Vous êtes sur la page 1sur 9

11

RS Marga Husada ; Standar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN TUBERKULOSIS PARU
I. TINJAUAN TEORI
A. Pengetian
Adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mycobacterium tuberculosis type humanus ( sangat jarang oleh tipe
m. bovinus ). Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting
saluran napas bagian bawah setelah era eradikasi penyakit
malaria. Basil mycobacterium tuberculosa tersebut masuk ke dalam
jaringan paru melalui saluran napas ( droplet infektion) sampai
alveoli. Terjadilah infeksi primer. Selanjutnya menyebar ke kelenjar
getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke) :
infeksi primer (Ghou) dan primer kompleks ( ranke) dinamakan TB.
Primer, yang dalam perjalanan lebih lanjut sebagian besar akan
mengalami penyembuhan.
TB Paru primer, keradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai
kekebalan spesifik terhadap basil mycobacterium tuberculosa, yang
kebanyakan didapat pada usia anak 1-3 tahun. Sedangkan yang
disebut tuberculosa post primer ( Reinfection) adalah keradangan
jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana
didalam tbuh terbentuk kekebalan tubuh spesifik terhadap basil
tuberkulosa tersebut. Secara epidemiologi, menurut WHO terdapat
10 12 juta yang mempunyai kemampuan untuk menularkan
dengan angka kematian 3 juta penderita tiap tahun, dan keadaan
tersebut 75% terdapat di negara yang berkembang dengan sosial
ekonomi yang rendah, termasuk Indonesia. Di Indonesia
merupakan penyakit rakyat nomor satu dan penyebab kematian
nomer tiga.
B. Patofisiologi
Tempat masuk kuman mycobacterium tuberculosis pada saluran
pernapasan, saluran pencernaan dan luka pada kulit yang terbuka.
Kebanyakan infeksi tuberkulosa terjadi melalui udara ( air borning )
yaitu inhalasi droplet, yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran
pencernaan merupakan tempat masuk utama bagi jenis bovin yang
penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Akan tetapi di Amerika Serikat, dengan luasnya pasteurisasi
susu dan deteksi penyakit pada sapi perah, tuberklosis bovin ini
jarang terjadi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imminitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag,
sedangkan limfosit (biasanya sel T ) adalah imunoresponsifnya.

12
RS Marga Husada ; Standar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.

Tipe immunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag


yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.
Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas,
menimbulkan respon berbeda. Jaringa granulasi lebih fibrosa,
membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu
kapsul yang mengelilingi tuberkel.
C. Etiologi
Penyebab penyakitnya adalah hama penyakit basil tuberkulosa
yang ditemukan oleh Robert Koch dalam tahun 1882. Basil ini
bersifat tahan asam. Jika basil ini diberi warna, warna itu tidak
dapat diangkat lagi ( dengan mudah ) dengan zat-zat yang
mengandung asam. Cara pewarnaan yang demikian dilakukan ZeilNeilsen.
Dalam sputum yang kering ia dapat hidup lama, sehingga ia
dapat turut beterbangan bersama debu. Sinar matahari dapat
membunuh basil itu dengan segera. Penyebaran ini dipengaruhi
oleh penyakit, penjamu dan lingkungan hidup.
Mengenai pengaruh lingkungan hidup dapat dikatakan bahwa
keadaan sosial ekonomi yang buruk dapat memperluas
penyebaran. Kemiskinan yang berakibat kelemahan daya tahan
tubuh akan mengakibatkan lebih mudah terserang penyakit ini.
Perumahan yang sempit dan pemukiman yang padat akan
memperluas penyebaran dikalangan keluarga, apalagi jika disertai
dengan pengetahuan yang kurang tentang cara penyebaran dan
pencegahannya.
D. Tanda dan Gejala
1. Gejala klinis.
Gejala klinik dari penyakit sangat variabel, bervariasi dari tidak
ada gejala sampai gejala muncul yang sangat mencolok. Gejala
dapat akut tetapi lebih sering menahun.
a. Batuk.
Timbul paling dini dan paling sering. Sering ringan sehingga
dianggap batuk biasa/ karena rokok. Proses yang ringan
menyebabkan sekret berkumpul waktu tidur dan dikeluarkan
waktu bangun pagi hari. Bila proses destruksi menjadi lanjut,
sekret terus menerus timbul, sehingga batuk menjadi lebih
dalam. Bila yang terkena trakea atau bronkus, batuk sangat
keras dan paroksismal. Bila laring yang teserang batuk
menjadi tanpa tenaga disertai suara serak.
b. Dahak.
Mula-mula mukoid dan sedikit mukopurulen/ kuning atau
kuning hijau sampai purulen dan kental. Bila sudah terjadi

13
RS Marga Husada ; Standar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.

pengkejuan dan liquinfection jarang berbau busuk, kecuali


ada infeksi aerob.
c. Batuk darah.
Mungkin berupa garis-garis/ bercak-bercak darah atau
gumpalan-gumpalan darah atau profus. Batuk darah karena
tuberkulosa umumnya disertai dengan sputum positif basil
tuberkulosa sehingga berbahaya untuk penyebaran
bronkogen (bronko pneumoneal ). Batuk darah pada
tuberkulosa yang sudah terjadi karena rubekan jaringan paru
atau berasal dari bronkiektasis.
d. Nyeri dada.
Dari jenis nyeri pleuritik nyerinya ringan. Bila nyerinya keras
berarti ada pleuritis yang luas.
e. Wheezing.
Karena penyempitan lumen endobronkus, karena sekret
bronkostenosis, keradangan, jaringan granulasi, ulserasi, dll.
f. Dispneu.
Merupakan Late Symptom dari proses lanjut oleh karena
restriksi, obstruksi saluran napas.
2. Gejala Umum.
a. Badan panas.
b. Menggigil.
c. Keringat malam.
d. Gangguan menstruasi, biasanya bila proses sudah lanjut.
e. Lemah badan karena kelelahan.
Gejala-gejala ini dapat juga disebabkan karena over work,
kurang
tidur,
keadaan
sehari-hari
yang
kurang
menyenangkan, perubahan sikap/ temperamen (penderita
menjadi mudah tersinggung), perhatian yang kurang pada
pekerjaan, atau tidak suka main-main, neurotik. Gejala
umum ini sering baru disadari oleh penderita setelah ia
mendapat terapi dan kini merasa lebih baik dari sebelumnya.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Memungkinkan dugaan yang lebih dini akan adanya proses
tuberkulosa di paru. Gambaran rontgen sudah tampak 2 3
tahun sebelum ada gejala klinik. Foto rontgen hanya
menunjukkan adanya kelainan di paru, luas, lokalisasi dan
macamnya, tidak dapat untuk mengetahui etiologinya.
2. Pemeriksaan Laboratorium.
Dahak merupakan material yang paling penting yang harus
diperiksa pada setiap penyakit paru. Khusus pada tuberkulosa
paru, ditemukan basil tahan asam dalam dahak merupakan
satu-satunya diagnosa untuk program pemberantasan penyakit
tuberkulosa.

14
RS Marga Husada ; Standar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.

3. Uji Tuberkulin.
Uji untuk menunjukkan adanya reaksi imunitas seluler yang
timbul setelah4-6 minggu infeksi pertama dengan basil
tuberkulosa. Cara yang digunakan yang paling sering adalah
cara dari mantoux, sering disebut dengan istilah Test Mantoux.
F. Komplikasi
1. Pembesaran kelenjar sevikalis yang superfisial.
Penyabaran langsung dari tuberkulosa ke kelenjar limfe
mediastinum dan para trakeal yang berasal dari kelenjar hilus.
Paling sering menyerang kelenjar-kelenjar limfe supra klavikula
dan servikalis anterior. Bereaksi sangat lamban dengan obat
tuberkulostatika. Bila terjadi abses, dilakukan tindakan
pembedahan.
2. Pleuritis tuberkulosa.
Merupakan penyakit dini tuberkulosa primer, 6 8 bulan setelah
outset, sering disertai dengan eritema nodusum.
3. Efusi pleura.
Cairan biasanya jernih. Prognosa baik, reaksi terhadap obatobatan biasanya dramatis. Resolusi sempurna dicapai dalam
satu sampai dua minggu. Kemungkinan untuk mendapat
tuberkulosa post primer di kemudian hari lebih besar.
4. Tuberkulosa milier
Paling dini terjadi 8 bulan setelah timbulnya tuberkulosa primer,
gambaran radiologis tampak pada dua minggu setelah gejala
klinis. Di cari kemungkinan adanya tuberkel pada fundus okuli,
sumsum tulang dan hati.
G. Penatalaksanaan.
Sesuai dengan kebijaksanaan program P2 TB Paru pada saat ini
adalah dengan upaya pengobatan jangka pendek. Adapun paduan
obat yang digunakan diantaranya pengobatan standar II selama 6
bulan, yang dibagi atas 2 tahap, yaitu :
1. Tahap intensif.
Diberikan setiap hari kerja selama satu bulan ( 24 kali minum
obat ) berupa :
a. TB 5 : Rifampicin 450 mg.
b. TB 4 : INH 400 mg + Vit B6 10 mg.
c. TB 2 : Ethambutol 1000 mg.
2. Tahap intermitten
Diberikan secara berkala 5 bulan ( 2 X seminggu ) berupa :
a. TB 6 : Rifampicin 600 mg.
b. TB 4 : INH 400 mg + Vit B6 10 mg.
c. TB 3 : INH 300 mg.
Pada awal bulan ke empat dilaksanakan pemeriksaan sputum BTA
sebanyak 5 kali. Dan pada akhir pengobatan dilaksanakan

15
RS Marga Husada ; Standar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.

pemeriksaan sputum ulang BTA. Sesuai dengan kebijaksanaan P2


TB dengan yang ter baru diberikan pengobatan sistem combipak
(paket).
Program lain dari P2 TB Paru adalah :
a. Pasive Case Finding.
Yaitu penjaringan/ pemeriksaan sewaktu penderita datang ke
Puskesmas.
b. Active Case Finding.
Yaitu petugas m e n g a d a k a n k u n j u n g a n rumah untuk
menemukan kasus/ penderita.
II. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TUBERKULOSIS PARU
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Subyektif.
a. Badan lemah dan mudah lelah, sulit tidur karena adanya
demam, keluar keringat dingin pada sore dan malam hari.
b. Nafsu makan hilang, BB turun.
c. Haid tidak teratur.
d. Nyeri dada saat batuk.
2. Data obyektif.
a. Badan kurus otot mengecil, kulit kuning.
b. Batuk produktif atau non produktif, napas pendek, tachipnea,
dispnea, tachicardi, pernapasan tidak simetris.
c. Perkusi didapatkan suara dullress dan penurunan secara
fremitus, adanya suara pernafasan tubular, suara crakles.
d. Sputum berwarna hijau purulen, kuning mukoid atau warna
darah.
e. Terjadi deviasi trakea.
3. Data Penunjang.
a. Dari data foto rontgent, terlihat adanya infiltrat kecil dan lesi
pada paru, deposit kalsium pada lesi primer yang
menyembuh.
b. Pada pemeriksaan darah diperoleh hasil leukosit sedikit
meningkat, limfosit masih dibawah normal, dan LED
meningkat.
c. Pada pemeriksaan sputum adanya kuman BTA positif.
d. Dari test tuberkulin didapatkan adanya reaksi positif yaitu
indurasi 10 mm atau lebih setelah 48 72 jam.
e. Dari hasil biopsi paru didapat sel granuloma tuberkulosis
yang besar yang menunjukkan adanya nekrosis.
f. Dari hasil analisa gas darah, menunjukkan keabnormalan
tergantung pada letak, keparahan dan sisa kerusakan paru.
g. Dari hasil pemeriksaa fungsi paru adanya penurunan
kapasitas vital paru, peningkatan perbandingan sisa udara
dengan kapasitas total paru dan terjadi penurunan saturasi
udara.

16
RS Marga Husada ; Standar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.

B. Diagnosa dan Perencanaan Keperawatan


No

Diagnosa keperawatan

Kebersihan jalan nafas


tidak efektif berhubungan dengan sekresi
yang kental dan berdarah, kelemahan / ketidakmampuan untuk
batuk efektif, udem
trakeal/ pharingeal.

Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan penurunan area
paru y a n g e f e k t i f ,
atelektasis, kerusakan
membran alveoli
kapiler, sekresi yang
kental, udem bronkeal.

Perencanaan keperawatan
Tujuan dan kriteria
Rencana keperawatan
hasil
Tujuan :
1. Kaji fungsi pernapasan seJalan nafas efektif.
perti bunyi napas, pola, ritme,
kedalaman dan penggunaan
Kriteria hasil :
otot bantu pernapasan.
2. Catat k e m a m p u a n untuk
Sesak napas
mengeluarkan sputum / batuk
berkurang/
efektif, catat warna, jumlah
hilang.
dan adanya hemoptisis.
RR 16 20 X/
3.
Berikan posisi semi fowler/
mt
fowler tinggi.
Tak ada
4.
Bantu pasien untuk melatih
sianosis.
batuk efektif dan napas dalam
Suara napas
5. Lakukan suction jika perlu
normal.
untuk mengeluarkan sekret
dari mulut dan trakea.
6. Pertahankan hidrasi cairan
2500 cc / hari jika tidak ada
kontra indikasi.
7. Berikan t e r a p i O 2 sesuai
program.
8. Berikan terapi obat seperti :
bronchodilator, mokolitk d a n
kortikosteroid (p r e d n i s o n /
dexametason).
9. Rencanakan pemeriksaan lab
10. Persiapkan alat untuk intubasi
darurat.
11. Rencanakan foto thorax ulang
untuk evaluasi lebih lanjut.
Tujuan :
1. K a j i a d a n y a d i s p n e u ,
P e r t u k a r a n gas
tachipneu, bunyi napas yabg
tidak terganggu.
abnormal/ hilang, peningkatan
usaha nafas, keterbatasan
Kriteria hasil :
pengembangan dinding dada
dan kelemahan.
Tidak
sesak
2. Evaluasi perubahan tingkat
napas.
kesadaran. C a t a t a d a n y a
Frekuensi
sianosis, perubahan warna
normal.
kulit
termasuk
membran
Bunyi
nafas
mukosa
dan
ujung
jari
kuku.
bersih.
3. Ajarkan napas dalam dan
Tidak tampak
pursed-lip breathing terutama
sianosis.
pada pasien dengan kerusakan parenkhim dan fibrosis.
4. Tekankan perlunya istirahat
dan pembatasan aktifitas, kaji
kemampuan aktifitas mandiri
pasien.
5. Berikan terapi O2 sesuai
indikasi.

17
RS Marga Husada ; Standar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.

Gangguan
nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
kelemahan,
batuk,
yang
terus
menerus
/
dispneu,
anoreksia.

Tujuan :
Kebutuhan
terpenuhi.

Kurangnya pengetahuan (kebutuhan belajar)


tentang kondisi, terapi
pengobatan dan pencegahan penyakit berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan, salah informasi,
informasi yang tidak
tepat / akurat.

Tujuan :
Pengetahuan
pasien dan keluarga
meningkat.

nutrisi

Kriteria hasil :
Pasien
menghabis kan
porsi makanan
yang dihidangkan.
Tidak t e r j a d i
penurunan BB.
Kadar
Hb
normal.

Kriteria hasil :
Pasien dapat menjelaskan k e m b a l i
tentang kondisi, terapi
pengobatan
dan
pencgahan penyakit

1. Kaji status nutrisi pasien pada


saat masuk, catat turgor kulit,
BB saat itu dan tingkat
penurunan B B ,
integritas
mukosa oral, kemampuan
untuk menelan, riwayat mual,
muntah, atau diare.
2. Kaji pola kebiasaan diet
pasien, makanan yang / tidak
disenagi.
3. Monitor jumlah porsi makanan
yang dihabiskan dan timbang
BB
setiap
hari/
secara
periodik.
4. Kaji adanya anoreksia, mual,
muntah dan catat kemungkinan
sehubungan dengan pengobatan.
5. Monitor frekuensi, volume dan
konsistensi BAB.
6. Anjurkan
pasien
untuk
melakukan perawatan mulut
sebelum dan sesudah makan.
7. Anjurkan pasien untuk makan
dalam porsi kecil tapi sering.
8. A n j u r k a n keluarga untuk
membawa
makanan
dari
rumah sesuai d i e t pasien
(TKTP).
9. Konsultasikan dengan ahli gizi
untuk pemenuhan diet pasien.
10. Konsultasikan dengan fisioterapi
dada untuk buat jadwal
pengobatan 1 2 jam
s e b e l u m a t a u sesudah
makan.
11. Kolaborasi laboratorium.
12. Berikan obat sesuai program.
1. Kaji kemampuan pasien dan
keluarga untuk belajar seperti
:tingkat kecemasan, perhatian,
kelemahan, partisipasi dan
lingkungan yang mendukung.
2. Identifikasi tanda dan gejala
yang harus dilaporkan ke
petugas kesehatan seperti :
hemoptisis, n y e r i d a d a ,
demam, v e r t i g o , kesulitan
b e r n a f a s dan hilangnya
pendengaran.
3. Tekankan pentingnya makanan
yang bergizi tinggi sesuai
dengan diet( TKTP).
4. A n j u r k a n p a s i e n untuk
kembali l a g i s e m i n g g u
s e t e l a h p u l a n g sesuai

18
RS Marga Husada ; Standar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.

Risiko tinggi terjadinya


infeksi (penyebaran /
kambuh) berhubungan
d e n g a n pertahanan
p r i m e r y a n g tidak
a d e k u a t , kerusakan
j a r i n g a n / perluasan
infeksi, m a l n u t r i s i ,
penurunan kekebalan
tubuh, lingkungan yang
terkontaminasi,
pengetahuan
yang

Tujuan :
Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
Pasien memahami
panyebarannya dan
cara-cara penularannya.
Pasien menunjukkan kemampuannya dalam menjaga
penularan kepada
orang lain :
Menutup mulut

dengan jadual yang ada di


kartu berobat.
5. Jelaskan tentang obat-obatan
yang diberikan seperti : dosis,
frekuensi, indikasi dan alasan
lamanya pengobatan.
6. Jelaskan e f e k s a m p i n g
pengobatan
seperti
:
mulut
kering,
konstipasi,
gangguan penglihatan, sakit
kepala, hipertensi ortostatik
dan solusi pemecahannya.
7. Tekankan untuk tidak minum
alkohol selama terapi obat
INH.
8. Dorong pasien dan keluarga
untuk mengungkapkan kecemasan, perhatian, dan halhal y a n g m a s i h belum
dimengerti.
9. Evaluasi faktor-faktor risiko
yang berhubungan dengan
pekerjaan, seperti : lingkungan pekerjaan di dalam
pengecoran
logam,
pertambangan batu bara dan
bangunan.
10. A n j u r k a n p a s i e n untuk
berhenti merokok.
11. Rujuk pasien untuk periksa
mata setelah pengobatan
etambutol
dan
sebulan
sesudahnya.
12. Ulang kembali penjelasan
yang diberikan bagaimana
proses
penyebaran
dan
penularan tuberkulosis seperti
melalui inhalasi udara, urin
atau faeses jika infaksinya
sudah menyebar sampai
sistem tersebut dan bahayanya
penyakit tersebut kambuh
kembali.
1. Jelaskan kembali patofisiologi
penyakit, proses penyebaran
infeksi,
pross
penularan
infeksi melalui udara/ droplet
s e l a m a b a t u k , bersin,
meludah dan bicara.
2. Identifikasi anggota lain yang
berisiko seperti : anggota
keluarga dan teman.
3. A n j u r k a n pasien untuk
menutup m u l u t n y a saat
batuk, bersin dan memakai

19
RS Marga Husada ; Standar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.

tidak mencukupi untuk


mencegah kambuhnya
kuma patogen.

saat batuk.
Tidak meludah
sembarang
tempat
Tidak
mengguna kan
alat-alat makan
yang
sama
dengan oang
lain

tissue saat meludah. Ajarkan


cara pembuangan tissue
yang tepat ditempat yang
tertutup dan tehnik mencuci
tangan yang baik. Anjurkan
pasien untuk menglanginya
kembali.
4. Jelaskan
pentingnya
pengontrolan i n f e k s i seperti :
memakai
masker
dan
m e m b u a n g ludah pada
tempat tertutup.
5. Monitor suhu.
6. Identifikasi faktor risiko untuk
kambuh kembali seperti :
minum alkohol, malnutrisi
atau tindakan pembedahan,
penggunaan obat.
7. Immunosupresi/
kortikosteroid, adanya DM,
kanker dan keadaan post
partum.
8. Tekankan pentingnya pengobatan yang berkelanjutan
(sesuai program dokter ).
9. Jelaskan pentingnya kontrol
ke poliklinik secara periodik.
10. D o r o n g p a s i e n untuk
memilih/ memakan makanan
yang sesuai dengan diet
(TKTP).
11. Berikan terapi obat sesuai
program dokter.
12. Monitor data- data laborat.

Vous aimerez peut-être aussi

  • Panduan Komunikasi Revisi I
    Panduan Komunikasi Revisi I
    Document10 pages
    Panduan Komunikasi Revisi I
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Patway O2
    Patway O2
    Document1 page
    Patway O2
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Biomekanika 2015
    Biomekanika 2015
    Document41 pages
    Biomekanika 2015
    Riyan Ardyanto
    Pas encore d'évaluation
  • SK Pemberlakuan Pedoman
    SK Pemberlakuan Pedoman
    Document3 pages
    SK Pemberlakuan Pedoman
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Kalender RSMH Jasi 2
    Kalender RSMH Jasi 2
    Document8 pages
    Kalender RSMH Jasi 2
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Struktur Organisasi Kamar Operasi
    Struktur Organisasi Kamar Operasi
    Document1 page
    Struktur Organisasi Kamar Operasi
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Rab Rs MH
    Rab Rs MH
    Document6 pages
    Rab Rs MH
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • SAMPUL
    SAMPUL
    Document3 pages
    SAMPUL
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • SK Pasien Informasi Belum
    SK Pasien Informasi Belum
    Document7 pages
    SK Pasien Informasi Belum
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Document
    Document
    Document8 pages
    Document
    Chia Lingsih
    Pas encore d'évaluation
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Document9 pages
    Kata Pengantar
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Biomekanika 2015
    Biomekanika 2015
    Document41 pages
    Biomekanika 2015
    Riyan Ardyanto
    Pas encore d'évaluation
  • Kewenangan Klinis Dokter Bedah
    Kewenangan Klinis Dokter Bedah
    Document1 page
    Kewenangan Klinis Dokter Bedah
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • PANDUAN PENDAFTARAN Jadi
    PANDUAN PENDAFTARAN Jadi
    Document10 pages
    PANDUAN PENDAFTARAN Jadi
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • 7 Langkah Varney Kebidanan SBB
    7 Langkah Varney Kebidanan SBB
    Document5 pages
    7 Langkah Varney Kebidanan SBB
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Pentingnya Vaksin Kanker Serviks
    Pentingnya Vaksin Kanker Serviks
    Document3 pages
    Pentingnya Vaksin Kanker Serviks
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Penggolongan Obat
    Penggolongan Obat
    Document1 page
    Penggolongan Obat
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Kamar Operasi
    Kamar Operasi
    Document1 page
    Kamar Operasi
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Hospital by Law
    Hospital by Law
    Document1 page
    Hospital by Law
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Ppi Pertanyaan
    Ppi Pertanyaan
    Document11 pages
    Ppi Pertanyaan
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • BERSIH
    BERSIH
    Document1 page
    BERSIH
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Ppi Pertanyaan
    Ppi Pertanyaan
    Document11 pages
    Ppi Pertanyaan
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • ISOLASI
    ISOLASI
    Document1 page
    ISOLASI
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Tulisan Cuci TGN
    Tulisan Cuci TGN
    Document1 page
    Tulisan Cuci TGN
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Furniture
    Furniture
    Document1 page
    Furniture
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • AKREDITASI
    AKREDITASI
    Document1 page
    AKREDITASI
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • PETUNJUK
    PETUNJUK
    Document1 page
    PETUNJUK
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • RUANG
    RUANG
    Document1 page
    RUANG
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • BERSIH
    BERSIH
    Document1 page
    BERSIH
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation
  • Buku Saku
    Buku Saku
    Document1 page
    Buku Saku
    Dedy Hartantyo
    Pas encore d'évaluation