Vous êtes sur la page 1sur 23

Tutor XI

MODUL THT
Trigger 2

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
TAHUN AJARAN 2014/2015

Fasilitator
dr. Fionaloza, M.KM

Suci Leni Mimanda (12-101)


Uphik Try Kurniati
(12-102)
Chairunnisa Permata Sari (12-103)
Citra Nabila(12-104)
Sarah Arafhanie (12-105)
Revina Rinda Mutia (12-106)
Pipit Arika (12-107)
Anastasya Shinta Yuliani (12-108)
Windri Of Frita (12-109)
Sri Muharni Sarah(12-110)

Trigger 2 : Hidung
tersumbat
Nurul, umur 20 tahun, merasakan hidungnya
tersumbat terus menerus sejak lama. Keluhan
dibiarkan saja karena kekurangan biaya. Disamping
itu, nani juga mengeluh sering bersin-bersin
terutama kalau kontak dengan debu. Ingus encer,
kadang sedikit kental. Pemeriksaan fisik: tanda fital
dalam batas normal. Pemeriksaan rinoskopi anterior
ditemukan pada kedua kavum nasi sempit, adanya
massa lonjong, putih keabu-abuan, bening, tidak
nyeri bila disentuh, tidak berdarah bila ditusuk.
Apakah kemungkinan penyakit nurul?

STEP I : CLARIFY UNFAMILIAR TERMS

1. Rinoskopi anterior :
pemeriksaan rongga hidung dari
depan dengan spekulum

STEP II DEFINE THE PROBLEMS


1.Apa diagnosis pada trigger?
2.Apa penyebab kasus pada
trigger?
3.Apa tatalaksana awal pada
kasus?

STEP III BRAINSTROM POSSIBLE


HYPOTHESIS OR EXPLANATION
1. Diagnosis pada trigger yaitu polip
nasal
2. Penyebabnya yaitu radang pada
fosa hidung dan alergi
3. Tatalaksana awal pada kasus yaitu
Berikan dekongestan & anti
histamin

STEP IVARRANGE EXPLANATION INTO A


TENTATIVE SOLUTION
Nurul,20 th

Hidung tersumbat bersin-bersin bila kontak dengan


debu, ingus encer dan kental

Pf: vital sign (n)

Rinoskopi anterior : kavum nasi sempit ada masa lonjong putih


keabuabuan bening lunak, tidak nyeri tidak berdarah

Polip nasal

STEP V DEFINE LEARNING OBJECTIVE


Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan tentang
Polip nasal :
1. Definisi
2. Etio
3. Patofisiologi
4. Diagnosis
5. Tatalaksana
6. Komplikasi

1. DEFINISI
Polip nasal adalah massa lunak yang
mengandung banyak cairan di dalam rongga
hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang
terjadi akibat inflamasi mukosa.
2. ETIOLOGI
Terjadinya polip nasi dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal: mur, alergi, infeksi, dan
inflamasidominasi eosinofil. Deviai septum juga
dicurigai sebagai salah satu faktor yang
mempermudah terjadinya polip nasi. Penyebab
lainnya diduga karena adanya intoleransi aspirin,
perubahan polisakarida dan ketidakseimbangan
vasomotor.

3. PATOFISIOLOGI
Pembentukan polip sering diasosiasikan
dengan inflamasi kronik disfungsi saraf
otonom serta predisposisi genetik. Menurut
teori Bernstein, terjadi perubahan mukosa
hidung akibat peradangan atau aliran udara
yang bertubulensi, terutama di daerah
sempit di kompleks ostiometal. Terjadi
prolaps submukosa yang diikuti oleh
reepitelisasi dan pembentukan kelenjar
baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan
Na oleh permukaan sel epitel yang berakibat
retensi air sehingga terbentuk polip. Bila
proses terus berlanjut, mukosa yang sembab
makin membesar menjadi polip dan

4. DIAGNOSIS

a. Anamnesa
Keluhan utama : hidung tersumbat dari
yang ringan sampai berat, rinhorea mulai
yang jernih sampai purulen, hiposmia atau
anosmia.Mungkin disertai bersin-bersin,
rasa nyeri pada hidung disertai sakit
kepala di daerah frontal.
Gejala sekunder yang dapat timbul ialah
bernafas melalui mulut, suara sengau,
halitosis, gangguan tidur.
RPD:
riwayat
rinitis
alergi,
asma,
intoleransi terhadap aspirin dan alergi
obat lainnya serta alergi makanan.

b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior
terlihat sebagai massa yang berwarna pucat
yang berasal dari meatus medius dan
mudah digerakkan
Pembagian stadium polip nasal:
Stadium 1: polip masih terbatas di meatus
medius
Stadium 2: polip sudh keluar dari meatus
medius, tampak di rongga hidung tapi
belum memenuhi rongga hidung
Stadium 3: polip yang masif
Naso-endoskopi akan sangat membantu
dalam mendiagnosis kasus polip yang baru

Makroskopis
Secara
makroskopis
polip
merupakan massa bertangkai dengan
permukaan licin , berbetuk bulat atau
lonjong, berwarna putih keabu-abuan,
agak bening, lobular, dapat tunggal
atau multiple dan tidak sensitif (bia
ditekan/ ditusuk tidak tersa sakit)

Mikroskopis
Secara mikroskopis tampak epitel
pada polip serupa dengan mukosa
hidung normal yaitu epitel bertingkat
semu bersilia dengan submukosa yang
sembab. Sel-sel nya terdiri dari
limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil
dan makrofag.

c. Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi nasal dan sinus
Untuk memastikan adanya polip
nasal maupun sinus dan untuk
menentukan letak polip nasal
tersebut.
Pemeriksaan tomografi komputer
(TK, CT-scan)
Bermanfaat untuk melihat dengan
jelas keadaan di hidung dan sinus
paranasal apakah ada proses
radang, polip atau sumbatan pada

d. Diagnosis Banding
Konka Polipoid
Ciri-cirinya:
tidak
bertangkai,
sukar
digerakkan, nyeri bila ditekan dengan
pinset, mudah berdarah, dapat mengecil
pada pemakaian vasokonstriktor (kapas
adrenalin).
Angiofibroma Nasofaring Juvenil
Dari anamnesis diperoleh adanya keluhan
sumbatan pada hidung dan epistaksis
berulang yang masif. Terjadi obstruksi
hidung sehingga timbul rhinorhea kronis
yang diikuti gangguan penciuman.

Keganasan pada hidung


Gejala klinis berupa obstruksi hidung,
rhinorhea,
epistaksis,
diplopia,
proptosis, gangguanvisus, penonjolan
pada palatum, nyeri pada pipi, sakit
kepala hebat dan dapat disertai
likuorhea.

5. TATALAKSANA
A. Terapi konservatif
Pemberian
kortikosteroid
untuk
menghilangkan polip nasi disebut juga
polipektomi medikamentosa.
1) Kortikosteroid sistemik
Merupakan terapi efektif sebagai terapi
jangka pendek pada polip nasal. Pasien yang
responsif
terhadap
pengobatan
kortikosteroid
sistemik
dapat
diberikansecara aman sebanyak 3-4 kali
setahun, terutama untuk pasien yang tidak

2) Kortikosteroid spray
Dapat mengecilkan ukuran polip, tetapi
relatif tidak efektif unutk polip yang
masif Kortikosteroid topikal, intranasal
spray, mengecilkan ukuran polip dan
sangat
efektif
pada
pemberian
postoperatif
untuk
mencegah
kekambuhan.

B. Terapi Operatif
Terapi operasi dilakukan pada kasus polip
yang berulang atau polip yang sangat besar,
sehingga tidak dapat diobati dengan terapi
konservatif. Dapat dilakukan ekstraksi polip
(polipektomi) menggunakan senar polip atau
cunam dengan analgesik lokal.
Tindakan operasi yang dapat dilakukan
meliputi :
Polipektomi intranasal
Antrostomi intranasal
Ethmoidektomi intranasal
Ethmoidektomi ekstranasale.
Caldwell-Luc (CWL)

6. Komplikasi
Satu buah polip jarang menyebabkan
komplikasi, tapi dalam ukuran besar atau
dalam jumlah banyak (polyposis) dapat
mengarah pada akut atau infeksi sinusitis
kronis, mengorok dan bahkan sleep apnea kondisi serius nafas dimana akan stop dan
start bernafas beberapa kali selama tidur.
Dalam kondisi parah, akan mengubah
bentuk wajah dan penyebab penglihatan
ganda/berbayang.

KESIMPULAN
Polip nasal adalah massa lunak yang mengandung
banyak cairan di dalam rongga hidung, berwarna
putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi
mukosa. Diagnosis polip nasi berdasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. penatalaksanaan penderita polip nasi
dengan cara operatif (polipektomi) atau dengan non
operatif (kortikosteroid).

Daftar pustaka
Adams GL, Boies LR, Higler PH. Buku ajar
penyakit THT. Edisi 6. Jakarta :EGC, 1997: 173-94
Nizar NW, Mangunkusumo E. Polip hidung.
Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok. Edisi 4. Jakarta : Balai penerbit FKUI,
2000: 97-99.

Vous aimerez peut-être aussi