Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
GABRIELLA TANTULAR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
TESIS
GABRIELLA TANTULAR
NIM 1014058102
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
i
GABRIELLA TANTULAR
NIM 1014058102
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
iii
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Magister
vi
Pascasarjana Universitas Udayana, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan.
Yang terhormat dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, SpKJ selaku Kepala Bagian Psikiatri
FK UNUD/RSUP Sanglah dan yang terhormat dr. Wayan Westa, SpKJ(K) selaku Ketua
Program Studi Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah yang telah mengijinkan penulis
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I Psikiatri.
Yang terhormat dr. Wayan Westa SpKJ(K) sebagai pembimbing satu yang dengan
penuh perhatian, ketelitian dan telah meluangkan waktu dalam memberikan arahan,
bimbingan dan saran kepada penulis dalam pembuatan tesis ini, juga sebagai
pembimbing akademis yang dengan penuh perhatian telah meluangkan waktu dalam
memberikan arahan, bimbingan, semangat dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Psikiatri serta sebagai kepala
klinik PTRM Sandat RSU Sanglah atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
Yang terhormat Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS sebagai
pembimbing dua yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah meluangkan waktu
untuk membimbing, memberikan nasehat dan masukan kepada penulis dalam
menyeselaikan penulisan tesis ini.
Seluruh staf pengajar bagian Psikiatri yang telah memberikan saran dan motivasi
dalam menyelesaikan tesis ini.
Seluruh staf pengajar Program Magister Ilmu Biomedik Kekhususan Kedokteran
Klinik (Combined Degree) Program Pascasarjana Universitas Udayana angkatan ketiga
vii
penulis ucapkan banyak terimakasih atas ilmu yang telah diberikan sehingga berguna
dalam menyelesaikan tesis ini.
Kepada seluruh teman sejawat residen PPDS I Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah
Denpasar atas segala bantuan dan semangat yang diberikan selama ini.
Tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada staf administrasi
bagian psikiatri dan staf klinik PTRM Sandat yang telah memberikan bantuannya.
Terimakasih kepada orang tua, keluarga, suami dr. Dwi Haryadi, M.Kes, SpA dan
putra putri kami, Khrisna Haryadi dan Serena Haryadi atas pengorbanan dan dorongan
moril serta materil yang sudah diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dengan segala keterbatasan yang ada
tesis ini jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran sangat diharapkan demi
penyempurnaan tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat
pada semua yang terlibat dalam penyelesaian tesis ini dan dengan semakin sempurnanya
tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
viii
ABSTRAK
AKUPUNTUR MENURUNKAN SKOR HAMILTON ANXIETY RATING SCALE
PADA PENGGUNA METADON
Penyalahgunaan NAPZA merupakan kasus yang cukup sering dijumpai di
kalangan remaja dan dewasa muda. Penyalahgunaan NAPZA sering ditemukan
bersamaan dengan gangguan psikiatri lain di antaranya kecemasan. Salah satu terapi
penyalahgunaan NAPZA yang dapat ditemukan di rumah sakit Sanglah adalah terapi
metadon. Terapi metadon adalah terapi harm reduction yang digunakan untuk
mengatasi ketergantungan terhadap opioid. Bila klien metadon mengalami kecemasan,
maka hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan terapi dan kepatuhan pengobatan. Untuk
mengatasi hal ini salah satu terapi alternatif yang dapat dilakukan adalah akupuntur.
Dengan mengukur skor Ham A maka dapat diketahui efek terapi akupuntur dalam
mengatasi kecemasan yang timbul pada klien metadon.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, memakai desain randomized pre
test-post test control group yang dilakukan di klinik PTRM Sandat RSUP Sanglah.
Sebanyak 62 orang klien metadon memenuhi kriteria inklusi yang setuju mengikuti
penelitian kemudian dinilai skor Hamilton Anxiety Rating Scale (Ham A) awal dan
kemudian dibagi menjadi 2 kelompok secara acak, kelompok kontrol yang hanya
mendapatkan metadon saja dan kelompok perlakuan yang mendapatkan terapi
akupuntur selama 6 minggu. Setelah 6 minggu kemudian dilakukan penilaian ulang skor
Ham A untuk menilai kecemasan.
Dari penelitian ini didapatkan rerata skor Ham A pre test kelompok kontrol
adalah 15,44,3 dan rerata kelompok perlakuan adalah 16,64,5. Rerata skor Ham A
sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan adalah 12,83,8 dan rerata kelompok
kontrol adalah 15,34,1. Analisis kemaknaan dengan uji t-independen menunjukkan
bahwa nilai t = 9,251 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata skor Ham A pada
ke dua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05). Pada
analisis masing-masing item skor Ham A didapatkan pada item kecemasan, insomnia
dan gejala somatik didapatkan penurunan secara bermakna pada kelompok perlakuan.
Kesimpulan penelitian ini adalah akupuntur dapat menurunkan skor kecemasan
yang dinilai dengan Ham A pada klien metadon terutama pada rasa kecemasan,
gangguan tidur dan gejala somatik.
ix
ABSTRACT
ACUPUNCTURE REDUCE HAMILTON ANXIETY SCALE SCORE IN
METHADON CLIENT
Substance use disorder is a common disorder found in adolescence and adults.
This disorder is commonly found with other psychiatric disorder such as anxiety. One of
therapy for substance disorder available in Sanglah hospital is methadon therapy.
Methadon therapy is a harm reduction therapy for overcoming opioid dependence.
Methadon client experiencing anxiety could influence therapy outcome and compliance.
One of alternative therapy for these situations is acupuncture. Hamilton Anxiety Rating
Scale (Ham A) score measurement was used to evaluate anxiety reduction in methadon
client.
This study was an experimental study, with randomized pre-post test control
group design conducted in Sanglah Hospital PTRM Sandat clinic. 62 study subjects met
inclusion criteria who agree to participate in this study were measured pre test Ham A
score and then divided into two seperated groups, control group which only receive
methadon therapy, and treatment group which received acupuncture for 6 weeks. After
6 weeks post test Ham A score were obtained to measure anxiety.
From this study, pre test Ham A score mean in control group were 15,4 4,3
and treatment group mean score were 16,6 4,5. Post test Ham A score in control group
were 15,3 4,1, in treatment group were 12,8 3,8. T-Independent test result that two
group differ significantly (p<0.05) t = 9,251 and p value 0,001.In each item analysis,
significant reduction were found in anxious feeling, insomnia and somatic symptoms in
treatment group.
This study concluded that acupuncture reduced anxiety score measured by
Ham A test in methadon client most significantly in anxious feeling, sleep disorder and
somatic symptoms.
DAFTAR ISI
Sampul Dalam.......................................................................................................... i
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister................................................................ ii
Lembar Persetujuan Pembimbing .......................................................................... iii
Lembar Penetapan Panitia Ujian............................................................................ iv
Pernyataan Bebas Plagiat ........................................................................................ v
UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT............................................................................................................ x
DAFTAR ISI......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
xi
xii
xiii
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian ....................................
36
38
39
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Ethical Clearance Penelitian .......................................................65
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian .....................................................................66
Lampiran 3 Form Informed Consent Subyek Penelitian................................68
Lampiran 4 Kuesioner Ham A ........................................................................70
Lampiran 5 Kartu Data Peserta Penelitian ......................................................72
Lampiran 6 Data dan Analisis Penelitian........................................................73
Lampiran 7 Foto Penelitian.............................................................................75
xvii
DAFTAR SINGKATAN
PTRM
RSUP
NAPZA
HAM-A
GABA
WHO
DSM V
ICD
HIV
PPDGJ
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
divalidasi adalah dengan Hamilton Anxiety Rating Scale (Ham A). Kuesioner ini
terdiri dari 14 item penilaian yang menilai gejala cemas secara subjektif dan
objektif serta menilai komponen keluhan somatik dari gangguan cemas. Dari
wawancara yang dilakukan oleh pengamat yang terlatih maka dapat diperoleh
skala tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien, dengan melakukan penilaian
ini maka dapat dinilai pula keberhasilan suatu terapi (Sadock dkk., 2009).
Salah satu cara yang kini sering digunakan untuk mengurangi kecemasan
yang dianggap tidak mempengaruhi pengobatan ketergantungan NAPZA adalah
dengan penggunaan akupuntur, yaitu suatu teknik pengobatan tradisional yang
memakai jarum. Titik-titik yang ditusuk adalah titik-titik tertentu pada tubuh
ataupun telinga yang disebut titik akupuntur. Jika titik-titik ini ditusuk dan
dirangsang baik secara mekanis maupun dengan elektroakupuntur maka
diharapkan terdapat perubahan pada neurotransmitter di otak yang akan
mengurangi gejala-gejala cemas dan dengan demikian diharapkan akan
berpengaruh positif pula terhadap ketergantungannya terhadap opioid (Yang dkk.,
2007).
Pemilihan titik akupuntur bila dilakukan dengan tepat disertai dengan
stimulasi yang tepat maka diharapkan akan memberikan hasil yang bermakna.
Teknik akupuntur ini sendiri dapat memberikan hasil yang bermakna bila
diberikan dalam jangka waktu tertentu dan biasanya dalam 10-12 kali terapi yang
dilakukan tiap 3-4 hari sekali (Pilkington dkk., 2013). Terapi yang dilakukan
kurang dari 10 kali ataupun dengan jarak waktu yang panjang serta durasi yang
kurang dari 15 menit setiap sesi akupuntur biasanya kurang memberikan hasil
yang signifikan (Berman dkk., 2004).
pengguna
metadon
yang diukur
dengan
Manfaat Pendidikan :
Diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah objektif efektivitas intervensi
terapi akupuntur terhadap pengguna metadon di PTRM Sandat RSUP Sanglah.
Manfaat Penelitian :
Hasil
penelitian
ini
dapat
digunakan
sebagai
bahan
untuk
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
merupakan
masalah
yang
sangat
kompleks,
memerlukan
b. zat yang sama atau mirip harus dipakai untuk meringankan atau
menghindari gejala lepas zat
3. Zat tersebut sering dikonsumsi dalam jumlah besar atau lebih lama dari
yang direncanakan
4. Terdapat keinginan terus menerus atau usaha yang gagal untuk
mengurangi atau mengontrol penggunaan zat
5. Banyak waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan zat tersebut,
menggunakan zat tersebut dan pulih dari efek zat tersebut
6. Aktivitas
1. Harus ada bukti jelas penggunaan zat psikoaktif dalam waktu dekat
pada dosis yang cukup tinggi agar konsisten dengan kriteria
intoksikasi.
2. Harus ada gejala-gejala atau tanda-tanda intoksikasi yang sesuai
dengan kerja dari suatu zat tertentu dan keparahan yang cukup untuk
menimbulkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi, dan sikap yang
secara klinis signifikan.
10
3. Gejala atau tanda yang ada tidak terjadi karena gangguan medis lain
yang tidak berhubungan dengan penggunaan zat atau karena gangguan
mental lainnya.
Penggunaan yang membahayakan :
11
12
Faktor Predisposisi
Alasan penggunaan NAPZA berbeda-beda, namun biasanya merupakan
interaksi beberapa faktor. Beberapa orang mempunyai risiko yang lebih besar
menggunakannya karena sifat atau latar belakangnya yang disebut faktor risiko
tinggi atau faktor kontributif yang dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
faktor individu dan faktor lingkungan (Moesono, 2006).
Faktor individu :
-
Penilaian diri yang negatif (low self esteem) seperti merasa kurang
mampu dalam pelajaran, pergaulan, penampilan diri atau tingkat/
status sosial ekonomi yang rendah
Kepribadian dissosial
13
Faktor lingkungan:
-
Etiologi
Banyak faktor yang berpengaruh sehingga seseorang bisa menjadi
tergantung terhadap suatu zat, seperti ketersediaan zat, faktor sosial, tekanan
dalam pergaulan, mungkin adalah faktor utama dalam eksperimen pertama namun
14
faktor lain seperti kepribadian dan biologis individual mungkin lebih berpengaruh
terhadap efek zat dan jenis zat. Penelitian lain tentang faktor-faktor yang dapat
menyebabkan penggunaan narkoba menunjukkan bahwa faktor kepribadian,
kelompok teman sebaya dan keluarga sangat menentukan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan karakteristik, kepribadian tertentu seseorang mudah
menjadi pengguna narkoba, meskipun kelompok sebaya dan orang tua
menentangnya. Remaja yang mempunyai hubungan yang buruk dengan
orangtua/keluarga, dapat menjadi pengguna narkoba, meskipun nilai-nilai
kepribadian dan teman sebaya menentangnya. Sedangkan tekanan kelompok
teman sebaya dapat mengalahkan nilai pribadi yang anti narkoba dan hubungan
keluarga yang baik (Moesono, 2006).
Faktor psikodinamik
Menurut teori klasik, penyalahgunaan zat adalah setara dengan masturbasi
(sebagian pemakai heroin menggambarkan awal penggunaan mirip seperti
orgasme seksual), pertahanan melawan impuls kecemasan, atau manifestasi dari
regresi oral. Formulasi psikodinamik yang baru menyimpulkan penyalahgunaan
zat sebagai refleksi dari fungsi ego yang terganggu (Joewana, 2004).
Pembelajaran dan pengkondisian
Setiap kali penggunaan NAPZA menghasilkan umpan balik positif, baik
dari efek zat itu sendiri maupun
15
16
Gambar 2.2 Efek Opioid pada Jalur Reward (Carvalho dkk., 2013)
Opioid selain mempunyai efek analgesik yang sangat kuat juga dapat
menyebabkan keadaan eforia, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, rasa
mengantuk. Zat ini juga dapat menekan pusat pernafasan sehingga bernafas
menjadi pelan dan dangkal (Ghodse, 2002).
Banyak cara yang telah dilakukan untuk menanggulangi ketergantungan
NAPZA, yaitu salah satunya adalah dengan metadon, yaitu terapi farmakologis
dengan harm reduction pada ketergantungan opioid. Metadon adalah terapi
substitusi untuk heroin dengan efek agonis penuh yang menyerupai efek
menyenangkan yang didapat dari heroin. Metadon mempunyai waktu paruh yang
lebih lama dari heroin dan setelah dikonsumsi, rasa ketagihan akan berkurang
(Lingford-Hughes dkk., 2007).
Dosis harian metadon adalah 20-80 mg, cukup untuk menstabilkan
pasien,namun dosis sampai 120 mg pernah digunakan. Durasi aksi metadon
melebihi 24 jam, dengan demikian pemberian 1x sehari sudah adekuat. Rumatan
17
18
individu untuk fight atau flight (Lingford-Hughes dkk., 2002). Namun jika
kecemasan ini berlebihan mengenai beberapa kejadian atau aktivitas yang terjadi
hampir setiap hari selama minimal 6 bulan maka kecemasan ini dapat digolongkan
menjadi gangguan cemas menyeluruh. Kecemasan ini menjadi sangat sulit untuk
dikendalikan dan sering ditemukan bersama dengan gejala somatis, seperti
ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur dan kegelisahan (Sadock dkk., 2009).
Gangguan kecemasan sering dihubungkan dengan beratnya kemungkinan untuk
gangguan pemakaian alkohol dan zat-zat adiktif lainnya, beratnya gejala lepas zat
alkohol, dan tingginya kekambuhan setelah terapi lepas zat. Sebaliknya adanya
pemakaian zat adiktif dapat menurunkan angka kesembuhan dan meningkatkan
kemungkinan kekambuhan gangguan cemas menyeluruh, dan meningkatnya
angka kejadian bunuh diri pada penderita gangguan cemas (Smith dan Book,
2008).
Gejala kecemasan sendiri berperan penting dalam penanganan adiksi
karena dengan adanya gejala-gejala seperti kegelisahan, kesulitan berkonsentrasi
dapat mempengaruhi kepatuhan terhadap pengobatan dan kemampuan untuk lepas
zat (Charney dkk., 2005). Jenis gangguan cemas yang paling sering ditemukan
bersamaan dengan penyalahgunaan zat adalah gangguan cemas menyeluruh dan
gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia (Smith dan Book, 2008).
Pasien dengan gangguan penggunaan zat yang ditemukan bersamaan
dengan gangguan kejiwaan mempunyai prognosis yang lebih buruk, kemungkinan
remisi yang menurun, meningkatnya kemungkinan untuk relaps, dan lebih banyak
membutuhkan perawatan daripada jika tidak ditemukan gangguan psikiatri
19
(Charney dkk., 2005). Bila gangguan komorbiditas diatasi, baik depresi maupun
kecemasan dapat diatasi maka prognosis ketergantungan zat pun akan membaik
(Hesse, 2009).
2.2.1 Klasifikasi dan Diagnosis Kecemasan
Kriteria diagnostik untuk gangguan kecemasan yang diinduksi oleh
penggunaan zat berdasarkan DSM V:
20
21
22
23
pusing,
sakit
kepala.
Komponen
somatik
(bagian
7-13)
24
25
26
hormon-hormon yang penting dalam HPA axis yang pada akhirnya juga akan
mempengarhui psikis (psikoneuroimunologi) (Saputra, 2012).
Penelitian lain yang telah ada selama ini
adalah tentang
respon
27
Akupuntur pada titik shen men telinga dilaporkan dapat memberikan efek
sedatif yang dapat mengatur eksitasi kortikal sehingga dapat mengatasi gejala
kecemasan. Perangsangan pada titik ini juga dapat memperlancar sirkulasi darah
melalui saraf dan menstimulai saraf bermyelin pada medula spinalis, hipofise dan
hipotalamus sehingga membuat pelepasan endorfin ke pembuluh darah. Dengan
efek seperti ini pada beberapa pasien yang memakai benzodiazepin untuk
mengatasi kecemasan, dilaporkan dapat mengalami penurunan dosis setelah
dilakukan tindakan akupuntur (Lowe, 2012).
Stimulasi akupuntur juga dapat menghasilkan efek inhibisi melalui neuron
GABAergik. Selain itu juga akupuntur mempengaruhi jalur sistem reward dengan
mengaktivasi neuron serotonergik. Elektroakupuntur dapat mencegah penurunan
level serotonin di nukleus akumbens. Serotonin juga diduga mempunyai peran
dalam perantara efektivitas akupuntur pada terapi lepas NAPZA dan mekanisme
ini juga dapat mempengaruhi kecemasan pada pengguna NAPZA ( Yang dkk.,
2007).
28
Pada kondisi normal, jalur reward dimulai dari pelepasan serotonin oleh
neuron eksitasi di hipotalamus. Serotonin mengaktifkan peptida opioid metioninenkefalin. Met-enkefalin dilepaskan pada bagian ventral tegmental dan
berinteraksi untuk menghambat pelepasan gamma amino butyric acid (GABA)
oleh substansia nigra. Peran utama GABA adalah mengontrol pengeluaran
dopamin pada bagian ventral tegmental. Adanya disinhibisi oleh GABA
meningkatkan penyediaan dopamin. Dopamin yang dilepaskan dari inhibisi
GABA mempunyai efek langsung pada nukleus akumbens dan efek tidak
langsung pada hipokampus lewat amygdala, dan menyebabkan pelepasan
dopamin pada kedua tempat tersebut, sehingga jalur reward menjadi lengkap
(Scott dan Scott, 1997).
Penelitian menunjukkan akupuntur mengaktifkan jalur serotonergik
desenden melalui traktus anterolateral. Ketika stimulasi akupuntur dilakukan pada
titik yang tepat, impuls diterima oleh cornu dorsalis medula spinalis. Impuls ini
diteruskan melalui serabut saraf traktus spinoretikuler dan spinomesensefalik,
yang kemudian berakhir di otak tengah yang mempunyai umpan balik yang
berhubungan dengan jalur neuron modulasi. Sehingga dengan menstimulasi jalur
serotonergik dengan akupuntur, serotonin dalam jalur reward langsung
dipengaruhi dan kemudian akan meningkatkan dopamin pada nukleus akumben
dan amygdala, dan menghasilkan perasaan subyektif berupa rasa aman dan
nyaman (Scott dan Scott, 1997). Akupuntur juga dapat menurunkan efek samping
dan dosis agonis opioid pada saat detoksifikasi ketergantungan NAPZA (Hui dkk.,
2010). Mekanisme lain yang memungkinkan akupuntur dapat mengurangi
29
pada
nucleus
acumben,
amygdala,
hipocampus,
parahipocampus,
hipotalamus, ventral tegmental area, putamen. Hal yang berbeda didapatkan bila
penusukan jarum dilakukan bukan pada titik akupuntur. Jalur perangsangan saraf
pada titik akupuntur dilakukan melalui traktus spinocervical, spinoreticular dan
spinomesencephalic, yang akan mempengaruhi aktivitas amydala dalam mengatur
rasa takut dan cemas (Hui dkk., 2010).
Bila akupuntur dilakukan dengan teknik yang tepat, yaitu dengan
mencapai te qi ( perasaan tumpul, kesemutan, hangat pada stimulasi di titik
akupuntur yang tepat) maka stimulasi akupuntur akan berjalan melalui serabut A
dan A pada serabut saraf perifer, akan terjadi juga peningkatan endorfin
enkephalin dan endomorfin bila dilakukan dengan stimulasi frekuensi rendah dan
hal ini kemudian akan menurunkan aktivitas amydala yang berperan dalam rasa
takut berlebihan pada penderita gangguan cemas dan dengan meningkatkan opioid
endogen, maka pada pengguna NAPZA yang mengalami ketergantungan pada
30
31
kepada pasien
pada
telinga
dilaporkan
dapat
menurunkan
kecemasan
dan
menimbulkan efek sedasi (Wang dkk, 2005). Penelitian lain yang meneliti wanita
dengan kecemasan saat menjalani in vitro fertilization (IVF) mendapatkan hasil
bahwa akupuntur dapat menurunkan kecemasan, mengurangi stress dan dapat
memperbaiki mekanisme koping (Grant dan Cochrane, 2014).
Titik akupuntur yang biasanya dipakai pada telinga adalah titik senmen,
sedangkan pada tubuh adalah titik he gu, cu san li dan chize (Avants dkk., 1995).
Pada penelitian ini akan digunakan titik akupuntur pada telinga yaitu titik senmen
yang terletak pada sudut inferior titik percabangan antiheliks, sedangkan titik
tubuh yang akan dipakai yaitu titik he gu LI 4 yang terletak di antara tulang
metacarpal pertama dan kedua kira-kira di pertengahan tulang metacarpal kedua
pada sisi radius, titik zu san li-ST 36 yang terletak tiga cun di bawah patella,satu
cun lateral dari krista tibia, titik chi ze LU 5 yang terletak pada lipat melintang
kulit volar siku sisi radial dari tendon m.biceps brachii (DAlberto, 2006). Titiktitik ini dipilih juga pada penderita cemas yang resisten terhadap terapi lain, dan
letak titik-titik ini relatif mudah dijangkau (Errington-Evans, 2009).
32
Gambar 2.5 Letak Titik Akupuntur Shen Men Pada Telinga (Wang dkk., 2005)
33
BAB 3
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
34
35
36
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah klinikal
eksperimental, randomized pre test-post test control group disain paralel (Pocock,
2008).
37
38
39
Kriteria Eksklusi:
x f (,)
(1-2)
n = jumlah sampel.
1 = rerata hasil pada kelompok post test kontrol (tanpa akupuntur)
2 = rerata hasil pada kelompok post test perlakuan akupuntur
= simpang baku (standar deviasi) kelompok kontrol
= tingkat kesalahan 1 (ditetapkan 0,05)
= tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,1)
40
(,) = besarnya didapat dari tabel (Pocock, 2008, tabel 9.1 pp.125).
Dengan menetapkan nilai = 0,05 dan nilai = 0,1 maka nilai (,) =
10,5
Data skor Ham A simpang baku untuk kelompok kontrol adalah 6,2 , 1 =
13 dan 2 = 8 (Carvalho dkk., 2013) jumlah sampel adalah :
2
n=
x f (,)
(2-1)
2 (6.2)
n=
x 10,5
( 13-8)
n = 29,5
41
: terapi akupuntur
Variabel tergantung
: skor Ham A
Variabel terkontrol
Variabel perancu
42
4. Ham 2 adalah item dalam Ham A untuk mengukur perasaan tegang, lesu, tidak
bisa istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.
5. Ham 3 adalah item dalam Ham A untuk mengukur rasa takut pada gelap, pada
orang asing, tinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian, dan pada
kerumunan orang banyak.
6. Ham 4 adalah item dalam Ham A untuk mengukur beratnya gangguan tidur
yaitu gejala sulit masuk tidur, terbangun malam hari, tidak pulas, bangun
dengan lesu, mimpi-mimpi, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan.
7. Ham 5 adalah item dalam Ham A yang mengukur gangguan kecerdasan yang
didapatkan dari gejala sulit konsentrasi atau daya ingat yang buruk.
8. Ham 6 adalah item dalam Ham A yang mengukur perasaan depresi yang
ditandai dengan hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih,
bangun dini hari, dan adanya perasaan yang berubah-ubah sepanjang hari.
9. Ham Somatik adalah item dalam Ham A yang mengukur gangguan somatik di
antaranya sakit dan nyeri di otot, kaku, gangguan sensorik seperti penglihatan
kabur, merasa lemas, muka merah/pucat, merasa ditusuk-tusuk, gejala
kardiovaskuler seperti takikardi, berdebar, nyeri di dada,rasa lesu/lemas seperti
mau pingsan, gejala respiratori seperti perasaan tercekik, nafas pendek, sering
menarik nafas, rasa tertekan di dada,
makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, muntah, buang
air besar lembek, kehilangan berat badan, konstipasi, gejala urogenital seperti
sering buang air seni, tidak dapat menahan air seni, amenorrhe, menorrhagia,
43
44
45
BAB V
HASIL PENELITIAN
46
47
Tabel 5.1
Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik
Kelompok Perlakuan
Kelompok
n (%)
Kontrol
n (%)
34,7 6,2
34,7 6,3
33 (100)
33 (100)
Pegawai
7 (21,2)
8 (24,2)
Swasta
14 (42,4)
10 (30,3)
Tidak bekerja
12 (36,4)
15 (45,5)
SD
2 (6,0)
3 (9,1)
SMP
4 (12,1)
7 (21,2)
SMA
15 (45,5)
13 (39,4)
Perguruan Tinggi
12 (36,4)
10 (30,3)
Umur (tahun)
Jenis kelamin
Laki-laki
Pekerjaan
Tingkat pendidikan
48
18
16
14
12
10
Pre Test
Post Test
6
4
2
0
Kontrol
Perlakuan
Gambar 5.1 Hasil Pengukuran Rerata Skor Ham A Pre Test dan Post Test
Kelompok Kontrol dan Perlakuan
49
Karena nilai yang didapatkan p < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
sehingga untuk uji statistik digunakan uji non parametrik yaitu uji Mann Whitney.
5.3 Hasil Uji Statistik Penurunan Skor Ham A Pre dan Post Test
Setelah data-data diuji dengan Mann Whitney test maka didapatkan hasil
p<0,01 perbedaan rerata (mean difference) 3,548, rentang kepercayaan (CI) 2,776
4,320) (t = 9,251, df =46,424) sehingga dapat disimpulkan bahwa akupuntur
dapat menurunkan skor Ham A total pada Kelompok Perlakuan bila dibandingkan
dengan Kelompok Kontrol dan penurunan skor ini bermakna.
5.4 Hasil Rerata Selisih Skor Masing-masing Item Ham A
Hasil rerata selisih skor masing-masing item Ham A disajikan dalam bentuk
Tabel 5.2.
Tabel 5.2
Hasil Rerata Selisih Skor Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol (SD)
HAM 1
-0,65 (0,98)
-0,87 (0,56)
HAM 2
0,32 (0,41)
-0,68 (0,74)
HAM 4
-0,12 (0,56)
-1,07 (0,77)
HAM 5
-0,97 (0,65)
-0,39 (0,41)
HAM 6
-0,38 (0,56)
-0,38 (0,56)
HAM Somatik
0,97 (1,82)
-1,94 (0,37)
50
Pada penelitian ini tidak ditemukan gejala fobia pada subjek penelitian,
sehingga skor Ham 3 tidak dicantumkan dalam tabel.
Hasil rerata selisih skor didapatkan penurunan skor pada Kelompok
Perlakuan, namun pada item HAM 2 dan HAM Somatik tidak didapatkan
penurunan rerata skor pada Kelompok Kontrol, bahkan terjadi peningkatan skor,
sedangkan untuk item HAM 2, 4, dan somatik terdapat perbedaan selisih
penurunan skor rerata pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol.
5.5 Hasil Uji T Test Pada Selisih Skor Masing-masing Item Pada Ham A
Setelah dilakukan hasil uji t test selisih skor pada tiap item Ham A maka
didapatkan nilai p yang disajikan pada Tabel 5.3
Tabel 5.3
Selisih Skor Masing-masing Item Ham A
Selisih skor
Sig (2 tailed)
HAM 1
0,115
HAM 2
0,000*
HAM 4
0,000*
HAM 5
0,076
HAM 6
1.000
HAM Somatik
0,023*
51
Sebaliknya pada skor Ham A 2, 4 dan Ham A Somatik didapatkan hasil p <
0.05 yang berarti bahwa pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
terdapat perbedaan secara bermakna.
BAB VI
PEMBAHASAN
52
53
penelitian
lain
yang
meneliti
pemakaian
akupuntur
pada
54
55
hasil bahwa akupuntur dapat ketegangan otot secara bermakna yang sering timbul
pada pasien cemas dan dapat menurunkan rasa cemas walaupun penurunan skor
ini tidak bermakna secara statistik. Rasa tegang yang menurun mungkin terjadi
karena akupuntur dapat melepaskan ketegangan pada otot yang kemudian dapat
meningkatkan aliran darah, lymph, dan impuls saraf pada area yang merasakan
ketegangan, sehingga hal ini kemudian dapat menurunkan tingkat stress (Boucher
dkk., 2011). Penelitian lain yang memakai skala lain yaitu Zung Self Rating Scale
(SAS) pada pasien yang cemas saat akan menjalani operasi juga didapatkan hasil
yang sama bahwa akupuntur yang dilakukan pada telinga dan tubuh dapat
menurunkan secara signifikan skor kecemasan dalam item rasa tegang (Wu dkk.,
2010).
Perasaan cemas pada kelompok perlakuan akupuntur yang menurun namun
tidak bermakna mungkin disebabkan pemilihan subjek pada penelitian ini adalah
klien metadon yang aktif sehingga rasa cemas yang dirasakan lebih rendah pada
awal penelitian dibandingkan penelitian lain yang dilakukan Carvalho dkk. yang
meneliti pada subjek PMDD ataupun pada penelitian yang dilakukan Wu dkk.
yang memilih subjek pasien yang akan menjalani operasi.
Akupuntur dapat menormalkan pelepasan dopamin dalam sistem
mesolimbik serta dapat meningkatkan level serotonin dan enkephalin pada plasma
dan sistem saraf pusat (Spence dkk. 2004). Di samping itu akupuntur juga dapat
menurunkan denyut jantung dan menghambat aktivitas saraf simpatik. Pada
penelitian dengan memakai tikus, akupuntur juga dapat meningkatkan gelombang
REM dan gelombang lambat pada saat tikus tidur. Di samping itu akupuntur juga
56
57
cukup bermakna, namun untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh akupuntur
pada daya ingat dan kognitif diperlukan tes yang lebih spesifik.
Pada skor Ham
58
59
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemberian terapi akupuntur pada pengguna
metadon maka dapat diambil simpulan :
Akupuntur menurunkan skor Ham A total secara bermakna sehingga
kecemasan yang dialami oleh pengguna metadon dapat berkurang dan hal ini
dapat meningkatkan kepatuhan berobat pada pengguna metadon.
7.2 Saran
Pemberian
akupuntur
dapat
direkomendasikan
sebagai
terapi
60
Daftar Pustaka
61
62
63
Scott, S. dan Scott, W.N. 1997. A Biochemical Hypothesis for the Effectiveness
of Acupuncture in the Treatment of Substance Abuse : Acupuncture and
the Reward Cascade. American Journal of Acupuncture. vol 25. no.1
Smith, J.P. dan Book, S.W. 2008. Anxiety and Substance Use Disorder. Psychiatr
Times. 25(10):19-23
Spence, D.W., Kyumov, L.,Lowe, A., Jain, U., Chen, A., Katzman, M.A., Shen,
J., Perelman, B., Shapiro, C.M., 2004. Acupuncture Increases Nocturnal
Melatonin Secretion and Reduces Insomnia and Anxiety. Journal of
Neuropsychiatry and Clinical Neurosciences.16:19-28
Stahl, S.M. 2013. Essential Psychopharmacology, New York: Cambridge
University Press. p. 979
Thaib, M.R., Mulyono, I., Nizar, R. 2006. Penanggulangan Korban Narkoba.
Jakarta; Balai Penerbit FKUI.p.1-2.
Wang, S.H. dan Kain, Z.N. 2001. Auricular Acupuncture: A Potential Treatment
for Anxiety. Anesth Analg. 92:548-53
Wang, S.H., Gaal, D., Maranets, I, Caldwell-Andrews, A., Kain, Z.N. 2005.
Accupressure and Preoperative Parental Anxiety: A Pilot Study. Anesth
Analg. 101:666-9
Wu, S., Liang, J., Zhu, X., Liu, X., Miao, D. 2010. Comparing the Treatment
Effectiveness of Body Acupuncture and Auricular Acupuncture in
Preoperative Anxiety Treatment. JRMS. 16(1):39-42
Xiang, X.C. dan Zhang, P. 2008. How Acupuncture Works? Neuroscientific Basic
Underlying Acupuncture Analgesia.
Available from URL :
http://www.chineseacupuncturedoc.com/how-acupuncture-works.pdf.
Yang, C.H., Lee, B.H., dan Sohn, S.H. 2007. A Possible Mechanism Underlying
the Effectiveness of Acupuncture in the Treatment of Drug Addiction.
Advance Access Publication. 5(3):257-266
Zahm, D.S. 2010. Pharmacotherapeutic Approach to the Treatment of Addiction :
Persistent Challenges. Mo Med. 107(4):276-280
Ze-Jun, H., Jia, G., Dong, L. 2013. Effects of Acupuncture with Meridian
Acupoints and Three Anmian Acupoints on Insomnia and Related
Depression and Anxiety State. Chin J Integr Med 19(3): 187-191
64
Zhang, Z.J., Chen, H.Y., Yip, K.C., Wong, V.T. 2010. The effectiveness and
Safety of Acupuncture Therapy in Depressive Disorders : Systematic
Review and Meta Analysis. Journal of Affective Disorders 124:9-21
Zhao, Z.L., Jin, X.D., Wu, Y.Y., Yang, X.D., Xu, Y.J., Jiang, J.Z.J., Kim, S. C.,
Lee, B.H., Yang, C.H., Zhao, R.J. 2013. Amygdaloid Corticotropin
Releasing Factor is Involved in the Anxiolytic Effect of Acupuncture
during Ethanol Withdrawal in Rats. J Acupunct Meridian Stud 6(5):234240
Zhao, Z.L., Zhao, G.W., Li, H.Z.,Yang, X.D., Wu, Y.Y., Lin, F., Guan, L.X.,
Zhai, F.G., Liu, J.Q., Yang, C.H., Kim, S.C., Kim, K.W., Zaho, R. J.
2011. Acupunture Attenuates Anxiety-Like Behavior by Normalizing
Amygdaloid Catecholamines During Ethanol Withdrawal in Rats.
Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine 20:1-8
65
66
67
68
69
Tempat/Tanggal Lahir
Alamat
Denpasar,
Bapak/Ibu
70
:
:
:
:
UMUR :
Gejala-gejala ini (satu /lebih) merupakan apa yang diungkapkan pasien. Nilai
yang didapatkan merupakan gambaran tingkat kecemasan pasien saat ini. Pilih
salah satu dari lima (5) pilihan yang tersedia, yaitu: 0 = tidak ada, 1 = ringan,
2 = sedang, 3 = berat, 4 = sangat berat
0
0
1
2
3
4. Gangguan Tidur
Sukar masuk tidur, terbangun malam hari, tidak pulas, bangun dengan lesu,
mimpi-mimpi, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan
5. Gangguan kecerdasan
Sulit berkonsentrasi, daya ingat buruk
0
1
2
3
6. Perasaan Depresi
Hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari,
perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7. Gejala Somatik (otot)
0
1
2
3
Sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan otot,
gigi gemerutuk, suara tidak stabil
0
71
72
Umur
Terapi
Dosis
Tanda tangan
Tanda tangan
ke-
(mg)
Pasien
petugas
Catatan
73
74
75
76