan hampir
seluruhnya dikelilingi kapiler paru (Levitzky, 2007).

Gambar 2.3 Alveolus Paru

Scanning electron micrograph of human lung parenchyma. A = alveolus; S = septum alveolus;


D = duktus alveolus; PK = pore of Kohn; PA = small branch of the pulmonary artery (Levitzky, 2007)

Gambar 2.4 Foto Thoraks PA Normal


2.2 Fisiologi Paru
Tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan
membuang karbon dioksida. Untuk mencapai tujuan ini, pernapasan dapat dibagi
menjadi empat fungsi utama: ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara
antara atmosfir dan alveoli paru; difusi oksigen dan karbon dioksida antara alveoli
dan darah; pengangkutan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh
ke dan dari sel jaringan tubuh; dan pengaturan ventilasi dan hal-hal lain dari
pernapasan (Guyton, 2007).
Paru-paru dapat dikembangkempiskan melalui dua cara, yaitu dengan gerakan
naik turunnya diafragma untuk memperbesar atau memperkecil rongga dada, serta

dengan depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil diameter
anteroposterior rongga dada. Pernapasan normal dan tenang dapat dicapai dengan
hampir sempurna melalui metode pertama, yaitu melalui gerakan diafragma (Guyton,
2007).
Paru-paru merupakan struktur elastik yang akan mengempis seperti balon dan
mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk
mempertahankan pengembangannya. Juga, tidak terdapat perlekatan antara paru-paru
dan dinding rangka dada kecuali pada bagian paru yang tergantung pada hilumnya
dari mediastinum. Bahkan, paru-paru sebetulnya mengapung dalam rongga toraks,
dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura menjadi pelumas bagi gerakan paru di
dalam rongga. Selanjutnya cairan yang berlebihan akan diisap terus menerus ke
dalam saluran limfatik untuk menjaga agar terdapat sedikit isapan antara permukaan
viseral dari pleura paru dan permukaan parietal pleura dari rongga toraks. Oleh
karena itu, kedua paru menetap pada dinding toraks seolah-olah terlekat padanya,
kecuali ketika dada melakukan pengembangan dan berkontraksi, maka paru-paru
dapat bergeser secara bebas karena terlumas dengan baik.
Jumlah tahanan terbesar untuk aliran udara tidak terjadi pada jalan udara kecil
pada bronkiolus terminalis, tetapi pada beberapa bronkiolus dan bronkus yang lebih
besar di dekat trakea. Penyebab tahanan yang besar ini adalah karena jumlah bronkus
besar relatif sedikit dibandingkan dengan sekitar 65.000 bronkiolus terminalis paralel
yang setiap bronkiolus hanya dilalui oleh sedikit udara.

Namun, dalam keadaan sakit, bronkiolus yang lebih kecil seringkali


mempunyai peran yang lebih besar dalam menentukan resistensi aliran udara karena
ukurannya yang kecil dan karena bronkiolus mudah tersumbat akibat kontraksi otot
pada dindingnya, terjadinya edema pada dinding bronkiolus, atau pengumpulan
mukus di dalam lumen bronkiolus.
Cabang bronkus sangat terpapar dengan norepinefrin dan epinefrin, yang
dilepaskan ke dalam darah oleh perangsangan simpatis dari medulla kelenjar adrenal.
Kedua hormon ini , terutama epinefrin, karena rangsangannya yang lebih besar pada
reseptor beta adrenergik, menyebabkan dilatasi cabang bronkus.
Beberapa serabut saraf parasimpatis yang berasal dari nervus vagus
menembus parenkim paru. Saraf ini menyekresikan asetilkolin dan bila diaktivasi,
akan menyebabkan konstriksi ringan sampai sedang pada bronkiolus. Kadangkadang, saraf parasimpatis diaktivasi oleh refleks yang berasal dari paru. Sebagian
besar diawali dengan iritasi pada membran epitel dari jalan napas itu sendiri, yang
dicetuskan oleh gas-gas beracun , debu, asap rokok, atau infeksi bronkial.
Permukaan alveolus terutama terdiri dari lapisan tipis tunggal sel epitel
skuamosa, yang disebut sel alveolus tipe I. Di antara sel-sel ini terdapat sel alveolus
tipe II bentuk kuboid yang lebih besar, menghasilkan lapisan cairan yang melapisi
alveoli. Sel tipe I menutupi 90% sampai 95% dari pemukaan alveolus, karena sel tipe
I memiliki luas permukaan yang jauh lebih besar dari sel tipe II. Jenis sel ketiga yaitu
makrofag alveolus untuk fagositosis, ditemukan dalam berbagai jumlah pada lapisan

ekstraseluler dari permukaan alveolar. Sel-sel ini menjaga di permukaan alveolus


serta memfagosit partikel terinspirasi seperti bakteri (Levitzky, 2007).
Makrofag alveolus yang mengandung partikel asing dapat bermigrasi dari
permukaan alveolus ke dalam interstitium septum, memasuki sistem limfatik. Fungsi
makrofag telah terbukti dihambat oleh asap rokok. Makrofag alveolus juga penting
dalam respon imun dan peradangan paru-paru. Makrofag mengeluarkan banyak
enzim, metabolit asam arakidonat, komponen respon imun, faktor pertumbuhan,
sitokin, dan mediator lain yang memodulasi fungsi sel lainnya, seperti limfosit
(Levitzky, 2007).

Vous aimerez peut-être aussi